Anda di halaman 1dari 17

KELAINAN BAWAAN PADA NEONATUS DAN

PENATALAKSANAANNYA

Disusun oleh kelompok II


Windi : 2020020042
Nurfitriana : 2020020024
Nyai rohayu N : 2020020030
Andira hasran : 2020020006
Mitasari : 2020020018
Nurhaira : 2020020025

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN (STIKES) YAHYA BIMA

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah  ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin sangat
sederhana. Makalah ini berisikan tentang”KELAINAN BAWAAN PADA NEONATUS DAN
PENATALAKSANAANNYA”
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu pedoman dan juga
berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Bima,25 juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………... i
DAFTAR ISI………………………..……………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………..1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….1
1.2 Tujuan………………………………………………………………………..2
1.3 Rumusan Masalah………….………………………………………………...2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…...…………………………...….3
1. pengertian kelainan congenital ……………………………………………….3
2. penyebab kelainan congenital………………………………….……………...6
3. kelainan kongenital pada neonatus dan penatalaksanaannya……………….....8
4. cara pencegahan kelainan congenital atau cacat bawaan pada neonatus…..…15
BAB III PENUTUP `…………………….………...………………24
3.1 Simpulan……… ……………………………………… ………………...…24
3.2 Saran………………………………………………………………………...24
DAFTAR PUSTAKA…………………...…………………………25
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kelainan kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak
konsepsi dan selama dalam kandungan. Diperkirakan 10-20% dari kematian janin dalam
kandungan dan kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital. Khusunya pada
bayi berat badan rendah diperkirakan kira-kiraa 20% diantaranya meninggal karena
kelainan kongenital dalam minggu pertama kehidupannya. Malformasi kongenital
merupakan kausa penting terjadinya keguguran, lahir mati, dan kematian neonatal.

Mortalitas dan morbiditas pada bayi pada saat ini masih sangat tinggi pada bayi
yang mengalami penyakit bawaan. Salah satu sebab morbiditas pada bayi adalah atresia
duedoni esophagus, meningokel eosephalokel, hidrosephalus, fimosis, hipospadia dan
kelainan metabolik dan endokrin. Sebagian besar penyakit bawaan pada bayi disebabkan
oleh kelainan genetik dan kebiasaan ibu pada saat hamil mengkonsumsi alkohol, rokok
dan narkotika.
Dari uraian diatas diharapkan seorang bidan dapat melakukan penanganan secara terpadu.
Dari masalah yang ada diatas setidaknya dapat memberikan pertolongan pertama dengan
dapat untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, tetapi jika kondisi lebih
parah kita harus melakukan rujukan.

Berdasarkan hal-hal diatas, makalah yang berjudul “Asuhan Neonatus dengan Cacat
Bawaan dan Penatalaksanaannya” ini disusun untuk mengkaji lebih jauh mengenai
neonatus dengan kelainan kongenital serta penatalaksanaannya sehingga sebagai seorang
bidan kita mampu memberikan asuhan neonatus dengan tujuan meminimalisir angka
kematian dan kesakitan pada neonatus sehingga tugas mutlak seorang bidan dan terpenuhi
dengan baik.
2. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kelainan congenital/ cacat bawaan pada neonatus.
2. Untuk mengetahui penyebab kelainan congenital
3. Untuk mengetahui kelainan kongenital pada neonatus dan penatalaksanaannya
4. Untuk mengetahui cara pencegahan kelainan congenital atau cacat bawaan pada
neonates
3. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan cacat bawaan/ kelainan congenital pada neonatus?
2. Apa saja yang penyebab kelainan kongenital?
3. Apa saja kelainan kongenital yang biasanya terjadi pada neonatus dan
penatalaksanaannya?
4. Bagaimana cara pencegahan kelainan congenital atau cacat bawaan pada
neonatus?

 
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul
sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran,
pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran. Kelainan kongenital
dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah
lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh
kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam
terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.

Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital besar, umumnya akan dilahirkan
sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20%
meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologi dan
laboratorium untuk menegakkan diagnosa kelainan kongenital setelah bayi lahir dikenal pula
adanya diagnosis pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan
tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin.

