Anda di halaman 1dari 24

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

YANG MENGALAMI GANGGUAN HEMATOLOGI : IDIOPATHIC


THROMBOCYTOPENIC PURPURA

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen fasilitator : Ns. Marina Kristi Layun,S,Kep., M.Kep

Di Susun oleh :

Delia Paramitha 200110010

Jeliatri Vivin Lolongan 200110017

Yuliana faridah 200110037

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT TEGNOLOGI KESEHATAN WIYATA HUSADA SAMARINDA

2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Makalah : Manajemen Asuhan Keperawatan pada pasien yang

Mengalami Gangguan Hematologi : ITP


2. Peserta

a. Ketua kelompok
Nama : Yuliana Faridah

NIM : 200110037
Jurusan : S1 Keperawatan

b. Jumlah Anggota : 2 orang


3. Dosen pembimbing

a. Nama : Ns. Marina Kristi Layun,S,Kep., M.Kep


b. NIP :

Samarinda, 22 November 2021

Menyetujui,

Pembimbing Koordinator Mata Kuliah

Ns. Marina kristi Layun,S.Kep., M.Kep Ns. Chrisyen Damanik,S.Kep.,M.Kep

NPM. NPM.

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat, karunia,
serta Taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Makalah Keperarwatan Medikal bedah 1
Manajemen Asuhan keperawatan Pada Pasien mengalami Gangguan Hematologi dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenui tugas mata kuliah yang diberikan
oleh dosen. Dan saya berterimakasih kepada Ns. Chrisyen Damanik,S.Kep., M.kep selaku Dosen Mata
Kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan Tugas ini kepada kami.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah saya buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun pembacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya mohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah ini diwaktu yang akan datang.

Samarinda, 22 November 2021

Kelompok 10

II
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................................................................. I

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................................................... II

DAFTAR ISI ......................................................................................................................................................................... III

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................................. 1


1.2 Tujuan Penulisan .............................................................................................................................................. 2
1.3 Manfaat penulisan .......................................................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................................................... 3

2.1 Konsep Medik ................................................................................................................................................... 3


2.1.1 Penjelasan Anatomi dan Fisiologi .................................................................................................... 3
2.1.2 Etiologi ....................................................................................................................................................... 4
2.1.3 Patofisiologi ............................................................................................................................................. 5
2.1.4 Manifestasi Klinis ................................................................................................................................... 6
2.1.5 Pemeriksaan diagnostik ...................................................................................................................... 7
2.1.6 Penatalaksanaan / terapi ..................................................................................................................... 8
2.2 Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan ............................................................................................ 10
2.2.1 Pengkajian ................................................................................................................................................ 10
2.2.2 Analisa Data ............................................................................................................................................. 15
2.2.3 Diagnosa keperawatan ........................................................................................................................ 16
2.2.4 Intervensi .................................................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA

III
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai kelainan dapat terjadi pada tiap tingkat mekanisme hemostatik. Pasien
dengan kelaianan pada sistim vaskuler biasanya dengan perdarahan kulit, dan sering

mengenai membrane mukosa. Perdarahan dapat diklasifikasikan menjadi purpuran alergik


dan purpura nonalergik. Pada kedua keadaan ini, fungsi trombosit dan factor koagulasi

adalah normal. Terdapat banyak bentuk purpura nonalergik, yaitu pada penyakit-penyakit
ini tidak terdapat alergi sejati tetapi terjadi berbagai bentuk vaskulitis. Yang paling sering

ditemukan adalah lupus eritematosus sistemik. Kelainan ini merupakan penyakit vaskuler-
kolagen, yaitu pasien membentuk aotuantibodi. Vaskulitis atau peradangan pembuluh

darah, terjadi dan merusak integritas pembuluh darah mengakibatkan purpura(Wulansari,


Widiastuti and Rahardjo, 2018).

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk
didalamnya sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda

dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah merupakan medium transport tubuh,
volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter.

Keadaan jumlah darah pada setiap orang itu berbedabeda bergantung pada usia,
pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah(Mithoowani and Arnold, 2019)

Trombositopenia merupakan kondisi dimana jumlah trombosit (bagian dari


pembekuan darah) berkurang dari jumlah normalnya. Pada keadaan fisiologis normal,

jumlah trombosit di dalam sirkulasi berkisar antara 150.000-400.000/ mm3 , rata-rata

berumur 7-10 hari kira-kira sepertiga dari jumlah trombosit di dalam sirkulasi darah

mengalami penghancuran di dalam limpa oleh karena itu untuk mempertahankan jumlah
trombosit supaya tetap normal, diproduksi 150.000-400000 sel trombosit per hari. Jika

jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan abnormal meskipun
biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurangdari 10.000/mL. Pr

Pada trombositopenia berat dapat mengakibatkan kematian akibat kehilangan darah


atau perdarahan dalam organ-organ vital. Insiden untuk ITP adalah 50-100 juta kasus

baru setiap tahun. Dengan anak melingkupi separuh daripada bilangan tersebut. Kejadian
atau insiden Immune Trombositopenia Purpura diperkirakan lima kasus per 100.000 anak-

anak dan kasus per 100.000 orang dewasa (Pearce & Evelyn, 2013).

1
1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar dan konsep asuhan

keperawatan pada pasien ITP dan mampu mengaplikannya di Rumah sakit.


1.2.2 Khusus

Mahasiswa dapat melakukan pengkajian keperawatan, Daignosa


Keperawatan, Rencana Tindakan, dapat melakukan tindakan keperawatan,

Evaluasia dan pendokumentasian Kepetawana pada pasien dengan ideopatik


thrombositopenia purpura (ITP) di Rumah Sakit.

1.3 Manfaat Penulisan

Dapat mempraktikkan asuhan keperawatan khususnya pada anak dengan diagnosa


medis ITP, mulai dari melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan,

menyusun rencana keperawatan, melaksanakan rencana keperawatan yang telah dibuat,


mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan melakukan pendokumentasian tindakan

keperawatan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Medik

2.1.1 Penjelasan Anatomi dan fisiologi


merupakan singkatan dari Idiopatik Trombositopenia Purpura. Idiopatik artinya

penyebab yang tidak diketahui. Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah


trombosit kurang dari 100.000/mm3. Jumlah trombosit yang rendah dapat

merupakan akibat berkurangnya produksi atau meningkatnya penghancuran


trombosit. Namun, umumnya tidak ada menifestasi klinis hingga jumlahnya kurang

dari 100.000/mm3 dan lebih lanjut dipengaruhi oleh keadaan-keadaan lain yang
mendasari atau yang menyertai, seperti leukemia atau penyakit hati.

Trombositopenia artinya berkurangnya jumlah trombosit dalam darah atau darah


tidak mempunyai platelet yang cukup. Purpura artinya perdarahan kecil yang ada di

dalam kulit, membrane mukosa atau permukaan serosa. Klasifikasi ITP adalah sebagai
berikut (Wijaya, 2019):

1. Akut
a. Pada anak-anak dan dewasa muda

b. Riwayat infeksi virus 1-3 minggu sebelumnya


c. Gejala Pendarahan bersifat mendadak

d. Lama penyakit 2-6 minggu atau 6 bulan, jarang lebih dan remisi spontan
pada 80% kasus
e. Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
2. Kronik

a. Paling banyak terjadi pada wanita muda dan pertengahan


b. Jarang terdapat riwayat infeksi sebelumnya

c. Gejala pendarahan bersifat menyusup, pada wanita berupa menomethoragi


d. Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis

e. Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.


f. Jarang terjadi remisi spontan

3
Tabel 1. Kategori ITP menurut Internasional working Grup

Kategori ITP

ITP Primer Tidak di temukan faktor lain trombophosipenia


Dapat terjadi akibat penyakit atau kondisi lain yang mendasari
ITP Sekunder
terjadinya trombositopenia
ITP yang baru di diagnosa Merujuk pada kasus ITP yang baru terdiagnosis dalam 3 bulan
ITP persistem Merujuk pada kasus ITP yang terdiagnosis 3 – 12 bulan sebelumnya
ITP kronis Kasus ITP yang sudah lebih dari 12 bulan
Muncul gejala perdarahan yang membutuhkan terapi atau gejala
ITP Berat perdarahan baru yang membutuhkan intervensi tambahan atau

peningkatan dosis terapi

2.1.2 Etiologi

Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan

antibodi yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibod adalah
respon tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk kedalam tubuh

Tetapi untuk penderita ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping darah
tubuhnya sendiri. Meskipun pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat,

persediaan trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada
sebagian besar kasus, diduga bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh.

