Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
“Konsep Keperawatan Kritis“. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak
mengalami kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.

Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih


kepada semua pihak yang telah membantu, memberi pengarahan, bimbingan, semangat
serta doa untuk keberhasilan penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
para pembaca.

Mataram, 18 Oktober 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 3

1. Latar Belakang .......................................................................................... 3


2. Rumusan masalah...................................................................................... 3
3. Tujuan ...................................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 5

1. Konsep Keperawatan Kritis ...................................................................... 5


2. Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Kritis ................................ 12
3. Isu End Of Life Di Keperawatan Kritis .................................................... 18
4. Aspek Psikososial Dari Keperawaan Kritis .............................................. 20
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 28

A. Kesimpulan .............................................................................................. 28
B. Saran ........................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pasien kritis dengan perawatan di ruang ICU (Intensive Care Unit)


memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi.Mengenali ciri-ciri dengan cepat
dan penatalaksanaan dini yang sesuai pada pasien beresiko kritis atau pasien
yang berada dalam keadaan kritis dapat membantu mencegah perburukan lebih
lanjut dan memaksimalkan peluang untuk sembuh (Gwinnutt, 2006 dalam Jevon
dan Ewens, 2009).Comprehensive Critical Care Department of Health-Inggris
merekomendasikan untuk memberikan perawatan kritis sesuai filosofi perawatan
kritis tanpa batas (critical care without wall), yaitu kebutuhan pasien kritis harus
dipenuhi di manapun pasien tersebut secara fisik berada di dalam rumah sakit
(Jevon dan Ewens, 2009). Hal ini dipersepsikan sama oleh tim pelayanan
kesehatan bahwa pasien kritis memerlukan pencatatan medis yang
berkesinambungan dan monitoring penilaian setiap tindakan yang
dilakukan.Dengan demikian pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan
intensif oleh karena dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang
terjadi atau terjadinya penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya (Rab, 2007).

2. Rumusan Masalah
1) Apa itu Pengertian keperawatan kritis?
2) Bagaimana Ruang lingkup keperawatan kritis?
3) Bagaimana Konsep keperawatan kritis?
4) Apa saja Prinsip keperawatan kritis?

3
3. Tujuan penulisan
1) Tujuan Umum
Untuk memahamidan mendalami persprektif keperawatan kritis.
2) Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui apa itu pengertian keperwatan kritis
b. Mampu mengetahui bagaimana ruang lingkup keperawatan kritis
c. Mampu mengetahui bagaimana konsep keperawatan kritis
d. Mampu mengetahui bagaimana prinsip keperawatan kritis

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. KONSEP KEPERAWATAN KRITIS


a. Definisi
Kritis adalah keadaan krisis, gawat, genting (tentang suatu keadaan),
keadaan yg paling menentukan berhasil atau gagalnya suatu usaha.Kritis jg
didef sbg penilaian dan evaluasi scr cermat dan hati2 thd suatu kondisi dlm
rangka mencari penyelesaian.
Secara keilmuan, keperawatan kritis berfokus pada penyakit yg kritis atau
ps yg tidak stabil.Untuk pasien kritis, pernyataan paling penting yg harus
dipahami adalah “waktu adalah vital”.
AACN mendefinisikan keperawatan kritis adalah keahlian khusus di
dalam ilmu perawatan yang dihadapkan secara rinci dengan manusia (pasien)
dan bertanggung jawab atas masalah yang mengancam jiwa.Perawat kritis
adalah perawat profesional yg resmi dan bertanggung jawab utk memastikan
pasien dgn sakit kritis dan keluarga ps mendapat kepedulian optimal.
AACN juga menjelaskan secara spesifik bahwa asuhan keperawatan
kritis mencakup diagnosis dan penatalaksanaan respon manusia terhadap
penyakit aktual atau potensial yang mengancam kehidupan.Lingkup praktik
askep kritis didefinisikan dgn interaksi perawat kritis, pasien dg penyakit
kritis, dan lingkungan yg memberikan sumber2 adekuat utk pemberian
perawatan. Pada umumnya, lingkungan yg mendukung rasio perbandingan
perawat pasien adalah 1:2 (tergantung kebutuhan ps), satu perawat dapat
menjaga 3 pasien dan terkadang seorang ps membutuhkan bantuan >1
perawat utk dpt bertahan hidup.
Perawat harus mengaktualisasi diri scr fisik, emosional, dan spiritual utk
memenuhi tantangan merawat pasien yg mengalami penyakit
kritis.Pelayanan askep kritis harus berkualitas tinggi dan komprehensif.
Askep kritis jg membutuhkan kemampuan utk menyesuaikan situasi kritis

