Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA TENTANG KLIEN DENGAN MASALAH KRISIS

Dosen Pengampu:
Benny Maria LumbanToruan SST,M.KM
DISUSUN OLEH:
Kelompok 1:
-Kinanda Bernauli (2214015)
-Ronauli Purba (2214024)
-Jesika Silaban (2214012)
-Agnes Pero Simamora (2214001)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESEHATAN BARU DOLOKSANGGUL


PRODI DIII KEPERAWATAN JALAN BUKIT INSPIRASI SIPALAKKI
KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN
HUMBANG HASUNDUTAN
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, dan berkat Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Klien dengan masalah
krisis” dari mata kuliah Keperawatan Jiwa. ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang kami
miliki kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Klien dan Masalah Krisis. kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang saya harapkan
untuk itu,saya berharap adanya kritik, saran dan usulan dari ibu Dosen demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya sekiranya
makalah ini disusun dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya
sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang. Sekian kami
ucapkan Terimakasih.

Doloksanggul,07 Desember 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................................3
2.1 Definisi Keperawatan Kritis.........................................................................................................................3
2.2 Ruang Lingkup Keperawatan Kritis...........................................................................................................3
2.3 Prinsip Keperawatan Kritis...........................................................................................................................4
2.4 Fungsi dan Peran Perawat.............................................................................................................................5
2.5 Peran Perawat Kritis Sebagai Advokat......................................................................................................5
2.6 Perawatan Critical Care.................................................................................................................................6
2.7 Trend dan Issue Keperawatan Kritis..........................................................................................................6
2.7.1 Pengertian...................................................................................................................................................... 6
2.7.2 Faktor yang Mempengaruhi Trend Issue Keperawatan Kritis.........................................................7
2.7.3 Konsep Isu dan Trend.................................................................................................................................9
2.7.4 Nilai-nilai dalam Trend dan Isu.............................................................................................................10
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................................11
Kesimpulan............................................................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam dunia keperawatan, sangat penting bagi seorang perawat untuk membuat tindakan yang
tepat terhadap pasien. Perawat harus mengetahui tentangkonsep dan perencanaan asuhan
keperawatan yang etis, legal, dan peka budaya pada klien yang mengalami kondisi kritis dan
mengancam kehidupan.Perencanaan asuhan keperawatan dikembangkan sedemikian rupa
sehinggadiharapkan mampu mencegah atau mengurangi kematian dan kecacatan yang berpotensi
terjadi.Dirawat di unit perawatan kritis (CCU) dapat menandakan adanyaancaman terhadap
kehidupan dan kesejahteraan pasien di unit tersebut. Perawat perawatan kritis menganggap unit
keperawatan kritis sebagai tempat kehidupanyang rapuh, diawasi dengan cermat, dirawat dan
dipelihara. Namun, pasien bererta keluarganya menganggap bahwa perawatan di CCU
merupakan salah satutanda kematian yang akan terjadi.

Pemahaman terhadap makna perawatan kritis bagi pasien dapat membantu perawat
dalam merawat para pasien. Akan tetapi komuniksi yang efektif dengan pasien yang kritis sering
kali menimbulkan tantangan dan rasa frustasi. Hambatan komunikasi dapat berhubungan
denganfisiologis pasien; terpasangnya slang endotracheal, yang menghambat komunikasi verbal;
obat-obatan atau kondisi lain yang mengganggu fungsi kognitif. Dalam makalah ini, penulis
berusaha memberikan pemahaman terhadap apa itu perawatan kritis agar dapat menjadi media
informasi tentang betapa rapuhnya unit perawatan kritis dan supaya dapat mengurangi
kekhawatiran pasien tentang unit perawatan kritis. Dalam penyusunan makalah ini, penulis
meminta maaf apabila ada informasi yang kurang jelas ataupun sulit untuk dipahami,
sesungguhnya penulis juga masih dalam tahap belajar.

1.2.Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan dibahas beberapa topik antara lain:


1.Apa itu perawatan kritis?
2.Bagaimana peran perawat kritis dalam keperawatan?
3.Bagaimana bentuk penanganan perawat kritis?
4.Bagaimana memahami karakteristik pasien?

