Dosen Pengampu :
Ns. Julimar, S.Kep, M.Kep
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Dini Hardianti
Edo Darmawan
Elyana Ayu Anggraini
Febian Dwi Cahyani
Febrianti Ningsih
Indri Safitri
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
2017
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat-Nya karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah KGD ini
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterimakasih
kepada Ibu Julimar selaku dosen mata kuliah KGD yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan dan pengetahuan kita mengenai Sistem Pelayanan Gawat Darurat Dan
Prinsip Utama Pertolongan Korban. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam
pembuatan tugas makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari apa yang
kami harapkan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya dapat
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga apa yang penulis
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pelayanan Gawat Darurat...................................................................................3
2.1.1 Pengertian.................................................................................................3
2.1.2 Sistem Pelayanan Gawat Darurat.............................................................5
2.2 Pertolongan Pertama Gawat Darurat................................................................10
2.2.1 Tujuan Pertolongan Pertama Gawat Darurat..........................................10
2.2.2 Rantai Penyelamatan Pertolongan Pertama Gawat Darurat...................10
2.2.3 Prinsip Utama.........................................................................................11
2.2.4 Prinsip Dasar..........................................................................................12
2.2.5 Langkah Langkah Dasar.....................................................................12
2.2.6 Alogarita Dasar PPGD...........................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
petugas kesehatan baik, perawat, dokter, bidan tidak berada di lokasi kejadian.
Penolong pertama biasanya adalah masyarakat awam yang sudah dibekali
pengetahuan teori dan praktek bagaimana merespon dan melakukan pertolongan
pertama di lokasi kejadian. Kita tidak dapat selalu mengandalkan layanan ambulan
atau para medik segera tiba dilokasi kejadian. Alat dan waktu yang kita miliki juga
terbatas.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk :
a. Mengetahui pengertian dari pelayanan gawat darurat
b. Mengetahui system pelayanan gawat darurat
c. Mengetahui pengertian pertolongan pertama gawat darurat
d. Mengetahui tujuan dari pertolongan pertama gawat darurat
e. Mengetahui rantai penyelamatan pertolongan pertama gawat darurat
f. Mengetahui prinsip umum dan dasar dari pertolongan pertama gawat darurat
g. Mengetahui langkah-langkah pertolongan pertama gawat darurat
h. Mengetahui alogaritma dasar dari pertolongan pertama gawat darurat
BAB II
PEMBAHASAN
2
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat disebut dengan
nama Instalasi Gawat Darurat (emergency unit). Tergantung dari kemampuan
yang dimiliki, keberadaan IGD tersebut dapat beraneka macam, namun yang
lazim ditemukan adalah yang tergabung dalam rumah sakit (hospital based
emergency unit). Hanya saja betapapun telah majunya sistem rumah sakit
yang di anut oleh suatu negara, bukan berarti tiap rumah sakit memiliki
kemampuan mengelola IGD sendiri, untuk mengelola kegiatan IGD memang
tidak mudah penyebab utamanya adalah karena IGD adalah salah satu dari
unit kesehatan yang padat modal, padat karya dan padat teknologi
(Margaretha, 2013). Sekalipun diakui tidak semua rumah sakit memiliki
kemampuan menyelenggarakan IGD, bukan lalu berarti ketidak adaan IGD di
suatu hidup dan kehidupan, keberadaan suatu IGD di setiap komunitas telah
merupakan salah satu kebutuhan pokok. Dalam keadaan dimana tidak satupun
rumah sakit mampu menyelenggarakan pelayanan IGD, biasanya terdapat
semacam peraturan yang mewajibkan adanya kerjasama antar rumah sakit.
Dalam keadaan yang seperti ini, salah satu rumah sakit menyediakan diri
untuk mengelola IGD, untuk kemudian dapat dimanfaatkan secara bersama.
Kegiatan yang menjadi tanggung jawab Instalasi Gawat Darurat (IGD) banyak
macamnya, secara umum dapat dibedakan atas tiga macam (Djemari, 2011) :
Menyelenggarakan Pelayanan Gawat Darurat
Kegiatan pertama yang menjadi tanggung jawab Instalasi Gawat
Darurat (IGD) adalah menyelenggarakan pelayanan gawat darurat.
Pelayanan gawat darurat sebenarnya bertujuan untuk menyelamatkan
kehidupan penderita (life saving) sering dimanfatkan hanya untuk
memperoleh pelayanan pertolongan pertama (first aid) dan bahkan
pelayanan rawat jalan (ambulatory care). Pengertian gawat darurat yang di
anut oleh anggota masyarakat memang berbeda dengan petugas kesehatan.
