Disusun Oleh:
SARTIKA (A062182006)
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
Teori Psikologi dalam Akuntansi Manajemen
A. Teori Motivasi
Teori ini mengemukakan bahwa ada dua faktor yang dapat memberikan
kepuasan dalam bekerja. Kedua faktor tersebut adalah:
a. Faktor sesuatu yang dapat memotivasi (motivator). Faktor ini antara lain
adalah faktor prestasi (achievement), faktor pengakuan / penghargaan,
faktor tanggung jawab, faktor memperoleh kemajuan dan perkembangan
dalam bekerja khususnya promosi, dan faktor pekerjaan itu sendiri.
Faktor ini terkait dengan kebutuhan pada urutan yang tinggi dalam teori
Maslow.
Teori ini berpegang pada prinsip yang mengatakan “terdapat hubungan yang
erat antara pengertian seseorang mengenai suatu tingkah laku, dengan hasil
yang ingin diperolehnya sebagai harapan.” Dengan demikian berarti juga
harapan merupakan energi yang erat untuk melakukan suatu kegiatan, yang
karena terarah untuk mencapai sesuatu yang diinginkan disebut “usaha”.
Usaha di lingkungan para pekerja dilakukan berupa kegiatan yang disebut
bekerja pada dasarnya didorong oleh harapan tertentu. Usaha yang dapat
dilakukan pekerja sebagai individu dipengaruhi oleh jenis dan kualitas
kemampuan yang dimilikinya, yang diwujudkannya berupa keterampilan
atau keahlian dalam bekerja. Berdasarkan jenis dan kualitas
keterampilan/keahlian dalam bekerja akan diperoleh hasil, yang jika sesuai
dengan harapan akan dirasakan sebagai ganjaran yang memberikan rasa
kepuasan.
B. Teori Psikologi
Psikologi sosial, adalah suatu bidang dalam psikologi, tetapi memadukan konsep-
konsep baik dari psikologi maupun sosiologi yang memusatkan perhatian pada
perilaku kelompok sosial. Penekanan keduanya adalah pada interaksi antara
orang-orang dan bukan pada rangsangan fisik. Perilaku diterangkan dalam
hubungannya dengan ilmu sosial, pengaruh sosial dan ilmu dinamika kelompok.
Disamping itu para psikologi sosial memberikan sumbangan yang berarti dalam
bidang-bidang pengukuran, pemahaman, dan perubahan sikap, pola komunikasi,
cara-cara dalam kegiatan dapat memuaskan kebutuhan individu dan proses
pengambilan keputusan kelompok.
Sikap adalah suatu hal mengenai kecenderunagn bereaksi baik dengan cara
yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan secara konsisten pada
orang, objek, ide/gagasan, atau situasi. Istilah objek sikap digunakan untuk
menggabungkan seluruh objek terhadap seseorang yang mungkin bereaksi.
Sikap dipelajari, dibangun dengan baik, dan sulit untuk diubah. Seseorang
belajar tentang/ mendapat sikap dari pengalaman pribadi, orang tua, teman
sebaya, dan kelompok sosial.
a. Komponen Sikap
Teori Kebutuhan
Konsep hirarki kebutuhan tidak akan didukung dengan baik hanya dari
penelitian empiris. Hal ini terjadi karena di Amerika Serikat, dimana
banyak penelitian telah ada yang menghubungkan bahwa kebutuhan dasar
manusia adalah lebih pada kepuasan. Beberapa peneliti-peneliti bertanya
akan gagasan mengenai struktur kebutuhan manusia yang kompleks
dimasukkan dalam hirarki yang diinginkan. Kritik lainnya berpendapat
bahwa teori tersebut tidak dapat memprediksikan suatu prilaku.
Teori kebutuhan yang ketiga dalam motivasi yakni teori kebutuhan atas
penghargaan oleh McClelland yang mengemukakan semua motif,
termasuk kebutuhan untuk penghargaan yang sedang dipelajari.
Karenanya, waktu kritis untuk mengembangkan motivasi ini adalah sejak
kanak-kanak yang memungkinkan untuk pembelajaran struktur sampai
anak-anak, dan selanjutnya meningkatkan harapan mereka dan
mengembangkan kebiasaan bekerja untuk mengaktualisasikan
harapannya. Ketika kebutuhan akan penghargaan adalah penting bagi
kesuksesan bisnis, seseorang dengan posisi eksekutif yang tinggi juga
memiliki kebutuhan yang kuat untuk kekuasaan. Dengan demikian, teori
kebutuhan untuk penghargaan tidak membantu kita untuk menjelaskan
motivasi untuk semua orang dan seharusnya digunakan dalam kombinasi
bersama dengan teori lainnya untuk mengerti akan pemenuhan motivasi.
Teori 2 Faktor Hezberg berfokus pada dua bagian dari imbalan atas kerja;
yaitu upah yang berhubungan dengan kepuasan pekerjaan (pemotivasi)
dan yang berhubungan dengan ketidakpuasan pekerjaan (factor hygiene).
Pemotivator, yang berhubungan dengan bagian dari pekerjaan, termasuk
di dalamnya promosi, pengakuan, tanggung jawab, pekerjaannya, dan
potensi untuk pengaktualisasian diri. Faktor hygiene, yang berhubungan
dengan bagian dari pekerjaan, atau lingkungan dimana pekerjaan tersebut
dilakukan, termasuk di dalamnya keamanan dalam bekerja, gaji, aturan
perusahaan, kondisi kerja, dan hubungan personal dalam bekerja. Teori ini
bagi motivator dapat menghubungkan kepuasan kerja tapi juga
ketidakpuasan. Faktor hygienis berhubungan dengan kepuasan tetapi juga
ketidakpuasan. Dengan demikian, karyawan termotivasi oleh sesuatu
seperti pengakuan dan kemajuan dalam perusahaan. Peningkatan gaji
tidak akan memotivasi, itu hanya untuk melindungi ketidakpuasan kerja.
Teori Ekspektasi
3. Persepsi
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap
orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat
penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci
untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu
merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu
pencatatan yang benar terhadap situasi ( Miftah Thoha: 1996. hal.123).
4. Pembelajaran (Learning)
Pola pemikiran dan keprilakuan yang orang bawah ke dalam lingkungan kerja
mereka yang merefleksikan pengalaman, persepsi, dan motivasi mereka. Pola
keperilakuan ini bias sehingga tidak optimal terhadap organisasi. Untuk itu
perilaku akuntan harus akrab dengan hal yang bersifat prinsip dengan teori
pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses di mana perilaku yang baru
terjadi sebagai hasil motivasi, pengalaman, dan pengulangan pada respon
untuk situasi tertentu. Kombinasi motivasi, pengalaman, dan terjadi
pengulangan dalam bentuk kondisi klasik dan operasional
Pavlov mengamati anjing yang mengeluarkan air liur tidak hanya ketika
makan tetapi juga ketika mereka mengamati makanan. Makanan yang
tidak sesuai dengan kondisi lingkungan menyebabkan tanggapan
keperilakuan yang tidak sesuai terjadi. Pada pengalamannya, Pavlov
pertama kali membunyikan bel kemudian memberi makan anjing. Pertama
anjing hanya mengeluarkan air liur ketika diperlihatkan makanan. Tetapi
setelah perlakuan demikian dilakukan berulang-ulang, anjing akhirnya
mengeluarkan air liur pada saat bel berbunyi. Pada kasus ini bel
(ransangan) diikuti dengan respon yang sesuai kondisi. Hubungan antara
sebuah ransangan dengan respon yang sesuai kondisi disebut Classical
Conditioning.
b. Operant Conditioning
5. Kepribadian
Penentu Kepribadian
b. Lingkungan
Di antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian
adalah budaya dimana seseorang dibesarkan, pengondisian dini, norma-
norma di antara keluarga, temam-teman, dan kelompok-kelompok social,
serta pengaruh lain yang dialmi.
c. Situasi