Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I
Di Susun oleh :
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
a. Ketua kelompok
Nama : Yuliana Faridah
NIM : 200110037
Jurusan : S1 Keperawatan
Menyetujui,
NPM. NPM.
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat, karunia,
serta Taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Makalah Keperarwatan Medikal bedah 1
Manajemen Asuhan keperawatan Pada Pasien mengalami Gangguan Hematologi dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenui tugas mata kuliah yang diberikan
oleh dosen. Dan saya berterimakasih kepada Ns. Chrisyen Damanik,S.Kep., M.kep selaku Dosen Mata
Kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan Tugas ini kepada kami.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah saya buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun pembacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya mohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah ini diwaktu yang akan datang.
Kelompok 10
II
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
III
BAB 1
PENDAHULUAN
Berbagai kelainan dapat terjadi pada tiap tingkat mekanisme hemostatik. Pasien
dengan kelaianan pada sistim vaskuler biasanya dengan perdarahan kulit, dan sering
adalah normal. Terdapat banyak bentuk purpura nonalergik, yaitu pada penyakit-penyakit
ini tidak terdapat alergi sejati tetapi terjadi berbagai bentuk vaskulitis. Yang paling sering
ditemukan adalah lupus eritematosus sistemik. Kelainan ini merupakan penyakit vaskuler-
kolagen, yaitu pasien membentuk aotuantibodi. Vaskulitis atau peradangan pembuluh
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk
didalamnya sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda
dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah merupakan medium transport tubuh,
volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter.
Keadaan jumlah darah pada setiap orang itu berbedabeda bergantung pada usia,
pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah(Mithoowani and Arnold, 2019)
berumur 7-10 hari kira-kira sepertiga dari jumlah trombosit di dalam sirkulasi darah
mengalami penghancuran di dalam limpa oleh karena itu untuk mempertahankan jumlah
trombosit supaya tetap normal, diproduksi 150.000-400000 sel trombosit per hari. Jika
jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan abnormal meskipun
biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurangdari 10.000/mL. Pr
baru setiap tahun. Dengan anak melingkupi separuh daripada bilangan tersebut. Kejadian
atau insiden Immune Trombositopenia Purpura diperkirakan lima kasus per 100.000 anak-
anak dan kasus per 100.000 orang dewasa (Pearce & Evelyn, 2013).
1
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar dan konsep asuhan
keperawatan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dari 100.000/mm3 dan lebih lanjut dipengaruhi oleh keadaan-keadaan lain yang
mendasari atau yang menyertai, seperti leukemia atau penyakit hati.
dalam kulit, membrane mukosa atau permukaan serosa. Klasifikasi ITP adalah sebagai
berikut (Wijaya, 2019):
1. Akut
a. Pada anak-anak dan dewasa muda
d. Lama penyakit 2-6 minggu atau 6 bulan, jarang lebih dan remisi spontan
pada 80% kasus
e. Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
2. Kronik
3
Tabel 1. Kategori ITP menurut Internasional working Grup
Kategori ITP
2.1.2 Etiologi
antibodi yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibod adalah
respon tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk kedalam tubuh
Tetapi untuk penderita ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping darah
tubuhnya sendiri. Meskipun pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat,
persediaan trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada
sebagian besar kasus, diduga bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh.
Secara normal sistem imun membuat antibodi untuk melawan benda asing
yang masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan platelet dalam tubuh
sendiri. Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh masih belum diketahui.
ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi
makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisik (radiasi, panas), kekurangan
factor pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata (KID) dan
autoimun. Berdasarkan etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan
sekunder. Selain itu, ITP juga terjadi pada pengidap HIV. Sedangkan obat-obatan
4
1. Intoksikasi makanan atau obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon,
diamokkina, sedormid).
