Teori X dan Teori Y adalah teori motivasi manusia dan manajemen. Teori ini diciptakan dan
dikembangkan oleh Douglas McGregor di MIT Sloan School of Management pada tahun 1960an.
Teori ini menjelaskan kontras dua model motivasi tenaga kerja yang diterapkan oleh manajer dalam
manajemen sumber daya manusia, perilaku organisasi, komunikasi organisasi dan pengembangan
organisasi. Menurut model, dua set asumsi umum yang bertentangan bagaimana pekerja termotivasi
menjadi dasar dalam membentuk dua gaya manajerial yang berbeda. Teori X menekankan
pentingnya pengawasan ketat, imbalan eksternal dan hukuman, sedangkan Teori Y menyoroti peran
memotivasi kepuasan kerja dan mendorong pekerja untuk mendekati tugas tanpa pengawasan
langsung.
Teori X
Teori X didasarkan pada asumsi pesimis dari rata-rata pekerja. Gaya manajemen ini mengandaikan
bahwa karyawan rata-rata memiliki sedikit atau tidak punya ambisi, menghindarkan diri dari
pekerjaan atau tanggung jawab dan berorientasi pada tujuan individu. Umumnya, Teori X gaya
manajer percaya karyawan mereka kurang cerdas, malas atau bekerja semata-mata untuk
pendapatan. Karena sumsi ini, Teori X menyimpulkan tenaga kerja rata-rata lebih efisien di bawah
“hands-on” pendekatan manajemen. Manajer Teori X percaya bahwa semua tindakan harus
ditelusuri dan individu yang bertanggung jawab diberi hadiah langsung atau teguran sesuai dengan
hasil tindakannya. Gaya manajerial ini lebih efektif bila digunakan untuk memotivasi tenaga kerja
yang tidak termotivasi secara inheren untuk melakukan pekerjaan. Hal ini biasanya dilakukan di
profesi dimana promosi jarang terjadi dan dimana pekerja melakukan tugas yang sifatnya berulang.
2. Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih menyukai
diarahkan atau diperintah;
3. Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-masalah
organisasi;
4. Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja; dan
5. Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai tujuan lembaga
pendidikan.
Teori Y kontras dengan Teori X. Manajer Teori Y membuat asumsi bahwa orang-orang dalam angkatan
kerja termotivasi secara internal, menikmati kerja di perusahaan dan bekerja untuk memperbaiki diri
tanpa imbalan langsung. Karyawan Teori Y dianggap sebagai salah satu aset yang paling berharga
bagi perusahaan dan benar-benar mendorong kerja internal perusahaan. Teori Y menyatakan bahwa
karyawan tertentu berkembang pada tantangan yang mungkin dihadapi dan memperbaiki kinerja
pribadi. Pekerja cenderung mengambil tanggung jawab penuh atas pekerjaan mereka dan tidak
memerlukan pengawasan konstan untuk menciptakan kualitas dan standar produk yang lebih tinggi.
Karena perubahan drastic dibandingkan dengan Teori X, Teori Y manajer tertarik pada tingkat pekerja
yang lebih pribadi sebagai lawan hubungan lebih didasarkan konduktif. Akibatnya, pengikut Teori Y
mungkin memiliki hubungan yang lebih baik dengan atasan serta berpotensi memiliki suasana yang
sehat di tempat kerja.
Menurut McGregor, Teori X dan Y bukan ujung kontinum yang sama, melainkan dua kontinum yang
berbeda dalam diri mereka. Dalam rangka untuk mencapai produksi yang paling efisien , kombinasi
dari kedua teori mungkin tepat. Pendekatan ini berasal dari penelitian Fred Fiedler atas berbagai
gaya kepemimpinan yang dikenal sebagai teori kontingensi. Teori ini didasarkan paa 3 dimensi yaitu
hubungan pemimpin anggota, tingkat struktur tugas dan kekuasaan posisi pemimpin.
Teori X dan Teori Y ini pertama kali dijelaskan Douglas dalam bukunya. Judul buku itu adalah The
Human Side of Enterprise. Pada dasarnya, kedua teori ini merupakan cara mengatur pegawainya.
Yang pertama adalah otoriter, dan yang kedua adalah partisipatif.
Entah itu managermu atau mungkin kamu yang berada dalam posisi memimpin, coba perhatikan
gaya kepemimpinannya. Jika seorang manager percaya kalau stafnya tidak menyukai pekerjaan
mereka dan tidak termotivasi, maka menurut Douglas manager ini akan cenderung memimpin
dengan gaya otoriter.
Sebaliknya, jika seorang pemimpin percaya bahwa stafnya bangga dan menyukai pekerjaan mereka
serta melihat pekerjaan sebagai tantangan. Maka pemimpin seperti ini cenderung memiliki cara
kepemimpinan yang partisipatif. Pemimpin seperti ini akan mempercayai stafnya menyelesaikan
pekerjaan mereka.
Pendekatan seseorang dalam memimpin akan berdampak besar pada cara mereka memotivasi staf
lainnya. Inilah kenapa mengetahui cara kepemimpinan masing-masing menjadi penting. Agar seorang
pemimpin bisa mengatur cara kepemimpinannya dengan lebih baik.
Pemimpin yang termasuk dalam kategori X cenderung melihat pegawainya dari sisi yang pesimistis.
Mereka cenderung berasumsi bahwa pegawainya kurang termotivasi dan tidak suka kerja. Sehingga,
pemimpin dengan kategori X cenderung selalu memberi perintah, memberi hadiah dan juga
hukuman pada pegawainya. Ini untuk memastikan pegawai menyelesain tugas mereka.
Bekerja di organisasi dengan pemimpin kategori X bisa terasa repetitif. Pegawainya akan termotivasi
dengan pendekatan adanya hadiah atau penghargaan. Performa pegawai akan dipuji ataupun tidak
berdasarkan hasil akhir. Misalnya hasil produk atau angka penjualan. Pegawai cenderung dituntut
untuk selalu memenuhi target.
Menurut Douglas McGregor, organisasi dengan pemimpin kategori X cenderung memiliki tingkat
kepemimpinan yang berlapis. Mulai dari manager hingga supervisor. Mereka bertugas untuk
mengamati dan memerintah pegawai. Otoritas sangat jarang didelegasikan dan kontrol tetap ada di
pemimpin.
Memang, saat ini Teori X dalam sebuah organisasi acap kali dianggap kuno. Tapi cara kepemimpinan
semacam ini sulit dihindari, terutama dalam organisasi atau perusahaan besar. Ini karena organisasi
besar memiliki jumlah pegawai yang banyak disertai deadline yang super ketat.
Berikut ini beberapa ciri pemimpin dengan Teori X:
Bahkan pada bukunya yang terbit di tahun 1960-an, Douglas menyatakan bahwa gaya kepemimpinan
X kurang efektif. Organisasi dengan kategori X justru akan membuat pegawainya kurang termotivasi
dan kurang kreatif. Karena pegawai hanya akan bekerja sesuai dengan perintah atasan.
Pegawai yang bekerja di dalam organisasi Teori X pun cenderung hanya bekerja untuk memuaskan
pemimpin mereka. Tanpa terlalu mementingkan sisi kreativitas dan perkembangan diri sendiri. Tanpa
hadiah atau penghargaan, maka motivasi pun akan segera sirna.
Pemimpin yang termasuk dalam kategori Teori Y cenderung memandang pegawainya secara optimis.
Mereka melihat para pegawai dari sisi positif. Ini berpengaruh pada cara kepemimpinan mereka yang
tidak terpusat pada 1 figur. Pemimpin dengan kategori Y akan memotivasi untuk bekerjasama,
partisipatif, dan percaya pada pegawai dan timnya.
Para pegawai di dalam organisasi Y biasanya memiliki tanggung jawab yang lebih banyak. Pemimpin
akan memotivasi pegawai untuk mengembangkan kemampuannya. Pujian ataupun penghargaan juga
diberikan Tetapi ini tidak ditujukan untuk mengontrol staf, melainkan membuaka ruang komunikasi
agar lebih baik.
Menurut Douglas, Teori Y akan membuat pegawai tidak menjadi seperti mesin. Cara kerja seperti ini
lebih relevan dengan dunia kerja modern. Pegawai pun akan termotivasi untuk bekerja dalam jangka
waktu yang lebih lama. Metode kepemimpinan Y pun dianggap kian populer.
Saat ini, memang cara kepemimpinan Teori Y lebih disukai. Apalagi pegawai masa kini pun cenderung
lebih vokal dalam menyuarakan pendapat mereka. Berada di dalam organisasi yang hanya terus-
menerus mengikuti kontrol tentu akan sangat melelahkan.
Berikut ini beberapa ciri pemimpin yang masuk ke dalam Teori Y:
Cenderung menganggap para pegawai bahagia bekerja karena inisiatif mereka sendiri
Memberi kepercayaan lebih pada para pegawai untuk pekerjaan masing-masing
Memberi ruang pada para pegawai untuk memberi opini
Memberi ruang pada pegawai dalam mengambil keputusan, walaupun itu keputusan besar
sekalipun
Tidak terlalu mengontrol dan selalu memberi perintah
Memotivasi para pegawai untuk melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang menantang
Memberi ruang pada pegawai untuk lebih kreatif dan imajinatif dalam bekerja dan
menyelesaikan masalah organisasi
Melihat pegawainya sebagai pribadi yang potensial dan tidak malas sama sekali
Dengan cara kepemimpinan Teori Y, pegawai diberi kesempatan untuk memenuhi tujuan pribadinya
sekaligus tujuan organisasi. Perusahaan yang membutuhkan kreativitas sangat dianjurkan
menadaptasi jenis kepemimpinan ini. Agar para pegawainya bisa terus kreatif dan imajinatif, tanpa
merasa terlalu dikontrol oleh organisasi.
Di masa kini, persaingan semakin ketat. Termasuk juga di antara perusahaan. Kreativitas seringkali
lebih dibutuhkan agar bisa bertahan dan bersaing dengan organisasi lainnya. Jika diimplementasikan
dengan benar, Teori Y dapat terus membuat pegawainya termotivasi. Perusahaan pun bisa semakin
berkembang.
Namun, bagaimanapun juga Teori Y tetap membutuhkan kontrol yang pas dan pada porsinya. Jika
tidak, bisa jadi kerja pegawai pun menjadi terlalu bebas atau terkesan asal-asalan. Selain itu, tidak
semua orang bisa bekerja di bawah kepemimpinan ini. Ada pula pegawai yang bisa lebih bekerja di
bawah kontrol dan perintah yang jelas.
Biasanya memang pemimpin berusaha untuk menggabungkan kedua teori ini dalam memimpin.
Tetapi, bagaimanapun juga seorang pemimpin akan condong pada satu jenis kepemimpinan. Kedua
teori ini sama-sama bisa memotivasi para pegawai. Tetapi kesuksesannya tergantung pada
kebutuhan dan keinginan tim dan organisasi.
Untuk perusahaan baru, sangat dianjurkan menggunakan cara kepemimpinan dengan Teori X. Karena
di perusahaan baru, pegawai akan butuh lebih banyak panduan dalam bekerja. Saat terjadi krisis
dalam perusahaan baru pun lebih dibutuhkan kontrol untuk menyelesaikan masalah organisasi.
Namun, dalam organisasi yang mempekerjakan banyak ahli, Teori Y akan lebih sesuai. Para ahli biasa
bekerja dengan inisiatif dan kreativitas sendiri. Memberi terlalu banyak kontrol atau perintah akan
membuat mereka merasa tertekan. Ini malah akan membuat motivasi mereka turun dan tidak bisa
bekerja secara maksimal.
Kendala Teori X dan Teori Y
Kedua teori ini sama-sama memiliki tantangan tersendiri dalam aplikasinya. Teori X yang sangat ketat
bisa membuat para pegawai tidak termotivasi bekerja. Pegawai juga bisa menjadi tidak kooperatif
jika atasannya terlalu banyak mengontrol. Hal ini bisa berakibat pada pergantian pegawai yang tinggi.
Reputasi organisasi pun akan ikut terpengaruh.
Sementara Teori Y bisa juga membuat pegawai jadi kehilangan fokus. Hal ini karena kebebasan yang
diberikan kepada pegawai terlalu longgar. Pegawai yang kurang termotivasi juga bisa menggunakan
kesempatan ini untuk bermalas-malasan dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.
Kesimpulan
1. Teori X dan Teori Y merupakan salah satu teori motivasi manusia yang diciptakan dan
dibangun oleh Douglas Mc Gregor pada 1960-an.
2.