Anda di halaman 1dari 19

Makalah Ilmu Keperawatan Dasar II

Kelainan Congenital

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Abdurrahman Yusuf
Ibnu Hidayat
Mutiara Dwi Alvidsa
Putri Diana
Viranti Vadila
Dosen Pembimbing : Murniati M, SKM, M.Biomed

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita hadiahkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata
kuliah Ilmu Keperawatan Dasar II tentang “Kelainan Congenital” sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut serta berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.

Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan para
pembaca. Penulis juga menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan
makalah ini.

Padang, 20 Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kelainan Kongenital

B. Faktor Penyebab Kelainan Kongenital

C. Patologi Dan Patofisiologi Kelainan Kongenital

D. Kelainan Kongenital Yang Banyak Terjadi Pada Bayi

E. Deteksi Dini Dan Penanganan Kelainan Kongenital

F. Jenis Dan Gejala Kelainan Kongenital

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

A. DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang tua tentunya ingin mempunyai anak yang sehat baik secara fisik
maupun psikis. Namun pada kenyataannya ada beberapa kondisi yang menyebabkan
bayi lahir dengan keadaan cacat bawaan atau kelainan kongenital.

Kelainan kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak
konsepsi dan selama dalam kandungan. Diperkirakan 10-20% dari kematian janin
dalam kandungan dan kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital.
Khusunya pada bayi berat badan rendah diperkirakan kira-kiraa 20% diantaranya
meninggal karena kelainan kongenital dalam minggu pertama kehidupannya.

Penyakit keturunan adalah suatu penyakit kelainan genetik yang diwariskan dari
orangtua kepada anaknya. Namun ada orangtua yang hanya bertindak sebagai
pembawa sifat (carrier) saja dan penyakit ini baru muncul setelah dipicu oleh
lingkungan dan gaya hidupnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kelainan kongenital?

2. Apa saja faktor penyebab kelainan kongenital?

3. Bagaimana patologi dan patofisiologi kelainan kongenital?

4. Kenapa kelainan kongenital banyak terjadi pada bayi?

5. Apa saja deteksi dini dan penanganan kelainan kongenital?

6. Apa jenis dan gejala kelainan kongenital?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

ii
Setelah mahasiswa membaca dan memahami makalah ini diharapkan mampu
mengetahui apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan sel dan diferensiasi serta
kelainan congenital.

2. Tujuan Khusus

1. Menjelaskan pengertian kelainan kongenital.

2. Menjelasakan faktor penyebab kelainan kongenital.

3. Menjelaskan etiologi kelainan kongenital.

4. Menjelaskan patologi dan patofisiologi kelainan kongenital.

5. Menjelaskan kelainan kongenital yang banyak terjadi pada bayi.

6. Menjelaskan deteksi dini dan penanganan kelainan kongenital.

7. Menjelaskan jenis dan gejala kelainan kongenital.

ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kelainan Kongenital

Kelainan bawaan atau kelainan kongenital adalah kondisi tidak normal yang
terjadi pada masa perkembangan janin. Kelainan ini dapat memengaruhi fisik atau fungsi
anggota tubuh anak sehingga menimbulkan cacat lahir. Pada banyak kasus, kelainan
kongenital terjadi pada 3 bulan pertama kehamilan, yaitu saat organ pada tubuh bayi baru
mulai terbentuk.

Kelainan kongenital umumnya tidak berbahaya, namun ada pula yang harus
segera ditangani. Kelainan kongenital bisa terdeteksi pada masa kehamilan atau saat bayi
dilahirkan. Tetapi ada juga kelainan kongenital yang baru bisa diketahui pada masa
tumbuh kembang anak, misalnya gangguan pendengaran.

Data dari WHO menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 8 juta bayi di seluruh
dunia terlahir dengan kelainan bawaan setiap tahunnya. Dari sekian banyak bayi yang
terlahir dengan kelainan kongenital atau bawaan tersebut, sekitar 300.000 bayi meninggal
hanya dalam waktu beberapa hari hingga 4 minggu setelah dilahirkan.