Secara normal sistem imun membuat antibodi untuk melawan benda asing
yang masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan platelet dalam tubuh

sendiri. Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh masih belum diketahui.
ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi

makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisik (radiasi, panas), kekurangan
factor pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata (KID) dan

autoimun. Berdasarkan etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan
sekunder. Selain itu, ITP juga terjadi pada pengidap HIV. Sedangkan obat-obatan

seperti heparin, minuman keras, quinidine, sulfonamides juga boleh menyebabkant


thrombositopenia. Penyebab dari ITP kemungkinan dari (Wijaya, 2019).

4
1. Intoksikasi makanan atau obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon,
diamokkina, sedormid).

2. Mungkin bersifat kongenital atau akuisita (didapat)


3. Penurunan produksi trombosit defektif didalam sumsum tulang

4. Peningkatan proses penghancuran trombosit diluar sumsum tulang yang


disebabkan penyakit atau gangguan lain (seperti sirosis hati, koagulasi

intravaskular, diseminata)
5. Sekuestrasi (hipersplenisme, hipotermia) atau kehilangan trombosit

6. Kejadian berulang setelah infeksi virus, seperti virus epstein-barr atau


mononukleosis infeksius, virus demam berdarah.

2.1.3 Patofisiologi

Kerusakan trombosit pada ITP melibatkan autoantibody terhadap gliko protein


yang terdapat pada membran trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit

yang diselimuti antibody, hal tersebut dilakukan oleh magkrofag yang terdapat pada
limpa dan organ retikulo endotelial lainnya. Megakariosit pada sumsum tulang bisa

normal atau meningkat pada ITP. Sedangkan kadar trombopoitein dalam plasma,
yang merupakan progenitor proliferasi dan maturasi dari trombosit mengalami

penurunan yang berarti, terutama pada ITP kronis. Adanya perbedaan secara klinis
maupun epidemologis antara ITP akut dan kronis, menimbulkan dugaan adanya

perbedaan mekanisme patofisiologi terjadinya trombsitopenia diantara keduanya.


Pada ITP akut, telah dipercaya bahwa penghancuran trombosit meningkat karena

adanya antibody yang dibentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri atau
virus atau pada imunisasi, yang bereaksi silang dengan antigen dari trombosit.

Mediator lainnya yang meningkat selama terjadinya respon imun terhadap


produksi trombosit. Sedangkan pada ITP kronis mungkin telah terjadi gangguan

dalam regulasi sistem imun seperti pada penyakit autoimun lainnya yang berakibat
terbentuknya antibodi spesifik terhadap antibodi. Saat ini telah didefinisikan (GP)

permukaan trombosit pada ITP, diantaranya GP Ib-lia, GP Ib, dan GP V. Namun


bagaimana antibodi antitrombosit meningkat pada ITP, perbedaan secara pasti

patofisiologi ITP akut dan kronis, serta komponen yang terlibat dalam regulasinya
masih belum diketahui. Gambaran klinik ITP yaitu:

5
1. Onset pelan dengan perdarahan melalui kulit atau mukosa berupa : petechie,

echymosis, easy bruising, menorrhagia, epistaksis, atau perdarahan gusi.


2. Perdarahan SSP jarang terjadi tetapi dapat berakibat fatal.

3. Splenomegali pada <10% kasus. (Wiwik Handayani, 2008)

2.1.4 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala yang ditemukan menurut Price & Wilson (2009) yaitu :

1. Ekimosis merupakan : perdarahan yang memanjang dan semakin bertambah


dengan kadar trombosit kurang dari 50.000/mm3

2. Ptekie merupakan titik perdarahan yang dapat dilihat pada permukaan kulit
atau pada potongan permukaan organ. Merupakan manifestasi utama dengan

jumlah trombosit kurang dari 30.000/mm3


3. Purpura merupakan keadaan yang ditandai dengan bercak-bercak perdarahan

yang tersebar luas.


4. Terjadi perdarahan pada mukosa, jaringan dalam, dan intracranial dengan

jumlah trombosit kurang dari 20.000/mm3 dan memerlukan tindakan segera


untuk mencegah perdarahan dan kematian.

5. Vesikel atau bulae yang bersifat hemoragik, Lepuhan kecil berisi cairan yang
berdiameter kurang dari 0,5 cm. Sedangkan bulae merupakan lesi menonjol

melingkar (> 0,5 cm) yang berisi cairan serosa di atas dermis.
6. Epitaksis dan pendarahan gusi, Epitaksis terjadi sebagai gejala awal pada

sepertiga dari penderita anak-anak.


7. Menometroraghia, Bentuk campuran dari menoragia dan metroragia,

menoragia merupakan perdarahan haid dalam jumlah yang melebihi 80 ml.


Sedangkan metroragia yaitu terjadinya perdarahan berupa bercak bercak diluar

siklus haid.
8. Hematuri, kondisi di mana urin mengandung darah atau sel-sel darah merah.

Keberadaan darah dalam urin biasanya akibat perdarahan di suatu tempat di


sepanjang saluran kemih. Pendarahan traktus urinarius cukup jarang terjadi

pada penderita ITP.


9. Melena, Pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti akibat

pendarahan pada saluran pencernaan.


10. Pendarahan intrakranial (merupakan penyulit berat, terjadi 1% pada kasus)

11. Tidak ada limfadenopati, Limfadenopati merupakan proses penyakit yang


menyerang satu atau beberapa kelenjar getah bening.

6
12. Splenomegali ringan, pembesaran limfa dua kali ukuran normal, Merupakan

bentuk patologi, pembesaran pada limpa terjadi karena adanya peningkatan


jumlah sel fagosit dan jumlah sel darah. Limpa memiliki peranan penting dalam

patogenesis pada ITP. Limpa merupakan tempat utama produksi antibodi


antitrombosit dan destruksi trombosit yang dilapisi ,oleh Ig G.

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik


Diagnosis melalui beberapa pemeriksaan dasar seperti anamnesis, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan darah tepi, dan pemeriksaan sumsum tulang belakang. Anamnesis
untuk riwayat keluarga, riwayat perdarahan, riwayat penyakit sebelumnya, serta

penggunaan obat-obatan. Pemeriksaan fisik lengkap terutama pada bagian-bagian


tubuh yang sering mengalami perdarahan seperti mukokutan dan persendian; namun

pada sebagian besar pasien ITP tidak didapati kelainan pada pemeriksaan fisik. Pada
pasien ITP juga perlu dicari adanya limfadenopati atau splenomegali untuk

menyingkirkan keganasan seperti gangguan limfoproliferatif. Pada pasien dewasa


perlu dilakukan pemeriksaan HCV dan HIV untuk menyingkirkan kemungkinan ITP

sekunder. Pemeriksaan laboratorium apusan darah tepi merupakan pemeriksaan


sederhana yang sangat penting. ITP ditandai dengan menurunnya jumlah trombosit

terisolasi kurang dari 100.000/µL. Trombositopenia terisolasi didefinisikan sebagai


trombositopenia tanpa gangguan morfologi serta jumlah eritrosit dan leukosit.

Menurut American Society of Hematology, pemeriksaan sumsum tulang belakang


tidak perlu karena pemeriksaan apusan darah tepi yang cermat sudah dapat

menegakkan diagnosis ITP. Pada pemeriksaan sumsum tulang belakang, dapat


ditemukan jumlah megakariosit meningkat atau normal, dapat terjadi peningkatan

jumlah megakariosit imatur.

7
2.1.6 Penatalaksanaan / Terapi

1. Pengobatan
Terapi untuk mengurangi proses imun sehingga mengurangi perusakan

trombosit sebagai berikut (Mithoowani and Arnold, 2019) :


a. ITP Akut

1) Ringan: observasi tanpa pengobatan akan sembuh spontan.


2) Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik,

maka berikan kortikosteroid. Terapi awal prednison dosis 0,5-1,2


mg/kgBB/hari selama 2 minggu. Respon terapi prednisone terjadi dalam 2

minggu dan pada umumnya terjadi dalam minngu pertama,bila respon


baik dilanjutkan sampai satu bulan.

3) Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan


immunoglobulin per IV. Imunoglobulin intravena dosis 1g/kg/hr selama 2-

3 hari berturut- turut digunakan bila terjadi pendarahan internal, saat AT


(antibodi trombosit) <5000/ml meskipun telah mendapat terapi

kortikosteroid dalam beberapa hari atau adanya purpura yang progresif.


Bila keadaan gawat, maka diberikan transfuse suspensi trombosit.

b. ITP Kronis
1. Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan. Misal: prednisone 2 – 5

mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid berikan


immunoglobulin (IV).

2. Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.


a) Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.

b) Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.


Jika dalam 3 bulan tidak memberi respon pada kortikosteroid (AT

<30.000/μL) atau perlu dosis pemeliharaan yang tinggi maka diperlukan


3. Splenektomi

Indikasi:
a) Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif

selama 3 bulan.
b) Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian

kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat.


c) Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun

perlu dosis tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa


perdarahan

8
Kontra indikasi:
Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum

dapat diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening
dan thymus)

a) Pemberian Ig anti G 70μg/kg


b) Terapi supportif, terapi untuk mengurangi pengaruh

trombositopenia
(1) Pemberian androgen (danazol)

(2) Pemberian high dose immunoglobulin (IgIV 1 mg/kg/hari


selama 2Hari berturut-turut) untuk menekan fungsi makrofag

dan meningkatkan AT dengan cepat


(3) Pemberian metil prednisolon jika pasien resisten terhadap

prednison
(4) Transfusi konsentrat trombosit hanya dipertimbangkan pada

penderita dengan risiko perdarahan akut.


2. Preventif

Tindakan preventif ini untuk mencegah terjadinya komplikasi dan meningkatnya


tingkat keparahan.

a. Membatasi gerakan fisik


b. Mencegah pendarahan akibat trauma

c. Melindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar atau pendarahan


d. Menghindari obat – obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat

mempengaruhi platelet dan meningkatkan risiko pendarahan


e. Menghindari obat penekan fungsi trombosit

f. Melakukan terapi yang benar untuk infeksi yang mungkin dapat berkembang
g. Konsultasi ke dokter jika ada beberapa gejala infeksi, seperti demam. Hal ini

penting bagi pasien dewasa dan anak-anak dengan ITP yang sudah tidak
memiliki limfa

9
2.2 Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian
Pengkajian menurut wiwik dan Sulistyo antara Lain :

1. Data Subjectif
a. Identitas Klien

1) Nama klien
2) Nomer RM

3) Umur, ITP kronik umumnya terdapat pada orang dewasa dengan usia rata-
rata 40-45 tahun.

4) Jenis kelamin,Rasio antara perempuan dan laki-laki adalah 1:1 pada pasien ITP
akut sedangkan pada ITP kronik adalah 2-3:1.

5) Status perkawinan
6) Pekerjaan

7) Agama
8) Alamat

9) Tanggal MRS
10) Diagnosa Medis, Diagnosa medis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan

penunjang, tidak bisa hanya dengan manifestasi klinik yang ada.


11) Tanggal MRS, Jam MRS

12) Tanggal Pengkajian, Jam Pengkajian


b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama :
a) Ptekie, Bintik-bintik kemerahan yang muncul akibat pendarahan

dibawahkulit, keluarnya darah dari pembuluh darah ke dermis, dan ruam


tidak memucat bila ditekan. Nilai ptekie kurang dari 5 mm apabila

memucat ketika ditekan. Sedangkan lebih dari 5 mm disebut purpura.


Petekie ditemukan bila jumlah trombosit < 30.000/mm3

b) Ekimosis
Darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit dan gejala ini terjadi

mendadak pada penderita ITP. Ekimosis yang bertambah dan perdarahan


yang lama akibat trauma ringan ditemukan pada jumlah < 50.000/mm3.

c) Vesikel atau bulae yang bersifat hemoragik


Lepuhan kecil berisi cairan yang berdiameter kurang dari 0,5 cm.