1
5.Apa saja yang harus dikuasai perawat kritis?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah:
1.Mahasiswa mampu menguasai konsep dan perspektif keperawatan kritis
2.Mahasiswa mampu memahami trend, dan issue dalam keperawatan kritis

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Keperawatan Kritis
Perawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara
khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam kehidupan. Secara
keilmuan, perawatan kritis berfokus terhadap penyakit yang kritis atau pasien yang tidak stabil.
Untuk pasien yang kritis, pernyataan penting yang harus dipahami perawat ialah “waktu adalah
vital”. Sedangkan istilah kritis memiliki artian yang luas penilaian dan evaluasi secara cermat
dan hati-hati terhadap suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar.
Menurut American Association of Critical-Care Nurses (AACN), keperawatan kritis adalah
keahlian khusus didalam ilmu keperawatan yangdihadapkan secara rinci dengan manusia
(pasien) dan bertanggung jawab atas masalah yang mengancam jiwa. Perawat kritis adalah
perawat professional yang resmi yang bertanggung jawab untuk memastikan pasien sakit kritis
dan keluarga pasien mendapatkan kepedulian optimal.Asuhan keperawatan kritis mencakup
diagnosis dan penatalaksanaan respon manusia terhadap penyakit actual atau potensial yang
mengancam kehidupan. Lingkup praktik asuhan keperawatan kritis didefinisikan dengan
interaksi perawat kritis, pasien dengan penyakit kritis, dan lingkungan yang memberikan
sumber-sumber adekuat untuk pemberian perawatan.

2.2 Ruang Lingkup Keperawatan Kritis


American Association of Critical Care Nurses (AACN) menyatakan bahwa asuhan
keperawatan kritis mencakup diagnosis dan penatalaksanaan respon manusia terhadap penyakit
yang actual atau potensial yang mengancam kehidupan(AACN, 1989).Lingkup praktik asuhan
keperawatan kritis didefinisikan dengan interaksi perawat kritis, pasien dengan penyakit kritis,
dan lingkungan yang memberikan sumber-sumber adekuat untuk pemberian perawatan. Pasien
yang masuk ke lingkungan keperawatan kritis menerima asuhan keperawatan intensif untuk
berbagai masalah kesehatan. Serangkaian gejala memiliki rentang dari pasienyang memerlukan
pemantauan yang sering dan membutuhkan sedikit intervensi sampai pasien dengan kegagalan
fungsi multisystem yang memerlukan intervensi untuk mendukung fungsi hidup yang mendasar.
Pada umumnya lingkungan yang mendukung rasio perbandingan perawat - pasien yaitu 1:2
(tergantung dari kebutuhan pasien), satu perawat dapat merawat tiga pasien dan, terkadang

3
seorang pasien memerlukan bantuan lebih dari satu orang perawat untuk dapat bertahan hidup.
Dukungan dan pengobatan terhadap pasien-pasien tersebut membutuhkan suatu lingkungan yang
informasinya siap tersedia dari berbagai sumber dan diatur sedemikian rupa sehingga keputusan
dapat diambil dengan cepat dan akurat.

2.3 Prinsip Keperawatan Kritis

Pasien kritis adalah pasien yang dengan perburukan patofisiologi yang cepat dapat
menyebabkan kematian. Ruang untuk mengatasi pasien kritis dirumah sakit terdiri dari: Unit
Gawat Darurat (UGD) dimana pasien diatasi untuk pertama kali, Unit Perawatan Intensif (ICU)
adalah bagian untuk mengatasikeadaan kritis sedangkan bagian yang lebih memusatkan
perhatian kepada penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah coroner yang disebut unit
perawatan intensif Koroner Intensif Care Coronary Unit (ICCU). Baik UGD,ICU, maupun
ICCU adalah unit perawatan pasien kritis dimana perburukan patofisiologi dapat terjadi secara
tepat dan dapat berakhir dengan kematian. Prioritas dari gawat darurat tiap pasien gawat darurat
mempunyai tingkat kegawatan yang berbeda, dengan demikian mempunyai prioritas pelayanan
prioritas yang berbeda. Oleh karena itu, diklasifikasikan pasien kritis atas:

a.Exigent:pasien yang tergolong dalam keadaan gawat darurat 1 dan memerlukan pertolongan
segera. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah pasien dengan obstruksi jalan nafas, fibrasi
ventrikel, ventrikel takikardi dan cardiac arrest.

b. Emergent:yang disebut juga dengan gawat darurat 2 yang memerkukan pertolongan secapet
mungkin dalam beberapa menit. Yang termasuk dalam kelompol ini adalah miocard
infark,aritmia yang tidak stabil dan pneumotorax.

c.Urgent:yang termasuk kedalam gawat darurat 3. dimana waktu pertolongan yang dilakukan
lebih panjang dari gawat darurat 2, akan tetapi tetap memerlukan pertolongan yang cepat karena
dapat mengancam kehidupan. Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah ekstera serbasiasma,
pendarahan gastrointestual dan keracunan atau Minor.