Di Indonesia sendiri, diperkirakan ada sekitar 295.000 kasus kelainan kongenital


per tahunnya dan angka tersebut menyumbang sekitar 7% dari angka kematian pada bayi.

Sebagian bayi yang terlahir dengan kelainan kongenital dapat hidup. Namun, bayi
tersebut umumnya berisiko tinggi untuk mengalami masalah kesehatan atau kecacatan
pada organ tubuh atau bagian tubuh tertentu, misalnya kaki, tangan, jantung, hingga otak.

Kelainan kongenital dapat terjadi dalam setiap fase kehamilan. Namun, sebagian
besar kasus kelainan bawaan terjadi pada trimester pertama kehamilan, yaitu saat organ
tubuh janin baru mulai terbentuk. Kelainan ini bisa terdeteksi pada masa kehamilan, saat
bayi dilahirkan, atau selama masa tumbuh kembang anak.

ii
B. Faktor Penyebab Kelainan Kongenital

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seorang bayi terlahir dengan kelainan
kongenital, yaitu:

1. Kelainan Genetik dan Khromosom.

Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas
kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang
mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang
bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang
sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya
kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-
langkah selanjutya. Dengan adanya kemajuan dafam bidang teknologi kedokteran,
maka telah dapat diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama
kehidupan fetal serta telah dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya.
Beberapa contoh kelainankhromosom autosomai trisomi 21 sebagai sindroma Down
(mongolism) kelainan pada kromosom kelamin sebagai sindroma Turner.

2. Faktor mekanik

Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan


kelainan bentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ tersebut. Faktor
predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya
deformitas suatu organ. Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan
talipes pada kaki sepcrti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes
equinovarus (clubfoot)

3. Faktor infeksi

Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi
pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya
infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan
dalam pertumbuhan suatu organ tubuh. Infeksi pada trimester pertama di samping

ii
dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan
terjadinya abortus.

Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleh virus
Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada
trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak,
kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung
bawaan. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang dapat menimbulkan
kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi
toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya
gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus,
atau mikroftalmia.

4. Faktor Obat

Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama
kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital
pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan
kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya
fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita
hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan
terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak
diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama,
dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini
kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum
obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu,
pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini
perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap
bayi.

5. Faktor umur ibu

Telah diketahui bahwa mongoIisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause.

ii
6. Faktor hormonal

Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan


kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes
mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila
dibandingkan dengan bayi yang normal.

7. Faktor radiasi

Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan


kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang
tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali
dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi
untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa
kehamilan, khususnya pada hamil muda.

8. Faktor gizi

Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat
menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan
menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi
yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi
protein, vitamin A ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan
kejadian dan kelainan kongenital.

9. Faktor lingkungan

Paparan radiasi atau zat kimia tertentu pada ibu hamil, seperti pada pestisida,
obat, alkohol, asap rokok, dan merkuri, dapat meningkatkan risiko bayi mengalami
kelainan bawaan. Hal ini karena efek racun dari zat-zat tersebut bisa mengganggu
proses tumbuh kembang janin.

10. Faktor gizi ibu selama hamil

ii
Diperkirakan sekitar 94% kasus kelainan bawaan yang ditemukan di negara
berkembang terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan gizi buruk selama
hamil.

Ibu dengan kondisi tersebut biasanya kekurangan asupan nutrisi penting yang
berperan dalam menunjang pembentukan organ tubuh janin dalam kandungan.
Adapun nutrisi yang penting untuk ibu hamil dan janin tersebut meliputi asam folat,
protein, zat besi, kalsium, vitamin A, yodium, dan omega-3.

Selain gizi buruk, ibu yang mengalami obesitas saat hamil juga memiliki risiko
cukup tinggi untuk melahirkan bayi dengan kelainan kongenital.

11. Faktor kondisi ibu hamil

Saat hamil, ada banyak kondisi atau penyakit pada ibu yang bisa meningkatkan
risiko janin di dalam kandungannya untuk mengalami kelainan kongenital. Beberapa
kondisi dan penyakit ini termasuk:

a. Infeksi saat hamil, misalnya infeksi air ketuban, siflis, rubella, atau virus
zika.
b. Anemia saat hamil.

c. Komplikasi kehamilan, seperti diabetes gestasional dan preeklamsia.

d. Efek samping obat-obatan yang dikonsumsi saat hamil.

e. Kebiasaan tidak sehat yang dilakukan selama hamil, seperti menggunakan


narkoba,mengonsumsi minuman beralkohol, dan merokok.

f. Usia ibu hamil yang sudah cukup tua saat hamil. Beberapa studi
menyatakan bahwa semakin tua usia ibu saat hamil, semakin tinggi risiko
terjadinya kelainan bawaan pada bayi yang dikandungnya.

12. Faktor-faktor lain

Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya


sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya.

ii
Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor
penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.

C. Patologi Dan Patofisiologi Kelainan Kongenital

Berdasarkan patogenesis, kelainan kongenital dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Malformasi

Malformasi adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau


ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses embriogenesis. Perkembangan awal dari
suatu jaringan atau organ tersebut berhenti, melambat atau menyimpang sehingga
menyebabkan terjadinya suatu kelainan struktur yang menetap. Beberapa contoh
malformasi misalnya bibir sumbing dengan atau tanpa celah langit-langit, defek
penutupan tuba neural, stenosis pylorus, spina bifida, dan defek sekat jantung.

Malformasi dapat digolongkan menjadi malformasi mayor dan minor. Malformasi


mayor adalah suatu kelainan yang apabila tidak dikoreksi akan menyebabkan
gangguan fungsi tubuh serta mengurangi angka harapan hidup. Sedangkan malformasi
minor tidak akan menyebabkan problem kesehatan yang serius dan mungkin hanya
berpengaruh pada segi kosmetik. Malformasi pada otak, jantung, ginjal, ekstrimitas,
saluran cerna termasuk malformasi mayor, sedangkan kelainan daun telinga, lipatan
pada kelopak mata, kelainan pada jari, lekukan pada kulit (dimple), ekstra putting susu
adalah contoh dari malformasi minor.

2. Deformasi

Deformasi didefinisikan sebagai bentuk, kondisi, atau posisi abnormal bagian


tubuh yang disebabkan oleh gaya mekanik sesudah pembentukan normal terjadi,
misalnya kaki bengkok atau mikrognatia (mandibula yang kecil). Tekanan ini dapat
disebabkan oleh keterbatasan ruang dalam uterus ataupun faktor ibu yang lain seperti
primigravida, panggul sempit, abnormalitas uterus seperti uterus bikornus, kehamilan
kembar.

3. Disrupsi

ii
Disrupsi adalah defek morfologik satu bagian tubuh atau lebih yang disebabkan
oleh gangguan pada proses perkembangan yang mulanya normal. Ini biasanya terjadi
sesudah embriogenesis. Berbeda dengan deformasi yang hanya disebabkan oleh
tekanan mekanik, disrupsi dapat disebabkan oleh iskemia, perdarahan atau perlekatan.
Misalnya helaian-helaian membran amnion, yang disebut pita amnion, dapat terlepas
dan melekat ke berbagai bagian tubuh, termasuk ekstrimitas, jari-jari, tengkorak, serta
muka.

4. Displasia

Istilah displasia dimaksudkan dengan kerusakan (kelainan struktur) akibat fungsi


atau organisasi sel abnormal, mengenai satu macam jaringan di seluruh tubuh.
Sebagian kecil dari kelainan ini terdapat penyimpangan biokimia di dalam sel,
biasanya mengenai kelainan produksi enzim atau sintesis protein. Sebagian besar
disebabkan oleh mutasi gen. Karena jaringan itu sendiri abnormal secara intrinsik, efek
klinisnya menetap atau semakin buruk. Ini berbeda dengan ketiga patogenesis
terdahulu. Malformasi, deformasi, dan disrupsi menyebabkan efek dalam kurun waktu
yang jelas, meskipun kelainan yang ditimbulkannya mungkin berlangsung lama, tetapi
penyebabnya relatif berlangsung singkat. Displasia dapat terus-menerus menimbulkan
perubahan kelainan seumur hidup.

