Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA TENTANG KLIEN

DENGAN MASALAH KRISIS

Dosen Pengampu: Benny Maria LumbanToruan SST,M.KM


Prodi: DIII.Keperawatan
Nama Kelompok:
Agnes Pero Simamora
Ronauli Purba
Kinanda Nainggolan
Jesika Silaban

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESEHATAN BARU DOLOKSANGGUL


PRODI DIII KEPERAWATAN JALAN BUKIT INSPIRASI SIPALAKKI
KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN
HUMBANG HASUNDUTAN
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR
puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
dan berkat Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Klien dengan masalah krisis”
dari mata kuliah Keperawatan Jiwa. ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki
kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Klien dan Masalah Krisis. kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang saya harapkan
untuk itu,saya berharap adanya kritik, saran dan usulan dari ibu Dosen demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya sekiranya
makalah ini disusun dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya
sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang.
Sekian kami ucapkan Terimakasih

Doloksanggul,07 Desember 2023


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................1
Latar Belakang................................................................................................1
Rumusan Masalah...........................................................................................1
Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................3
Definisi Krisis..................................................................................................3
Gambaran Umum Individu Yang Mengalami Krisis.......................................3
Jenis Krisis.......................................................................................................4
Peran Perawat dalam Keperawatan Jiwa Krisis...............................................5
Tinjauan Proses Keperawatan Jiwa Krisis.......................................................6
BAB III
PENUTUP.......................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
I.1.Latar Belakang
Dalam dunia keperawatan, sangat penting bagi seorang perawat untuk membuat tindakan yang
tepat terhadap pasien. Perawat harus mengetahui tentangkonsep dan perencanaan asuhan
keperawatan yang etis, legal, dan peka budaya pada klien yang mengalami kondisi kritis dan
mengancam kehidupan.Perencanaan asuhan keperawatan dikembangkan sedemikian rupa
sehinggadiharapkan mampu mencegah atau mengurangi kematian dan kecacatan yang berpotensi
terjadi.Dirawat di unit perawatan kritis (CCU) dapat menandakan adanyaancaman terhadap
kehidupan dan kesejahteraan pasien di unit tersebut. Perawat perawatan kritis menganggap unit
keperawatan kritis sebagai tempat kehidupanyang rapuh, diawasi dengan cermat, dirawat dan
dipelihara. Namun, pasien bererta keluarganya menganggap bahwa perawatan di CCU
merupakan salah satutanda kematian yang akan terjadi. Pemahaman terhadap makna perawatan
kritis bagi pasien dapat membantu perawat dalam merawat para pasien. Akan tetapikomuniksi
yang efektif dengan pasien yang kritis sering kali menimbulkantantangan dan rasa frustasi.
Hambatan komunikasi dapat berhubungan denganfisiologis pasien; terpasangnya slang
endotracheal, yang menghambat komunikasiverbal; obat-obatan atau kondisi lain yang
mengganggu fungsi kognitif.Dalam makalah ini, penulis berusaha memberikan pemahaman
terhadapapa itu perawatan kritis agar dapat menjadi media informasi tentang betaparapuhnya
unit perawatan kritis dan supaya dapat mengurangi kekhawatiran pasiententang unit perawatan
kritis. Dalam penyusunan makalah ini, penulis memintamaaf apabila ada informasi yang kurang
jelas ataupun sulit untuk dipahami,sesungguhnya penulis juga masih dalam tahap belajar.

I.2.Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa topik antara lain:
1.Apa itu perawatan kritis?
2.Bagaimana peran perawat kritis dalam keperawatan?
3.Bagaimana bentuk penanganan perawat kritis?
4.Bagaimana memahami karakteristik pasien?
5.Apa saja yang harus dikuasai perawat kritis?

I.3.Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah:1.Mahasiswa mampu menguasai konsep dan
perspektif keperawatan kritis.2.Mahasiswa mampu memahami
trend, issue,dan evidence based practice keperawatan.
II. PEMBAHASAN
II.1.Definisi Keperawatan Kritis
Perawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatanyang secara khusus
menangani respon manusia terhadap masalah yangmengancam kehidupan. Secara keilmuan,
perawatan kritis berfokus terhadap penyakit yang kritis atau pasien yang tidak stabil. Untuk
pasien yang kritis, penrnyataan penting yang harus dipahami perawat ialah “waktu adalah
vital”.Sedangkan istilah kritis memiliki artian yang luas penilaian dan evaluasi secaracermat dan
hati-hati terhadap suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar
.Menurut
American Association of Critical-Care Nurses
(AACN),keperawatan kritis adalah keahlian khusus didalam ilmu keperawatan yangdihadapkan
secara rinci dengan manusia (pasien) dan bertanggung jawab atasmasalah yang mengancam jiwa.
Perawat kritis adalah perawat professional yangresmi yang bertanggung jawab untuk
memastikan pasien sakit kritis dan keluarga pasien mendapatkan kepedulian optimal.Asuhan
keperawatan kritis mencakup diagnosis dan penatalaksanaanrespon manusia terhadap penyakit
actual atau potensial yang mengancamkehidupan. Lingkup praktik asuhan keperawatan kritis
didefinisikan denganinteraksi perawat kritis, pasien dengan penyakit kritis, dan lingkungan
yangmemberikan sumber-sumber adekuat untuk pemberian perawatan.
II.2.Ruang Lingkup Keperawatan Kritis
American Association of Critical Care Nurses
(AACN) menyatakan bahwa asuhan keperawatan kritis mencakup diagnosis dan penatalaksanaan
responmanusia terhadap penyakit yang actual atau potensial yang mengancam
kehidupan(AACN, 1989).Lingkup praktik asuhan keperawatan kritis didefinisikan dengan
interaksi perawat kritis, pasien dengan penyakit kritis, dan lingkungan yang memberikansumber-
sumber adekuat untuk pemberian perawatan. Pasien yang masuk ke lingkungan keperawatan
kritis menerima asuhan keperawatan intensif untuk berbagai masalah kesehatan. Serangkaian
gejala memiliki rentang dari pasienyang memerlukan pemantauan yang sering dan membutuhkan
sedikit intervensisampai pasien dengan kegagalan fungsi multisystem yang memerlukan
intervensiuntuk mendukung fungsi hidup yang mendasar. Pada umumnya lingkungan
yangmendukung rasio perbandingan perawat – pasien yaitu 1:2 (tergantung darikebutuhan
pasien), satu perawat dapat merawat tiga pasien dan, terkadang seorang pasien memerlukan
bantuan lebih dari satu orang perawat untuk dapat bertahanhidup. Dukungan dan pengobatan
terhadap pasien-pasien tersebut membutuhkansuatu linghkungan yang informasinya siap tersedia
dari berbagai sumber dandiatur sedemikian rupa sehingga keputusan dapat diambil dengan cepat
danakurat.
II.3.Prinsip Keperawatan Kritis
Pasien kritis adalah pasien yang dengan perburukan patofisiologi yangcepat dapat menyebabkan
kematian. Ruang untuk mengatasi pasien kritis dirumah sakit terdiri dari: Unit Gawat Darurat
(UGD) dimana pasien diatasi untuk pertama kali, Unit Perawatan Intensif (ICU) adalah bagian
untuk mengatasikeadaan kritis sedangkan bagian yang lebih memusatkan perhatian kepada
penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah coroner yang disebut unit perawatan intensif
Koroner Intensif Care Coronary Unit
(ICCU). Baik UGD,ICU, maupun ICCU adalah unit perawatan pasien kritis dimana perburukan
patofisiologi dapat terjadi secara tepat dan dapat berakhir dengan kematian.Prioritas dari gawat
darurat tiap pasien gawat darurat mempunyai tingkatkegawatan yang berbeda, dengan demikian
mempunyai prioritas pelayanan prioritas yang berbeda. Oleh karena itu diklasifikasikan pasien
kritis atas:a.
Exigent:pasien yang tergolong dalam keadaan gawat darurat 1 danmemerlukan pertolongan
segera. Yang termasuk dalam kelompok iniadalah pasien dengan obstruksi jalan nafas, fibrasi
ventrikel, ventrikeltakikardi dan
cardiac arrest
Emergent:yang disebut juga dengan gawat darurat 2 yang memerkukan pertolongan secapet
mungkin dalam beberapa menit. Yang termasuk dalam kelompol ini adalah
miocard infark,aritmia yang tidak stabil dan pneumotorax
Urgent:yang termasuk kedalam gawat darurat 3. Dimana waktu pertolongan yang dilakukan
lebih panjang dari gawat darurat 2, akan tetapitetap memerlukan pertolongan yang cepat karena
dapat mengancamkehidupan.Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah eksteraserbasiasma,
pndarahan gastrointestual dan keracunan atau Minor
Non urgent : yang termasuk kedalam gawat darurat 4, semua penyakit yang tergolong kedalam
yang tidak mengancam kehidupan.
II.4.Fungsi dan Peran PerawatII
Merekomendasikan pembentukan tim lapangan pada semua trust akut.Tim ini terbentuk sesuatu
dengan filosofi perawatan intensif tanpa batas sebagaisalah satuaspek dari pelayanan perawatan
kritis (Gwinnutt, 2006). Tujuan dari timlapangan ini adalah:a.Berupaya agar pasien tidak perlu
ke ICU dengan mengidentifikasi pasienyang mengalami perburukan dan juga membantu untuk
mencegah agar pasien tidak perlu ke ICU atau memastikan hasil akhir yang terbaik.
b.Memungkinkan pengeluaran pasien dari ICU dengan memberikandukungan, baik saat pasien
keluar dari ICU dan berada dalam ruang perawatan yang secara kontinu menunjukkan
kesembuhan maupun setelah pesien keluar dari rumah sakit.c.Memberikan keterampilan
perawatan kritis kepada staf di ruang perawatandan komunitas, memastikan bertambahnya
kesempatan pelatihan dan praktik keterampilan, serta menggunakan informasi yang diperoleh
dariruang perawatan dan komunitas untuk memperbaiki pelayanan perawatankritis bagi pasien
dan keluarganya.
II.4.2.Peran Perawat Kritis Sebagai Advokat
Pengembangan fungsi adaptif berarti perawat bernegosiasi untuk pasien.Karena pasien dengan
penyakit kritis sering kali tidak dapat secara efektif mengatasi masalah fisiologis dan lingkungan.
Sehingga perlu bagi perawat mengerjakannya untuk pasien apa yang tak mampu mereka
kerjakan untuk dirimereka sehingga energi disimpan. Sebagai advokat pasien, perawat
harusmenghindari penambahan beban yang meningkatkan kebutuhan pasien untuk berinteraksi
bila interaksi tidak mengembangkan adaptasi. Sebagai contoh, energi pasien terpakai untuk rasa
takut terhadap peralatan didekatnya tidak membantumemakai energi dengan menanyakan hal
tersebut dan mendengarkan pengulangan. Demikian juga, energi bertambah pada kebutuhan
untuk secara tetapmendapatkan cinta seseorang tetap ada, tak sebanding dalam penggunaan
energiuntuk berhubungan dengan orang tersebut.Pengembangan keamanan pada pasien penyakit
kritis meliputi penurunankerentanan fisiologik dan emosional. Perasaan aman hilang atau
sedikitnyamenurun secara bermakna kapanpun ada penurunan fungsi pengendalian
tubuh.Hilangnya pengendalian bervariasi mulai dari kelelahan dan kelemahan sampai paralisis.
Hal ini dapat diakibatkan oleh patologi, lingkungan (contoh, dyspneadan kelebihan beban
sensori). Sehubungan dengan penurunan atau hilangnya pengendalian, perawat melakukan
intervensi untuk meningkatkan rasa aman pasien. Hal ini diselesaikan dengan menggunakan
keterampilan, alat-alat, obat-oabatan, dan interaksi, memberikan bantuan pernapasan dengan
respirator, denganmendorong latihan pernapasan, atau dengan tinggal bersama pasien saat
pasienansietas dan kesepian. Pengenalan kebutuhan rasa aman pasien merupakan elemen penting
dalam pendekatan holistic asuhan keperawatan. Selain itu, hal ini sangatmempertimbangkan
“keseluruhan” pasien yang memungkinkan perawat untuk menetapkan prioritas sebagai
negosiator pasien.
II.4.3.Perawatan Critical Care Mempunyai Berbagai Peran Formal, Yaitu:
