a. Definisi Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberikan kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-
faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu. Dalam organisasi motivasi mempunyai
peranan penting, karena ia menyangkut langsung pada unsur manusia. Motivasi yang tepat akanmampu memajukan dan mengembangkan organisasi.
Unsur manusia dalam organisasi terdiri dari dua kelompok orang yaitu orang yang memimpin (manajer) dan orang yang dipimpin (pegawai/ pekerja).
Masalah motivasi dalam organisasi menjadi tanggung jawab manajer untuk mencipta, mengatur dan melaksanakannya. Oleh karena itu sesuai dengan
sifat motivasi maka manajer harus dapat menciptakan motivasi yang mampu menumbuhkan motif orang-orang sehingga mau berbuat sesuai dengan
kehendak organisasi. Motivasi dalam organisasi kerja ditinjau dari segi perannya ada dua macam, yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi
positif adalah motivasi yang menimbulkan harapan yang sifatnya menguntungkan atau menggembirakan bagi pegawai, misalnya gaji, fasilitas, karier,
jaminan hari tua, jaminan kesehatan, jaminan keselamatan dan semacamnya. Sedangkan motivasi negatif ialah motivasi yang menimbulkan rasa takut,
misalnya ancaman, tekanan, intimidasi dan sejenisnya. Dengan motivasi negatif, orang pun dapat digerakkan melakukan sesuatu yang diinginkan oleh
pihak yang memotivasi, namun hal ini tidak akan dapat dipertahankan secara kontinue, sebab unsur-unsur ancaman, tekanan atau intimidasi itu
berlawanan dengan hak asasi manusia, termasuk juga hak asasi pegawai. Akan tetapi dalam batas-batas tertentu memang motivasi negatif diperlukan
agar terdapat kontinuitas pekerjaan, membawa orang ke arah takut dihukum karena melanggar aturan. Jadi motivasi negatif diperlukan dengan tujuan
agar orang berbuat/ bekerja dengan baik memenuhi ketentuan organisasi, bukan ditujukan agar orang mau bekerja.
Ditinjau dari segi perwujudannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu materil dan non-materil. Motivasi materil misalnya
uang, kertas berharga atau barang/benda apa saja yang dapat menjadi daya tarik. Barang-barang yang bersifat fisik materil seperti itu dalam bidang
pembinaan kepegawaian disebut insentif (perangsang). Sedangkan yang bersifat non-materil (non fisik) tidak ada istilah lain, tetap memakai kata
motivasi. Di antara jenis-jenis perangsang tersebut, uang menduduki tempat penting karena ia menjadi insentif paling populer dalam bentuk misalnya
gaji, upah, premi, bonus, jasa produksi, tunjangan dan sederetan nama lain yang wujudnya adalah uang. Meskipun demikian uang bukanlah satu-
satunya insentif dalam pekerjaan bahkan dalam kehidupan pada umumnya, karena ada insentif lain yang juga cukup menarik dalam organisasi kerja,
misalnya penyediaan makan siang, pemberian pakaian kerja (terutama untuk pekerja lapangan), pemberian natura, penyediaan barang keperluan sehari-
hari. Motivasi non materil seringkali mempunyai daya tarik lebih besar dari pada beberapa jenis motivasi materil/fisik, bagi orang-orang tertentu.
b. Teori-teori Motivasi
Menurut teori Hasibuan, yang mengatakan bahwa teori motivasi mempunyai sub variabel yaitu motif, harapan dan insentif, adapun
pengertiannya adalah :
1) Motif (motif) adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Setiap motif mempunyai tujuan tertentu
2) Harapan (expectancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena prilaku untuk tercapainya tujuan.
3) Insentif (incentive) yaitu memotivasi (merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah (imbalan) kepada mereka yang berprestasi di atas
prestasi standar. Karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja.
Dari berbagai macam definisi motivasi, Stanford (1970), mengatakan bahwa ada tiga point penting dalam pengertian motivasi yaitu
hubungan antara kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul karena ada sesuatu yang kurang dirasakan oleh seseorang, baik fisiologis
maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi, sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi.
Stoner & Freeman (1995), mengatakan motivasi menurut bentuknya terdiri dari :
1) Motivasi intrinsik : yaitu motivasi yang datangnya dari dalam diri individu.
3) Motivasi terdesak : motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya serentak serta menghentakkan dan cepat sekali.
Teori isi motivasi berfokus pada faktor atau kebutuhan seseorang yang menguatkan, mengarahkan, mempertahankan dan menghentikan
prilaku. Berikut akan dibahas tiga teori motivasi yaitu Teori Hirarki Kebutuhan Maslow, Teori Prestasi, Teori ikatan dan Teori Kekuatan dari
Teori kebutuhan Maslow sering digunakan keperawatan untuk mengerti perilaku manusia. Perawat sama dengan manusia lain,
mempunyai kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri dan aktualisasi diri. Teori ini didasari oleh asumsi bahwa manusia tidak
pernah puas, artinya jika kebutuhan fisiologis terpenuhi maka individu termotivasi untuk memenuhi kebutuhan berikutnya, demikian
seterusnya. Penjelasan ini memberikan dampak pada pengelola keperawatan bahwa motivasi harus terus menerus digerakkan, tidak berhenti
pada satu pencapaian, tetapi terus bergerak pada pencapaian yang lebih tinggi. Pengelola harus membuat program motivasi yang dinamis
dan berkelanjutan.
McCelland mengemukakan bahwa kebutuhan mencapai prestasi tertentu merupakan pendorong yang kuat untuk melebihi apa yang
Karakteristik individu yang ingin prestasi tinggi adalah mempunyai tujuan realistis, senang aktivitas pemecahan masalah,
menyukai umpan balik yang kongkrit tentang penampilannya, senang menghadapi tantangan dan bertanggung jawab. Jika individu seperti
ini ditempatkan pada unit yang monoton, statis, maka akan menurunkan penampilan kerja.
Individu membutuhkan ikatan, misalnya sahabat, kasih sayang dan rasa dimiliki dan memiliki. Individu yang membutuhkan ikatan
interpersonal yang tinggi menginginkan unit kerja yang selalu ada interaksi.
Individu ingin mengontrol orang lain dan sering menolak pengawasan terhadap dirinya. Jika ditemukan pekerja yang selalu ingin
mengontrol, maka posisinya harus disesuaikan misalnya posisi yang perlu mempengaruhi orang lain. Menurut penelitan Mc Celland,
program pelatihan dapat meningkatkan motivasi pekerja pada berbagai area pekerjaan.
Herzberg mengemukakan bahwa motivasi identik dengan kepuasan kerja. Kepuasan dan ketidak puasan kerja tidak berada dalam
satu kontinum, namun keduanya merupakan hal yang berbeda khususnya dalam hal penyebab atau faktor yang mempengaruhi.
Faktor ekstrinsik disebut juga faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan kerja atau faktor yang dapat mempertahankan
pekerja.Jika faktor ini ada maka dapat dicegah ketidakpuasan kerja, tetapi tidak berarti kepuasan kerja sudah dicapai. Kepuasan kerja
(a) Gaji,Supervisi,Hubungan dengan atasan,Hubungan dengan teman kelompok,Hubungan dengan bawahan,Peraturan dan
(2) Faktor Intrinsik: Faktor Intrinsik disebut juga faktor “motif” atau pendorong. Jika faktor intrinsik ada maka pekerja dapat mencapai
kepuasan kerja, tetapi tidak berarti jika tidak ada akan terjadi ketidakpuasan.
Faktor-faktor intrinsik adalah : Pencapaian, Penguatan (reinforcement),Tanggung jawab,Peningkatan status,Tugas itu sendiri,
Kemungkinan berkembang
c. Proses Theories of Motivation (Teori Proses Motivasi): Teori proses motivasi berfokus pada cara mengontrol atau mempengaruhi seseorang. Berikut
akan dibahas empat teori yang membahas proses terjadinya motivasi yaitu penguatan (reinforcement), pengharapan (expectancy), keadilan (equity),
perilaku mempengaruhi diulang atau tidak suatu perilaku.Perilaku yang memuaskan harus dikuatkan dan dipuji untuk meningkatkan dorongan
mengulang perilaku tersebut. Contoh : seseorang siswa melakukan praktek menyuntik dan pasien mengatakan “sedikit pun tidak sakit”, lalu
klinikal instruktur mengatakan “anda melakukannya dengan baik”. Kedua pujian ini merupakan konsekuensi yang memuaskan dari perilaku
siswa. Konsekuensi yang memuaskan hanya timbul jika perilaku yang ditampilkan memuaskan.Setiap kali konsekuensi ini timbul maka perilaku
semakin dikuat. Pujian yang diberikan pada seseorang jika ia berperilaku positif disebut penguatan positif ( positive reinforcement). Masih ada
penguatan lain yaitu penguatan negatif, hukuman dan peniadaan (extinction). Namun yang dianjurkan, yang paling mudah dan paling efektif
2) Teori Pengharapan (Expectancy): Pengharapan adalah tingkat penampilan tertentu mungkin terwujud melalui usaha tertentu. Individu akan
memilih alternatif usaha yang memungkinkan hasil yang paling baik. Teori ini meyakini bahwa individu termotivasi oleh harapan hasil yang akan
datang.
3) Teori Keadilan (Equity): Keadilan adalah usaha atau kontribusi yang diberikan, dihargai sama dengan penghargaan pada orang lain. Yang
termasuk kontribusi adalah kemampuan, pendidikan, pengalaman dan usaha. Sedangkan penghargaan adalah gaji, penghargaan, fasilitas. Menurut
Sullivan (2016), perlakuan yang adil tidak akan merubah perilaku tetapi perilaku yang tidak adil akan merubah perilaku. Penelitian tentang
keadilan banyak berfokus pada gaji. Dengan banyaknya dibuka rumah sakit swasta, dimana konstribusi sama namun penghargaan (gaji) tidak
sama dapat mengakibatkan perubahan perilaku pada perawat atau tenaga lain.
4) Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting) :Penelitian menggambarkan bahwa penetapan tujuan yang spesifik menghasilkan tingkat penampilan yang
Tujuan hendaknya mempunyai 5 komponen yaitu SMART :Spesifik ,Measurable ,Achievable,Realistik, dan ,Time bound (Batasan waktu).
Pendapat dari Gilmer (2015), bahwa bekerja itu merupakan proses fisik maupun mental manusia dalam mencapai tujuannya. Mangkunegara
(2011) mengatakan, motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang
a) Prinsip partisipasi:Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang
b) Prinsip komunikasi:Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi
c) Prinsip mengakui andil bawahan:Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil di dalam usaha pencapaian tujuan.
d) Prinsip pendelegasian wewenang:Pemimpin akan memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu
dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk
e) Prinsip memberi perhatian: Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahannya, dan bawahan akan
a. Delegasi bukan suatu sistem untuk mengurangi tanggung jawab. Tetapi suatu cara untuk membuat tanggung jawab menjadi bermakna. Manajer
keperawatan sering melimpahkan tanggung jawabnya kepada staf dalam melaksanakan asuhan kepada klien. Misalnya, dalam penerapan model asuhan
keperawatan primer, seorang perawat primer (PP) melimpahkan tanggung jawabnya dalam melimpahkan tanggung jawabnya dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada perawat assosiate (PA). Perawat priimer memberikan tanggung jawab yang penuh dalam merawat klien yang dilimpahkan.
b. Tanggung jawab dan otoritas harus didelegasikan secara seimbang perawat primer menyusun tujuan tindakan keperawatan klien. Tanggung jawab
untuk melaksanakan tujuan atau rencana dilimpahkan kepada staf yang sesuai/menguasai kasus yang dilimpahkan, kemudian PP melimpahkkan
wewenang kepada PA untuk mengambil semua keputusan menyangkut keadaan klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses tersebut
harus meliputi :
3) Mendidik dan memberikan pelatihan supaya tugas dapat dilaksanakan dengan aman dan kompeten.
7) Proses komunikasi tentang keadaan klien antara ners dan penerimaan lintas
8) Proses pelimpahan membuat seseorang melaksanakan tanggung jawabnya, mengembangkan wewenang yang dilimpahkan dan mengembangkan
5) Konsep tentang dukungan perlu diberikan kepada semua anggota. Dukungan yang penting adalah menciptakan suasana yang asertif. Setelah PA
melaksanakan tugas yang dilimpahkan maka Ners (PP) harus menunjukkann rasa percaya kepada PA untuk melaksanakan asuhan keperawatan
secara mandiri. Jika masalah timbul, maka Ners harus selalu menanyakan “apa yang bisa kita lakukan”. Empowering meliputi pemberian
wewenang seseorang untuk melaksanakan tugas secara kritis otonomi, menciptakan kemudahan dalam melaksanakan tugas dan membangun suatu
Untuk ikut terlibat aktif, maka penerimaan tugas limpah harus dapat menganalisis otonomi yang dilimpahkan. Keterbukaan akan mempermudah
c. Supervisi: Supervisi dalam praktik keperawatan profesional adalah suatu proses pemberian berbagai sumber yang dibutuhkan perawat untuk
menyelesaikan tugas-tugas dalam mencapai tujuan organisasi. Supervisi dapat dibedakan ke dalam dua katagori yaitu :Tugas teknis& Tugas manejerial
Hampir semua tugas teknis didelegasikan oleh supervisor kepada stafnya. Meskipun demikian, tugas manajerial tidak dapat didelegasikan
semuanya, karena tugas tersebut memerlukan supervisi dan pemberian wewenang. Misalnya, staf dapat menyusun suatu perencanaan anggaran
pembelian adan kegiatan yang lainnya, tetapi tugas untuk membuat persetujuan, rekomendasi, pelaksanaan masih merupakan hak wewenang seorang
supervisor.
