pekerja/orang lain dengan menggunakan pendekatan berbasis dan terpusat pada perilaku
manusia dengan menganalisis hal yang mendasari aktivitas temporarinya sesuai dengan
kebutuhan/motif pencapaian si pekerja. Dari hasil kemampuan untuk mengidentifikasi serta
pemetaan perilaku dan motif pekerja, para manager mampu memainkan peranannya dalam
mengorganisir ataupun memobilisasi produktiftias pekerja berdasarkan motif yang muncul
dari setiap pekerja. Dari peta perilaku ini pula dapat dibedakan produktifitas pekerja
berdasarkan keinginan-keinginan alamiahnya sebagai manusia. Secara pengertian yang
lebih mudah, behaviourist merupakan metoda yang mencoba menganalisis hubungan
motivasi pekerja dan produktifitas kerja.
Maslow hierarchy
Sebuah konsep manajemen berbasis pada analisis motif yang mendasari perilaku para
pekerja. Motif Maslow menunjukkan hirarki atau tingkatan-tingkatan kebutuhan sang
pekerja. Pada lapis pertama merupakan kebutuhan pemenuhan kebutuhan dasar, kemudian
kebutuhan rasa aman, kebutuhan cinta/memiliki, kebutuhan esteem/rasa ingin dihargai, dan
pada puncaknya manusia membutuhkan aktualisasi diri. Penjenjangan ini akan
mempengaruhi perilaku sang pekerja, sehingga manajemen dapat menempatkan perspektif
sistem yang diarahkan berdasarkan karakter atau sifat-sifat yang mendasari kebutuhan si
pekerja di masing-masing level.
Karena karakter manusia yang tidak menyukai bekerja, banyak orang harus dipaksa,
dikontrol, diarahkan, atau diperlakukan dengan ancaman hukuman untuk dapat
membuat mereka bekerja dengan kinerja yang diinginkan perusahaan untuk mencapai
target/tujuan perusahaan.
Manusia pada umumnya lebih suka untuk diarahkan, berharap untuk menghindari
tanggung jawab, memiliki ambisi yang kecil, dan menginginkan keamanan di atas
semuanya.
Usaha fisik dan mental yang dikeluarkan dalam bekerja adalah sama seperti saat
manusia bermain atau istirahat. Manusia pada umumnya tidak memiliki sifat tidak
suka bekerja.
Kontrol eksternal dan ancaman hukuman bukan satu-satunya cara untuk membuat
manusia mau berusahan secara maksimal untuk mencapai target/tujuan perusahaan.
Orang akan melakukan upaya sendiri untuk mampu bekerja dengan baik dan akan
mengontrol sendiri pekerjaan yang dikerjakannya.
Manusia pada umumnya mau belajar, dalam kondisi tertentu, bukan hanya untuk
menerima namun juga mau mencari tanggungjawab lebih.
Manusia cenderung memiliki keinginan untuk menjadi lebih mahir, pintar, dan kreatif
dalam mencari solusi permasalahan perusahaan. Sementara hanya sedikit saja yang
tidak memiliki keinginan tersebut.
Dalam kondisi kehidupan industri modern, potensi intelektual manusia pada umumnya
hanya dimanfaatkan secara parsial.
Frederick Herzberg
Menggambarkan hubungan antara atitude pekerjaan dan produktivitas.Dari sistem yang ada
muncul beberapa hal yang menetukan kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja. Hal-hal
yang menyebabkan ketidakpuasan kerja harus dituntaskan terlebih dahulu oleh pihak
managemen kemudian berkonsentrasi pada motivasi pekerja. Dalam bahasa yang lebih
mudah, Herxberg mengatakan lakukan terlebih dahulu kondisi pekerja
aman, warm dan safe kemudian membahas motivasi pada pekerja.
Teori ini seolah mengijinkan semua orang untuk memiliki persepsi tersendiri dan
membutuhkan dukungan serta pengujian terhadap validitasnya. Kelemahan dari teori
ini adalah pada level tertinggi pada hierarki kebutuhan tersebut, bahwa semua orang
membutuhkan aktualisasi diri. Pada level ini seolah tidak menimbulkan banyak
masalah tapi hal tersebut dikarenakan kebanyakan orang tidak memahami maksud
dari kebutuhan tersebut. Kebanyakan orang mungkin mengetahui bahwa ia
membutuhkan pangan, papan, atau kebutuhan pribadi lainnya, namun mereka
beranggapan bahwa mereka tidak membutuhkan aktualisasi diri atau bahkan mereka
tidak mengetahui bahwa mereka sedang mengaktualisasikan diri mereka. Hal ini
membuat terori maslow ini mengandung ambiguitas bagi sebagian orang untuk dapat
mendukung atau menolak, sehingga dengan demikian membuatnya mengijinkan
semua orang menginterpretasikan kebenarannya sendiri.