Non urgent : yang termasuk kedalam gawat darurat 4, semua penyakit yang tergolong kedalam
yang tidak mengancam kehidupan.

4
2.4 Fungsi dan Peran Perawat

Merekomendasikan pembentukan tim lapangan pada semua trust akut.Tim ini terbentuk
sesuatu dengan filosofi perawatan intensif tanpa batas sebagaisalah satuaspek dari pelayanan
perawatan kritis (Gwinnutt, 2006). Tujuan dari tim lapangan ini adalah:

a.Berupaya agar pasien tidak perlu ke ICU dengan mengidentifikasi pasienyang mengalami
perburukan dan juga membantu untuk mencegah agar pasien tidak perlu ke ICU atau
memastikan hasil akhir yang terbaik.

b.Memungkinkan pengeluaran pasien dari ICU dengan memberikan dukungan, baik saat pasien
keluar dari ICU dan berada dalam ruang perawatan yang secara kontinu menunjukkan
kesembuhan maupun setelah pesien keluar dari rumah sakit.

c.Memberikan keterampilan perawatan kritis kepada staf di ruang perawatan dan komunitas,
memastikan bertambahnya kesempatan pelatihan dan praktik keterampilan, serta menggunakan
informasi yang diperoleh dariruang perawatan dan komunitas untuk memperbaiki pelayanan
perawatan kritis bagi pasien dan keluarganya.

2.5 Peran Perawat Kritis Sebagai Advokat


Pengembangan fungsi adaptif berarti perawat bernegosiasi untuk pasien.Karena pasien
dengan penyakit kritis sering kali tidak dapat secara efektif mengatasi masalah fisiologis dan
lingkungan. Sehingga perlu bagi perawat mengerjakannya untuk pasien apa yang tak mampu
mereka kerjakan untuk diri mereka sehingga energi disimpan. Sebagai advokat pasien, perawat
harus menghindari penambahan beban yang meningkatkan kebutuhan pasien untuk berinteraksi
bila interaksi tidak mengembangkan adaptasi. Sebagai contoh, energi pasien terpakai untuk rasa
takut terhadap peralatan didekatnya tidak membantu memakai energi dengan menanyakan hal
tersebut dan mendengarkan pengulangan. Demikian juga, energi bertambah pada kebutuhan
untuk secara tetap mendapatkan cinta seseorang tetap ada, tak sebanding dalam penggunaan
energiuntuk berhubungan dengan orang tersebut.Pengembangan keamanan pada pasien penyakit
kritis meliputi penurunan kerentanan fisiologik dan emosional.

Perasaan aman hilang atau sedikitnya menurun secara bermakna kapan pun ada
penurunan fungsi pengendalian tubuh. Hilangnya pengendalian bervariasi mulai dari kelelahan
dan kelemahan sampai paralisis. Hal ini dapat diakibatkan oleh patologi, lingkungan (contoh,

5
dyspneadan kelebihan beban sensori). Sehubungan dengan penurunan atau hilangnya
pengendalian, perawat melakukan intervensi untuk meningkatkan rasa aman pasien. Hal ini
diselesaikan dengan menggunakan keterampilan, alat-alat, obat-oabatan, dan interaksi,
memberikan bantuan pernapasan dengan respirator, dengan mendorong latihan pernapasan, atau
dengan tinggal bersama pasien saat pasienansietas dan kesepian. Pengenalan kebutuhan rasa
aman pasien merupakan elemen penting dalam pendekatan holistic asuhan keperawatan. Selain
itu, hal ini sangat mempertimbangkan “keseluruhan” pasien yang memungkinkan perawat untuk
menetapkan prioritas sebagai negosiator pasien.

2.6 Perawatan Critical Care


Perawatan Critical Care mempunyai berbagai peran formal, yaitu:

a.Bedsite nurse: peran dasar dari perwatan kritis

b.Pendidik critical care: mengedukasi pasien

c.Care manager: mempromosikan perawat yang sesuai dan tepat waktu

d.Menager unit atau departemen (kepala bagian): menjadi pengarah

e.Perawat klionis spesialis: dapat membantu membuat rencana asuhan keperawatan

f.Perawat praktisi: mengelola terapi dan pengobatan.