5
dgn kecepatan dan ketepatan dlm pengambilan keputusan dan bertindak,
dimana kondisi tidak dibutuhkan pd situasi keperawatan lain. Esensi asuhan
keperawatan kritis tdk berdasarkan pd lingkungan khusus atau alat khusus,
tetapi proses pengambilan keputusan yg didasarkan pd pemahaman yg
sungguh2 thd fisiologis dan psikologis.
b. Lingkup Keperaatan Kritis
1) The Critically Ill Patient  masalah yg aktual dan potensial mengancam
kehidupan pasien dan membutuhkan ovservasi dan intervensi mencegah
komplikasi. Pasien sakit kritis didefinisikan sbg pasien yg beresiko itnggi
utk masalah kesehatan actual atau potensial mengancam jiwa. Semakin
sakit kritis ps, semakin besar kemungkinan dia mjd rentan, tidak stabil,
sehingga butuh asuhan kep yg intens. Pasien membutuhkan observasi dan
intervensi secara intensif untuk mencegah terjadinya perburukan dan
komplikasi.
2) The Critically Care Nurse  membutuhkan perawat yg profesional utk
perawatan ps kritis. Perawat dlm praktik kep kritis dalam pengaturan
dimana ps butuh pengkajian yg kompleks, terapi intensitas tinggi dan
intervensi berkesinambungan kewaspadaan keperawatan.Perawat
perawatan kritis mengandalkan pengetahuan khusus, keterampilan dan
pengalaman utk memberikan perawatan kpd pasien dan klg utk mencapai
lingkungan yg menyembuhkan, manusiawi dan peduli.Perawat mjd
pelindung atau pembela ps. AACN mendefinisikan advokasi adalah
menghormati dan mendukung nilai2 dasar, hak, keyakinan ps
kritis.Perawat perawatan kritis memiliki keahlian (skill) yaitu skill
kognitif (cognitive skill), skill interpersonal (interpersonal skill) dan skill
tehnik (technical skill) sebagai pendukung praktik keperawatan kritis.
Perawat perawatan kritis mampu melaksanakan praktik regulasi asuhan
keperawatan kritis, di mana pasien memerlukan pengkajian yang
kompleks, intervensi keperawatan yang intensitas tinggi dan
berkesinambungan serta kewaspadaan keperawatan yang ketat.

6
3) The Critically Care Environment  ruang perawatan intensif adalah
lingkungan yg berpotensi memusuhi pasien yg rentan thd sakit kritis.
Selain stres fisik akibat penyakit, nyeri, obat penenang, intervensi, dan
ventilasi mekanik, ada stress psikologi dan psikososisla yg dirasakan oleh
ps. Salah satu faktor tambahan adalah lingkungan ICU yg juga diduga
berkontribusi thd sindrom yg dikenal dgn ICU psikosis/delirium. Sering
melaporkan faktor stres lingkungan adalah kebisingan, cahaya, pembatas
mobilitas, dan isolasi sosial.
c. Pelayanan Intensive Khusus
1) Bedah jantung : CABG, MVR/DVR (Mitral/Double Valve Replacement),
VSD (Ventrikel Septal Defek), ASD (Atrial Septal Defek).
2) Isolasi pasien kritis: Avian Influenza, Flu Meksiko, MRSA (Methicyllin
Resistan Staphylococcus Aureus), ESBL (Ekstendet Beta Lactamasa), TB
Paru
d. Prinsip Keperawatan Kritis
Pasien kritis adlah pasien dng perburukan patofisiologi yg cepat dan
dapat menyebabkan kematian. Ruangan untuk mengatasi ps kritis di RS
terdiri dari: unit gawat darurat (UGD), dimana ps diatasi prtama kali; unit
perawatan intensif (ICU), bagian yg mengatasi keadaan kritis, sedangkan
bagian yg lebih memusatkan perhatian pada penyumbatan dan penyempitan
pbuluh darah koroner disebut dgn unit perawatan intensif koroner (ICCU).
Baik UGD, ICU, dan ICCU adalah unit perawatan kritis dimana perburukan
patofisiologis dapat tjd secara cemat dan berakhir dgn kematian.
Pada kenyataannya, praktik penatalaksanaan kritis ini telah dimulai di
tempat kejadian maupun dlm waktu pengangkutan ke RS yg disebut dgn fase
prehospital.Tindakan yg dilakukan adalah resusitasi dan stabilisasi sambil
memantau perubahan yg mungkin tjd dan tindakan yg diperlukan.
e. Alasan Pasien Masuk ke Intensive Care
Secara umum, ps masuk ke unit perawatan krn membutuhkan monitoring
intensif dan perawatan diberikan utk dukungan kehidupan. Pasien masuk

7
ICU dpt berasal dari kamar bedah, UGD, dan berbagai unit lain. Berikut ini
bbrp alasan yg menyebabkan ps dirawat di ruang intensive:
1) Kesulitan/kerusakan sisten pernapasan yg mengakibatkan
ketidakmampuan klien mempertahankan ventilasi dan oksigen. Masalah
ventilasi dan oksigen umumnya tjd pada ps penumonia, emboli paru,
overdosis obat, dan distres pernapasan. ICU mempunyai fasilitas dan alat
utk menjamin kepatenan oksigenasi dan ventilasi.
2) Masalah Sirkulasi seperti hipotensi, gg irama jantung: Pasien infark
miokard akut (heart attack), irama jantung tdk tratur yg membutuhkan
monitoring scr rutin, perdarahan internal atau eksternal, ps hemodinamik
tdk stabil.
3) Gg neurologis. Pasien tdk sadar atau gg status mental yg membutuhkan
monitoring st neurologis scr intensif utk mendapat data ttg perfusi sentral.
4) Ancaman infeksi (risiko), spt luka bakar atau sepsis, membutuhkan
perawatan intensif utk mengontrol tekanan dan mempertahankan perfusi
jantung, otak, paru, ginjal. Contoh lain adl pasien sepsis dan luka bakar
terbuka yg sgt membutuhkan perawatan intensif thd pemberian obat dan
manajemen cairan.
5) Ps dgn masalah mtabolik, seperti ketidakseimbangan elektrolit krn
diabetes, ggal ginjal, ketidakseimbangan asam basa yg membutuhkan
monitoring intensif dan titrasi pengobatan utk mengontrol dan mencegah
komplikasi.
6) Pasien pasca bedah jantung terbuka, bedah thoraks, bedah otak, bedah
abdomen (laparatomi), bedah ortopedi dimasukkan ke ICU krn
membutuhkan monitoring intensif. Pasien yg tidak ada prosedur intensif
tapi memiliki riwayat penyakit jantung atau pernapasan, dapat juga
dimasukkan ke unit perawatan intensif untuk observasi dan membutuhkan
frekuensi pengkajian intensif.
f. Peran dan Fungsi Perawat Kritis
Perawat critical care mempunyai berbagai peran formal, yaitu :

8
1) bedsite nurse  peran dasar dari keperawatan kritis. Hanya mrk yg selalu
bersama ps 24 jam, dalam 7 hari seminggu
2) pendidik critical care  mengedukasi pasien
3) case manager mempromosikan perawat yg sesuai dan tepat waktu
4) manager unit atau departemen (kepala bagian)  menjadi pengarah
5) perawat klinis spesialis  dapat membantu membuat rencana askep
6) perawat praktisi  mengelola terapi dan pengobatan.

Pada akhirnya perawat critical care mengkoordinkasikan dgn tim


mengimplementasikan rencana askep, memodif rencana sesuai kebutuhan
dan respon pasien. Adapun kompetensi perawat kritis adalah:

1) Pengkajian klinis : mengumpulkan data ttg pasien, evaluasi praktik


2) Pembuatan keputusan klinis: menilai/membuat keputusan berdasarkan
data dan tanda gejala
3) Perawatan: memberi askep pada pasien
4) Advokasi: melindungi hak ps dan keluarga
5) Memikirkan sistem: mengarahkan sistem pelayanan yg bermanfaat bagi
ps
6) Fasilitator pembelajaran: sbg educator
7) Berespons thd keberagaman: terima pasien dgn budaya yg berbeda
8) Kolaborasi: kerjasama dgn profesi lain

AACN juga menjelaskan bahwa peran perawat kritis adalah peran


advokat.AACN mendefinisikan advokat adalah menghormati dan
mendukung nilai2 dasar, hak2, dan keyakinan pasien sakit kritis. Dalam
peran ini, perawat kritis melakukan hal:

1) menghormati dan mendukung hak pasien atau pengganti pasien yg


ditunjuk utk pengambilan keputusan otonom
2) campur tangan ketika kepentingan terbaik pasien yg bersangkutan
3) membantu ps mendapatkan perawatan yg dibutuhkan

9
4) menghormati nilai2, keyakinan2, dan hak2 pasien
5) menyediakan pendidikan dan dukungan utk membantu pasien atau
pengganti pasien yg ditunjuk membuat keputusan.
6) Mewakili pasien sesuai dgn pilihan pasien
7) Mendukung keputusan dari pasien atau pengganti yg ditunjuk, atau
perawatan transfer pasien kritis sama2 berkualitas
8) Berdoa bagi pasien yg tidak dapat berbicara utk mereka sendiri
9) Memantau dan menjaga kualitas perawatan pasien
10) Bertindak sbg penghubung antara pasien, keluarga, dan profesional
kesehatan lainnya
g. Tujuan Perawatan Intensive
1) Menyelamatkan kehidupan
2) Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui
observasi dan monitoring yang ketat disertai kemampuan
menginterpretasikan setiap data yang di dapat dan melakukan tindak
lanjut.
3) Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan.
4) Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien.
5) Mengurangi angka kematian pasien kritis dan mempercepat proses
penyembuhan pasien.
h. Klasifikasi ICU
1) ICU Primer : Tingkat 1 (RS Tipe D/Kecil)
a) Memantau dan mencegah penyulit pasien dan bedah yang berisiko
b) Ventilasi mekanik dan pemantauan kardiovaskuler sederhana selama
beberapa jam
c) Ruangan dekat dengan kamar bedah
d) Kebijakan / criteria pasien masuk, keluar dan rujukan
e) Kepala : dokter spesialis anestesi
f) Dokter jaga 24 jam, mampu RJP
g) Konsultan dapat dihubungi dan dipanggil setiap saat

10
h) Jumlah perawat cukup dan sebagian besar terlatih
i) Pemeriksaan Laborat : Hb, Hct, Elektrolit,GD, Trombosit
j) Kemudahan Rontgen dan Fisioterapi
2) ICU Sekunder : Tingkat 2
a) Memberikan pelayanan ICU umum: bedah, trauma, bedah syaraf,
vaskuler dsb.
b) Tunjangan ventilasi mekanik lebih lama.
c) Ruangan khusus dekat kamar bedah
d) Kebijakan dan kriteria pasien masuk, keluar dan rujukan
e) Kepala intensivis, bila tidak ada SpAn.
f) Dokter jaga 24 jam mampu RJP ( A,B,C,D,E,F )
g) Ratio pasien : perawat = 1 : 1 untuk pasien dengan ventilator,RT dan
2 : 1 untuk pasien lainnya.
h) 50% perawat bersertifikat ICU dan pengalaman kerja minimal 3 tahun
di ICU Mampu melakukan pemantauan invasife Lab, Ro, fisioterapi
selama 24 jam
3) ICU Tersier : Tingkat III (RS Tipe A/B)
a) Tempat khusus tersendiri di Rumah Sakit
b) Memiliki kriteria klien masuk, keluar dan rujukan
c) Memilki dokter sepesialis dan sub spesialis yang dapat dipanggil
setiap saat.
d) Dikelola oleh seorang ahli anestesiologi konsultan intensif care atau
ahli yang lain, yang bertanggung jawab secara keseluruhan.
e) Ada dokter jaga 24 jam dan mampu melakukan CPR (BHD dan
BHL).
f) Ratio pasien : perawat = 1:1 untuk pasien dengan ventilator, dan 2 : 1
untuk pasien lainnya.
g) 75% perawat bersertifikat ICU atau minimal pengalaman kerja di ICU
3 tahun

11
h) Mampu melakukan pemantauan / terapi non invasive maupun
invasive.
i) Laborat, Ro, Fisioterapi selama 24 jam
j) Mempunyai pendidikan medik dan perawat
k) Memiliki prosedur pelaporan resmi dan pengkajian, Memiliki staf
administrasi, rekam medik dan tenaga lain.
i. Standar Minimun Pelayanan Instalasi Perawatan Intensive
1) Resusitasi Jantung Paru (BHD)
2) Air Way Management
3) Terapi Oksigen: Ventilator
4) Monitoring EKG, Pulse Oximetri
5) Pemeriksaan Lab
6) Terapi Titrasi
7) Tehnik khusus sesuai pasien
j. Tanggung Jawab Peran Perawat
1) Mendukung dan menghargai otonomi pasien, serta pengambilan
keputusan yang diinformasikan
2) Menjadi penengah apabila ada keraguan kepentingan siapa yang dilayani
3) Membantu pasien untuk memperoleh perawatan yang diperlukan
4) Menghormati nilai, keyakinan, dan hak pasien

5) Memberikan edukasi kepada pasien/yang mewakilkan dalam


pengambilan keputusan
6) Menerangkan hak pasien untuk memilih
7) Mendukung keputusan pasien/yang mewakilkan atau
memindahtangankan perawatan kepada perawat keperawatan kritis
dengan kualifikasi yang setara
8) Menjadi perantara basi pasien yang tidak bisa mengambil keputusan
sendiri dan juga pasien yang memerlukan intervensi darurat
9) Memonitor dan menjamin kualitas pelayanan

12
10) Berlaku sebagai penghubung antara pasien/keluarga pasien dan anggota
tim kesehatan lain
2. PROSES KEPERAWATAN PADA AREA KEPERAWATAN KRITIS
Proses keperawatan memberikan suatu pendekatan yg sistematis, dimana perawat
kep kritis dpt mengevaluasi masalah ps dengan cepat.
a. Pengkajian
Dilakukan pada semua sistem tubuh utk menopang dan mempertahankan
sistem2 tsb tetap sehat dan tidak tjd kegagalan. Pengkajian meliputi proses
pengumpulan data, validasi data, menginterpretasikan data dan
memformulasikan masalah sesuai hasil analisa data.
Pengkajian awal di dlm kep intensive sama dgn pengkajian umumnya
yaitu dgn pendekatan sistem yg meliputi askep bio-psiko-sosio-kultural-
spiritual. Namun, jika klien dirawat dan telah terpasang alat2 bantu mekanik
spt alat bantu napas, hemodialisa, pengkajian juga diarahkan pada hal2 yg
lebih khusus yakni terkait dgn terapi dan dampak dari penggunaan alat tsb.
Data subjektif dan objektif harus selalu didapat dari pasien.Pada situasi kritis,
data subjektif lebih sedikit didapat dibandingkan data objektif, dikarenakan
wawancara tidak domain dipraktikkan utk memperoleh data.Data objektif
sering dan representatif digunakan sbg data pengkajian di unit keperawatan
intensif dgn tidak mengabaikan respon subjektif yg ada.Adapun jenis
pengkajian yg dilakukan:
a) Pengkajian awal: di UGD
b) Pengkajian dasar : menerapkan tindakan review of sistem, misalnya
pengkajian neurologis, karviovaskular. Aspek yg dilihat direpresentasikan
ke system
c) Pengkajian terus menerus (intens)
d) Pengkajian khusus : pengkajian mesin2 pendukung kehidupan, spt titrasi
obat, HD, dll.
b. Diagnosa

13
Setelah melakukan pengkajian, data dikumpulkan dan diinterpretasikan
kemudian dianalisa lalu ditetapkan masalah/diagnosa keperawatan
berdasarkan data yg menyimpang dari keadaan fisiologis, mengutamakan
diagnosa aktual, risiko, problem kolaboratif, dan syndrome
diagnostic.Kriteria hasil ditetapkan utk mencapai tujuan dari tindakan
keperawatan yg diformulasikan berdasarkan pada kebutuhan klien yg dapat
diukur dan realistis.
Diagnosa keperwatan ditegakkan untuk mencari perbedaan serta mencari
tanda gejala yg sulit diketahui utk mencegah kerusakan/gg yg lebih luas.
Diagnosa keperawatan atau masalah area keperawatan kritis difokuskan
pd kondisi fisiologis yg menjadi alasan aktual ps dirawat atau mengancam.
Kondisi yg membutuhkan perawatan kritis adalah gg (patologis) sistem
pernapasan, sistem kardiovaskular, sistem neurologis, calit, sistem
perkemihan, nutrisi. Masalah y membutuhkan perawatan ICU adalah :
1) Gg difusi gas
2) Ketidakefektifan bersihan jalan napas
3) Penurunan curah jantung
4) Defisit volume cairan
5) Kelebihan volume cairan
6) Risiko defisit volume cairan
7) Risiko ketidakseimbangan volume cairan
8) Risiko ketidakseimbangan elektrolit
9) Risiko infeksi
10) Risiko syok
11) Kecemasan
12) Defisit perawatan diri
13) Risiko gg integritas kulit
14) Problem Kolaboratif: potensial komplikasi gagal napas, potensial
komplikasi hipokalemia, potensial komplikasi hypernatremia

14
15) Syndrome diagnostic: kumpulan diagnosa keperwatan yg dominan
menghasilkan dx baru.

c. Intervensi/Perencanaan
Sebelum dibuat rencana tidakan, terlebih dahulu memprioritaskan
masalah. Prioritas masalah dibuat berdasarkan pada ancaman/risiko ancaman
hidup (cth: penurunan curah jantung, defisit volume cairan, bersihan jalan
napas tdk efektif, gg prtukaran gas, pola napas tdk efektif, inefektif perfusi
jaringan (cerebral, ginjal, abdomen)).
Dx keperawatan dibuat untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan
(cth: risiko ketidakseimbangan cairan, risiko infeksi, risiko trauma) dan
diagnosa keperawatan untuk mencegah komplikasi (spt risiko gg integritas
kulit). Yg terakhir adalah mengidentifikasi diagnosa syndrome (cth: defisit
perawatan diri).
Perencanaan tindakan mencakup 4 unsur kegiatan:
1) Observasi/monitoring
2) Terapi keperawatan
3) Pendidikan
4) Terapi kolaboratif.

Pertimbangan lain adalah kemampuan utk melaksanakan rencana dilihat


dari keterampilan perawat, fasilitas, kebijakan, dan standar operasional
prosedur. Perencanaan tindakan perlu pula diprioritaskan dgn perencanaan
ini untuk membuat efisiensi sumber2, mengukur kemampuan perawat dan
mengoptimalkan penyelesaian masalah.Perawatan harus dibut berdasarkan
pada parameter yg objektif dan jelas.

d. Implementasi
Semua tindakan yg dilakukan dlm pemberian askep dilakukan sesuai dgn
rencana tindakan.Hal ini penting utk mencapai tujuan. Tindakan keperawatan
dpt dalam bentuk observasi, tindakan prosedur tertentu, tindakan kolaboratif,

15
dan pendidikan kesehatan. Dalam tidnakan perlu ada pengawasan terus
menerus terhadap kondisi klien termasuk perilaku.Terapi ditujuan pada gejala
yg muncul pertama kali utk mencegah krisis dan scr terus menerus dalam
jangka waktu yg lama sampai dapat beradaptasi dg tercapainya tingkat
kesembuhan yg lebih tinggi atau tjd kematian.
Dokumentasi setiap tindakan yg telah dilakukan sehingga meyakinkan
bahwa setiap tindakan telah terlaksana dgn benar.

e. Evaluasi
Merupakan proses penentuan perbaikan kondisi pasien thd pencapaian
hasil yg diharapkan. Dilakukan scr tepat, terus menerus dan dalam waktu yg
lama untuk mencapai keefektifan masing2 terapi/tindakan, secara terus
menerus menilai kriteria hasil utk mengetahui perubahan st pasien.Dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pasien kritis prioritas pemenuhan
kebutuhan tetap mengacu pada hirarki dasar Maslow dgn tidak meninggalkan
prinsip holistik.Proses evaluasi terdiri atas 3 jenis:
1) Evaluasi progres: dilakukan terus menerus, untuk menilai keberhasilan
suatu tindakan. Perbaikan masalah langsung dilakukan saat itu juga.
2) Evaluasi intermitten: memiliki batas waktu dan indikator, pelaporan
dilakukan di akhir shift merupakan kesimpulan dari evaluasi progres.
3) Evaluasi terminal: dilakukan pada saat pasien hendak dipindahkan ke
ruang, dirujuk, atau dipulangkan.
3. EFEK KONDISI KRITIS TERHADAP PASIEN DAN KELUARAGA
Sakit kritis merupakan kejadian yg tiba2 dan tidak diharapkan serta
membahayakan hidup bagi pasien dan keluarga yg mengancam keadaan stabil.
Stress dan penyakit merupakan efek dari kondisi kritis terhadap pasien. Stres
didefinisikan sebagai suatu stimulus yg mengakibatkan ketidakseimbangan
fungsi fisiologis dan psikologis.Pada kenyataannya, bahwa dgn diterimanya
pasien di ICU menjadikan tanpa adanya ancaman thd kehidupan dan
kesejahteraan pada semua indiv yg dirawat. Di sisi lain, perawat keperawatan

16
kritis merasakan bahwa unit kep kritis merupakan tempat di mana hidup dgn
kewaspadaan. Di sisi lain jg pasien dan keluarga mrasa bahwa diterimanya di
ICU sbg tanda akan tiba kematian krn pengalaman mereka sendiri atau org lain.
Karena perbedaan persepsi ttg perawatan kritis antara ps, klga, dan perawat,
maka terputusnya komunikasi kedua pihak hrs diantisipasi.
Peran sakit pada pasien yg sering ditemukan adalah peran tidak
berdaya.Stres karena penerimaan peran sakit, ketidakberdayaan dpat
menyebabkan terputusnya komunikasi antara pasien dan perawat.
Ketidakberdayaan sering dihubungkan dgn ansietas yg menjelaskan bahwa
mengalami kemunduran pd pasien dewasa. Berbagai macam perilaku koping
pasien seperti mengingkari, marah, pasif, atau agresif umumnya dpt dijumpai pd
pasien. Upaya koping pasien mgkn efektid atau tdk efektif dlm mengatasi stres
dan ini mengakibatkan ansietas.Jika perilaku koping efektif, energi dibebaskan
dan diarahkan langsung ke penyembuhan.Jika upaya koping gagal atau tidak
efektif, maka keadaan tegang meningkatn dan terjadi peningkatan kebutuhan
energi.
Hubungan antara stres, ansietas, dan mekainsme koping adalah kompleks dan
ditunjukkan secara kontinyu dalam berbagai situasi keperawatan kritis.Tingkat
stres yg ekstrem merusak jaringan tubuh dan dapat mempengaruhi respon adaptif
jaringan patologis. Jika koping tidk efektif, ketidakseimbangan dpt tjd dan
respon pikiran serta tubuh akan meningkat berupaya utk mengembalikan
keseimbangan.

17
a. Efek Kondisi Kritis Pada Pasien
1) Stress: muncul apabila pasien dihadapkan dengan stimulus yang
menyebabkan ketidakseimbangan antara fungsi fisiologis dan psikologis.
Respon thd stress:

2) Kecemasan.
Penyebab: perasaan terisolasi, dan perasaan kesepian.
Kecemasan terjadi saat seseorang mengalami hal-hal:
a) Ancaman ketidakberdayaan
b) Kehilangan kendali
c) Merasa kehilangan fungsi dan harga diri
d) Pernah mengalami kegagalan pertahanan
e) Rasa isolasi
f) Rasa takut sekarat

Respon terhadap kecemasan:


a) Respon fisologis frekuensi nadi cepat, peningkatan tekanan darah,
peningkatan pernapasan, dilatasi pupil, mulut kering, dan vasokontriksi
perifer dapat tidak terdeteksi
b) Respon sosiopsikologis respon perilaku yang menandakan
kecemasan seringkali didasari oleh sikap keluarga dan budaya.
Pola Adaptasi

18
Peran Perawat:
a) Menciptakan lingkungan yang menyembuhkan
b) Menumbuhkan rasa percaya
c) Memberikan informasi
d) Memberikan kendali
e) Kepekaan budaya
f) Kehadiran dan penenangan
g) Teknik kogniti

b. Efek Kondisi Kritis Pada Keluarga


1) Stres
Stresor dapat berupa: fisiologis (trauma, biokimia, atau lingkungan),
psikologis (emosional, pekerjaan, sosial, atau budaya)
2) Rasa takut dan kecemasan
3) Peralihan tanggung jawab
4) Masalah keuangan
5) Tidak adanya peran sosial
4. ISU END OF LIFE DI KEPERAWATAN KRITIS
Perawatan end of life merupakan perawatan yg bertujuan utk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dgn membantu mengatasi
masalah penderitaan fisik, psikologis, sosial dan spiritual pada pasien yg tidak
lagi responsif thd tindakan kuratif.
End of life atau kematian tjd apabila fungsi pernapasan dan jantung
berhenti. Pada umumnya, kematian disebabkan oleh penyakit atau trauma yg

19
mengakibatkan mekanisme kompensasi tubuh berlebihan. Penyebab langsung
kematian adalah:
a) Gagal napas dan syok yg mengakibatkan berkurangnya aliran darah utk
memenuhi kebutuhan organ vital seperti otak, ginjal, jantung.
b) Multiple organ dysfunction syndrome (MODS) merupakan problem
patologis di unit kep kritis yg menjadi penyebab kematian.
c) Tidak adekuatnya aliran darah pada jaringan tubuh menjadikan sel
kekurangan oksigen. Pada keadaan hipoksia tubuh melakukan metabolisme
tanpa menggunakan oksigen (anaerob) disertai asidosis, hiperkalemia, dan
iskemia jaringan.
d) Perubahan scr dramatis pada organ vital menunjukkan pelepasan dari toxin
hasil metabolisme dan kerusakan enzim. Ini adalah proses yg menjelaskan
bahwa sudah tjdnya MODS.

Kematian klinis adalah kematian yg terjadi setelah berhentinya denyut jantung


dan pernapasan berirama, tidak ada gangguan fungsi otak atau kematian batang
otak.Pada situasi ini dengan tindakan CPR masih mungkin berhasil
memulihkan organ. Bagaimanapun, CPR akan sia2 bila pasien menderita
penyakit termina dan sudah mengalami MODS.

a. 15 Kompetensi Dasar Untuk Meningkatkan Kualitas Askep End Of Life


American Association of Critical Nursing mempublikasikan 15 kompetensi
dasar utk meningkatkan kualitas askep end of life:
1) Menggali perubahan dinamis tentang populasi demografi, pelayanan
kesehatan yg ekonomis, dan jasa layanan kesehatan yang mendukung
peningkatan kesiapan askep end of life.
2) Meningkatkan kepedulian terhadap kenyamanan asuhan pada kematian
secara aktif, yg diinginkan, dan mementingkan skill dan merupakan
bagian integral dari askep
3) Komunikasi secara efektif dan penuh kasih sayang yang melibatkan klien
dan keluarga serta anggota team asuhan tentang isu end of life

20
4) Menggali sikap, perasaan, nilai dan harapan diri tentang kematian, budaya
serta kepercayaan rohani dan kebiasaan pasien.
5) Berperilaku rasa hormat terhadap pendapat dan harapan pasien selama
asuhan perawatan end of life
6) Kolaborasi antar anggota tim kesehatan lain saat sedang melaksanakan
peran keperawatan pada asuhan end of life
7) Gunakan alat yang standar yang didasari ilmu pengetahuan untuk
mengkaji gejala dan tanda yang diperlihatkan pasien saat kematian
8) Penggunaan data dari pengkajian gejala untuk membuat rencana tindakan,
pada manajemen gejala menggunakan standar pendekatan tradisional
9) Mengevaluasi dampak dari terapi tradisional, komplementer, dan
teknologi berpusat pada hasil akhir pasien
10) Mengkaji terapi dari berbagai sudut pandang meliputi kebutuha fisik,
psikologis, sosial dan spiritual untuk meningkatkan kualitas askep
b. Peran Perawat Dalam Keperawatan End Of Life
1) Memberikan dukungan perawatan fisik
2) Memgatasi semua gejala penyakit
3) Memberikan perawatan fisik dengan memandikan pasien
4) Merawat area tekan
5) Memberikan analgesik dan sedasi
6) Peran perawat advokasi : Mendengarkan, Memahami keinginan,
Membantu dalam pembuatan keputusan yang dibutuhkan, Mendukung
pilihan keluarga terhadap perawatan pasien
c. Tahapan Perawatan End Of Life
Tahap I
1) Perawat mengenali kematian yang tidak bisa dihindari sebelum dokter
dan keluarganya
2) Mendorong dokter untuk mengkomunikasikan dan mendiskusikan
beberapa pilihan secara langsung dengan keluarga tentang tindakan
penghentian dukungan hidup dan peyampaian berita buruk