Oleh anggota masyarakat setiap gangguan kesehatan yang dialaminya
dapat saja di artikan sebagai keadaan darurat (emergency) dan karena itu
mendatangi Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk meminta pertolongan.
3
Tidak mengherankan jika jumlah penderita rawat jalan yang mengunjungi
Instalasi Gawat Darurat (IGD) dari tahun ke tahun tampak semakin
meningkat. Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus
yang membutuhkan pelayanan rawat inap intensif.
Kegiatan kedua yang menjadi tangung jawab Instalasi Gawat Darurat
(IGD) adalah menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus
yang membutuhkan pelayanan intensif. Pada dasarnya kegiatan ini
merupakan lanjutan dari pelayanan gawat darurat yakni dengan merujuk
kasus-kasus gawat darurat yang di nilai berat untuk memperoleh pelayanan
rawat inap yang intensif. Seperti misalnya Unit Perawatan Intensif
(intensive care unit), untuk kasus-kasus penyakit umum, serta Unit
Perawatan Jantung Intensif (intensive cardiac care unit) untuk kasus-kasus
penyakit jantung, dan unit perawatan intensif lainnya.
1. Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.
Kegiatan ketiga yang menjadi tanggung jawab Instalasi Gawat Darurat
(IGD) adalah menyelenggarakan informasi medis darurat dalam bentuk
menampung serta menjawab semua pertanyaan anggota masyarakat yang
ada hubungannya dengan keadaan medis darurat (emergency medical
questions). Pelaksanaan pelayanan gawat drurat adalah Menyelenggarakan
pelayanan gawat darurat, menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk
kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan rawat inap intensif serta
menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat
2.1.2 Sistem Pelayanan Gawat Darurat
Sistem pelayanan gawat darurat memiliki standar yang sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 856/ Menkes/ SK/IX/2009.Standar
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit adalah :
1. Standar 1 : Falsafah Dan Tujuan
Instalasi / Unit Gawat Darurat dapat memberikan pelayanan gawat
darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami
kecelakaan sesuai dengan standar. Kriteria :
4
a. Rumah Sakit menyelenggarakan pelayanan gawat darurat secara terus
menerus selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu.
b. Ada instalasi / unit gawat darurat yang tidak terpisah secara fungsional
dari unit-unit pelayanan lainnya di rumah sakit.
c. Ada kebijakan / peraturan / prosedur tertulis tentang pasien yang tidak
tergolong akut gawat akan tetapi datang untuk berobat di instalasi /
unit gawat darurat.
d. Adanya evaluasi tentang fungsi instalasi / unit gawat darurat
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
e. Penelitian dan pendidikan akan berhubungan dengan fungsi instalasi /
unit gawat darurat dan kesehatan masyarakat harus diselenggarakan.
2. Standar 2 : Administrasi Dan Pengelolaan
Instalasi Gawat Darurat harus dikelola dan diintegrasikan dengan Instalasi
lainnya di Rumah Sakit. Kriteria :
a. Ada dokter terlatih sebagai kepala instalasi gawat darurat yang
bertanggung jawab atas pelayanan di instalasi gawat darurat.
b. Ada Perawat sebagai penanggung jawab pelayanan keperawatan gawat
darurat.
c. Semua tenaga dokter dan keperawatan mampu melakukan teknik
pertolongan hidup dasar (Basic Life Support).
d. Ada program penanggulangan korban massal, bencana (disaster plan)
terhadap kejadian di dalam rumah sakit ataupun di luar rumah sakit.
e. Semua staf / pegawai harus menyadari dan mengetahui kebijakan dan
tujuan dari unit.
f. Ada ketentuan tertulis tentang manajemen informasi medis (prosedur)
rekam medik.
g. Semua pasien yang masuk harus melalui Triase. Pengertian : Bila
perlu triase dilakukan sebelum indentifikasi.
h. Triase harus dilakukan oleh dokter atau perawat senior yang berijazah /
berpengalaman.
5
i. Triase sangat penting untuk penilaian ke gawat daruratan pasien dan
pemberian pertolongan / terapi sesuai dengan derajat ke gawat
daruratan yang dihadapi.
j. Petugas triase juga bertanggung jawab dalam organisasi dan
pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.
k. Rumah Sakit yang hanya dapat memberi pelayanan terbatas pada
pasien gawat darurat harus dapat mengatur untuk rujukan ke rumah
sakit lainnya. Kriteria :
1) Ada ketentuan tertulis indikasi tentang pasien yang dirujuk ke
rumah sakit lainnya.
2) Ada ketentuan tertulis tentang pendamping pasien yang di
transportasi.