intravaskular, diseminata)
5. Sekuestrasi (hipersplenisme, hipotermia) atau kehilangan trombosit
2.1.3 Patofisiologi
yang diselimuti antibody, hal tersebut dilakukan oleh magkrofag yang terdapat pada
limpa dan organ retikulo endotelial lainnya. Megakariosit pada sumsum tulang bisa
normal atau meningkat pada ITP. Sedangkan kadar trombopoitein dalam plasma,
yang merupakan progenitor proliferasi dan maturasi dari trombosit mengalami
penurunan yang berarti, terutama pada ITP kronis. Adanya perbedaan secara klinis
maupun epidemologis antara ITP akut dan kronis, menimbulkan dugaan adanya
adanya antibody yang dibentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri atau
virus atau pada imunisasi, yang bereaksi silang dengan antigen dari trombosit.
dalam regulasi sistem imun seperti pada penyakit autoimun lainnya yang berakibat
terbentuknya antibodi spesifik terhadap antibodi. Saat ini telah didefinisikan (GP)
patofisiologi ITP akut dan kronis, serta komponen yang terlibat dalam regulasinya
masih belum diketahui. Gambaran klinik ITP yaitu:
5
1. Onset pelan dengan perdarahan melalui kulit atau mukosa berupa : petechie,
2. Ptekie merupakan titik perdarahan yang dapat dilihat pada permukaan kulit
atau pada potongan permukaan organ. Merupakan manifestasi utama dengan
5. Vesikel atau bulae yang bersifat hemoragik, Lepuhan kecil berisi cairan yang
berdiameter kurang dari 0,5 cm. Sedangkan bulae merupakan lesi menonjol
melingkar (> 0,5 cm) yang berisi cairan serosa di atas dermis.
6. Epitaksis dan pendarahan gusi, Epitaksis terjadi sebagai gejala awal pada
siklus haid.
8. Hematuri, kondisi di mana urin mengandung darah atau sel-sel darah merah.
6
12. Splenomegali ringan, pembesaran limfa dua kali ukuran normal, Merupakan
fisik, pemeriksaan darah tepi, dan pemeriksaan sumsum tulang belakang. Anamnesis
untuk riwayat keluarga, riwayat perdarahan, riwayat penyakit sebelumnya, serta
pada sebagian besar pasien ITP tidak didapati kelainan pada pemeriksaan fisik. Pada
pasien ITP juga perlu dicari adanya limfadenopati atau splenomegali untuk
7
2.1.6 Penatalaksanaan / Terapi
1. Pengobatan
Terapi untuk mengurangi proses imun sehingga mengurangi perusakan
b. ITP Kronis
1. Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan. Misal: prednisone 2 – 5
Indikasi:
a) Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif
selama 3 bulan.
b) Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian
8
Kontra indikasi:
Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum
dapat diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening
dan thymus)
trombositopenia
(1) Pemberian androgen (danazol)
prednison
(4) Transfusi konsentrat trombosit hanya dipertimbangkan pada
f. Melakukan terapi yang benar untuk infeksi yang mungkin dapat berkembang
g. Konsultasi ke dokter jika ada beberapa gejala infeksi, seperti demam. Hal ini
penting bagi pasien dewasa dan anak-anak dengan ITP yang sudah tidak
memiliki limfa
9
2.2 Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian menurut wiwik dan Sulistyo antara Lain :
1. Data Subjectif
a. Identitas Klien
1) Nama klien
2) Nomer RM
3) Umur, ITP kronik umumnya terdapat pada orang dewasa dengan usia rata-
rata 40-45 tahun.
4) Jenis kelamin,Rasio antara perempuan dan laki-laki adalah 1:1 pada pasien ITP
akut sedangkan pada ITP kronik adalah 2-3:1.
5) Status perkawinan
6) Pekerjaan
7) Agama
8) Alamat
9) Tanggal MRS
10) Diagnosa Medis, Diagnosa medis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
1) Keluhan utama :
a) Ptekie, Bintik-bintik kemerahan yang muncul akibat pendarahan
b) Ekimosis
Darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit dan gejala ini terjadi
Sedangkan bulae merupakan lesi menonjol melingkar (> 0,5 cm) yang
berisi cairan serosa di atas dermis
10
d) Perdarahan dibawah membran mukosa (saluran GI, kemih, genital,
respirasi)
2) Riwayat Penyakit Sekarang
a. Epitaksis
Sering disebut juga mimisan yaitu satu keadaan pendarahan dari hidung
yang keluar melalui lubang hidung akibat adanya kelainan lokal pada
rongga hidung ataupun karena kelainan yang terjadi di tempat lain dari
tubuh.
b. Menoragia
d. Menometroraghia
Bentuk campuran dari menoragia dan metroragia, menoragia merupakan
haid.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
11
C. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi terhadap kesehatan
3) Pola eliminasi.