a. Konsep konflik
1) Definisi konflik: Menurut William Shakesper (2005), konflik dikenal sebagai suatu fenomena alami yang memperkuat organisasi dengan
menyampaikan pendapat-pendapat yang berbeda dan menyelesaikan : paham golongan (Sodon. 2017). Menurut pandangan ini, konflik lebih
memilih pengaruh untuk memperbantukan daripada memecah belah tenaga kerja. Konflik juga berarti satu alat dimana suatu kelompok minoritas
yang program di dalam tenaga kerja dapat meyakinkan kelompok mayoritas yang tradisional, yang mengawasi jalannya keorganisasian untuk
manusia karena kegagalan memenuhi kebutuhan, dasar menciptakan permusuhan. Interaksi lebih mudah menimbulkan konflik adalah hubungan
yang dicirikan dengan adanya persaingan, penguasaan dan hasutan. Manakala keadaan mempengaruhi konflik antara individu atau kelompok,
beberapa macam perubahan biasanya mempercepat tingkah laku konflik. Manajer menempatkan orang yang rawan konflik sebagai akibat dari
kegiatan-kegiatan : manajer perawat diharapkan dapat menjadi agen-agen perubahan : Apabila seorang manajer perawat mengadakan perubahan ia
3) Jenis-Jenis Konflik
a) Intrapersonal. : Konflik yang terjadi pada individu sendiri.Keadaan ini merupakan masalah internal untuk mengklasifikasi nilai dan keinginan
dari konflik yang terjadi. Hal ini sering dimanifestasikan sebagai akibat dari kompetisi peran. Misalnya, manajer mungkin merasa konflik
intrapersonal dengan loyalitas terhadap profesi keperawatan, loyalitas terhadap pekerjaan dan loyalitas kepada pasien. Konflik interpersonal
terjadi antara dari orang atau lebih dimana nilai, tujuan dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang secara konstan
berinteraksi dengan orang lain sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan. Manajer sering mengalami konflik/lengan teman sesama manajer,
4) Proses Konflik
a) Konflik Laten: Tahapan konflik yang terjadi terus menerus (laten) dalam suatu organisasi. Misalnya, kondisi tentang keterbatasan staf dan
perubahan yang cepat. Kondisi tersebut memicu pada ketidakstabilan suatu organisasi dan kualitas produksi, meskipun konflik yang ada
b) Felt Konflik(Konflik yang dirasakan): Konflik yang terjadi karena adanya suatu yang dirasakan sebagai ancaman, ketakutan, tidak percaya,
dan marah. Konflik ini disebut juga sebagai konflik "affective". Hal ini penting bagi seseorang untuk menerima konflik dan tidak
c) Konflik yang nampak/sengaja dimunculkan: Tindakan yang dilaksanakan mungkin menghindar, kompetisi, debat atau mencari penyelesaian
konflik. Setiap orang secara tidak sadar belajar menggunakan kompetisi, kekuatan dan agresivitas dalam menyelesaikan konflik dalam
perkembangannya. Sedangkan penyelesaian konflik dalam suatu organisasi, memerlukan suatu upaya dan strategi untuk mencapai tujuan
organisasi. Resolusi Konflik adalah suatu penyelesaian masalah dengan cara memuaskan semua orang yang terlibat di dalamnya dengan
prinsip "win-win solution". Konflik "aftermath".Konflik yang terjadi akibat dari tidak terselesaikannya konflik yang pertama. Konflik ini
akan menjadi masalah besar kalau tidak segera diatasi atau dikurangi penyebab dari konflik yang utama.
5) Mengatasi Konflik: Peran adalah sekumpulan tingkah laku" yang diharapkan yang berhubungan dengan kedudukan yang diberikan. Peran konflik,
membuat para pegawai tidak mampu berfungsi secara efektif sehingga menciptakan. Kesalahpahaman dengan para supervise dan rekan sekerja.
Peran perselisihan, atau perselisihan pendapat antara pekerja dan yang, lainnya mengenai tanggung jawab pekerjaan, menyebabkan ketidakpuasan,
Semakin besar jumlah jabatan di dalam tenaga kerja, perselisihan pendapat mengenai peran tingkah laku yang diharapkan semakin, biasa
terjadi. Di dalam organisasi kesehatan, meningkatnya jumlah tingkatan peran menimbulkan ketidakpastian dan mempengaruhi konflik di antara
pekerja. Ketika keperawatan utama tenaga keperawatan tim sebagai metode penugasan perawatan. Penyebab emosional meliputi rasa tidak
percaya, takut, penolakan, amarah dan ketidakcocokan karena mudah tersinggung antar anggota.
Alasan yang diakui atas konflik perseorangan adalah keinginan untuk memperoleh informasi tentang orang yang tidak dikenal
sebelumnya. Dalam banyak kasus, konflik perseorangan didalam lembaga kesehatan disebabkan oleh ketidakseimbangan kekuasaan. Meskipun
setiap pegawai di dalam organisasi memiliki kekuasaan untuk menggeser orang-orang tertentu namun kekuatan dan tingkat pengaruh interpersonal
mereka berbeda.
6) Pengaruh-Pengaruh Konflik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik membantu fungsi pemeliharaan suatu kelompok dengan cara membersihkan udara yang
membuat orang marah yang apabila tidak diungkapkan akan mengganggu persatuan kelompok dan menghalangi komunikasi (Bales, 2007).
Jan (2016), menyarankan bahwa pimpinan keorganisasian dapat mengurangi konflik secara efektif dengan merubah konflik persoalan
tunggal menjadi konflik persoalan yang banyak. Di dalam konflik persoalan tunggal, yang berselisih menetapkan diri mereka sendiri berada, di
sisi berlawanan dari persoalan tunggal tersebut, maka penyelesaian konflik menang-kalah sangat mungkin terjadi. Di dalam konflik persoalan
7) Manajemen Konflik, Kolaborasi dan Negosiasi: Marquis & Huston (1998) mendefinisikan konflik sebagai masalah internal dan eksternal yang
terjadi sebagai akibat dari perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua orang atau lebih. Littlefield (1995) mengatakan bahwa konflik
dapat dikategorikan sebagai suatu kejadian atau proses. Sebagai suatu kejadian, konflik terjadi dari suatu ketidaksetujuan antara dua orang atau
organisasi dimana seseorang tersebut menerima sesuatu yang akan mengancam kepentingannya.
Sebagai proses, konflik dimanifestasikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang dilakukan oleh dua orang atau kelompok dimana setiap
orang atau kelompok berusaha menghalangi atau mencegah kepuasan dari seseorang. Sumber-sumber konflik di organisasi dapat ditemukan pada
kekuasaan, komunikasi, tujuan seseorang dan organisasi, ketersediaan sarana, perilaku kompetisi dan personaliti dan peran yang membingungkan.
Sebagai manajer keperawatan konflik sering terjadi pada setiap tatanan asuhan keperawatan. Oleh karena itu manajer harus mempunyai dua
asumsi dasar tentang konflik, meliputi : (1) Konflik adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam suatu organisasi, (2) Jika konflik dapat kelola
dengan baik, konflik dapat menghasilkan suatu kualitas produksi penyelesaian yang kreatif dan berdampak terhadap peningkatan dan
pengembangan.
Di sini peran manajer sangat penting dalam mengelola konflik dengan menciptakan lingkungan dengan menggunakan konflik yang
konstruktif dalam pengembangan, peningkatan dan produktivitas. Jika konflik mengarah ke suatu yang menghambat dalam suatu organisasi, maka
manajer harus mengenali sejak awal dan secara aktif melakukan intervensi supaya produktivitas dan motivasi terkena efek. Belajar menangani
a) Pengkajian
b) Analisa Situasi
Identifikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan. Setelah fakta dan memvalidasi semua perkiraan melalui pengkajian lebih
mendalam. Kemudian siapa yang terlibat dan peran masing-masing. Tentukan jika situasinya dapat dirubah.
d) Menyusun Tujuan
(1) Identifikasi
Hindari suatu respon emosional: marah, dimana setiap orang mempunyai respon yang berbeda terhadap kata-kata, ekspresi, dan
tindakan.
(3) Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik Identifikasi hasil yang positif yang akan terjadi
e) Intervensi
Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik memerlukan strategi yang berbeda-beda. Seleksi metode yang paling
Suatu strategi penyelesaian konflik dimana: semua yang terlibat saling menyadari dan sepakat tentang keinginan bersama.
Penyelesaian strategi ini sering diartikan sebagai "lose-lose situation" Kedua unsur terlibat menyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat.
Didalam manajemen keperawatan strategi ini sering digunakan oleh midie-dan top manajer keperawatan.
b) Kompetisi
Strategi ini dapat diartikan sebagai “win-lose” penyelesaian konflik. Penyelesaian ini menekankan bahwa hanya ada satu orang
atau kelompok yang menang tanpa mempertimbangkan yang kalah.Akibat negatif dari strategi ini adalah kemarahan, putus asa dan
c) Akomodasi
Istilah yang lain sering digunakan adalah “cooperative”, konflik ini berlawanan dengan kompetesi. Pada strategi ini seseorang
berusaha mengakomodasi permasalahan-permasalahan dan memberi kesempatan orang lain untuk menang. Masalah utama pada strategi
sebenarnya tidak terselesaikan. Strategi ini biasanya sering digunakan dalam suatu politik untuk merebut sesuatu kekuasaan dengan berbagai
konsekuensinya.
d) Smoothing: Penyelesaian konflik dengan mengurangi komponen emosional dalam konflik. Pada strategi ini individu yang terlibat dalam
konflik berupaya mencapai kebersamaan daripada perbedaan dengan penuh kesadaran dan introspeksi diri. Strategi ini bisa ditetapkan pada
konflik yang ringan, tetapi uncuk konflik yang besar misalnya persaingan pelayanan/hasil produksi dan tidak dapat dipergunakan.
e) Menghindar: Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari tentang masalah yang dihadapi tetapi memilih untuk
menghindar atau tidak menyelesaikan masalahnya.Strategi ini biasanya dipilih bila ketidaksepakatan adalah membahayakan kedua pihak,
biaya penyelesaian lebih besar dari pada menghindar, atau masalah perlu orang ketiga dalam menyelesaikannya atau jika masalah dapat
f) Kolaborasi: Strategi ini merupakan strategi win-win solotion.Pada kolaborasi, kedua unsur yang terlibat, menentukan tujuan bersama dan
bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan. Karena keduanya meyakini akan tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan, masing-masing
meyakininya. Strategi kolaborasi tidak akan bisa berjalan bila kompetisi insentif sebagai bagian dari situasi tersebut, kelompok yang terlibat
tidak mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan tidak adanya kepercayaan dari kedua kelompok/seseoarang (Bowdjtch &
Buono 2009).
g) Negosiasi: Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi dan pada organisasi negosiasi juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang
kompetitif (Marquis Shuston, 2003). Negosiasi sering dirancang sebagai suatu pendekatan kompromi jika digunakan sebagai strategi
menyelesaikan konflik. Selama negosiasi berlangsung, masing-masing yang terlibat menyerah dan lebih menekankan pada mengakomodasi
Smeltzer (2000) mengidentifikasi 2 tipe dasar negosiasi : 1) Kooperatif (setiap orang menang) dan 2) Kompetitif (hanya satu orang
yang menang). Satu hal yang penting dalam negosiasi bahwa salah satu pihak menghendaki adanya perubahan hubungan yang berlangsung
dengan meningkatkan hubungan yang lebih baik. Jika kedua pihak menghendaki adanya suatu perubahan, maka hal ini merupakan cara
kooperatif yang baik. Jika hanya salah satu pihak yang menghendaki maka akan muncul adanya suatu persaingan.
Meskipun dalam negosiasi ada unsur yang menang dan kalah antara kedua belah pihak, maka sebagai negotiator, penting untuk :
(1) Memaksimalkan kemenangan kedua pihak untuk mencapai tujuan bersama.,Meminimalkan kekalahan, dan bagi yang kalah tetap
dapat mengikuti tujuan bersama,Membuat kedua belah pihak merasa puas terhadap hasil negosiasi.
Tiga kriteria harus dipenuhi sebelum manajer setuju untuk memulai proses negosiasi :,Masalah harus dapat/
tersosialisasi,Negotiator harus tertarik terhadap "take and give" selama proses dan 3 Mereka harus saling percaya Smeltzer (2000).
didapat maka semakin besar kemungkinan untuk menawarkan negosiasi., Dimana manajer harus memulai. Kriteria tugas manajer
adalah melakukan kompromi, maka mereka harus memilih tujuan yang utama. Tujuan tersebut sebagai masukan dari tingkat bawah.
,Memilih alternatif yang terbaik/rentang sarana dan prasarana. Efisiensi dan efektifitas terhadap penggunaan waktu, anggaran, dan
pegawai yang terlibat perlu juga diperhatikan oleh manajer.,Mempunyai agenda yang disembunyikan. Suatu agenda negosiasi yang
Ada beberapa strategi dan cara yang perlu dilaksanakan dalam menciptakan kondisi yang persuasif, asertif, dan komunikasi
terbuka:
(1) Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil suatu penelitian, Dengarkan dengan seksama dan perhatikan respon nonverbal
yang nampak ,Berfikirlah positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternatif informasi yang disampaikan,Upayakan untuk
memahami pandangan apa yang disampaikan lawan bicara Anda. Konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya memberikan persetujuan,
Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalah-masalah pribadi yang disampaikan pada saat negosiasi,Hindarkan
untuk menyalahkan orang lain terhadap konflik yang terjadi,Jujur,Usahakan bersikap bahwa Anda memerlukan suatu penyelesaian
yang terbaik, Jangan langsung menyetujui terhadap solusi yang ditawarkan, tetapi berfikir dan mintalah waktu untuk
menjawabnya,Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi berlangsung, istirahat sebentar. Dengarkan dan
tanyakan tentang pendapat yang Anda belum begitu memahami (Smeltzer, 2001).
BOR yaitu persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu.Indikator ini menggambarkan tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan dari
Cara Menghitung Average Length Of Stay (AVLOS). AVLOS yaitu rata-rata lama dirawat seorang pasien. Indikator ini menggambarkan tingkat
Jumlah h ariperawatanpasienkeluar
Rumus :
Jumlahpasienkeluar (h idupataumati)
c. Penghitungan frekuensi pemakaian tempat tidur
Cara Menghitung Bed Turn Over (BTO). BTO yaitu pemakaian frekuensi tempat tidur dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya selama satu tahun,
TOI yaitu rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat pasien pulang sampai dengan saat terisi berikutnya. Indikator ini menggambarkan tingkat
efisiensi penggunaan temapt tidur. Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1-3 hari (Nursalam, 2012).
Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut
Douglas (1984), Lavoridge & Cummings (1996), dinyatakan oleh Nursalam (2010), klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu:
a. Perawatan minimal, memerlukan waktu 1 –2 jam / 24 jam,Perawatan intermediet, memerlukan waktu 3-4 jam / 24 jam, Perawatan maksimal atau total,
Dalam suatu penelitian Douglas (1975), dikutip oleh Nursalam (2010), tentang tenaga perawat di rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang
dibutuhkan pada pagi, sore dan malam tergantung pada tingkat ketergantungan pasien seperti pada tabel di bawah ini :
KLASIFIKASI PASIEN
Jumlah
Pasien Minimal Parsial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
b. Sistem Penjadwalan
Menurut Geraldene Felson (2015), penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian. Apabila kepegawaian adalah penghimpunan dan
persiapan pekerja yang dibutuhkan untuk melakukan misi dan sebuah, organisasi, penjadwalan adalah, penentuan pola jam kerja dan libur mendatang
Terdapat beberapa langkah jitu diambil dalam menentukan, waktu masa libur kerja anggota staf. Pertama, setelah menganalisa jadwal kerja
dan rutinitas unit, manajer perawat harus menentukan jam maksimal dan minimal beban kerja untuk memutuskan kebutuhan jam sibuk dan kurang
sibuk bagi pekerja dari masing-masing kategori. Kedua, untuk kepentingan pribadi, yaitu jabatan yang dianggarkan dan diisi, manajer harus
menentukan, pola jam kena masuk dan libur apa yang akan disediakan kesejumlah personil yang diprogram dan kategori personil ke unit tersebut untuk
masing-masing jam setiap hari. Ketiga, ia harus memberikan waktu masuk dan libur masing-masing pekerja untuk sepanjang hari agar dapat
mengelompokkan seluruh staf ke dalam konfigurasi yang mantap ke empat, ia harus memeriksa jadwal yang telah selesai tersebut untuk mencari
kesalahan-kesalahan seperti nama yang tidak tercantum, persetujuan hari libur atau liburan yang tidak disediakan, kekurangan sejumlah personil
selama periode waktu tertentu, dan penggabungan personil yang tidak pantas pada hari-hari akhir pergiliran tertentu.
Kelima, ia harus menjamin persetujuan jadwal yang diajukan dari manajer keperawatan yangtetap atau direktur (langkah ini bisa dihilangkan
di dalam organisasi dengan wewenang keputusan desentralisasi). Ke enam, ia harus memasang jadwal untuk memberitahu anggota staf dalam jam kerja
yang ditugaskan untuk beberapa minggu ke depan. Ketujuh, ia harus memperbaiki dan memperbaharui jadwal tersebut setiap hari untuk membawa
sejumlah staf sejajar dengan perubahan team menerus beban kerja di dalam unit tersebut. Ke delapan, ia harus meninjau dan menganalisa jadwal dan
kebijaksanaan secara tetap untuk mengenali masalah susunan kepegawaian yang perlu diubah di dalam jadwal utama.
Walaupun penjadwalan hanyalah satu trick dari fungsi kepegawaian, penjadwalan adalah hal yang sangat penting turut produktivitas unit dan
moral pegawai. Mungkin halnya bagi seorang manajer, dengan menggunakan metode rekayasa dan komputerisasi, untuk menentukan dengan ketepatan
jumlah masing-masing kategori pekerja yang akan dibutuhkan guna merawat sejumlah pasien yang ditetapkan dari masing -masing jenis yang
diharapkan (Jecmen, den Stoeike, 2014). Kecuali kalau pekerja dijadwalkan dengan pantas, bagaimanapun, mereka tidak akan bisa mencapai pekerjaan
tempat mereka diangkat. Sebaliknya, beberapa manajer perawatan telah memilih pengalaman sebaliknya. Setelah tidak dapat memperoleh personil
tambahan untuk mengatasi beban kerja unit yang semakin meningkat, mereka membolak-balik jadwal personil yang ada, dengan hasil bahwa jumlah
pekerja yang sama, bila diatur ke dalam konfigurasi yang berbeda, dapat berhasil menangani suatu beban kerja besar.
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu personil yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen atau
menyusunnya :
1) Orang, dengan jabatan, yang bertanggungjawab mempersiapkan jadwal waktu untuk personil di masing-masing unit
3) Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para pekerja menyangkut jadwal masuk/libur
4) Waktu masuk/libur total yang diperlukan untuk masing-masing pekerja per-hari, minggu, atau bulan
c) Keperluan pergiliran, dari satu unit ke lain unit dan frekuensi pergiliran tersebut
d) Keperluan penjadwalan dua hari libur per minggu atau rata-rata dua hari libur perminggu
j) Jumlah hari libur yang diharuskan per tahun saat pegawai harus dijadwalkan libur kerja
k) Panjangnya pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai mengenai jadwal tugas liburan masuk/libur
l) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada ban libur tertentu
m) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing pekerja
n) Lamanya waktu pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai mengenai jadwal libur
q) Jumlah personil masing-masing kategori yang akan dijadwalkan: untuk liburan atau hari libur pada saat tertentu
r) Prosedur penyelesaian, perselisihan diantara personil dengan permintaan waktu liburan dan hari libur
Latar belakang persoalan tertentu sebaiknya dipertimbangkan oleh setiap manajer yang menyusun atau membuat kebijaksanaan yang
berhubungan dengan topik terlebih dahulu. Misalnya, ada kecenderungan bagi orang yang bertanggung jawab menjadwalkan waktu libur dan masuk
yang dipertimbangkan manajer, tanpa memperhatikan titel atau jabatannya di dalam hirarki organisasi. Sebab itu, status yang tinggi biasanya
diserasikan dengan penjadwalan staf administrasi. Sebaiknya diingat bahwa banyaknya waktu masuk/libur pegawai sebagian diatur oleh undang-
undang :
1) Sekali jadwal putaran tersebut telah disusun, disamping perseorangan dari jadwal bisa berkurang dan diberikan hanya setelah permintaan tertulis
2) Metode penjadwalan putaran diusahakan untuk diumumkan dengan baik dan diterapkan agar para pegawai tidak merasa jadwal tersebut
3) Pola putaran yang digunakan tersebut sebaiknya menjamin sejumlah pegawai yang cukup dan campuran pegawai yang homogen untuk masing-
4) Pola putaran yang dipakai sebaiknya menaikkan kelanjutan perawatan pasien dengan menelan pengambangnya personil dan dengan
Masing-masing pekerja sebaiknya diberitahu jauh hari sebelumnya mengenai putaran pergiliran dan hari masuk/liburnya untuk mengadakan
Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer keperawatan dan sebagai bagian yang selalu ada dalam proses
manajemen keperawatan. Tergantung dari dimana posisi manajer dalam struktur organisasi.Berdasarkan hasil penelitian Swansburg (1990), bahwa
lebih dari 80% waktu yang digunakan manajer untuk berkomunikasi ; I6% untuk membaca, 9% untuk menulis. Pengembangan keterampilan dalam
Karena terlalu banyak waktu yang digunakan oleh manajer adalah untuk komunikasi : mendengar dan berbicara, jadi jelas bahwa manajer
harus mempunyai ketrampilan komunikasi interpersonal yang baik Manajer berkomunikasi dengan staf, pasien, atasan setiap hari. Karena praktik
keperawatan berorientasi pada kelompok/hubungan interpersonal dalam mencapai suatu tujuan organisasi, maka untuk menciptakan komitmen dan rasa
1) Proses Komunikasi
Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan dan pendapat dan memberikan nasehat dimana terjadi antara duaorang atau lebih
bekerja bersama. Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapatnya menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang gampang
Karena komunikasi adalah sesuatu yang komplek, banyak model dipergunakan dalam menjelaskan bagaimana organisasi dan orang
berkomunikasi. Dasar model yang umum sebagaimana tersebut dalam gambar di bawah, dimana setiap komunikasi pasti adanya pengirim pesan,
dan penerima pesan.Pesan tersebut dapat berupa verbal, tertulis, maupun nonverbal. Pada proses ini juga melibatkan suatu lingkungan internal dan
eksternal, dimana komunikasi dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi nilai-nilai, kepercayaan temperamen, dan tingkat stres pengirim pesan
dan penerima pesan. Sedangkan faktor eksternal meliputi keadaan cuaca, suhu, faktor kekuasaan dan waktu. Kedua belah pihak (pengirim dan
penerima pesan) harus peka terhadap faktor internal dan ekternal, seperti persepsi dari komunikasi yang ditentukan oleh lingkungan eksternal
yang ada.
Walaupun komunikasi dalam suatu organisasi adalah sangat kompleks, manajer dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap
a) Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman tentang siapa yang akan terkena dampak dari pengambilan keputusan yang
telah dibuat. Oleh karena itu jaringan komunikasi formal dan informasi perlu dibangun antara manajer dan staf.
b) Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai bagian proses yang tak terpisahkan dalam kebijaksanaan organisasi. Jika
bagian lainnya akan terkena dampak akibat komunikasi, manajer harus konsultasi tentang isi komunikasi dan meminta umpan balik dari
c) Komunikasiharus jelas, sederhana, dan tepat. Dalam buku Nursalam (2012) ditekankan bahwa prinsip komunikasi seorang perawat
profesional adalah CARE : Complete; Acurate; Rapid dan English artinya sebagai berikut: Ciri khas perawat profesional di masa depan
dalam memberikan pelayanan keperawatan harus dapat berkomunikasi secara lengkap, adekuat, cepat. Artinya setiap melakukan komunikasi
(lisan maupun tulis) dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya harus memenuhi ketiga unsur di atas dengan didukung suatu fakta
yang memadai. Profil perawat masa depan yang terpenting adalah mampu berbicara dan menulis bahasa asing, minimal bahasa Inggris. Hal
ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya persaingan/ pasar bebas pada abad ke-21 ini.
d) Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima secara akurat. Salah satu cara untuk melakukannya pada proses ini
adalah bertanya kepada penerima pesan untuk mengulangi pesan atau instruksi yang disampaikan.
e) Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi manajer. Hal yang perlu dilakukan adalah menerima semua informasi
yang disampaikan orang lain dan menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan.
4)Jenis-Jenis Komunikasi
a) Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam organisasi. Dalam mencapai setiap kebutuhan individu/staf, setiap
organisasi telah mengembangkan metode penulisan dalam mengkomunikasikan pelaksanaan pengelolaan, misalnya publikasi perusahaan,
surat menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal. Manajer harus terlibat dalam komunikasi tertulis, khususnya kepada stafnya.
Menurut Asosiasi Pendidikan Kesehatan di Amerika, menyarankan bahwa komuniksi tertulis dan memo dalam suatu organisasi
meliputi : Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai menulis. Menulis nama orang dalam tulisan Anda perlu
dipertimbangkan dampaknya. Gunakan kata aktif, dimana akan mempunyai pengaruh yang baik Tulis kata yang sederhana, familier, spesifik
dan nyata. Tulisan yang sederhana akan lebih mudah dipahami dan memungkinkan untuk dibaca orang lain Gunakan semenimal mungkin
penggunaan kata-kata yang tidak penting. Temukan cara yang baik untuk menggambarkan inti tulisan sehingga orang lain mudah mengerti.
Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan bawahan baik secara formal maupun informal. Mereka juga
melakukan komunikasi secara verbal pada pertemuan formal, baik kepada individu dalam kelompok dan presentasi secara formal.Tujuan
komunikasi verbal adalah "assertiveness". Perilaku asertif adalah suatu cara komunikasi yang memberikan kesempatan individu untuk
mengekspresikan perasaannya secara langsung, jujur dan cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan orang lain yang diajak komunikasi.
Hal yang harus dihindari pada komunikasi secara asertif adalah pasif, agresif khususnya agresif yang tidak langsung- Komunikasi
pasif terjadi jika individu tidak tertarik terhadap topik atau karena enggan berkomunikasi. Komunikasi agresif terjadi jika individu merasa
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan expresi wajah pergerakan tubuh, dan sikap tubuh atau "body
language". Menurut Arnol (2011) karena komunikasi nonverbal meliputi komponen emosi terhadap pesan yang diterima atau disampaikan,
maka komunikasi non-verbal lebih mengandung arti yang signifikan dibandingkan komunikasi verbal. Tetapi akan menjadi sesuatu yang
membahayakan jika komunikasi nonverbal diartikan salah tanpa adanya penjelasan secara verbal. Di bawah ini adalah kunci bagian
komunikasi nonverbal yang dapat terjadi tanpa atau dengan komunikasi verbal :
(1) Lingkungan : tempat dimana komunikasi dilaksanakan merupakan bagian penting pada proses komunikasi.
(2) Penampilan, Pemakaian pakaian, kosmetik, dan sesuatu yang menarik merupakan bagian dari komunikasi verbal yang perlu
diidentifikasi.
(3) Kontak mata : Kontak mata memberikan makna terhadap kesediaan seseorang untuk berkomunikasi.
(4) Postur tubuh dan Gesture : Bobot suatu pesan bisa ditunjukan dengan orang yang menunjukan telunjuknya, berdiri atau duduk.
(5) Ekpresi wajah : Komunikasi yang efektif memerlukan suatu respon wajah yang setuju terhadap pesan yang disampaikan.
(6) Suara : intonasi, volume, dan refleksi. Cara tersebut menandakan bahwa pesan dapat ditransfer dengan baik.
(7) Manajer yang efektif akan melakukan komunikasi verbal dan non verbal, supaya individu (atasan atau bawahan) akan dapat
Komunikasi pada tahapan ini, tidak hanya secara spesifik ditujukan melalui stratagi perencanaan. Tetapi ke 3 komponen harus
menjadi perhatian yang sama, yaitu : struktur, budaya, dan teknologi. Pada struktur bertujuan untuk mencapai status praktik komunikasi
yang dapat direncanakan dan diterapkan oleh kelompok kerja. Tetapi setiap struktur yang ada harus ada kelompok klinik yang dirancang
untuk pelaksanaan prinsip-prinsip asuhan keperawatan kepada pasien, ketrampilan yang baik, dan dapat membantu dalam penyelesaian suatu
Budaya dalam suatu organisasi bukan sesuatu yang mudah untuk dirubah dalam waktu sesaat, tetapi kita percaya kita akan bekerja
dengan lingkungan dan individu yang mempunyai budaya yang berbeda. Keadaan ini penting untuk diperhatikan perubahan suatu budaya
dalam manajemen adalah aspek yang penting pada proses perubahan yang efektif. Teknologi merupakan komponen ketiga dalam praktik
komunikasi yang efektif. Komunikasi interpersonal dan secara organisasi sering diperlukan suatu perantara, yang disebut teknologi
elektronik dan penggunaan media tersebut akan sangat bermanfaat pada masa yang akan datang. Setiap suatu perubahan di Rumah Sakit
harus selalu didukung terhadap perencanaan tentang HIS (Health Information System) yang efektif. Komunikasi melalui teknologi akan
Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal. Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi meliputi :
(1) timbang terima: Pada saat timbang terima diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang kebutuhan klien terhadap apa yang sudah
dilakukan intervensi dan yang belum, serta respon pasien yang terjadi. Perawat melakukan timbang terima dengan berjalan bersama
dengan perawat lainnya dan menyampaikan kondisi pasien secara akurat di dekat pasien. Cara ini akan lebih efektif dari pada harus
menghabiskan waktu orang lain untuk membaca dan akan membantu perawat dalam menerima timbang terima secara nyata.
(2) Interview/Anamnesa : Anamnesa kepada pasien merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh perawat kepada pasien pada saat
pelaksanaan asuhan keperawatan (proses keperawatan). Perawat melakukan anamnesa kepada pasien, keluarga, dokterda n tim kerja
lainnya. Interview adalah suatu komunikasi dengan tujuan tertentu untuk memperoleh data tentang keadaan klien yang akan
dipergunakan dalam mendukung masalah yang dihadapi pasien dan melaksanakan tindakan secata akurat. Oleh karen interview
adalah terencana, maka data yang didapatkan harus akurat tanpa bias.
Prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat pada komunikasi ini adalah:
(1) Hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat. Ciptakan suasana yang hangat, kekeluargaan.
(2) Hindari interupsi. Komunikasi adalah suatu proses yang aktif yang memerlukan suatu pertanyaan yang fokus dan perlu perhatian.
Hindari suatu interupsi atau gangguan yang timbul akibat dari lingkungan yang gaduh.
(3) Hindari respon dengan kata hanya "ya dan tidak". Respon tersebut akan mengakibatkan tidak berjalannya komunikasi dengan baik,
karena perawat kelihatan kurang tertarik dengan topik yang dibicarakan dan enggan untuk berkomunikasi.
(4) Jangan memonopoli pembicaraan. Meskipun kata-kata ya dan tidak meninggafkan kesan negatif, tetapi kata-kata tersebut perlu
(5) Hindari hambatan personal Kebethasilan suatu komunikasi sangat ditentukan oleh subjektifitas seseoarang. Jika perawat sebelum
komunikasi menunjukkan rasa tidak senang kepada klien, maka keadaan ini akan berdampak terhadap hasil yang didapat selama
proses komunikasi.
Komunikasi melalui sentuhan kepada pasien merupakan metode dalam mendekatkan hubungan antara pasien dan perawat.
Sentuhan yang diberikan oleh perawat juga dapat sebagai terapi bagi pasien, khususnya pasien dengan depresi, kecemasan, dan kebingungan
dalam mengambil suatu keputusan. Tetapi yang perlu dicatat dalam sentuhan tersebut adalah perbedaan jenis kelamin antara perawat dan
Dokumentasi adalah salah suatu alat yang sering digunakan dalam komunikasi keperawatan dalam memvalidasi asuhan
keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan lainnya, dan merupakan dokumen paten dalam pemberian asuhan ke perawatan.
Menurut Nursalam (2012) kapan saja perawat melihat pencatatan kesehatan, perawat memberi dan menerima pendapat dan pemikiran.
Dalam kenyataannya, dengan semakin kompleknya pelayanan keperawatan dan peningkatan kualitas keperawatan, perawat tidak hanya
dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan, tetapi dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Keterampilan dokumentasi yang
efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada, tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan
(2) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat lainnya dan tenaga kesehatan apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien
(3) Manfaat dan data pasien yang akurat dan dapat dicatat.
Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antar perawat dan tim kesehatan lainnya : dokter, ahli gizi,
fisioterapis, dan lain-lain. Pengembangan model praktik keperawatan profesional merupakan sarana peningkatan komunikasi antara perawat
dan tim kesehatan lainnya. Komunikasi yang dimaksudkan di sini adalah adanya suatu kejelasan dalam pemberian informasi dari masing-
d. Sistem Pendokumentasian
1) Pengertian
Dokumentasi adalah suatu dokumen yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat tidak hanya tentang tingkat kesakitan pasien tetapi juga
Nasrul Effendi (2015), Catatan dan pelaporan keperawatan adalah kumpulan informasi keperawatan dan kesehatan pasien yang
dilakukan oleh perawat sebagai pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan yang diberikan.
2) Tujuan
a) Menghindari tumpang tindih, dan ketidak efisien informasi dari asuhan keperawatan.
b) Terbina koordinasi yang baik dan dinamis antara sesama perawat atau petugas lain rnelalui komunikasi tulisan.
f) Memberikan data bagi peneliti, penulisan karya ilmiah, dan penyempurnaan standar asuhan keperawatan
3) Sistem pendokumentasian
Banyak para ahli menyusun sistem dokumentasi keperawatan. Sistem dokumentasi ini masing masing memiliki keunikan tersendiri,
namun pada dasarnya tidak banyak perbedaan. Ada beberapa sistem pendokumentasian yangsering dipakai antara lain : Catatan Berorientasi pada
Sumber Source Oriented Record (SOR). Sistem ini memberi kemudahan dalam menempatkan catatan mengenai data yang diperoleh karena
biasanya masing masing format telah dibuat secara spesifik. Namun, demikian, sistem ini memiliki kelemahan antara lain informasi menjadi sulit
dipelajari secara tengkap karena masing masing data berada pada format yang berbeda. Komponen SOR meliputi hal berikut ini.
a) Lembar panerimaan
Lembar ini berisi data demografi pasien/klien, seperti, nama, alamat, tempat dan tanggal lahir, status perkawinan serta,dia~iosis pada saat
Lembar ini digunakan untuk mencatat setiap instruksi dokter yang dilenkapi dengan tanggal dan, tanda tangan dokter yang bersangkutan.
Lembar ini berisi catatan tentang hasil pemeriksaan fisik, kondisi kesehatan klien, perkembangan, dan tindak lanjut.
d) Catatan perawat
Catatan ini berisi tentang hasil konsultasi, pemeriksaan laboratorium, laporan operasi, berbagai terapi fisik, tanda tanda vital, masukan dan
Terdapat 3 Impiran model dokumentasi yang saling berhubungan, saling ketergantungan dan dinamis, yaitu komunikasi, proses keperawatan dan
stanclar dokumentasi.
a) Ketrampilan komunikasi secara tertulis adalah ketrampilan perawat dalam mencatat dengan jelas, mudah dimengerti. Dalam kenyataannya
dengan kompleknya pelayanan keperawatan dan peningkatan kualitas, keperawatan, perawat dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara
benar. Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkornunikasikan kepada tenaga kesehatan lain.
Perawat memerlukan keterampilan dalam mencatat proses keparawatan. Pencatatan proses keperawatan merupakan, metode yang tepat untuk
pengambilan, keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset lebih lanjut. Format proses keperawatan merupakan kerang atau dasar
keputusan dan tindakan termasuk juga pencatatan hasil berfikir dan tindakan keperawaian. Dokumentasi adalah bagian integral proses, bukan
c) Standar Dokumentasi
Perawat memerlukan suatu, ketrampilan untuk dapat memenuhi standar yang sesuai. Standar dokumentasi adalah suatu pemyataan tentang
kualitas dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu.Dengan adanya standar dokumentasi
memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuran terhadap kualitas dokumentasi keperawatan.
Pola pikir yang maju, ilmiah dan dilandasi motivasi yang tinggi terhadap keprofesian mudah untuk menunjang ketrampilan dan kernampuan
pendokumentasian.
8. Competent (mampu)
Merupakan ciri yang harus dimiliki oleh perawat yang bertugas memberikan arahan keperawatan.
9. Proficient (dakap)
Kemarnpuali tanpa diikuti kecakapan akan menjadikan diri terbelakang dari kemajuan.
Keahlian dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan sangat diperlukan oleh: seorang perawat.
a) Dokumentasi Pengkajian
Tujuan dari Pengkajian adalah untuk mengumpulkan, mengorganisir dan mencatat data yang menielaskan respon manusia yang
mempengaruhi pola pola kesehatafi klien. Pengkajian, adalah langkah awal dari tahapan dari proses keperawatan. Dalam mengkaji, harus
memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang dibuat dari, klien (sumber data primer), data yang didapat dari orang lain (data sekunder),
b) Dokumentisi Diagnosa Keperawatan: Tujuan dari diagnosis keperawatan adalah untuk menginterpretasikan dan memberikan nama pola pola
respon manusia terhadap masalah masalah kesehatan. Diagnosa keperawatan juga merupakan keputusan klinis mengenai seseorang keluarga
atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual atau potensial.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar, pemilihan intervensi yang menjadi tanggung gugat perawat. Perumusan diagnosa
keperawatan adalah bagaimana diagnosa keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah.
C. Dokumentasi Rencana Keperawatan: Dokumentasi rencana keperawatan merupakan catatan tentang penyusunan rencana tindakan
keperawatan, yang akan dilakukan. Perencanaan adalah bagian, dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan
perawatan, penetapan permecahan masalah, menentukan tujuan keperawatan untuk mengatasi masalah klien. Recana keperawatan memuat
tujuan :
(1) Pengorganisasian informasi, pasien sebagai sumber dukumentasi
Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakanyang diberikan oleh perawat, berisi tentangcatatan pelaksanaan
rencana keperawatan, pemenuhan kriteria basil dari tindakan keporawatan mandirimaupun kolaboratif. Tindakan keperawatan mandiri
merupakan tindakan yang dilakukan perawat tanpa pesanan dokter. Tindakan kolaboratif merupakan tindakan yang dilaksakan perawat yang
bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya untuk mengatasi masalah klien. Intervensi keperawatan merupakan bagian dari proses
keperawatan.
Intervensi ini memberikan pengobatan secara langsung pada masalah yang dialami pasien, mencegah komplikasi dan mampu
Menyatakan tentang survei data dengan melillat kembali data umum dan membuktikan kebenaran data.
d) Dokumentasi Evaluasi
Dokumentasi evaluasi merupakan catatan tentang indikasi kemajuan pasien terhadap tujuan yang dicapai. Evaluasi bertujuan
untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikan status pasien dari hasil tindakan keperawatan. Pernyataan evaluasi
terdiri dari 2 komponen yaitu data yang tercatat yang menyatakan status kesehatan sekarang dan pernyataan konklusi yang menyetakan efek
dari tindakan vang diberikan pada pasien. Tipe dokumentasi evaluasi yaitu evaluasi formatif vang dilakukan pada saat memberikan intevensi
dengan respon segera dan evaluasi sumatif yang merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisia status pasien pada waktu tertentu.