1. Etiologi

Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embrional
dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau
kedua faktor secara bersamaan. Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi
terjadinya kelainan kongenital antara lain:

a. Kelainan Genetik dan Kromosom


Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas
kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti
hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai
unsur dominan (“dominant traits”) atau kadang-kadang sebagai unsur resesif.
Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama
dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya. Dengan adanya
kemajuan dalam bidang teknologi kedokteran, maka telah dapat diperiksa
kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat
dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa contoh kelainan kromosom
autosomal trisomi 21 sebagai sindroma down. Kelainan pada kromosom kelamin
sebagai sindroma turner.
b. Faktor Mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan
kelainan hentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor
predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya
deformitas suatu organ.
c. Faktor Infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada
periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Infeksi pada
trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula
meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada
trimester pertama ialah infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital
pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli dan
ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama
yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus
sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin
dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti
hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.
d. Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama
kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital
pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan
kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau
mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan
tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan
kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti.
Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian obat-
obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari
karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada
pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat
hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-
baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
e. Faktor Umur Ibu
Telah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Kejadian mongolisme akan
meningkat pada ibu usia di atas 30 tahun dan akan lebih tinggi lagi pada usia 40 tahun
ke atas.
f. Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan
kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes
mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila
dibandingkan dengan bayi yang normal.
g. Faktor radiasi
Radiasi pada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan
kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua
dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali
dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk
keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan,
khususnya pada hamil muda.
h. Faktor gizi
Kekurangan beberapa zat yang pnting selama hamil dapat menimbulkan pada janin.
Frekuensi kelainan kongenital lebih tinggi pad ibu-ibu dengan gizi yang kurang
selama kehamilan. Salah satu zat dalam pertumbuhan janin adalah asam folat.
Kekurangan asam folat dapat meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau
kelainan tabung saraf lainnya.

B. Macam-Macam Kelainan Kongenital/ Cacat Bawaan Pada Neonatus


1. Labioskizis dan Labiopalatoskizis

 
Celah bibir dan celah langit-langit adalah suatu kelainan bawaan yang terjadi pada bibir
bagian atas serta langit-langit lunak dan langit-langit keras mulut .Celah bibir
(Labioskizis) adalah suatu ketidaksempurnaan pada penyambungan bibir bagian atas,
yang biasanya berlokasi tepat di bawah hidung. Celah langit-langit (palatoskizis) adalah
suatu saluran abnormal yangØ melewati langit-langit mulutdan menuju ke saluran
udara di hidung.

Etiologi: mungkin mutasi genetik atau teratogen (zat yang dapatØ menyebabkan
kelainan pada janin, contohnya virus atau bahan kimia). Manifestasi klinik: Labioskisis
yaitu distorsi pada hidung, tampak sebagian atau keduanya dan adanya celah pada bibir.
Palatoskisis yaitu tampak ada celah pada palatum, ada rongga pada hidung, distorsi
hidung, teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari,
kesukaran dalam menghisap atau makan.

Komplikasi: gangguaan bicara dan pendengaran, terjadinya otitis media, aspirasi,


disstress pernapasan.

Penatalaksanaan:

1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan posisi kepala bayi sedikit ditegakkan, berikan
minum dengan menggunakan sendok atau pipet, cegah bayi tersedak, tepuk
punggung bayi setiap 15 mL-30 mL minuman yang diminum, tetapi jangan
diangkat dot selama bayi masih mengisap.
2. Jelaskan pada orang tua tentang prosedur operasi, puasa enam jam, pemberian
infus, perhatikan keadaan umum bayi.
3. Jelaskan pembedahan pada labio sebelum kecacatan palato, perbaikan dengan
pembedahan usia 2-3 hari atau sampai beberapa minggu. Pembedahan pada palato
dilakukan pada waktu 6 bulan dan 5 tahun, ada juga antara 6 bulan dan 2 tahun,
tergantung pada derajat kecacatan. Untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria
rule of ten yaitu umur > 10 minggu (3 bulan), >5 kg, leukosit > 1000/ uL. Cara
operasi yang umum dipakai adalah cara mungkin (15-24 bulan) sebelum anak
mampu bicara. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.
4. Prosedur perawatan setelah operasi: rangsangan untuk menelan atau menghisap,
dapat menggunakan jari-jari dengan cuci tangan yang bersih atau dot sekitar mulut
7-10 hari, bila sudah toleran berikan minum pada bayi, dan makanan lunak sesuai
usia dan dietnya.
5. Peran bidan: memberi dukungan dan keyakinan ibu, menjelaskan pada ibu yang
terpenting untuk saat ini, adalah memberi bayi cukup minum untuk memastikan
pertumbuhan sampai operasi dapat dilakukan. Apabila hanya labioskiziz dapat
menganjurkan ibu untuk tetap menyusui. Apabila kasus labiopalatoskizis
pemberian ASI peras untuk memenuhi kevbutuhan nutrisinya. Bila masalah minum
teratasi BB naik, rujuk bayi untuk operasi.