D. Kelainan Kongenital yang Banyak Terjadi pada Bayi

Kelainan kongenital atau kelainan bawaan pada bayi dapat dikelompokkan


menjadi dua, yaitu:

1. Kelainan fisik

Kelainan atau cacat fisik pada tubuh bayi yang sering ditemui adalah:

a. Bibir sumbing (celah bibir dan langit-langit).


b. Penyakit jantung bawaan.

c. Cacat tabung saraf, seperti spina bifida dan anensefali.

ii
d. Bagian tubuh tidak normal, seperti kaki pengkor atau bengkok.

e. Kelainan bentuk dan letak tulang panggul (dislokasi panggul kongenital).

f. Kelainan pada saluran cerna, seperti penyakit Hirschsprung, fistula saluran


cerna, serta atresia anus.

2. Kelainan fungsional

Kelainan fungsional adalah cacat lahir yang terkait dengan gangguan sistem dan
fungsi organ tubuh. Beberapa jenis kelainan atau cacat fungsional yang sering terjadi
adalah:

a. Gangguan fungsi otak dan saraf, seperti Sindrom Down.


b. Gangguan metabolisme, seperti hipotiroid dan fenilketonuria.

c. Gangguan pada indra tubuh, seperti tuli dan buta (misalnya akibat katarak
bawaan).

d. Kelainan pada otot, misalnya distrofi otot.

e. Kelainan pada darah, misalnya hemofilia, thalasemia, dan anemia sel sabit.

ii
E. Deteksi Dini dan Penanganan Kelainan Kongenital

Kelainan bawaan dapat dideteksi sejak janin masih di dalam kandungan. Untuk
mendeteksi apakah terdapat kelainan bawaan pada janin, dokter dapat melakukan
pemeriksaan USG kandungan, tes darah janin, tes genetik, serta amniocentesis atau
pengambilan sampel cairan ketuban.

Meski demikian, kelainan kongenital terkadang baru terdeteksi ketika bayi lahir
atau setelah ia kanak-kanak, bahkan setelah dewasa. Kelainan kongenital biasanya
tidak terdeteksi karena ibu jarang atau sama sekali tidak melakukan pemeriksaan
kandungan selama hamil.

Setelah terdiagnosis memiliki kelainan kongenital, bayi atau anak perlu


mendapatkan penanganan, seperti pemberian obat-obatan, fisioterapi, penggunaan alat
bantu, hingga operasi untuk memperbaiki bagian atau organ tubuh yang cacat. Jenis
penanganannya akan dipilih sesuai jenis kelainan yang terjadi.

ii
Dalam banyak kasus, kelainan bawaan tidak dapat dicegah, terutama yang bersifat
keturunan. Namun, ada beberapa upaya untuk menurunkan risiko terjadinya kondisi
tersebut, di antaranya:

1. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang.


2. Melakukan imunisasi sesuai anjuran dokter.

3. Menghentikan kebiasaan merokok atau menghirup asap rokok.

4. Membatasi konsumsi minuman beralkohol.

5. Melakukan olahraga secara teratur.

6. Tidur yang cukup dan hindari stres berlebihan selama hamil.

Hal penting yang juga harus Anda lakukan adalah melakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin di dokter kandungan, terutama jika ada riwayat kelainan
kongenital di dalam keluarga. Jika anak menunjukkan adanya kelainan kongenital,
segeralah memeriksakan kondisinya ke dokter anak untuk mendapatkan penanganan
yang tepat.

F. Jenis Dan Gejala Kelainan Kongenital

Kelainan kongenital dapat dibedakan menjadi kelainan fisik dan kelainan


fungsional, sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini:

Kelainan fisik

Cacat lahir yang memengaruhi fisik atau bagian tubuh bayi antara lain:

1. Bibir sumbing

Bibir sumbing adalah kondisi terbentuknya celah pada bibir bagian atas, langit-
langit mulut, atau keduanya.

2. Kelainan jantung bawaan

ii
Kelainan jantung bawaan adalah pembentukan jantung atau pembuluh darah besar
yang tidak normal. Ada beberapa jenis kelainan jantung bawaan, yaitu:

a. Kebocoran katup jantung


b. Penyempitan katup jantung

c. Patent ductus arteriosis

d. Tetralogy of Fallot

3. Kelainan bentuk tangan atau kaki

Kelainan bawaan pada bentuk tangan atau kaki dapat berupa:

a. Satu tangan atau kaki lebih besar atau lebih kecil.


b. Jumlah jari tangan atau jari kaki lebih banyak dari normal (polidaktili).

c. Satu atau lebih jari tangan atau jari kaki menempel satu sama lain.

d. Terlahir tanpa tangan atau kaki.

Perlu diketahui, cacat lahir pada bentuk tangan dan kaki merupakan
kelainan yang jarang terjadi.

4. Neural tube defect (NTD)

NTD adalah cacat lahir pada struktur otak, tulang belakang, atau ruas tulang
belakang. Beberapa contoh kelainan neural tube defect adalah anensefali,
encephalocele, iniencephaly, dan spina bifida.

Selain beberapa organ tubuh di atas, kelainan kongenital juga bisa terjadi pada
bagian tubuh lain. Misalnya pada telinga, bayi bisa terlahir dengan kelainan bentuk
telinga yang disebut microtia atau terbentuknya lubang kecil di depan telinga yang
disebut sinus preaurikular.

Kelainan Fungsional

ii
Kelainan fungsional merupakan kelainan bawaan yang terkait dengan kelainan
sistem atau fungsi organ tubuh. Kelainan tersebut antara lain:

1. Kelainan fungsi otak dan saraf, yang terkait dengan aspek intelektual, perilaku,
bahasa, dan gerak tubuh. Contoh penyakit kelainan ini adalah sindrom Down dan
sindrom Prader-Willi.
2. Kelainan yang membuat tubuh tidak mampu membuang zat kimia sisa
metabolisme. Contoh kelainan ini adalah fenilketonuria dan kekurangan hormon
tiroid (hipotiroid kongenital).

3. Kelainan yang sering kali tidak terlihat saat lahir, namun memburuk secara
bertahap. Contohnya adalah distrofi otot atau gangguan pendengaran.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang
dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Diperkirakan 10-20% dari
kematian janin dalam kandungan dan kematian neonatal disebabkan oleh kelainan
kongenital. Khusunya pada bayi berat badan rendah diperkirakan kira-kiraa 20%
diantaranya meninggal karena kelainan kongenital dalam minggu pertama
kehidupannya.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan
bawaan terutama ibu dengan kehamilan di atas usia 35 tahun yaitu dengan tidak
merokok dan menghindari asap rokok, menghindari alkohol, menghindari obat
terlarang, memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal,
melakukan olahraga dan istirahat yang cukup dan masih banyak lagi.

ii
B. Saran

Sebagai seorang perawat hendaknya kita tahu apa saja faktor-faktor yang bisa
menyebabkan kelainan kongenital sehingga kita bisa mencegah kelainan kongenital
dan kematian janin/bayi yang disebabkan oleh kelainan kongenital.

ii
DAFTAR PUSTAKA

Effendi (2006) dalam Neonatologi IDAI (2008)

https://anandaayumauliantika.wordpress.com/2015/05/24/kelainan-kongenital-lengkap/

Wiknjosastro, Hanifa, 2006, Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC

Haws., Paulette S., 2008, Asuhan Neonatus Rujukan Cepat, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai