Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN KRITIS

Dosen Pengampu:
Ns. Gita Mayasari, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. DWI PUTRI KURNIAWATI (2026010065)
2. GUSMITA PURNAMA SARI (2026010067)
3. MEGA PUTRI RAMADHAN (2026010044)
4. RHEKA WAHYUNI KHORISMA PUTRI (2026010046)

SUTDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan sukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep Keperawatan
Kritis, Peran & Fungsi Perawatan Kritis, Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Kritis”
ini, meskipun masih jauh dari kesempurnaan.

Tujuan saya membuat makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas pada mata
kuliah Keperawatan Kritis. Dalam kesempatan ini tak lupa saya mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Atas bantuan dan dorongannya, semoga mendapat balasan dari Allah SWT, dan saya
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya serta bagi pembaca pada umumnya.
Karena sifat keterbatasan yang dimiliki, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan, dan semoga makalah ini dapat menjadi titik sumbangan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.

Bengkulu, 06 Oktober 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI
Cover...................................................................................................................................
Kata Pengantar.....................................................................................................................1
Daftar Isi..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................3
C. Tujuan......................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keperawatan Kritis.....................................................................................5
B. Peran Perawat Kritis................................................................................................8
C. Fungsi Perawat Kritis..............................................................................................9
D. Proses Keperawatan Pada Area keperawatn kritis...................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................13
B. Saran........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasien kritis dengan perawatan di ruang ICU (Intensive Care Unit) memiliki morbiditas
dan mortalitas yang tinggi. Mengenali ciri-ciri dengan cepat dan penatalaksanaan dini yang
sesuai pada pasien beresiko kritis atau pasien yang berada dalam keadaan kritis dapat
membantu mencegah perburukan lebih lanjut dan memaksimalkan peluang untuk sembuh
(Gwinnutt, 2006 dalam Jevon dan Ewens, 2009)..
Comprehensive Critical Care Department of Health-Inggris merekomendasikan untuk
memberikan perawatan kritis sesuai filosofi perawatan kritis tanpa batas (critical care without
wall), yaitu kebutuhan pasien kritis harus dipenuhi di manapun pasien tersebut secara fisik
berada di dalam rumah sakit (Jevon dan Ewens, 2009). Hal ini dipersepsikan sama oleh tim
pelayanan kesehatan bahwa pasien kritis memerlukan pencatatan medis yang
berkesinambungan dan monitoring penilaian setiap tindakan yang dilakukan. Dengan
demikian pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena dengan cepat
dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau terjadinya penurunan fungsi organ-
organ tubuh lainnya (Rab, 2007).
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan republic Indonesia nomor 10 tahun2015 tentang
standar pelayanan keperawatan rumah sakit Pasal 2 disebutkan bahwa Pengaturan Standar
Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Khusus bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan di rumah sakit khusus dan rumah sakit umum yang memiliki
pelayanan keperawatan kekhususan yang disusun berdasarkan kompetensi dan kewenangan
perawat dengan memperhatikan keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini
dan masa yang akan datang.
Dalam meningkatkan mutu layanan rumah sakit tidak bisa dijauhkan dari ketersediaan
tenaga kesehatan. Sesuai dengan peraturan yang menyatakan bahwa setiap tenaga kesehatan
yang bekerja di rumah sakit harus bekerja sesuai denganstandar profesi, standar pelayanan
rumah sakit, standar prosedur operasional yangberlaku, etika profesi, menghormati hak
pasien dan mengutamakan keselamatanpasien (pasal 13 ayat, UU RS, tahun 2009).
Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan perlu memberikan pelayanan asuhan
keperawatan dengan memperhatikan mengikuti peraturan dan standar yang berlaku di rumah
sakit.Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan adalah pelayanan intensif,
dimanapelayanan intensif yang dimaksud adalah pelayanan keperawatan yang diberikanpada
pasien dalam kondisi kritis yang membutuhkan penanganan dan pemantauanintensif di ruang
intensive care unit (ICU).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep keperawatan kritis?
2. Apa saja peran keperawatan kritis?
3. Apa saja fungsi keperawatan kritis?
4. Bagaimana Proses keperawatan pada area keperawatan kritis?

3
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahamidan mendalami persprektif keperawatan kritis.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui bagaimana konsep keperawatan kritis
b. Mampu mengetahui peran perawat kritis
c. Mampu mengetahui Fungsi Perawat Kritis
d. Mampu mengetahui proses keperawatan pada area keperawatan kritis

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keperawatan Kritis
Ilmu perawatan kritis adalah bidang keperawatan dengan suatu fokus pada penyakit yang
kritis atau pasien yang tidak stabil. Perawat kritis dapat ditemukan bekerja pada lingkungan
yang luas dan khusus, seperti departemen keadaan darurat dan unit gawat darurat (Wikipedia,
2013)
Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang menghadapi
secara rinci dengan manusia yang bertanggung jawab atas masalah yang mengancam
jiwa.Perawat kritis adalah perawat profesional yang resmi yang bertanggung jawab untuk
memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga-keluarga mereka menerima kepedulian
optimal (American Association of Critical-Care Nurses).
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secaracermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi
krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar.Keperawatan kritis merupakan salah
satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia
terhadap masalah yang mengancam hidup.
Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien yang
berkualitas tinggi dan konperhensif.Untuk pasien yang kritis, waktu adalah vital. Proses
keperawatan memberikan suatu pendekatan yang sistematis, dimana perawat keperawatan
kritis dapat mengevaluasi masalah pasien dengan cepat.
Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang meliputi
pengkajian, analisa, perencanaan,implementasi, dan evaluasi. The American Asosiation of
Critical care Nurses (AACN) menyusun standar proses keperawatan sebagai asuhan
keperawatan kritikal.
ICU atau intensive care unit dimulai pertama kali pada tahun 1950-an. Kegawat daruratan
dalam keperawatan berkembang sejak tahun 1970-an. Sebagai contoh, kegawatan di unit
operasi kardiovaskuler, pediatric, dan unit neonates. Keperawatan gawat darurat secara
khusus berkonsentrasi pada respon manusia pada masalah yang mengancam hidup seperti
trauma atau operasi mayor. Pencegahan terhadap masalah kesehatan merupakan hal penting
dalam praktik keperawatan gawat darurat. (Hartshorn et all, 1997).
Unit perawatan kritis atau ICU adalah merupakan unit perawatan khusus yang
membutuhkan keahlian dalam penyatuan informasi, membuat keputusan dan dalam membuat
prioritas, karena saat penyakit menyerang sistem tubuh, sistem yang lain terlibat dalam upaya
mengatasi adanya ketidakseimbangan. Esensi asuhan keperawatan kritis tidak berdasarkan
kepada lingkungan yang khusus ataupun alat-alat, tetapi dalam proses pengambilan
keputusan yang didasarkan pada pemahaman yang sungguh-sungguh tentang fisiologik dan
psikologik (Hudak & Gallo, 2012).

5
Adapun beberapa kriteria pasien yang memerlukan perawatan di ICU adalah:
1. Pasien berat, kritis, pasien tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan
ventilator, pemberian obat vasoaktif melalui infus secara terus menerus, misalnya gagal
napas berat, syok septik.
2. Pasien yang memerlukan pemantauan intensif invasive atau non invasive sehingga
komplikasi berat dapat dihindari atau dikurangi, contoh paska bedah besar dan luas, pasien
dengan penyakit jantung, paru, ginjal, atau lainnya.
3. Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi akut, sekalipun
manfaat ICU sedikit, contoh pasien dengan tumor ganas metastasis dengan komplikasi,
tamponade jantung, sumbangan jalan nafas. Menyimpan

Sedangkan pasien yang tidak perlu masuk ICU adalah:


1. Pasien mati batang otak (dipastikan secara klinis dan laboratorium).
2. Pasien yang menolak terapi bantuan hidup.
3. Pasien secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan lagi, contoh karsinoma stadium
akhir, kerusakan susunan saraf pusat dengan keadaan vegatatif.
Konsep keperawatan kritis
1. Tujuan
Untuk mempertahankan hidup (maintaining life).
2. Pengkajian
Dilakukan pada semua sistem tubuh untuk menopang dan mempertahankan
sistem-sistem tersebut tetap sehat dan tidak terjadi kegagalan. Pengkajian meliputi proses
pengumpulan data, validasi data, menginterpretasikan data dan memformulasikan
masalah atau diagnosa keperawatan sesuai hasil analisa data. Pengkajian awal didalam
keperawatan itensif sama dengan pengkajian umumnya yaitu dengan pendekatan system
yang meliputi aspek bio-psiko-sosial-kultural- spiritual, namun ketika klien yang dirawat
telah menggunakan alat-alat bantu mekanik seperti Alat Bantu Napas (ABN),
hemodialisa, pengkajian juga diarahkan ke hal-hal yang lebih khusus yakni terkait dengan
terapi dan dampak dari penggunaan alat-alat tersebut.
3. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian, data dikumpulkan dan diinterpretasikan kemudian
dianalisa lalu ditetapkan masalah/diagnosa keperawatan berdasarkan data yang
menyimpang dari keadaan fisiologis. Kriteria hasil ditetapkan untuk mencapai tujuan dari
tindakan keperawatan yang diformulasikan berdasarkan pada kebutuhan klien yang dapat
diukur dan realistis. Ditegakkan untuk mencari perbedaan serta mencari tanda dan gejala
yang sulit diketahui untuk mencegah kerusakan/ gangguan yang lebih luas
4. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Tindakan keperawatan dibuat apabila diagnosa telah diprioritaskan.
Prioritas maslah dibuat berdasarkan pada ancaman/risiko ancaman hidup (contoh:
bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas, pola nafas tidak efektif,
gangguan perfusi jaringan, lalu dapat dilanjutkan dengan mengidentifikasi alternatif
diagnosa keperawatan untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan (contoh: resiko
6
infeksi, resiko trauma/injury, gangguan rasa nyaman dan diagnosa keperawatan untuk
mencegah, komplikasi (contoh: resiko konstifasi, resiko gangguan integritas kulit).
Perencanaan tindakan mencakup 4(empat) umsur kegiatan yaitu observasi/monitoring,
terapi keperawatan, pendidikan dan tindakan kolaboratif. Pertimbangan lain adalah
kemampuan untuk melaksanakan rencana dilihat dari keterampilan perawat, fasilitas,
kebijakan dan standar operasional prosedur. Perencanaan tindakan perlu pula
diprioritaskan dengan perencanaan ini adalah untuk membuat efisiensi sumber-sumber,
mengukur kemampuan dan mengoptimalkan penyelesaian masalah.
Ditujukan pada penerimaan dan adaptasi pasien secara konstan terhadap status
yang selalu berubah.
5. Intervensi
Semua tindakan dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap klien
sesuai dengan rencana tindakan. Hal ini penting untuk mencapai tujuan. Tindakan
keperawatan dapat dalam bentuk observasi, tindakan prosedur terntentu, tindakan
kolaboratif dan pendidikan kesehatan. Dalam tindakan perlu ada pengawasan terus
menerus terhadap kondisi klien termasuk evaluasi prilaku.
Ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul pertama kali untuk pencegahan krisis
dan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama sampai dapat beradaptasi
dengan tercapainya tingkat kesembuhan yang lebih tinggi atau terjadi kematian.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah kelima dalam proses keperawatan dan merupakan dasar
pertimbangan yang sistematis untuk menilai keberhasilan tindkan keperawatan dan
sekaligus dan merupakan alat untuk melakukan pengkajian ulang dalam upaya
melakukan modifikasi/revisi diagnosa dan tindakan. Evaluasi dapat dilakukan setiap khir
tindakan pemberian asuhan yang disebut sebagai evaluasi proses dan evaluasi hasil yang
dilakukan untuk menilai keadaan kesehatan klien selama dan pada akhir perawatan.
Evaluasi dicatatan perkembangan klien.
Dilakukan secara cepat, terus menerus dan dalam waktu yang lama untuk
mencapai keefektifan masing-masing tindakan/ terapi, secara terus-menerus menilai
kriteria hasil untuk mengetahui perubahan status pasien.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien kritis prioritas pemenuhan
kebutuhan tetap mengacu pada hirarki kebutuhan dasar Maslow dengan tidak
meninggalkan prinsip holistic bio-psiko-sosio dan spritual.
Keperawatan kritis harus menggunakan proses keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan :
a. Data akan dikumpulkan secara terus-menerus pada semua pasien yang sakit kritis
dimanapun tempatnya.
b. Indentifikasi masalah/kebutuhan pasien dan prioritas harus didasarkan pada data yang
dikumpulkan.
c. Rencana asuhan keperawatan yang tepat harus diformulasikan.
d. Rencana asuhan keperawatan harus diimplementasikan menurut prioritas dari
identifikasimasalah atau kebutuhan.
e. Hasil dari asuhan keperawatan harus dievaluasi secara terus- menurus.

7
7. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah catatan yang berisi data pelaksanaan tindakan keperawatan
atau respon klien terhadap tindakan keperawatan sebagai petanggungjawaban dan
pertanggunggugatan terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan perawat kepada pasien
dari kebijakan.
Dokumentasi keperawatan merupakan dokumentasi legal dalam sistem pelayanan
keperawatan, karena melalui pendokumentasikan yang baik, maka informasi mengenai
keadaan kesehatan klien dapat diketahui secara berkesinambungan.

B. Peran Perawat Kritis


Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien yang
berkualitas tinggi dan komprehensif. Untuk pasien yang kritis, waktu adalah sesuatu hal yang
vital. Proses keperawatan memberikan suatu pendekatan yang sistematis, dimana perawat
keperawatan kritis dapat mengevaluasi masalah pasien dengan cepat (Talbot, 1997).
ICU atau intensive care unit dimulai pertama kali pada tahun 1950-an. Kegawat daruratan
dalam keperawatan berkembang sejak tahun 1970-an. Sebagai contoh, kegawatan di unit
operasi kardiovaskuler, pediatric, dan unit neonates. Keperawatan gawat darurat secara
khusus berkonsentrasi pada respon manusia pada masalah yang mengancam hidup seperti
trauma atau operasi mayor. Pencegahan terhadap masalah kesehatan merupakan hal penting
dalam praktik keperawatan gawat darurat. (Hartshorn et all, 1997).
Peran perawat kritis sebagai berikut:
1. Pengacara
Perawat juga berperan sebagai advokat atau pelindung klien, yaitu membantu
mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari efek yang tidak diinginkan
yang berasal dari pengobatan atau tindakan diagnostik tertentu (Potter dan Perry, 2005).
2. Care giver
Perawat memberikan bantuan secara langsung pada klien dan keluarga yang mengalami
masalah kesehatan (Vicky, 2010).
3. Kolaborator
Peran ini dilakukan perawat karena perawat bekerja bersama tim kesehatan lainnya
seperti dokter, fisioterapis, ahli gizi, apoteker, dan lainnya dalam upaya memberikan
pelayanan yang baik (Vicky, 2010).
4. Peneliti
Peran sebagai pembaharu dan peneliti dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan sistematis, dan terarah sesuai metode pemberian pelayanan (Vicky,
2010). Selain itu juga meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan ketrampilan, baik
dalam praktik maupun dalam pendidikan keperawatan (Aryatmo, 1993).
5. Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, dan mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian layanan dapat terarah serta
sesuai kebutuhan (Vicky, 2010).
6. Konsultan

8
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan
terutama mengenai keamanan pasien dan keluarga (Vicky, 2010)
7. Pendidik
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, perawat harus mampu berperan
sebagai pendidik, sebab beberapa pesan dan cara mengubah perilaku pada pasien atau
keluarga harus selalu dilakukan dengan pendidikan kesehatan khususnya dalam
keperawatan. Melalui pendidikan ini diupayakan pasien tidak lagi mengalami gangguan
yang sama dan dapat mengubah perilaku yang tidak sehat. Contoh dari peran perawat
sebagai pendidik yaitu keseluruhan tujuan penyuluhan pasien dan keluaraga adalah untuk
meminimalkan stres pasien dan keluarga, mengajarkan mereka tentang terapi dan asuhan
keperawatan di rumah sakit, dan memastikan keluarga dapat memberikan asuhan yang
sesuai di rumah saat pulang (Kyle & Carman, 2015).
8. Konseling
Konseling merupakan upaya perawat dalam melaksanakan peranya dengan memberikan
waktu untuk berkonsultasi terhadap masalah yang dialami oleh pasien maupun keluarga,
berbagai masalah tersebut diharapkan mampu diatasi dengan cepat dan diharapkan pula
tidak terjadi kesenjangan antara perawat, keluarga maupun pasien itu sendiri. Konseling
melibatkan pemberian dukungan emosi, intelektual dan psikologis. Dalam hal ini perawat
memberikan konsultasi terutama kepada individu sehat dengan kesulitan penyesuaian diri
yang normal dan fokus dalam membuat individu tersebut untuk mengembangkan sikap,
perasaan dan perilaku baru dengan cara mendorong klien untuk mencari perilaku
alternatif, mengenai pilihan-pilihan yang tersedia dan mengembangkan rasa pengendalian
diri (Berman, 2010).
9. Pengambilan Keputusan Etik
Dalam mengambil keputusan, perawat mempunyai peran yang sangat penting sebab
perawat selalu berhubungan dengan pasien kurang lebih 24 jam selalu disamping pasien,
maka peran perawatan sebagai pengambil keputusan etik dapat dilakukan oleh perawat,
seperti akan melakukan tindakan pelayanan keperawatan (Wong, 2009)

C. Fungsi Perawat Kritis


1. Meningkatkan kualitas pelayanan di Indonesia yang kompoten dan terampil,serta
meningkatkan pengetahuan penanganan dan membuat respons penanggulangan kondisi
semakin cepat dan tepat.
2. Memberikan pelayanan perawatan berdasarkan konsep fisiologis dan etika. Konsep
Konsep ini mencakup penghargaan bagi hakekat hidup, hormat harga diri
manusia,keberhargaan,ototnomi,penghargaan terhadap sifat manusia sebagai individual yang
unik, dan menghargai nilai dan kepercayaan orang lain.
3. Membangun komunikasi yang terbuka dan tepat waktu dengan pasien darurat,orang yang
signifikan bagi pasien,dan dengan profesi Kesehatan lainnya melalui kolaborasi professional.
4. Mengakui nilai-nilai, dan menggunakan hasil temuan penelitian dan pengingkatan kualitas
untuk meningkatkan prakik keperawatan kritis.
5. Bekerja sama dengan profesi Kesehatan lainnya untuk memberikan pelayanan
keperawatan yang berfokus pada pasien,aman,efesien, dan konsisten

9
D. Proses Keperawatan Pada Area keperawatn kritis
Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang meliputi
pengkajian, analisa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Asuhan Keperawatan Intensif
adalah kegiatan praktek keperawatan intensif yang diberikan pada pasien/keluarga. Asuhan
keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
merupakan metode ilmiah dan panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas guna mengatasi masalah pasien. Langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi
pengkajian, masalah/diagnose keperawatan, rencana tindakan dan evaluasi (Depkes RI,
2006).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal proses keperawatan yang mengharuskan perawat
menemukan data kesehatan klien secara tepat. Pengkajia keperawatan intensif sama
dengan pengkajian umumnya yaitu de Simpan system yang meliputi aspek bio-psiko-
sosio-kultural-spiritual, nan yang dirawat telah menggunakan alat bantu mekanik
seperti alat bantu napas, hemodialisa, pengkajian juga diarahkan ke hal-hal yang lebih
khusus yakni terkait dengan terapi dan dampak dari penggunaan alat-alat tersebut.
2. Penetapan Masalah/Diagnosa Keperawatan
Setelah data dikumpulkan, data dianalisa. Dari pengkajian data dasar, masalah yang
aktual, potensial dan beresiko tinggi diidentifikasi dan diuraikan menurut prioritas
sesuai dengan kebutuhan keperawatan pasien kritis. Hal ini mungkin merupakan
masalah yang kompleks disebabkan oleh beratnya kondisi pasien. Prioritas paling
tinggi diberikan pada masalah yang mengancam kehidupan, lalu dapat dilanjutkan
dengan mengidentifikasi alternative diagnose untuk meningkatkan keamanan,
kenyamanan, dan diagnose untuk mencegah komplikasi.
3. Perencanaan
Pembuatan tujuan, identifikasi dari tindakan keperawatan yang tepat dan
pernyataan atas hasil yang diharapkan merumuskan rencana keperawatan.
Perencanaan tindakan keperawatan dibuat apabila diagnose telah diprioritaskan.
Perencanaan tindakan mencakup 4 unsur kegiatan yaitu observasi/monitoring, terapi
keperawatan, pendidikan dan tindakan kolaboratif. Pertimbangan lain adalah
kemampuan untuk melaksanakan rencana dilihat dari ketrampilan perawat, fasilitas,
kebijakan, dan standar operasional prosedur. Tujuan dari perencanaan ini adalah
untuk membuat efisiensi sumber-sumber, mengukur kemampuan dan
mengoptimalkan penyelesaian masalah (Depkes RI, 2006).
4. Implementasi
Perencanaan dimasukkan dalam tindakan selama fase implementasi. Ini
merupakan fase kerja aktual dari proses keperawatan
5. Evaluasi
Suatu perbandingan antara hasil aktual pasien dan hasil yang diharapkan terjadi
dalam fase evaluasi. Pada bagian ini menunjukkan pentingnya modifikasi dalam
rencana keperawatan atau pengkajian ulang total dapa diidentifikasi.

10
Masalah Keperawatan yang biasanya muncul dan intervensi yang diberikan di ruang
perawatan kritis atau ICU adalah (Doengoes, 2002):
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
2. Observasi keabu-abuan menyeluruh dan sianosis pada " jaringan hangat" seperti
daun telinga, bibir, lidah, dan membrane lidah
3. Lakukan tindakan untuk memperbaiki/mempertahankan jalan nafas, misalnya:
batuk atau suction.
4. Pelajari status pernapasan.
5. Catat adanya dispnea dan penggunaan otot bantu
6. Pertahankan kepatenan jalan nafas (posisi kepala dan leher netral anatomis, cegah
fleksi leher)
7. Pertahankan elevasi kepala tempat tidur 30 - 45 derajat
8. Beri oksigen dengan metode dan indikasi yang tepat
9. Gangguan perfusi jaringan cerebral
1. Monitor status neurologi dan menentukan faktor penyebab gangguan
2. Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutaan, kebutuhan lapang
pandang / kedalaman persepsi
3. Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, sperti fungsi bicara jika klien sadar.
4. Berikan posisi kepala ditinggikan sedikit dengan posisi netral (hanya tempat
tidurnya saja yang ditinggikan)
5. Kolaborasi pemberian oksigen
10. Ketidakefektifan Pola Nafas
11. Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi
12. Perhatikan pergerakan dada pasien, amati kesimetrisan, penggunaan otot bantu,
serta retraksi otot supraklavikular dan intercostals.
13. Pantau pola pernafasan: bradipne, takipne, hiperventilasi
14. Kaji kemampuan untuk mempertahankan patensi jalan nafas.
15. Pertahankan ketinggian bagian kepala tempat tidur.
16. Kaji AGD untuk membuktikan pertukaran gas yang adekuat
17. Waspada terhadap dampak obat-obat depresan atau sedatif.
18. Pantau frekensi dan irama jantung.
19. Lakukan suction sesuai kebutuhan,
20. Nilai hasil laporan foto dada setiap hari.
21. Resiko tinggi terhadap infeksi
22. Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual
23. Bersihkan luka bila ada luka dengan teknik steril dan bersihakan min. 2 kali sehari
24. Dorong keseimbanagn istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan
masukan nutrisi adekuat
25. Mengawasi kekefektifan terapi antimicrobial
26. Selidiki perubahan tiba-tiba/penyimpangan kondisi, seperti peningkatan nyeri
dada, bunyi jantung ekstra, gangguan sensori, berulangnya demam, perubahan
karakteristik pus.
27. Kekurangan volume cairan

11
28. Pantau warna,jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan
29. Observasi khususnya terhadap kehilanagn cairan yang tinggi elektrolit (misalnya
diare, drainase luka, pengisapan nasogastrik dll)
30. Pantau perdarahan
31. Tinjau ulang elektrolit, terutama natrium, kalium klorida dan kreatinin)
32. Pantau status hidrasi

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi
krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar. Keperawatan kritis merupakan
salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia
terhadap masalah yang mengancam hidup. Seorang perawat kritis adalah perawat
professional yang bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang kritis dan aku beserta
keluarganya mendapatkan pelayanan keperawatan yang optimal.
Keperawatan kritis adalah pelayanan keperawatan yang berada pada area khusus
spesialisi dalam keperawatan yang memiliki peran dan fungsi Pemberi pelayanan Kesehatan
(keperawatan langsung pada klien dan keluarga) yang mengalami masalah Kesehatan karena
sakit akut, kritis dan labil,cedera.Serta memberikan pelayanan Kesehatan/perawatan
langsung pada keluarga,kelompok pasien dan masyarakat yang membutuhkan karena
mengalami masalah Kesehatan berbagai sebab.

B. SARAN
Diharapkan kepada seluruh perawat agar mampu menjadi advokator yang baik dan
handal, yang berkerja secara profesional, yang tidak hanya menjadi advokator pasien/klien,
tapi juga menjadi pembela kelayakan untuk keluarga pasien, baik itu dari segi kenyamanan,
kelayakan dan juga pelayanan- pelayanan keperawatan lainnya, selain itu sebagai sejawat
yang berhubungan langsung dengan pasien perlu saling mengingatkan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan, meskipun banyak kesenjangan, konflik, dan latarbelakang yang berbeda,
sebagai suatu tim harus bekerjasama dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan
berintegritas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Carolyn, dkk. 1997. Keperawatan Kritis Edisi Ketujuh. Filadelfia: Lippincott Company.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Standar Pelayanan Keperawatan di ICU.


Jakarta: Depkes

Doengoes, M.E. (2002). Bidang asuhan keperawatan: Pedoman perencanaan &


pendokumentasian perawatan pasien, edisi ke-3, FA. Davis

Dossey, B. M. 2002. Perawatan Kritis: tubuh-pikiran-jiwa. (Edisi ke-3rd). Filadelfia: J.B.


Perusahaan Lippincott company

George. (1995), Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice), Fourth Edition.
USA: Appleton & Lange

Tabrani. 2007. Agenda gawat darurat (Critical Care). P. T Alumni: Bandung 2014. Critical Care
Nursing.
Http://www.en.wikipedia.org/wiki/Critical_care_nursing (Diakses tanggal 9/9/2015)

14

Anda mungkin juga menyukai