3) Pasien dengan kegawatan yang mengancam nyawa harus selalu
diobservasi dan dipantau oleh tenaga terampil dan mampu.
6
e. Pada saat mulai diterima sebagai tenaga kerja harus selalu ada bagi
tiap petugas.
f. Harus ada program penilaian untuk kerja sebagai umpan balik untuk
seluruh staf No. Telp. petugas.
g. Harus ada daftar petugas, alamat dan nomor telephone.
7
8) Unit pemadam kebakaran.
9) Konsulen SMF di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
10) Harus ada pelayanan radiologi yang di organisasi dengan baik
serta lokasinya berdekatan dengan instalasi gawat darurat.
8
a. Ada program orientasi / pelatihan bagi petugas baru yang bekerja di
unit gawat darurat.
b. Ada program tertulis tiap tahun tentang peningkatan keterampilan
bagi tenaga di instalasi gawat darurat.
c. Ada latihan secara teratur bagi petugas instalasi gawat darurat dalam
keadaan menghadapi berbagai bencana (disaster).
d. Ada program tertulis setiap tahun bagi peningkatan keterampilan
dalam bidang gawat darurat untuk pegawai rumah sakit dan
masyarakat.
9
a. Menyelamatkan nyawa korban
b. Meringankan penderitaan korban
c. Mencegah cedera/penyaki tmenjadi lebih parah
d. Mempertahankan daya tahan korban
e. Mencarikan pertolongan yang lebih lanjut
10
c. DEFIBRILASI DINI (Rantai Ketiga), adalah upaya agar mengembalikan
agar irama/fungsi jantung kembali normal dengan Defibrillator. Penolong
Pertama dan Petugas Medis harus sudah terlatih dalam penggunaan
Defibrillator. Defibrillator yang digunakan sebaiknya defibrillator ekternal
otomatis (operator/petugas hanya menempelkan elektroda ke dada korban
dan diaktifkan dengan satu tombol)
d. BANTUAN HIDUP LANJUT DINI (Rantai Keempat), Adalah tindakan
khusus lanjutan yang diperlukan untuk meningkatkan kemungkinan korban
bertahan hidup. Tim bantuan hidup lanjut adalah tim dokter dan para medik
yang kompeten
11
b. Gunakan metode pertolongan yang cepat, mudah, dan efisien. Gunakan
sumber daya yang ada disekitar lokasi kejadian, baik alat, manusia maupun
sarana pendukung lainnya.
c. Biasakan membuat catatatn tentang usaha usaha pertolongan yang telah
anda lakukan, seperti identitas korban, tempat, waktu kejadian, gejala dan
penanganan, dan lain sebagainya. catatan ini berguna bila penderita
mendapatkan rujukan atau pertolongan tambahan dari pihak lain.
P : Pain => cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah
adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku, selain
itu dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan
juga areal di atas mata (supra orbital)
12
U : Unresponsive => setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih
tidak bereaksi maka pasien berada dalam keadaan unresponsive
13
Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara
nafas tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian).
Jenis-jenis suara nafas karena hambatan sebagian jalan napas :
Snoring : suara seperti dengkur, kondisiini menandakan adanya
kebuntuan jalan nafas bagian atas oleh benda padat, jika ada suara ini
maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross finger untuk
membuka mulut (menggunakan dua jari yaitu ibu jari dan jari telunjuk
kanan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang
atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah
apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan (contoh, gigi palsu)
pindahkan benda tersebut
Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada
kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (contoh darah), maka lakukan
cross-finger, lalu lakukanlah finger-sweep (gunakan 2 jari yang telah
dibalut dengan kain untuk menyapu rongga mulut dari cairan-cairan)
Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebabkan karena
pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap
lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja
Jika suara nafas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalannya
nafas maka dapat dilakukan :
Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara
memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam
atas.
14
Feel : Rasakan dengan pipi apakah ada hawa nafas dari korban.
12. Jika ternyata pasien masih bernapas, maka hitunglah berapa frekuensi
pernapasan korban dalam 1 menit (normalnya 12-20 kali permenit)
13. Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi korban dengan tetap
melakukan Look Listen and Feel.
14. Jika frekuensi nafas <>
15. Jika korban mengalami henti nafas berikan nafas buatan (detail tentang
nafas buatan dibawah)
16. Setelah diberikan nafas buatan maka lakukan pengecekan nadi carotis yang
terletak di leher, ceklah dengan 2 jari, letakkan jari di tonjolan di tengah
tenggorokan, lalu gerakanlah jari ke samping sampai terhambat oleh otot
leher (sternocleidomastoideus), rasakan denyut nadi caroti selama 10 detik.
17. jika tidak ada denyut nadi lakukanlah Pijat Jantung, diikuti dengan nafas
buatan, ulang sampai 6 kali siklus pijat jantung-napas buatan yang diakhiri
dengan pijat jantung
18. cek lagi nadi karotis selama 10 detik, jika teraba lakukan Look Listen and
Feel (kembali ke poin 11) lagi. Jika tidak teraba ulangi poin nomor 17.
19. pijat jantung dan nafas buatan dihentikan jika :
penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagi
pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat)
bantuan sudah datang
teraba denyut nadi karotis
20. setelah berhasil mengamankan kondisi di atas, periksalah tanda-tanda shock
pada korban
denyut nadi > 100 kali permenit
telapak tangan basah dingin dan pucat
Capilarry Refill Time > 2 detik (CRT dapat diperiksa dengan cara
menekan ujung kuku pasien dengan kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu
lepaskan, cek berapa lama waktu yang dibutuhkan agar warna ujung
kuku merah lagi)
21. jika korban shock, lakukan Shock Position pada pasienm yaitu dengan
mengangkat kaki korban setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah
akan lebih banyak ke jantung.
15
22. pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock
menghilang
23. jika ada pendarahan pada korban, cobalah menghentikan pendarahan
dengan menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena
dapat menyebabkan jaringan yang dibebat mati)
24. setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi korban dengan
Look Listen and Feel, karena korban sewaktu-waktu dapat memburuk
secara tiba-tiba beri Nafas Bantuan. Nafas Bantuan adalah nafas yang
diberikan kepada pasien untuk menormalkan frekuensi nafas pasien yang di
bawah normal. Misal frekuensi napas : 6 kali per menit, maka harus diberi
nafas bantuan di sela setiap nafas spontan dia sehingga total nafas
permenitnya menjadi normal (16 kali). Prosedurnya :
1. Posisikan diri di samping korban
2. Jangan lakukan pernapasan mouth to mouth langsung, tapi gunakanlah
kain sebagai pembatas antara mulut anda dan korban untuk mencegah
penularan penyakit.
3. sambil tetap melakukan Chin lift, gunakan tangan yang digunakan untuk
Head Tilt untuk menutup hidung pasien (agar udara yang diberikan tidak
keluar lewat hidung)
4. mata memperhatikan dada korban, kemudian tutuplah seluruh mulut
korban dengan mulut penolong
5. hembuskanlah nafas satu kali (tanda jika nafas yang diberikan masuk
adalah dada korban mengembang) lepaskan penutup hidung dan jauhkan
mulut sesaat untuk membiarkan korban menghembuskan nafas keluar
(ekspirasi) lakukan lagi pemberian nafas sesuai dengan perhitungan agar
nafas kembali normal.
Pijat Jantung
Pijat Jantung adalah usaha untuk memaksa jantung
memompakan darah ke seluruh tubuh, pijat jantung dilakukan pada
korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung biasanya
dipasangkan dengan nafas buatan (seperti yang dijelaskan pada
alogaritma diatas). Prosedur Pijat Jantung :
16
1. posisikan diri di samping pasien
17
5. tekanlah dada kira-kira 4-5 cm (seperti gambar kiri bawah)
push hard
push fast
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
19
Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan
kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera (imediately) untuk
menyelamatkan kehidupannya (life saving).
Gawat adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang
memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat. Darurat adalah suatu keadaan yang
tidak mengancamnyawa tetapi memerlukan penangan cepat dan tepat seperti gawat.
Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh
gangguan ABC (Airway/jalan nafas, Breathing/pernafasan, Circulation/sirkulasi) jika
tidak dapat ditolong segera maka dapat meninggal/cacat. Tujuan dari PPGD ini ialah:
a. Menyelamatkan nyawa korban
b. Meringankan penderitaan korban
c. Mencegah cedera/penyaki tmenjadi lebih parah
d. Mempertahankan daya tahan korban
e. Mencarikan pertolongan yang lebih lanjut
Prinsip utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi
gawat darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD adalah Time Saving is Life Saving,
dalam artian bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat
haruslah benar-benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat
kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja (henti nafas 2-3 menit dapat
mengakibatkan kematian)
DAFTAR PUSTAKA
http//www.idepfoundation.org/download_files/pbbm/IDEP_Emergency_FirstAid_Booklet
http://catatanetja.wordpress.com/2007/12/26/pertolongan-pertama pada-gawat-darurat-ppgd/
20
https://www.academia.edu/8999699/ PPGD
21