Pola ini biasanya terjadi perubahan pada eliminasi akut karena asupan nutrisi
yang kurang sehingga penderita biasanya tidak bisa BAB secara normal. Terjadi
melena dan hematuria adalah hal yang sering dihadapi klien
4) Pola istirahat-tidur.
Gangguan kualitas tidur akibat perdarahan yang sering terjadi.
penglihatan dan pendengaran akibat dari efek samping obat pada saat dalam
tahap penyembuhan.
klien.
9) Pola reproduksi seksual Pada umumnya terjadi penurunan fungsi
12
Timbulnya distress spiritual pada diri penderita, bila terjadi serangan yang
2. Data Obyektif
a. Keadaan Umum
Tanda vital : suhu meningkat, takikardi, takipnea, dyspnea, tekanan darah sistolik
meningkat dengan diastolik normal.
Brain (B3)
Inspeksi : Kesadaran biasanya compos mentis, sakit kepala, perubahan
13
distensi sebagai bentuk komplikasi
Bowel (B5)
2. Penurunan hemoglobin
3. Kadar trombopoietin tidak meningkat
dalam serum
14
2.2.2 Analisa Data
1. Pasien mengatakan dan cairan kurang dari dengan kelemahan, berat badan
badan terasa lemas. kebutuhan tubuh menurun, intake makanan
lauk,porsi sedikit.
DO :
1. Conjungctiva : anemis
2. BB: 49 Kg, TB: 168 cm
DS : Resiko tingi kerusakan integritas Factor imunologis di tandai
1. Pasien mengatakan kulit dengam imobilisasi, kelemahan,
DO :
1. Kulit lebam lebam
15
DS : Kurang pengetahuan pada Salah interpretasi Informasi
tentang pengambilan
darah
DO : -
16
2.2.4 Rencana Keperawatan
Setelah di lakukan tindakan 1. Berikan makanan dalam 1. Porsi lebih kecil dapat
2x24 jam di harapkan porsi kecil tapi sering meningkatkan
3. Sangat bermanfaat
3. Lakukan konsultasi dengan
dalam perhitungan dan
ahli diet
penyesuaian diet untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien
4. Meningkatkan rasa
4. Libatkan keluarga pasien keterlibatannya,memberi
dalam perencanaan makan kan informasi kepada
sesuai dengan indikasi keluarga untuk
memahami kebutuhan
nutrisi pasien
17
2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologis
1. Klien dapat
mengidentifikasi 2. Anjurkan klien untuk tidak 2. Menghindari perlukaan
dengan kondisi
spesifik 3. Meghindari penekanan
3. Ubah posisi klien secara
2. Berpartisipasi dalam yang terus menerus pada
teratur
pencegahan suatu daerah tertentu
komplikasi dan
percepatan 4. Berikan advise pada klien 4. Mencegah trauma
18
3. Kurang pengetahuan pada keluaga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
mengerti akan penyakit klien terapi tergantung tipe dan keluarga / pasien dapat
dengan : beratnya ITP membuat pilihan yang tepat
pengobatan
19
DAFTAR PUSTAKA
Kimberly, AJ. Bilotta. 2012. Kapita Selekta Penyakit :dengan Implikasi Keperawatan Edisi 2.
Jakarta: EGC
Nurarif, A.H, Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi. Yogyakarta: Media Action Publishing
Pearce, Evelyn .C. 2013. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Prima Grafika
Wiwik, Sulistiyo A.B. 2008. Pada Klien dengan Gangguan System Hematologi. Jakarta :Salemba
Medika
20