2. Atresia esofagus

Astrresia esofagus yaitu pada ujung esofagus buntu yang biasanya disertai kelainan
bawaan lainnya yaitu kelainan jantung bawaan dan kelainan gastrointestinal.
Etiologi: Tidak diketahui, kemungkinan terjadi secara multifactor. Faktor genetic, yaitu
Sindrom Trisomi 21,13, dan 18. Gambaran klinik : Liur selalu meleleh dari mulut bayi
dan berbuih, apabila air liur masuk ke dalam trakea akan terjadi aspirasi. Kelainan
bawaan ini biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir dengan kurang bulan. Bayi
tersebut sering mengalami sianosis apabila cairan lambung masuk ke dalam paru-paru.

Penatalaksanaan : Dengan operasi, sebelum operasi bayi diletakkan setengah duduk


untuk mencegah tregurgitas cairan lambung ke dalam lambung. Lakukan pengisapan
cairan lambung untuk mencegah aspirasi bayi dirawat dalam inkubator,ubah posisi
lebih sering, lakukan pengisapan lendir, rangsang bayi untuk menangis agar paru-paru
berkembang.
3. Atresia Ani dan Recti

Definisi : Tidak adanya lubang tetap pada anus atau tidak komplit perkembangan
embrionik pada distal usus ( anus ) atau tertutupnya secara abnormal.

Penyebab : ketidaksempurnaan proses pemisahan septum anorektal.

Gambaran klinik : bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak
terdapat defekasi mekonium atau urine bercampur meconium Atresia Ani terdapat
empat golongan yaitu stenisis rektum yang lebih rendah atau pada anus, membran anus
menetap, anus inperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada macam-macam
jarak dari perinium, lubang anus terpisah dengan ujung rektum yang buntu.
Pemeriksaan diagnostik : Yaitu pemeriksaan fisik rektum kepatenan rektum dan dapat
dilakukan colok dubur dengan menggunakan jari atau termometer yang dimasukkan
sepanjang 2 cm ke dalam anus, kalau ada kelainan termometr dan jari tidak dapat
masuk. Bila anus terlihat normal dan terdapat penyumbatan lebih tinggi dari perinium,
gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah
berwarna hijau. Pemeriksaan radiologi untuk mengetahui sampai dimana terdapat
penyumbatan.

Penatalaksanaan : Pembedahan yaitu eksisi membran anal, fisula yaitu dengan


kolostomi sementara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus, dengan
mempersiapkan operasi dan penjelasan kepada orang tua mengenai kelainan anaknya
serta tindakan yang akan dilakukan. Sebelum pembedahan bayi dipasangi infus, sering
diisap cairan lambungnya, dilakukan observasi tanda-tanda vital. Operasi dilakukan dua
tahap, yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan atau
lebih dilakukan operasi tahapan kedua. Perawatan pasca operasi yaitu pencegahan
infeksi, penjelasan kepada orang tua cara merawat anus buatan dan menganjurkan agar
konsultasi secara teratur dan menjaga kesehatan bayi agar dapat di lakukan oprasi tahap
kedua tepat pada waktunya.

4. Hirschsprung

Pengertian : suatu kelainan bawaan tidak terbentuknya sel ganglion para simpatis dari
pleksuss messentrikus / aurebach pada kolon bagian distal Hirschsprung erbagi dua
yaitu segmen pendek : dari anus sampai sigmoid, segmen panjang : kelainan melebihi
sigmoid bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus. Gambaran Klinik :
Trias yang sering ditemukan ialah mekonium yang lambat keluar ( lebih dari 24 jam ),
perut kembung, dan muntah berwarna hijau. Pemeriksaan colok anus yaitu jari akan
merasakan jepitan, dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan
mekonium atau tinja yang menyemprot.

Penatalaksanaan : hanya dengan operasi, atau biasanya pipa rektum (merupakan


tindakan sementara) dan dilakukan pembilasan dengan air garam fisiologis (bila ada
instruksi dokter), memberikan yang bergizi serta mencegah terjadinya infeksi. Masalah
utama yang terjadi gangguan defekasi (obstipasi).

5. Obstruksi billiaris

Obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat
mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan.
Etiologi
Obstruksi biliaris ini disebabkan oleh :

1. Batu empedu
2. Karsinoma duktus biliaris
3. Karsinoma kaput pancreas
4. Radang duktus biliaris komunis
5. Ligasi yang tidak disengaja pada duktus komunis
6. Kista dari saluran empedu
7. Limfe node diperbesar dalam porta hepatis
8. Tumor yang menyebar ke sistem empedu

Penatalaksanaan

1. Medis
Penatalaksanaan medisnya dengan tindakan operasi.
2. Asuhan kebidanan
 Mempertahankan kesehatan bayi (pemberian makan yang cukup gizi sesuai dengan
kebutuhan, serta menghindarkan kontak infeksi).
 Memberikan penjelasan kepada orang tua bahwa keadaan kuning pada bayi berbeda
dengan bayi lain yang kuning akibat hiperbilirubin biasa yang hanya dapat dengan
terapi sinar atau terapi lain.

6. Omfalokel (amniokel = Eksomfalokel)

Penyebabnya adalah kegagalan alat pada dalam kembali ke rongga abdomen pada
waktu janin berumur 10 minggu hingga menyebabkan timbulmya omfalokel.
Kelainan dengan adanya sembulan dari kantong yang berisi usus dari visera abdomen
melalui defek dinding abdomen pada umbikalis dan terlihat menonjol. Angka
kematian ini tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan terjadi
infeksi. Masalah yang dapat terjadi adalah potensial infeksi, sebelum operasi bila
kantong belum pecah, dioleskan merkurokrum setiap hari untuk mencegah infeksi.
Setelah diolesi diolesi dengan kasa steril, diatasnya ditutupi lagi dengan kapas agak
tebal baru dipasang gurita.

Penatalaksanaan : Operasi segera dilakukan setelah lahir, tetapi mengingat bahwa


memasukkan semua usus dan alat visera sekaligus ke dalam rongga abdomenakan
menimbulkan tekanan yang mendadak pada paru hingga timbul gangguan pernapasan,
maka biasanya operasi ditunda beberapa bulan.

 
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kesimpulan yang


dapat dikemukakan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang


timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali
sebelum kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah
kelahiran.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelainan kongenital atau cacat bawaan
pada neonatus yaitu kelainan genetik dan kromosom, faktor genetik, faktor infeksi,
faktor obat, faktor umur ibu, faktor hormonal, faktor radiasi, faktor gizi, dan faktor-
faktor lainnya.
3. Kelainan kongenital yang biasanya terjadi pada neonatus yaitu encephalocele,
hidrocephalus, bibir sumbing (Labio Paltoskiziz), atressia esofagus, atrssia ani,
hirschprung, spina bifida, kelainan jantung kongenital, omfalokel.
4. Kelainan kongenital berat dapat berupa kelainan kongenital yang memerlukan
tindakan bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan kelainan kongenital yang
memerlukan koreksi kosmetik. Setiap ditemukannya kelainan kongenital pada bayi
baru lahir, hal ini harus dibicarakan dengan orang tuanya tentang jenis
kemungkinan faktor penyebab, langkah-langkah penanganan dan prognosisnya.
5. Kelainan congenital atau cacat bawaan tidak dapat dicegah, melainkan resiko
terjadinya dapat dikurangi dengan tidak mengkonsumsi alcohol, menghindari rokok
, obat terlarang, makan makanan yang bergizi, olahraga teratur, menjalani
vaksinasi, melakukan pemeriksaan prenatal dengan rutin, dan menghindari zat-zat
berbahaya lainnya.
2. Saran

Adapun saran yang diajukan dalam makalah ini, yaitu:

1. Dalam mempelajari asuhan neonates, seorang calon bidan diharapkan mengetahui


kelainan kongenital atau cacat bawaan yang biasanya terjadi pada neonatus
sehingga mampu memberikan asuhan neonates dengan baik dan sesuai dengan
kewenangan profesi.
2. Kepada pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai acuan dalam pembuatan
makalah atau karya tulis yang berkaitan dengan judul makalah ini, diharapkan
kekurangan yang ada pada makalah ini dapat diperbaharui dengan lebih baik.

 
DAFTAR PUSTAKA

Maryam, Andi & Yuniarti. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, dan
Balita. Makassar: Universitas Indonesia Timur.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetric .Jakarta: EGC.
Muslihan, Nur Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Narendra,Moersintowarti, ddk. 2002. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi
I. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai