Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Douglas McGregor adalah seorang psikolog sosial dari Amerika yang mengemukakan
teori XY dalam bidang motivasi yang menjadi prinsip dasar dalam mengembangkan
pengelolaan SDM (sumber daya manusia) modern, menentukan pola komunikasi organisasi,
menyusun panduan manajemen perilaku, mengelola interaksi sosial karyawan dan dalam
menciptakan budaya perusahaan.
Teori X dan Teori Y menjabarkan dua model motivasi yang saling berkebalikan,
sedangkan teori Z adalah pengembangan dari teori hirarki motivasi oleh Abraham Maslow
dan ilmu manajemen oleh Dr. W. Edwards Demming. Teori Z ini dikembangkan oleh Dr.
William Ouchi.
Ketiga teori ini penting diketahui oleh bagian HRD (human resources management) di
setiap perusahaan untuk mengoptimalkan pengelolaan motivasi SDM atau pola komunikasi
dari manajemen kepada para karyawannya.
Ketiga teori ini menciptakan kerangka untuk paradigma berpikir para manajer dalam
mempersepsikan bagaimana para karyawan berperilaku dan bagaimana cara meningkatkan
motivasi karyawan yang mendorong perilaku tersebut.
Perspektif yang diperoleh dari penerapan teori-teori ini akan memberikan pemahaman yang
secara signifikan akan mempengaruhi pendekatan manajemen perusahaan kepada para
karyawannya secara lebih efektif.
Aplikasi dari teori XYZ akan menentukan gaya kepemimpinan yang seperti apa yang
cocok dengan kondisi mental karyawan. Indikasi dari kesesuaian cara pemimpin dalam
memotivasi karyawannya akan terlihat sebagai peningkatan kinerja dan produktivitas.
Maka dari itu, teori XY dan Z menjadi pondasi penting dalam menentukan tehnik motivasi
yang tepat bagi para karyawan.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui teori
motivasi menurut para ahli.
1.3. TUJUAN
Untuk mengetahui pengertian motivasi menurut para ahli

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Teori Perilaku Teori X dan Teori Y (X Y Behavior Theory)


Douglas McGregor
Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat
membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y
dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana
para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap
para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y.

2.1.1 Teori X
McGregor memaparkan teori X dengan asumsi awal bahwa karyawan itu secara
alamiah bersifat malas atau tidak menyukai pekerjaannya dan harus dimotivasi dengan
gaya kepemimpinan yang otoriter.
Manajemen harus terus aktif dan otoritatif dalam mengendalikan karyawan. Asumsi
selain karyawan tidak suka bekerja adalah karyawan tidak punya ambisi sehingga ingin
selalu menghindari tanggung jawab maka dari itu perlu diarahkan, dipaksa, bahkan
diancam dengan hukuman, dan dikontrol dalam pengawasan yang ketat.
Biasanya teori X ini kurang efektif dalam praktek manajemen modern, namun
hirarki kewenangan yang tersentralisasi tak bisa dihindari jika perusahaannya memiliki
karyawan yang sangat banyak dengan skala produksi yang besar dan pekerjaan yang
berulang-ulang tanpa keahlian tinggi seperti di pabrik-pabrik.
Tapi teori X ini tetap harus digunakan khususnya pada beberapa jenis karyawan yang
memiliki karakter yang lebih termotivasi secara efektif dan memberikan hasil kinerja
yang lebih baik dengan gaya kepemimpinan yang otoritatif.
Para pemimpin dan manajer perusahaan yang ingin mempraktekkan teori X harus
menyatakan dengan tegas aturan, arahan, ultimatum dengan pemberian imbalan dan
hukuman untuk para karyawannya. Teori ini mengutamakan kepatuhan sebagai faktor
pendorong kinerja karyawan.
Teori X berfokus pada pengawasan dalam pelaksanaan prosedur standar kerja,
pengendalian aktivitas, delegasi tugas dan perintah dengan deadline serta memastikan

2
hasil akhir yang diberikan karyawan harus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang
tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan
perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam
bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja
sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
Teori X menyatakan bahwa sebagian besar orang-orang ini lebih suka diperintah, dan
tidak tertarik akan rasa tanggung jawab serta menginginkan keamanan atas segalanya.
Lebih lanjut menurut asumís teori X dari McGregor ini bahwa orang-orang ini pada
hakekatnya adalah :

1. Tidak menyukai bekerja

2. Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih menyukai
diarahkan atau diperintah

3. Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-masalah


organisasi.
4. Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja
.
5. Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mncapai tujuan organisasi..
Untuk menyadari kelemahan dari asumí teori X itu maka McGregor memberikan
alternatif teori lain yang dinamakan teori Y. asumís teori Y ini menyatakan bahwa orang-
orang pada hakekatnya tidak malas dan dapat dipercaya, tidak seperti yang diduga oleh
teori X. Secara keseluruhan asumís teori Y mengenai manusia adalah sbb :
1. Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan lepada
orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik dan mental.
Sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan, jika keadaan sama-sama
menyenangkan.
2. Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan organisasi

3
.
3. Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan
organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh karyawan.

4. Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan sosial, penghargaan dan


aktualisasi diri tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.
5. Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jika dimotivasi
secara tepat.
Dengan memahami asumsi dasar teori Y ini, McGregor menyatakan selanjutnya bahwa
merupakan tugas yang penting bagi menajemen untuk melepaskan tali pengendali
dengan memberikan desempatan mengembangkan potensi yang ada pada masing-masing
individu. Motivasi yang sesuai bagi orang-orang untuk mencapai tujuannya sendiri
sebaik mungkin, dengan memberikan pengarahan usaha-usaha mereka untuk mencapai
tujuan organisasi.

2.2.2 Teori Y
McGregor menyatakan dalam teori Y, para karyawan diasumsikan sebagai orang
yang berambisi, mau menerima tanggung jawab bahkan mencari wewenang agar bisa
bekerja secara optimal dengan potensi diri yang dimiliki. Para karyawan dianggap secara
alamiah menikmati pekerjaan serta termotivasi sendiri berprestasi.
Gaya kepemimpinan dalam teori Y adalah manajemen parsitipatif yang mengundang
diskusi dan keterlibatan karyawan dalam membuat keputusan dan memberikan peluang
untuk mengembangkan keahlian serta karir sang karyawan atau promosi.
Kreativitas, intelektualitas, otonomi, dan keahlian yang dimiliki karyawan diapresiasi
oleh manajemen yang menggunakan teori Y dalam tehnik motivasinya. Walaupun
begitu, teori Y tetap memanfaatkan penilaian untuk remunerasi, insentif, dan pemberian
sanksi jika diperlukan.
Teori Y mendorong perluasan wawasan karyawan dan perbaikan kualitas SDM yang
berkelanjutan. Penerapan teori Y terbukti lebih menguntungkan daripada teori X
khususnya dalam perusahaan-perusahaan yang membutuhkan para profesional
berkeahlian tinggi.

4
Pengembangan teori Y ini terus diupayakan oleh para peneliti dan pakar manajemen di
masa kini. Misalnya seperti teori determinasi diri dan motivasi intrinsik oleh Deci dan
Ryan, teori kebutuhan McClelland, teori motivasi internal oleh Profesor Reiss, serta teori
Z yang kesemuanya memiliki fokus kepada kekuatan semangat bekerja dari dalam diri
manusia.
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya
kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat
karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan
perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta
memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak
harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.

2.2.3 Teori Z
Teori Z ini bukanlah ide dari McGregor dan merupakan pengembangan teori
manajemen yang meneliti kesuksesan perusahaan-perusahaan di Jepang yang ditulis oleh
William Ouchi seorang profesor terkemuka di bidang manajemen dan bisnis.
Namun teori Z mengkombinasikan teori XY dengan gaya kepemimpinan bisnis ala
Jepang dan mengharapkan karyawan selalu loyal atau memiliki kesetiaan yang tinggi
kepada organisasi. Teori Z bisa juga dibilang sebagai penyempurnaan dari teori Y dalam
memotivasi karyawan.
Negara Jepang terkenal sebagai negara yang produktivitasnya tergolong tinggi di
dunia, dengan perekonomian yang sangat kuat. Kesuksesan banyak perusahan di Jepang
dalam mengelola para pekerja menjadi dasar dalam menyusun teori Z untuk memotivasi
para karyawan di sebuah perusahaan untuk lebih produktif dan juga berkomitmen tinggi.
Teori Z ini memandang kebutuhan karyawan sebagai faktor pendorong motivasi kerjanya
tidak hanya sebatas pada kebutuhan fisik dan keamanan/kepastian saja. Kepedulian
perusahaan terhadap kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan mental-emosional-sosial-
spiritual karyawan sangat diperhatikan dalam mengaplikasikan teori Z ini.
Sesuai struktur yang lebih tinggi dalam hirarki kebutuhan Maslow, teori Z
memperhatikan pemenuhan kebutuhan karyawan untuk bersosialisasi, berkelompok,
mempererat hubungan dengan sesama rekan kerja dan perusahaan, serta menguatkan
kepercayaan diri yang akhirnya mendukung aktualisasi diri sang karyawan.

5
Menurut Ouchi, penerapan dari teori Z dalam perusahaan akan memberikan stabilitas
SDM (para karyawannya jarang yang berhenti, pindah kerja, atau berulah minta dipecat),
meningkatkan produktivitas dengan menaikkan level kepuasan kerja dan moral dari para
karyawan.
Karyawan menjadi sangat setia dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi
perusahaannya. Kedisiplinan dan kerja keras menjadi nilai-nilai yang membudaya di
dalam perusahaan selama manajemen dipercaya untuk selalu mendukung dan
memberikan kesejahteraan.
Teori Z juga meningkatkan kompetensi karyawan dengan rotasi pekerjaan dan pelatihan-
pelatihan yang intensif. Hal ini dilakukan agar karyawan yang promosi menjadi
pemimpin memiliki pengetahuan yang menyeluruh terhadap semua operasional
perusahaan dan akan mampu menggunakan teori Z untuk memotivasi semua
bawahannya khususnya para karyawan yang masih baru.

6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Memahami karakteristik dari para karyawan dan sifat pekerjaannya, serta jenis bisnis
yang dijalankan oleh perusahaan akan memberikan asumsi-asumsi sebagai dasar keputusan
untuk menggunakan teori motivasi yang tepat-guna. Khususnya jika ingin menggunakan
motivasi intriksik untuk para karyawan.
Pengamatan yang baik dan observasi yang teliti perlu dilakukan jika manajemen ingin
berhasil dalam memanfaatkan teori mana yang sesuai dengan tantangan yang ada dalam
pengelolaan SDM. Penentuan gaya kepemimpinan yang cocok dengan penerapan masing-
masing teori harus diputuskan jika perusahaan ingin memperoleh keuntungan yang maksimal.

Anda mungkin juga menyukai