a.Bedsite nurse: peran dasar dari perwatan kritis.
Hanya mereka yang selalu bersama 24 jam dari 7 hari seminggu.
b.Pendidik critical care: mengedukasi pasien.
c.Care manager: mempromosikan perawat yang sesuai dan tepat waktu
d.Menager unit atau departemen (kepala bagian): menjadi pengarah
e.Perawat klionis spesialis: dapat membantu membuat rencana asuhan keperawatan
f.Perawat praktisi: mengelola terapi dan pengobatan Pada akhirnya perawat critical care
mengkoordinasikan dengan timmengimplementasikan rencana asuhan
keperawatan:a.Menyediakan pendidikan dan dukungan untuk membantu pasien ataumengganti
pasien yang ditunjuk membuat keputusan. b.Mewakili pasien sesuai dengan pilihan
pasien.c.Mendukung keputusan dari pasien atau menggantu yang ditunjuk, atau perawatan
transfer pasien kritis sama-sama berkualitas.d.Berdoa bagi pasien yang tidak dapat berbicara
untuk mereka sendiri.e.Memantau dan menjaga kualitas perawatan pasien.f.Bertindak sebagai
penghubung antara pasien, keluarga, dan professionalkesehatan lainnya.
II.5.Trend dan Issue Keperawatan Kritis
II.5.1.Pengertian
Trend adalah hak yanag sangat mendaar dalam berbagai pendekatananalisa, trend juga dapat
didefenisikan salah satu gambaran ataupun informasiyang terjadi pada saat ini yang biasanya
sedang populer dimasyarakat.Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan
terjaditerjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang. Isu adalah sesuatu yang sedangdibicarakan
oleh banyak orang namun masih belum jelas faktanya atau buktinya.Trend dan isu keperawatan
adalah sesuatu yang sedang di bicarakan banyak orang tentang praktek / mengenai keperawatan
baik itu berdasarkan faktamaupun tidak. Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan
profesioanalkeperawatan yang di berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun
UGD dan klinik kedaruratan sering di gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian
filosopi tentang keperawatan gawat darurat menjadi luas,kedaruratan yaitu apapun yang di alami
pasien atau keluarga harus di pertimbangkan sebagai hedaruratanPelayanan gawat darurat tidak
hanya memberikan pelayanan untuk mengatasi kondisi kedaruratan yang di alami pasien tetapi
juga memberikanasukan keperawatan untuk mengatasi kecemasan pasien dan keluarga. Sistem
pelayana bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis lainnya harusmemiliki kemampuan,
keterampilan, tehnik serta ilmu pengetahuan yang tinggidalam memberikan pertolongan
kedaruratan kepeda pesien.
II.5.2.Faktor yang Mempengaruhi Trend Issue Keperawatan Kritis
1.Faktor agama dan adat istiadat
Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalammembuat keputusan etis.
Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilaiyang diyakini maupun kaidah agama yang
dianutnya. Untuk memahami inimemang diperlukan proses. Semakin tua dan semakin banyak
pengalaman belajar,seseorang akan lebih mengenal siapa dirinya dan nilai-nilai yang
dimilikinya.Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk dengan berbagai
agama/kepercayaan dan adat istiadat. Setiap penduduk yangmenjadi warga negara Indonesia
harus beragama/berkeyakinan. Ini sesuai dengansila pertama Pancasila: Ketuhanan Yang Maha
Esa, dimana di Indonesiamenjadikan aspek ketuhanan sebagai dasar paling utama. Setiap warga
negaradiberi kebebasan untuk memilih kepercayaan yang dianutnya
2.Faktor social
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis.Faktor ini antara lain
meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan danteknologi, hukum, dan peraturan
perundang-undangan.Perkembangan sosial dan budaya juga berpengaruh terhadap
sistemkesehatan nasional. Pelayanan kesehatan yang tadinya berorientasi pada programmedis
lambat laun menjadi pelayanan komprehensif dengan pendekatan timkesehatan