2.7 Trend dan Issue Keperawatan Kritis


2.7.1 Pengertian
Trend adalah hak yang sangat mendalam dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga
dapat didefenisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang
biasanya sedang populer dimasyarakat.Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat
diperkirakan terjaditerjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang. Isu adalah sesuatu yang
sedang dibicarakan oleh banyak orang namun masih belum jelas faktanya atau buktinya.Trend
dan isu keperawatan adalah sesuatu yang sedang di bicarakan banyak orang tentang praktek /
mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta maupun tidak. Keparawatan gawat darurat
adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen
dan kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan sering di gunakan untuk masalah yang tidak
urgen. Yang kemudian filosopi tentang keperawatan gawat darurat menjadi luas,kedaruratan

6
yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di pertimbangkan sebagai kedaruratan
pelayanan gawat darurat tidak hanya memberikan pelayanan untuk mengatasi kondisi
kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi
kecemasan pasien dan keluarga. Sistem pelayana bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga
medis lainnya harus memiliki kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu pengetahuan yang
tinggi dalam memberikan pertolongan kedaruratan kepeda pesien.

2.7.2 Faktor yang Mempengaruhi Trend Issue Keperawatan Kritis


1.Faktor agama dan adat istiadat

Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai yang diyakini maupun
kaidah agama yang dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan proses. Semakin tua
dan semakin banyak pengalaman belajar,seseorang akan lebih mengenal siapa dirinya dan nilai-
nilai yang dimilikinya.Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk
dengan berbagai agama/kepercayaan dan adat istiadat. Setiap penduduk yangmenjadi warga
negara Indonesia harus beragama/berkeyakinan. Ini sesuai dengan sila pertama Pancasila:
Ketuhanan Yang Maha Esa, dimana di Indonesia menjadikan aspek ketuhanan sebagai dasar
paling utama. Setiap warga negara diberi kebebasan untuk memilih kepercayaan yang dianutnya.

2.Faktor social

Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini antara
lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum, dan peraturan
perundang-undangan. Perkembangan sosial dan budaya juga berpengaruh terhadap sistem
kesehatan nasional. Pelayanan kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis lambat
laun menjadi pelayanan komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan.

3.Faktor ilmu pengetahuan dan teknologi

Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya. Kemajuan yang
telah dicapai meliputi berbagai bidang. Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu
meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai
mesin mekanik kesehatan, cara prosedur baru dan bahan-bahan/obat-obatan baru. Misalnya

7
pasien dengan gangguan ginjal dapat diperpanjang usianya berkat adanya mesin hemodialisa.
Ibu-ibu yang mengalami kesulitan hamil dapat diganti dengan berbagai inseminasi. Kemajuan-
kemajuan ini menimbulkan pertanyaan- pertanyaan yang berhubungan dengan etika.

4.Faktor legislasi dan keputusan juridis

Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan sosial
atau legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi perubahan tersebut.
Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga orang yang bertindak tidak
sesuai hukum dapat menimbulkan konflik. Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis
bagi permasalahan etika kesehatan sedang menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum
kesehatan telah menjadi suatu bidang ilmu, dan perundang-undangan baru banyak disusun untuk
menyempurnakan perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan
permasalahan hukum kesehatan.

5.Faktor dana/keuangan

Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan konflik.


Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak berupaya dengan
mengadakan berbagai program yangdibiayai pemerintah.

6.Faktor pekerjaan

Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatan suatu


keputusan. Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun harus
diselesaikan dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang mengutamakan
kepentingan pribadi sering mendapat sorotan sebagai perawat pembangkang. Sebagai
konsekuensinya, ia mendapatkan sanksi administrasi atau mungkin kehilangan pekerjaan.

7.Faktor kode etik keperawatan

Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik merupakan
salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting dalam penentuan, pertahanan
dan peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan bahwa tanggung jawab kepercayaan
dari masyarakat telah diterima oleh profesi.Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang

8
tepat terhadap masalah yang menyangkut etika, perawat harus banyak berlatih mencoba
menganalisis permasalahan-permasalahan etis.

8.Faktor Hak-hak pasien.

Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak manusia. Hak
merupakan suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi konsekuensi dan kepraktisan
suatu situasi. Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi hak-hak warga negara, hak-hak
hukum dan hak-hak moral. Hak-hak pasien yang secara luas dikenal menurut Megan (1998)
meliputi hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang adildan berkualitas, hak untuk diberi
informasi, hak untuk dilibatkan dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan dan perawatan,
hak untuk diberi informed concent, hak untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan
yang menolong, hak untuk mempunyai pendapat kedua(secand opini), hak untuk diperlakukan
dengan hormat, hak untuk konfidensialitas (termasuk privacy), hak untuk kompensasi terhadap
cedera yang tidak legal dan hak untuk mempertahankan dignitas (kemuliaan) termasuk
menghadapi kematian dengan bangga.

2.7.3 Konsep Isu dan Trend


1.Mengahargai keyakinan klien menurut budayanya

Perawat harus bisa menghargai keyakinan klien tetapi tetap melaksanakan tindakan untuk
perawatan klien dengan mengganti dengan alternative lain. Misalnya klien yang tidak
mengkonsumsi obat-obatan kimia, berpikir kritis dengan mengganti dengan obat herbal yang
telah terbukti pengobatannya. misalnya di budaya Jawa, Brotowali sebagai obat untuk
menghilangkan rasa nyeri.

2.Menghentikan kebiasaan buruk

Apabila klien mempunyai kebiasaan merokok pada saat setelah makan,maka perawat
harus dapat melarang kebiasaan tersebut. Karena dapat membahayakan klien dan terapi
penyembuhan dapat mengalami kegagalan. Contoh lain, kebiasaan bagi orang jawa yakni jika
ada salah satu pihak keluarga atau sanak saudara yang sakit, maka untuk menjenguknya biasanya
mereka mengumpulkan dulu semua saudaranya dan bersama – sama mengunjungi saudaranya
yang sakit tersebut. Karena dalam budaya Jawa dikenal prinsip“mangan ora mangan, seng
penting kumpul.

9
3.Mengganti kebiasaan pengobatan yang buruk

Bagi masyarakat Jawa dukun adalah yang pandai atau ahli dalam mengobati penyakit
melalui “Japa Mantera”, yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien. Misalnya dukun
pijat/tulang (sangkal putung) khusus menangani orang yang sakit terkilir , patah tulang , jatuh
atau salah urat.

2.7.4 Nilai-nilai dalam Trend dan Isu


1.Nilai Intelektual Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari:

a.Body of Knowledge

b.Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)

c.Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.

2.Nilai komitmen moral

Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik
keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan profesional terhadap masyarakat
memerlukan integritas, komitmen mora, dan tanggung jawab etik.

3.Otonomi, kendali dan tanggung gugat 11

Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara


mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa
perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian
mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya sendiri begitu
pula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri.

10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Keperawatan kritis adalah keahlian khusus dalam ilmu perawatan yang menghadapi
secara rinci dengan manusia yang bertanggung jawab atau masalah yang mengancam jiwa.
Perawat kritis adalah perawat professional yang resmiyang bertanggung jawab untuk
memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga-keluarga mereka menerima kepedulian
optimal (American Associationof Critical-Care Nurses). Pada saat menjalankan proses
keperawatan kritis, prinsipyang digunakan adalah melakukan pertolongan dengan memilih
prioritas pasienmana yang akan diberikan pelayanan keperawatan terlebih dahulu sesuai tingkat
kegawatdaruratan nya dimana pasien yang sangat terancam hidupnya harus diberi prioritas
utama.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hudak dan Gallo.2010.Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Volume1.Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jevon, Philip. Ewens, Beverley. 2009. Pemantauan Pasien Kritis
Edisi Dua.Morton, Patricia Gonce, dkk. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan AsuhanHolistik.
Jakarta: EGC.Morton, PG., Fontaine, D., Hudak, CM & Gallo, BM. (2011).Keperawatan
Kritis:Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi 8. Jakarta: EGC.Evans, J, Bell, JL, Sweeney, AE,
Morgan, JI & Kelly, HM 2010, 'Confidence inCritical Care Nursing', Nursing Science Quarterly,
vol. 23, no. 4, pp. 334-340.Melnyk, BM, Fineout-Overholt, E, Stillwell, SB & Williamson, KM
2010,'EvidenceBased Practice:Step by Step: The Seven Steps of Evidence-BasedPractice', AJN
The American Journal of Nursing, vol. 110, no.1, pp. 51-53.Bach, V, Ploeg, J & Black, M 2009,
'Nursing Roles in End-of-Life DecisionMaking in Critical Care Settings', Western Journal of
Nursing Research, vol.31,no.4, pp.496512

12
13

Anda mungkin juga menyukai