Sedangkan bulae merupakan lesi menonjol melingkar (> 0,5 cm) yang
berisi cairan serosa di atas dermis

10
d) Perdarahan dibawah membran mukosa (saluran GI, kemih, genital,

respirasi)
2) Riwayat Penyakit Sekarang

a. Epitaksis
Sering disebut juga mimisan yaitu satu keadaan pendarahan dari hidung

yang keluar melalui lubang hidung akibat adanya kelainan lokal pada
rongga hidung ataupun karena kelainan yang terjadi di tempat lain dari

tubuh.
b. Menoragia

Periodik menstruasi yang terjadi pendarahan berat atau berkepanjangan


(abnormal), periode inilah yang menyebabkan kehilangan banyak darah

dan dapat juga disertai kram.


c. Malaise

Keluhan utama dapat disertai malaise yaitu anoreksia, nafsu makan


menurun dan kelelahan, dan kelemahan. Kelemahan dapat terjadi dengan

atau tanpa disertai saat pendarahan terjadi akibat kekurangan suplai


darah tidak seimbang dengan kebutuhan

d. Menometroraghia
Bentuk campuran dari menoragia dan metroragia, menoragia merupakan

perdarahan haid dalam jumlah yang melebihi 80 ml. Sedangkan


metroragia yaitu terjadinya perdarahan berupa bercak bercak diluar siklus

haid.
3) Riwayat Penyakit Dahulu

Pada trombositopenia akuista, kemungkinan penggunaan satu atau


beberapa obat penyebab trombositopenia (heparin, kuinidin, kuinin,

antibiotik yang mengandung sulfa, beberapa obat diabetes per-oral, garam


emas, rifampin).

4) Riwayat Penyakit Keluarga


ITP juga memiliki kecenderungan genetik pada kembar monozigot dan pada

beberapa keluarga, serta telah diketahui adanya kecenderungan


menghasilkan autoantibodi pada anggota keluarga yang sama.

11
C. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi terhadap kesehatan

Terjadi perubahan karena defisit perawatan diri akibat kelemahan, sehingga


menimbulkan masalah kesehatan lain yang juga memerlukan perawatan yang

serius akibat infeksi.


2) Pola nutrisi metabolisme

Penderita pada umumnya kehilangan nafsu makan, dan sering terjadi


pendarahan pada saluran pencernaan.

3) Pola eliminasi.
Pola ini biasanya terjadi perubahan pada eliminasi akut karena asupan nutrisi

yang kurang sehingga penderita biasanya tidak bisa BAB secara normal. Terjadi
melena dan hematuria adalah hal yang sering dihadapi klien

4) Pola istirahat-tidur.
Gangguan kualitas tidur akibat perdarahan yang sering terjadi.

5) Pola aktivitas latihan


Penderita terjadi kelelahan umum dan kelemahan otot, kelelahan, nyeri akan

mempengaruhi aktifitas pada penderita ITP.


6) Pola persepsi diri

Adanya kecemasan, menyangkal dari kondisi, ketakutan dan mudah


terangsang, perasaan tidak berdaya dan tidak punya harapan untuk sembuh.

7) Pola kognitif perseptual


Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi kemampuan panca indra

penglihatan dan pendengaran akibat dari efek samping obat pada saat dalam
tahap penyembuhan.

8) Pola toleransi koping stress


Adanya ketidakefektifan dalam mengatasi masalah individu dan keluarga pada

klien.
9) Pola reproduksi seksual Pada umumnya terjadi penurunan fungsi

seksualitas pada penderita ITP.


10) Pola hubungan peran

Terjadi keadaan yang sangat menggangu hubungan interpersonal karena klien


dengan ITP dikenal sebagai penyakit yang menakutkan.

11) Pola nilai dan kepercayaan

12
Timbulnya distress spiritual pada diri penderita, bila terjadi serangan yang

hebat atau penderita tampak kurang sehat.

2. Data Obyektif
a. Keadaan Umum

Penderita dalam kelemahan, composmentis, apatis, stupor, somnolen, soporo


coma dan coma. Penilaian GCS sangat penting untuk diperhatikan.