21
Tahap 2
1) Merencanakan pertemuan dengan keluarga untuk membantu keluarga
membuat keputusan sendiri dan siap menghadapi tindakan penghentian
dukungan hidup pasien
Tahap 3
1) Ketika keluarga telah menentukan keputusan untuk penghentian
dukungan hidup dimana pasien dan keluarga butuh waktu untuk bersama
d. Dampak perawatan end of life
1) Perawat merasa simpati dan kasihan kepada pasien
2) Perawat mengalami kecemasan dan depresi
3) Perawat merasa tidak berdaya, marah, frustasi, dan sedih
4) Perawat merasakan kesulitan dan gangguan emosional
5) Perawat juga mengalami distres
5. ASPEK PSIKOSOSIAL DARI KEPERAWAAN KRITIS
Dukungan psikososial dibutuhkan oleh pasien pd unit perawatan kritis,
termasuk bantuan dalam mengatasi efek perawatan di RS sebanding dgn
penyakit kritis yang dialami ps, suara, dan aktivitas. Aktivitas di unit perawatan
ICU mengganggu ps selama 24 jam. Lebih dari itu pasien harus mengatasi rasa
sakit, rasa takut akan penyakitnya.
Karena menyadari lingkungan yg mengancam seperti di unit kep kritis,
pada keadaan ini perawat menjadi negosiator bagi pasien.Berikut ini adalah
konsep yg dapat membantu perawat menjadi negosiator yg baik.
A. Input Sensori : kelainan sensori adalah problem yg sering dihadapi di unit
perawatan kritis. Imput sensori dgn menggunakan panca indera yg selama ini
digunakan dgn baik tidak dapat difungsikan dgn optimal. Terlalu banyak
stimulus yg tidak diinginkan, spt suara bising berlebihan dan terus menerus,
cahaya terang dan hipersensitivitas dpt bertindak sbg penyimpang dan
pengganggu. Berkurangnya stimulus spt kegelapan, kesunyian dan tidak aktif
dapat saja terjadi pd unit kep kritis. Kualitas dan kuantitas stimulus hrs
dikenali dan menjadi pertimbangan perawat.

22
1) Kehilangan sensori  istilah yg dgunakan utk identifikasi berbagai gejala
yg tjd setelah penurunan dlm kualitas dan kuantitas input sensori. Istilah
lain yg termasuk didlmnya adl isolasi, kurungan, informasi terbatas,
kehilangan persepsi, dan pembatasan sensori selama 8 jam dapat memicu
timbulnya gejala kehilangan sensori, yaitu:
a) Disorientasi waktu (hilang kesadaran thd waktu), kebosanan, delusi,
ilusi, halusinasi, gelisah, depresi, adanya perilaku/gejala psikosa
2) Kelebihan sensori  gejala yg tjd setelah pemajanan yg lama pd tingkat
kebisingan yg tinggi. Ketegangan dan ansietas meningkat akibat terpajan
dgn kebisingan yg terus menerus. Jumlah dan kualitas kebisingan dpt
menjadi faktor penyembuhan pasien. Sbg contoh, tingkat kebisingan yg
tinggi meningkatkan kebutuhan obat penurun yeri, suara tawa yg keras
antara petugas kesehatan menyebabkan rasa marah pasien, egosentris
normal pasien kritis menyebabkan mereka menginterpretasikan semua
percakapan dan tindakan ditujukan kpdnya. Oleh krn itu, pembicaraan dan
tawa sebaiknya jgn terdengar pasien dan jauh dari pasien. Berikut ini
gejala sehubungan dgn tingkat kebisingan tinggi:
a) Peningkatan kebutuhan obat penurunan nyeri
b) Tidak bisa tidur
c) Merasa takut, pembicaraan dan tawa ditujukan kpdnya
d) Kekacauan mental, delusi, ilusi, halusinasi
Keadaan ICU Phychosis yg disebabkan oleh lingkungan:
1) Kebisingan (mendengar pembicaraan orang, mendengar suara langkah
tenaga medis yang terburu-buru, bunyi dari mesin monitor)
2) Pencahayaan (lampu ICU yang terang dan hidup terus menerus)
3) Keterbatasan gerak karena banyaknya alat yang dipasang di tubuh mereka
4) Laki-laki dan perempuan dalam satu ruangan (tidak ada privasi)
5) Tempat tidur yang tidak nyaman

23
Keadaan ICU Phychosis yg disebabkan oleh tenaga medis:
1) Ketidakmampuan perawat dalam melakukan komunikasi yang efektif
2) Kesulitan perawat dalam membangun hubungan terapeutik
3) Banyaknya tenaga medis yang keluar masuk dan melakukan pengkajian
dan intervensi
4) Tenaga medis mendiskusikan tentang penyakit pasien di ruangan tsb
sehingga menimbulkan kecemasan bahkan keputusasaan bagi pasien.
Keadaan ICU Phychosis yg disebabkan oleh keluarga:
Kurangnya kontak dengan keluarga, padahal mereka membutuhkan dukungan
dan kehadiran keluarganya karena pada umumnya ICU membatasi kunjungan
keluarga.
Dampak Psikososial
Askep pada pasien yg dirawat di ICU atau kep kritis tetap
mempertimbangkan aspek bio, psiko, sosio, spiritual, scr komprehensif.
Pasien dlm penanganan keperawatan kritis dapat memberikan efek negatif yg
dpat mempengaruhi kondisi ps tsb, diantaranya dampak pada aspek
psikososisla. Dampak ini adalah:
1) Delirium  menjalani perawatan di unit perawatan kritis dpt menjadi
trauma yg serius bagi pasien kritis. Akibat penyakit yg diderita scr
otomatis menjadi pemicu kekacauan mental akut. Kondisi ini dapat
diperlihatkan pada semua umur, kebanyakan pada lansia. Onsetnya cepat
dan secara umum kembali normal. Kekacauan mental akut ini
mempengaruhi kognitif, perhatian, dan sirkulasi tidur bangun. Kekacauan
mental ini dinamakan dgn istilah delirium. Berikut ini gejala yg mgkn tjd
sehub dgn delirium:
a) Fluktuasi tingkat kesadaran
b) Halusinasi penglihatan
c) Disorientasi objek (orang). Biasanya berpikir perawat adalah keluarga
terdekatnya
d) Kegelisahan berat

24
e) Gg memori
f) Gejala lain: gg kognitif, gg siklus tidur, bangun tidak normal, gg
perilaku psikomotor, gg kognitif, gg persepsi sensori, memori dan
berpikir.
g) Tampilan perilaku: disorientasi waktu dan tempat, tidak mengenal org
yg dikenal, gg sensori, delusi bahwa makanan diracuni
Nb:
- Tampilan perilaku siklus tidur bangun tdk normal : insomnia,
mimpi malam, agitasi saat kegelapan, waktu fokus menurun,
kurang waspada atau waspada berlebihan, fluktuasi kesadaran
dan mengantuk
- Tampilan perilaku gg perilaku psikomotor : ragu2, fluktuasi da
agitasi ke somnolen, perilaku melawan (ketakutan).
2) Depresi  gg alam perasaan yg dapat dialami olh pasien ICU. Masa
prawatan yg lama, tidak kunjung sembuh, peraturan yg ditetapkan di unit
kep kritis membuat ps merasa diisolasi oleh krn keluarga tdk boleh
mendampingi pasien. Sedih dan merasa putus hubungan dgn saudara atau
keluarga menjadi faktor risiko terjadinya depresi. Secara klinis, perilaku
diam dan kadang2 mengeluarkan air mata, merasa tidak berguna, tidak
memiliki harapan dan tidak berespons thd stimulus adalah perilaku umum
yg ditampilkan pasien. Memberikan pendidikan atau penjelasan pd pasien
dan keluarga oleh perawat adalah tindakan yg dpt dilakukan. Intervensi ini
dpt mereduksi respon yg mungkin tjd akibat depresi ringan. Tetapi apabila
depresi berat terjadi, perlu tindakan farmakologis atau konsultasi ke
psikiatri.
Faktor risiko yg menjadi predisposisi depresi krn gangguan medis adalah:
a) Isolasi social
b) Pesimis
c) Tekanan finansial
d) Riwayat gangguan mood

25
e) Penyalahgunaan obat-obatan dan alcohol
f) Usaha bunuh diri
g) Rasa sakit
h) Kehilangan makna hidup
3) Ansietas  unit kep kritis tidak dapat dipisahkan dari stimulus yg
menyebabkan stres, misalnya prosedur yg brsifat memaksa dan sangat
serius untuk dikerjakan. Pada situasi lain di unit kritis mgkn pasien lebih
mengalami keprihatinan dan rasa khawatir yg berlebihan pd macam2 alat
yg mengelilingi mereka. Ketakutan/ancaman selama dirawat di unit kep
kritis dapat timbul akibat minimnya informasi berkaitan dgn situasi mesin
pernapasan atau fasilitas dan peralatan teknologi yg canggih yg terpasang
pd tubuh pasien sehubungan dgn penatalaksanaan penyakit. Nyeri dan
ancaman kematian menjadi hal yg sangat menakutkan pasien, tidak ada
anggota klg yg mendampingi, kegaduhan yg tjd pada lingkungan atau pd
tempat tidur lain juga menjadi sumber stres.
Kecemasan dpt tjd pada saat sseorg mengalami hal berikut:
1) Ancaman ketidakberdayaan
2) Kehilangan kendali
3) Merasa kehilangan fungsi dan harga diri
4) Pernah mengalami kegagalan pertahanan
5) Rasa isolasi
6) Rasa takut sekarat
Perilaku yg sering diperlihatkan: respon non verbal memandang alat
yg terpasang pd dirinya.Secara fisiologis pada monitor jg memperlihatkan
denyut jatung dan TD meningkat. Perawat perlu menindaklanjuti ini utk
mengurangi kecemasan. Perilaku perawat yg penting adalah menjelaskan
dan memberi jawaban dgn singkat dan jelas, mengenai hal apa yg
menjadi pemicu ketakutan pd.

26
Berespon cepat thd keluhan yg mengancam spt nyeri yg dirasakan pd.
Berikut ini bbrp intervensi yg dpt dilakukan utk mereduksi dan
mengontrol pasien:
a) Teknik pernapasan
b) Relaksasi otot
c) Mempersiapkan informasi
d) Teknik distraksi
e) Metode koping yg efektif
Respon stres pd pasien kritis:
a) Respon Metabolik
- Metabolisme protein dan cairan
- Respon cairan dan elektrolit
b) Respon Hormonal terhadap Stress
- Respon endokrin
- Respon inflamasi
- Respon imunologi
Upaya mengatasi masalah psikososial:
1) Modifikasi lingkungan
2) Terapi music
3) Melibatkan dan memfasilitasi keluarga
4) Komunikasi terapeutik

27
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kritis adalah keadaan krisis, gawat, genting (tentang suatu keadaan),
keadaan yg paling menentukan berhasil atau gagalnya suatu usaha.Kritis jg didef
sbg penilaian dan evaluasi scr cermat dan hati2 thd suatu kondisi dlm rangka
mencari penyelesaian.
Secara keilmuan, keperawatan kritis berfokus pada penyakit yg kritis atau
ps yg tidak stabil.Untuk pasien kritis, pernyataan paling penting yg harus
dipahami adalah “waktu adalah vital”.

2. Saran

28

Anda mungkin juga menyukai