Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MATERNITAS I

MENGINDENTIFIKASI MASALAH PADA BAYI DENGAN

PENYAKIT MIKROSEFALUS

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 8 :

Dandy Ramadhan 200110009

Hartina Rezki 200110015

Yuliana Faridah 200110037

Nurhasanah 200110026

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

INSTITUSI TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA


SAMARINDA

2021 / 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat,
karunia, serta Taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Makalah Maternitas I
Mengindentifikasi masalah pada bayi dengan penyakit mikrosefalus dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenui tugas mata kuliah yang
diberikan oleh dosen. Dan saya berterimakasih kepada Ns. Sumiati Sinaga,S.Kep., M.kep selaku
Dosen Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan Tugas ini kepada kami.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah saya buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun pembacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya mohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini diwaktu yang akan datang.

Samarinda 5 november 2021

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... I


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... II
BAB I ................................................................................................................................. 1
A. Definisi ................................................................................................................... 1
B. Etiologi ................................................................................................................... 2
C. Intervensi ................................................................................................................ 5

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Mikrosefali merupakan lingkar kepala yang kurang dari 2 SD di bawah ratarata
usia dan jenis kelamin. Hal ini penting untuk dicatat bahwa ada juga perbedaan antara
kelompok etnis yang berbeda dan perlu dipertimbangkan sebelum diagnosis dibuat.
Sebagai contoh, dalam sebuah penelitian di Leicester ditemukan bahwa bayi yang baru
lahir asia memiliki lingkar kepala lebih kecil dari mereka yang lahir di kaukasia.
Mikrosefali sebagai kepala kecil menyiratkan otak kecil, yang mencerminkan
pertumbuhan otak kurang. Bayi normal dalam pemeriksaan neurologis akan diharapkan
untuk memiliki kecerdasan yang normal pada usia tujuh tahun. Akan tetapi lingkar kepala
a <3 SD saat lahir biasanya menunjukkan keterbelakangan mental dan mengalami
kesulitan belajar. Penyebab mikrosefal dapat dibagi menjadi primer dan sekunder.
Mikrosefal primer meliputi kondisi otak kecil karena tidak pernah terbentuk baik
karena genetik atau kelainan kromosom Lingkar kepala kecil sejak lahir dan seterusnya
dengan pengecualian beberapa kelainan kromosom di mana lingkar kepala mungkin
normal saat lahir.Dalam mikrosefal sekunder pertumbuhan otak normal akan tetapi
terganggu oleh proses penyakit yang diperoleh. Dalam kondisi ini lingkar kepala
mungkin normal saat lahir, tetapi kepala gagal tumbuh setelahnya.
Mikrosefali didefinisikan sebagai lingkar kepala yang berukuran lebih dari tiga
standar deviasi di bawah mean menurut usia dan jenis kelamin. Keadaan ini relatif lazim,
terutama pada populasi dengan retardasi mental. Meskipun ada banyak penyebab
mikrosefali, kelainan pada migrasi neuron selama perkembangan janin, termasuk
heterotopia sel neuron dan kekacauan arsitektur sel, ditemukan pada banyak otak.
B. ETIOLOGI
Mikrosefalus paling sering disebabkan oleh kelainan genetik yang mengganggu
pertumbuhan korteks serebral selama beberapa bulan awal perkembangan janin. Namun,
di samping itu juga beberapa penyebab mikrosefalus yang perlu orangtua ketahui, yakni:
1. Craniosynostosis
Craniosynostosis merupakan kondisi cacat lahir yang menyebabkan bentuk kepala
bayi tidak normal akibat adanya kelainan pada tulang tengkorak. Kelainan ini
memengaruhi perkembangan kepala dan otak bayi sehingga dapat menjadi penyebab
kepala bayi berukuran kecil daripada seharusnya atau mikrosefalus. Untuk mengatasi
kelainan ini, bayi memerlukan proses pembedahan untuk memisahkan tulang yang
bermasalah. Jika tidak ada masalah yang terjadi pada otak, operasi ini memungkinkan
otak memiliki cukup ruang untuk tumbuh dan berkembang.

2. Kelainan genetik
Kelainan genetik sering menjadi penyebab berbagai masalah kesehatan, salah
satunya mikrosefalus. Setiap gen terdiri dari DNA yang bertindak sebagai pengatur
produksi protein yang erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Berdasarkan Stanford Children’s Health, warisan gen abnormal dari orangtua dapat
menyebabkan bayi mengalami mikrosefalus.Mikrosefalus adalah kondisi yang bisa
disebabkan oleh kelainan gen resesif autosomal. Autosomal artinya sama-sama dapat
memengaruhi bayi dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan.
Sementara resesif artinya terdapat dua salinan gen yang masing-masing berasal
dari kedua orangtua. Beberapa kelainan genetik yang menjadi penyebab mikrosefalus
ada kaitannya dengan gen X.Ini berarti susunan gen yang salah terdapat pada
kromosom X. Begini, anak perempuan bisa memiliki gen yang salah pada satu
kromosom X, tetapi tidak memiliki tanda atau gejala penyakit tertentu.
Namun, ini artinya anak perempuan tersebut merupakan pembawa kondisi
tertentu. Berbeda dengan anak laki-laki yang hanya memiliki satu kromosom X. Jika
kromosom X anak laki-laki tersebut membawa gen yang salah, ini akan menyebabkan
ia mengalami tanda atau gejala atas kondisi tertentu, termasuk mikrosefalus. Adanya
masalah atau kelainan gen yang terjadi pada bayi dapat membuat pertumbuhan dan
2
perkembangan tubuhnya terganggu. Salah satu kelainan gen yang dapat menyebabkan
mikrosefali adalah down syndrome.

3. Kekurangan gizi
Ibu hamil memerlukan banyak nutrisi untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan janin yang ada di dalam kandungannya. Nutrisi penting selama masa
kehamilan tersebut, didapat dari makanan dan minuman, seperti sayur, buah, daging,
ikan, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Bila kebutuhan nutrisi ibu hamil tidak
tercukupi dengan baik, perkembangan bayi bisa terganggu. Hal ini dapat menjadi
penyebab kepala bayi berukuran kecil atau mikrosefalus.

4. Penggunaan zat tertentu dan paparan bahan kimia


Selain kebutuhan nutrisi yang harus diperhatikan, Anda pasti sering mendengar
jika ibu hamil dilarang melakukan kegiatan atau menggunakan zat tertentu. Ini
meliputi pekerjaan yang menyebabkan ibu hamil terpapar zat kimia, kebiasaan
merokok dan minum alkohol, atau menggunakan obat-obat tertentu. Semua zat asing
yang masuk ke tubuh sang ibu, dapat mengalir bersama darah dan masuk ke tubuh
bayi. Zat-zat yang tidak dibutuhkan ini bisa mengganggu proses perkembangan otak
anak sehingga bisa menyebabkan mikrosefalus.

5. Infeksi
Infeksi dalam tubuh ibu hamil bisa menyebabkan masalah pada perkembangan
bayi. Pasalnya, infeksi bisa mengalir bersama darah dan masuk ke tubuh bayi.Selain
itu, infeksi juga dapat juga mengganggu kerja organ tubuh sang ibu yang seharusnya
menyempurnakan janin.

Beberapa infeksi yang dapat menjadi penyebab mikrosefalus pada bayi, antara lain:
 Cacar air yakni infeksi virus varicella yang menyebabkan tubuh demam disertai
lenting berisi air.
 Virus Zika yaitu virus yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang
menyebabkan demam Zika.
3
 Toksoplasmosis yaitu infeksi yang menyebabkan tubuh demam, kejang, dan
pembesaran limpa.
 Infeksi rubella yang menyebabkan ruam merah di seluruh kulit.
 Infeksi sitomegalovirus yang menyebabkan demam, kelenjar getah bening
membengkak, dan nyeri otot.
6. Celebral anoxia
Komplikasi kehamilan juga bisa menjadi penyebab mikrosefalus, salah satunya
celebral anoxia. Kondisi ini terjadi karena pengiriman oksigen ke otak janin
terhambat. Asupan oksigen yang tidak memadai ini bisa menyebabkan perkembangan
otak dan kepala bayi terganggu.

7. Fenilketonuria
Fenilketonuria adalah cacat bawaan lahir yang emnyebabkan asam amino yang
disebut dengan fenilalanin menumpuk di dalam tubuh.Ini terjadi karena adanya
kecacatan gen yang diwariskan orangtua untuk memecah memecah fenilalanin.
Wanita hamil yang memiliki kondisi ini sangat berisiko, salah satunya dapat
menyebabkan mikrosefalus maupun keguguran.

4
C. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan & kritea
Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
Bersihan jalan napas Tujuan: 1. Kaji frekuensi / kedalaman 1. Takipnea, pernapasan dangkal,
takefektif b/d Ventilasi dan oksigen pernapasan dan gerakan dada dan gerakan dada simetris sering
peningkatan produksi adekuat untuk kebutuhan 2. Penghisapan sesuai indikasi terjadi karena ketidaknyamanan
sputum individu 3. Bantu mengawasi efek pengobatan gerakan dinding dada dan atau
nebuliser dan fisioterapi lain, mis., cairan paru.
Kriteria: spirometer insentif, IPPB, tiupan 2. Merangsang batukpembersihan
Menunjukkan perilaku botol, perkusi, drainase postural. jalan napas secara mekanik pada
mencapai bersihan jalan 1. Lakukan diantara waktu makan dan pasien yang tak mampu
napas batasi cairan bila mungkin. melakukan karena batuk tak
2. Kolaborasikan efektif atau penurunan tingkat
kesadaran
3. Memudahkan pengenceran dan
pembuangan sekret. Koordinasi
pengobatan/jadwal dan majukan
oral mengurangi muntah karena
batuk, pengeluaran sputum.
4. alat untuk mengurangi spasme
bronkus dengan mobilisasi
sekret. Analgesik diberikan

5
untuk memperbaiki batuk
dengan mengurangi
ketidaknyamanan tetapi harus
digunakan secara hati-hati,
karena dapat mengurangi upaya
batuk/menekan pernapasan
5. mengkolaborasikan dengan
dokter dan poteker
Perubahan nutrisi Tujuan: Masukan nutrisi 1. Kaji status nutrisi secara kontinue, 1. memberikan kesempatan untuk
kurang dari adekuat untuk kebutuhan selama perawatan setiap hari, Mengobservasi penyimpangan
kebutuhan individu perhatikan tingkat energi; kondisi dari normal/dasar pasien dan
tubuh b.d penurunan kulit, kuku, rambut, rongga mulut, mempengaruhi pilihan
status mental/tingkat Kriteria: BB progresif keinginan untuk makan/anoreksia. intervensi.
kesadaran kearah tujuan dengan 2. Timbang BB setiap hari dan 2. Membuat data dasar, membantu
nilainya bebas dari bandingkan dengan BB saat dalam memantau keefektifan
nutrisi. penerimaan. aturan terapeutik, dan
3. Dokumentasikan masukan oral slama menyadarkan perawat terhadap
24 jam, riwayat makanan, jumlah ketidaktepatan kecendrungan
kalori dengan tepat. dalam penurunan/penambahan
4. Berikan larutan nutrisi pada kecepatan BB.
yang dianjurkan melalui alat kontrol 3. Mengidentifikasikan
infus sesuai kebutuhan. Atur ketidakseimbangan antara

6
kecepatan pemberian setiap jam perkiraan kebutuhan nutrisi dan
sesuai anjuran. Jangan meningkatkan masukan aktual.
kecepatan untuk “mencapai”.
5. Pertahankan retensi selang pemberian
makan enteral dengan membilas air
hangat, sesuai indikasi

Anda mungkin juga menyukai