Tanda vital : suhu meningkat, takikardi, takipnea, dyspnea, tekanan darah sistolik
meningkat dengan diastolik normal.

b. emeriksaan Fisik (B1-B6)


Breathing (B1)

Inspeksi : Adanya dispnea, takipnea, sputum mengandung darah,


terjadipendarahan spontan pada hidung

Palpasi : Kemungkinan vokal vremitus menurun akibat kualitas pernapasan


buruk karena pendarahan pada saluran respirasi

Perkusi : Suara paru sonor atau pekak


Auskultasi : Adanya suara napas tambahan whezing atau ronchi yang muncul

akibat dari komplikasi gejala lain.


Blood (B2)

Inspeksi : Adanya hipertensi, hemoraghi subkutan, hematoma dan Sianosis


akral. Adanya ptekie atau ekimosis pada kulit, purpura.

Palpasi : Penghitungan frekuensi denyut nadi meliputi irama dan kualitas


denyut nadi, denyut nadi perifer melemah, hampir tidak teraba.Takikardi, adanya

petekie pada permukaan kulit. Palpitasi (sebagai bentuk takikardia kompensasi).


Perkusi : Kemungkinan adanya pergeseran batas jantung

Auskultasi : Bunyi jantung abnormal, tekanan darah terjadi peningkatan


sistolik, namun normal pada diastolik.

Brain (B3)
Inspeksi : Kesadaran biasanya compos mentis, sakit kepala, perubahan

tingkat kesadaran, gelisah dan ketidakstabilan vasomotor.


Bladder (B4)

Inspeksi : Adanya hematuria (kondisi di mana urin mengandung darah


atau sel-sel darah merah. Keberadaan darah dalam urin biasanya akibat

perdarahan di suatu tempat di sepanjang saluran kemih.


Palpasi : Kemungkinan ada nyeri tekan pada kandung kemih karena

13
distensi sebagai bentuk komplikasi

Bowel (B5)

Inspeksi : Klien biasanya mengalami mual muntah penurunan nafsu


makan, dan peningkatan lingkar abdomen akibat pembesaran limpa.

Adanya hematemesis dan melena.


Palpasi : Adakah nyeri tekan abdomen, splenomegali, pendarahan pada

3. Pemeriksaan Diagnostik (Wiwik dan Sulistyo, 2008)


a. Pemeriksaan DL :

1. jumlah trombosit rendah hingga mencapai 100.000/ mm3 (normal


150.000-350.000 / mm3 )

2. Penurunan hemoglobin
3. Kadar trombopoietin tidak meningkat

b. Masa koagulasi untuk PT dan PTT memanjang


c. Foto toraks dan uji fungsi paru

d. Tes kerapuhan kapiler meningkat


e. Skrining antibodi

f. Aspirasi sumsum tulang, menunjukkan peningkatan jumlah megakariosit


g. Tes sensitif menunjukkan IgG antitrombosit pada permukaan trombosit atau

dalam serum

14
2.2.2 Analisa Data

Data Fokus Problem Etiologi

DS : Gangguan pemenuhan nutrisi Anoreksia yang di tandai

1. Pasien mengatakan dan cairan kurang dari dengan kelemahan, berat badan
badan terasa lemas. kebutuhan tubuh menurun, intake makanan

2. Pasien mengatakan kurang, Konjungtiva


minum 4-5 gelas sehari

berupa air putih


3. Pasien mengatakan di

rumah makan 2x sehari,


tidak menyukai sayur dan

lauk,porsi sedikit.

DO :

1. Conjungctiva : anemis
2. BB: 49 Kg, TB: 168 cm
DS : Resiko tingi kerusakan integritas Factor imunologis di tandai
1. Pasien mengatakan kulit dengam imobilisasi, kelemahan,

badan terasa hangat hipertermi, perubahan turgor


kulit

DO :
1. Kulit lebam lebam

2. Kulit pasien kemerahan


3. Kulit teraba hangat

4. Terlihat bintik bintik


merah

5. Suhu tubuh 38℃

15
DS : Kurang pengetahuan pada Salah interpretasi Informasi

1. Pasien mengatakan tidak keluarga tentang kondisi dan


mengetahui tentang kebutuhan pengobatan

penyakit klien berhubungan dengan salah


2. Keluarga belum tahu interpretasi informasi

tentang pengambilan
darah

DO : -

2.2.3 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pemenuhan Nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake nutrisi yang adekuat yang di tandai dengan

kelemahan,berat badan menurun, konjungtiva.


2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi

yang di tandai dengan fakator imunologis dengan imobilisasi,kelemahan


hipertermi,perubahan turgor kulit.

3. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan salah interpretasi informasi

16
2.2.4 Rencana Keperawatan

1. Gangguan Pemenuhan Nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan Intake Cairan

Tujuan dan Kritea hasil Intervensi Rasional

Setelah di lakukan tindakan 1. Berikan makanan dalam 1. Porsi lebih kecil dapat
2x24 jam di harapkan porsi kecil tapi sering meningkatkan

pemenuhan nutrisi klien pemasukan yang sesuai


terpenuhi dengan kalori

2. Pantau pemasukan 2. Anoreksia dan

Tujuan : menghilangkan makanan dan timbang kelemahan dapat

mual dan muntah berat badan setiap hari mengakibatkan

Kritea hasil : penurunan berat badan

Berat badan stabil dan malnutrisi yang


serius

3. Sangat bermanfaat
3. Lakukan konsultasi dengan
dalam perhitungan dan
ahli diet
penyesuaian diet untuk
memenuhi kebutuhan

nutrisi pasien
4. Meningkatkan rasa
4. Libatkan keluarga pasien keterlibatannya,memberi
dalam perencanaan makan kan informasi kepada
sesuai dengan indikasi keluarga untuk
memahami kebutuhan

nutrisi pasien

17
2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologis

Tujuan Dan kritea Hasil Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji integritas kulit untuk 1. Memberikan informasi


2x24 jam di harapkan melihat adanya efek untuk perencanaan

kerusakan bisa berkurang samping,catat perubahan asuhan dan


dengan : turgor pengembangan

identifikasi awal perubah

Tujuan : integritas kulit.

1. Klien dapat
mengidentifikasi 2. Anjurkan klien untuk tidak 2. Menghindari perlukaan

intervensi yang menggaruk bagian yang yang dapat


berhubungan gatal menimbulkan infeksi

dengan kondisi
spesifik 3. Meghindari penekanan
3. Ubah posisi klien secara
2. Berpartisipasi dalam yang terus menerus pada
teratur
pencegahan suatu daerah tertentu
komplikasi dan
percepatan 4. Berikan advise pada klien 4. Mencegah trauma

penyembuhan untuk menghindari berlanjur pada kulit dan


pemakaian cream kulit, produk yang kontra
minyak, bedak tanpa indikatif
rekomendasi Dokter

18
3. Kurang pengetahuan pada keluaga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan salah interpretasi informasi

Tujuan dan kritea hasil Intervensi Rasional

Setelah di lakukan tindakan 1x24 1. Berikan informasi tentang 1. Memberikan dasar


jam di harapkan keluarga ITP. Diskusikan kenyataan pengetahuan sehingga

mengerti akan penyakit klien terapi tergantung tipe dan keluarga / pasien dapat
dengan : beratnya ITP membuat pilihan yang tepat

2. Tinjau tujuan dan 2. Ketidak tahuan

Tujuan : pemahaman dan persiapan pemerikasaan meningkatkan stress

penerimaan terhadap program diagnostik 3. Merupakan kekhawatiran

pengobatan yang di resepkan 3. Jelaskan bahwa darah yang tidak di ungkapkan

yang di ambil untuk yang dapat memperkuat

Kritea hasil : pemeriksaan laboratorium ansietas pasien / keluarga

- Menyatakan pemahaman tidak akan memperburuk

proses penyakit ITP

- Faham akan prosedur


diagnostik dan rencana

pengobatan

19
DAFTAR PUSTAKA

Kimberly, AJ. Bilotta. 2012. Kapita Selekta Penyakit :dengan Implikasi Keperawatan Edisi 2.

Jakarta: EGC

NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi.Jakarta : EGC

Nurarif, A.H, Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi. Yogyakarta: Media Action Publishing

Pearce, Evelyn .C. 2013. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Prima Grafika

Wiwik, Sulistiyo A.B. 2008. Pada Klien dengan Gangguan System Hematologi. Jakarta :Salemba

Medika

20

Anda mungkin juga menyukai