3.Faktor ilmu pengetahuan dan teknologi


Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuanilmu pengetahuan dan
teknologi yang belum dicapai manusia pada abadsebelumnya. Kemajuan yang telah dicapai
meliputi berbagai bidang. Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas
hidupserta memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai mesinmekanik
kesehatan, cara prosedur baru dan bahan-bahan/obat-obatan baru.Misalnya pasien dengan
gangguan ginjal dapat diperpanjang usianya berkatadanya mesin hemodialisa. Ibu-ibu yang
mengalami kesulitan hamil dapat digantidengan berbagai inseminasi. Kemajuan-kemajuan ini
menimbulkan pertanyaan- pertanyaan yang berhubungan dengan etika.
4.Faktor legislasi dan keputusan juridis
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan sosial atau
legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakanreaksi perubahan tersebut. Legislasi
merupakan jaminan tindakan menurut hukumsehingga orang yang bertindak tidak sesuai hukum
dapat menimbulkan konflik.Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi
permasalahanetika kesehatan sedang menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum
kesehatantelah menjadi suatu bidang ilmu, dan perundang-undangan baru banyak disusununtuk
menyempurnakan perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan
permasalahan hukum kesehatan
.5.Faktor dana/keuangan.Dana/keuangan
untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapatmenimbulkan konflik. Untuk meningkatkan
status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak berupaya dengan mengadakan berbagai
program yangdibiayai pemerintah
6.Faktor pekerjaan
Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatansuatu keputusan. Tidak
semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan,namun harus diselesaikan dengan
keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang mengutamakan kepentingan pribadi sering
mendapat sorotan sebagai perawat pembangkang. Sebagai konsekuensinya, ia mendapatkan
sanksi administrasi atau mungkin kehilangan pekerjaan.
7.Faktor Kode etik keperawatan
Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik merupakan salah satu
ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting dalam penentuan, pertahanan dan
peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan bahwa tanggung jawab kepercayaan dari
masyarakat telah diterima oleh profesi.Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang
tepat terhadapmasalah yang menyangkut etika, perawat harus banyak berlatih
mencobamenganalisis permasalahan-permasalahan etis.
8.Faktor Hak-hak pasien.
Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak manusia. Hak merupakan
suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasikonsekuensi dan kepraktisan suatu
situasi.Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi hak-hak warga negara, hak-hak hukum
dan hak-hak moral. Hak-hak pasien yang secara luas dikenal menurutMegan (1998) meliputi hak
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang adildan berkualitas, hak untuk diberi informasi,
hak untuk dilibatkan dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan dan perawatan, hak untuk
diberiinformed concent, hak untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yangmenolong,
hak untuk mempunyai pendapat kedua(secand opini), hak untuk diperlakukan dengan hormat,
hak untuk konfidensialitas (termasuk privacy), hak untuk kompensasi terhadap cedera yang tidak
legal dan hak untuk mempertahankan dignitas (kemuliaan) termasuk menghadapi kematian
dengan bangga.
II.5.3.Konsep Isu dan Trend
1.Mengahargai keyakinan klien menurut budayanya
Perawat harus bisa menghargai keyakinan klien tetapi tetap melaksanakantindakan untuk
perawatan klien dengan mengganti dengan alternative lain. Misalnya klien yang tidak
mengkonsumsi obat-obatan kimia, berpikir kritisdengan mengganti dengan obat herbal yang
telah terbukti pengobatannya. misalnya di budaya Jawa, Brotowali sebagai obat untuk
menghilangkan rasa nyeri.
2.Menghentikan kebiasaan buruk
Apabila klien mempunyai kebiasaan merokok pada saat setelah makan,maka perawat harus
dapat melarang kebiasaan tersebut. Karena dapatmembahayakan klien dan terapi penyembuhan
dapat mengalami kegagalan
Contoh lain, kebiasaan bagi orang jawa yakni jika ada salah satu pihak keluargaatau sanak
saudara yang sakit, maka untuk menjenguknya biasanya merekamengumpulkan dulu semua
saudaranya dan bersama – sama mengunjungisaudaranya yang sakit tersebut. Karena dalam
budaya Jawa dikenal prinsip“mangan ora mangan, seng penting kumpul.3.Mengganti kebiasaan
pengobatan yang buruk Bagi masyarakat Jawa dukun adalah yang pandai atau ahli
dalammengobati penyakit melalui “Japa Mantera”, yakni doa yang diberikan oleh dukunkepada
pasien. Misalnya dukun pijat/tulang (sangkal putung) khusus menanganiorang yang sakit
terkilir , patah tulang , jatuh atau salah urat.
II.5.4.Nilai-nilai dalam Trend dan Isu
1.Nilai Intelektual Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari:
a.Body of Knowledge
b.Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c.Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2.Nilai komitmen moralPelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic,
danmemperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan
professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmenmoral dan tanggung jawab
etik.
3.Otonomi, kendali dan tanggung gugat 11 Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan
untuk melakukantindakan secara mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian
kehidupandiri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka.
Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta
tanggung gugat terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri
sendiri.
II.6.Evidence Based Practice dalam Keperawatan Kritis
Evidence-Based Practice adalah
pendekatan sistematis untuk meningkatkan kualitas praktik keperawatan dengan mengumpulkan
bukti terbaik.Evidence adalah kumpulan fakta yang diyakini kebenarannya. Ada dua bukti
yangdihasilkan oleh evidence yaitu bukti eksternal dan internal. Evidence-Based Practice in
Nursing adalah penggunaan bukti ekternal dan bukti internal (clinicalexpertise), serta manfaat
dan keinginan pasien untuk mendukung pengambilankeputusan di pelayanan kesehatan. Hal ini
menuntut perawat untuk dapatmenerapkan asuhan keperawatan yang berbasis bukti empiris atau
dikenal dengan Evidance Based Nursing Practice (EBNP).Kebijakan penerapan EBNP di
Indonesia terdapat dalam Undang-UndangKeperawatan Nomor 38 Tahun 2014 Pasal 2 huruf b
yang menyatakan bahwa praktik keperawatan berasaskan nilai ilmiah sebagaimana dijelaskan
bahwa praktik keperawatan harus dilandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi
yangdiperoleh baik melalui penelitian, pendidikan maupun pengalaman praktik.Meskipun
kebijakan penerapan EBNP telah tertuang dalan UU Keperawatan namun fenomena keperawatan
dalam menerapkan EBNP masih terbilang rendah di Indonesia. Banyaknya hasil penelitian
keperawatan yang sudah dihasilkan diinstitusi pendidikan namun belum optimal penyerapannya
ke pelayanan praktik keperawatan sehingga banyak perawat yang belum terpapar dengan
penelitian.Mukti (2012) mengatakan bahwa EBNP sangat diperlukan untuk
meningkatkankualitas pelayanan, keselamatan pasien, keefektifan managemen dalam
pengelolaan pelayanan keperawatan, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya bukti empiris
dalam melaksanakan pelayanan. Di beberapa negara, pelaksanaan EBNP menjadi fokus dalam
pelayanankeperawatan. Persepsi perawat terhadap penggunaan EBNP masih
beragamdikarenakan pengetahuan, respon sumber daya pendukung dan adanya faktor
penghambat. Persepsi adalah suatu proses ketika seseorang mengorganisasikandan
menginterpretasikan kesan sensori mereka untuk memberi arti padalingkungan. Hasil penelitian
tentang persepsi penerapan EBNP menunjukkan hasilyang berbeda dalam kaitannya dengan
persepsi perawat seperti yang dijelaskandalam beberapa penelitian.Ada beberapa faktor yang
menyebabkan rendahnya penerapan EBNPseperti pendidikan perawat yang masih belum
homogen, pengetahuan perawatyang masih rendah, belum siapnya perawat seperti membiasakan
membaca jurnal,meneliti dan mengintegrasikan penelitian serta belum mengenal lebih banyak
tentang penelitian. Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian, Lagita (2012) menunjukkan bahwa
pengetahuan perawat pada konsep berbasis bukti masih rendah, dan perawat belum siap
menerapkan EBNP di rumah sakit dikarenakanintervensi keperawatan yang selama ini
diterapkan berdasarkan “kebiasaan”.Faktor lainnya yaitu kurangnya dukungan dari perawat
manager dalammengimplementasikan EBNP di ruangan. Pemimpin perawat merupakan
kunciterpenting dalam mempromosikan EBNP dan juga harus memiliki keterampilan yang
digunakan untuk praktik dan kepemimpinan. Penelitian tentang dampak pelatihan
kepemimpinan keperawatan terhadap EBNP pada perawat manager didapatkan bahwa sebelum
mereka dilatih persepsi dan sikap mereka tentangEBNP 62% positif dengan rincian 5% sangat
setuju dan 69% setuju EBNPditerapkan di pelayanan keperawatan. Namun pada saat setelah
pelatihan 59% perawat sangat setuju bahwa pelatihan EBNP membantu mereka
dalammengambil keputusan berdasarkan pembuktian. Rincian hasil penelitian tersebutadalah
15% menyatakan sangat setuju dan 76% menyatakan setuju EBNPditerapkan di pelayanan
keperawatan. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah peran perawat manager sangat penting
dalam mengembangkan EBNP di unit kerja mereka

III. PENUTUP
III.1.Kesimpulan
Keperawatan kritis adalah keahlian khusus dalam ilmu perawatan yangmenghadapi secara rinci
dengan manusia yang bertanggung jawab atau masalahyang mengancam jiwa. Perawat kritis
adalah perawat professional yang resmiyang bertanggung jawab untuk memastikan pasien
dengan sakit kritis dankeluarga-keluarga mereka menerima kepedulian optimal (American
Associationof Critical-Care Nurses). Pada saat menjalankan proses keperawatan kritis,
prinsipyang digunakan adalah melakukan pertolongan dengan memilih prioritas pasienmana
yang akan diberikan pelayanan keperawatan terlebih dahulu sesuai tingkatkegawatdaruratan nya
dimana pasien yang sangat terancam hidupnya harus diberi prioritas utama.
DAFTAR PUSTAKA
Hudak dan Gallo.2010. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Volume1.Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC.Jevon, Philip. Ewens, Beverley. 2009. Pemantauan Pasien Kritis Edisi
Dua.Morton, Patricia Gonce, dkk. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan AsuhanHolistik.
Jakarta: EGC.Morton, PG., Fontaine, D., Hudak, CM & Gallo, BM. (2011).Keperawatan
Kritis:Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi 8. Jakarta: EGC.Evans, J, Bell, JL, Sweeney, AE,
Morgan, JI & Kelly, HM 2010, 'Confidence inCritical Care Nursing', Nursing Science Quarterly,
vol. 23, no. 4, pp. 334-340.Melnyk, BM, Fineout-Overholt, E, Stillwell, SB & Williamson, KM
2010,'EvidenceBased Practice:Step by Step: The Seven Steps of Evidence-BasedPractice', AJN
The American Journal of Nursing, vol. 110, no.1, pp. 51-53.Bach, V, Ploeg, J & Black, M 2009,
'Nursing Roles in End-of-Life DecisionMaking in Critical Care Settings', Western Journal of
Nursing Research, vol.31,no.4, pp.496512

Anda mungkin juga menyukai