PENATALAKSANAANNYA
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin sangat
sederhana. Makalah ini berisikan tentang”KELAINAN BAWAAN PADA NEONATUS DAN
PENATALAKSANAANNYA”
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu pedoman dan juga
berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………... i
DAFTAR ISI………………………..……………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………..1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….1
1.2 Tujuan………………………………………………………………………..2
1.3 Rumusan Masalah………….………………………………………………...2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…...…………………………...….3
1. pengertian kelainan congenital ……………………………………………….3
2. penyebab kelainan congenital………………………………….……………...6
3. kelainan kongenital pada neonatus dan penatalaksanaannya……………….....8
4. cara pencegahan kelainan congenital atau cacat bawaan pada neonatus…..…15
BAB III PENUTUP `…………………….………...………………24
3.1 Simpulan……… ……………………………………… ………………...…24
3.2 Saran………………………………………………………………………...24
DAFTAR PUSTAKA…………………...…………………………25
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kelainan kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak
konsepsi dan selama dalam kandungan. Diperkirakan 10-20% dari kematian janin dalam
kandungan dan kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital. Khusunya pada
bayi berat badan rendah diperkirakan kira-kiraa 20% diantaranya meninggal karena
kelainan kongenital dalam minggu pertama kehidupannya. Malformasi kongenital
merupakan kausa penting terjadinya keguguran, lahir mati, dan kematian neonatal.
Mortalitas dan morbiditas pada bayi pada saat ini masih sangat tinggi pada bayi
yang mengalami penyakit bawaan. Salah satu sebab morbiditas pada bayi adalah atresia
duedoni esophagus, meningokel eosephalokel, hidrosephalus, fimosis, hipospadia dan
kelainan metabolik dan endokrin. Sebagian besar penyakit bawaan pada bayi disebabkan
oleh kelainan genetik dan kebiasaan ibu pada saat hamil mengkonsumsi alkohol, rokok
dan narkotika.
Dari uraian diatas diharapkan seorang bidan dapat melakukan penanganan secara terpadu.
Dari masalah yang ada diatas setidaknya dapat memberikan pertolongan pertama dengan
dapat untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, tetapi jika kondisi lebih
parah kita harus melakukan rujukan.
Berdasarkan hal-hal diatas, makalah yang berjudul “Asuhan Neonatus dengan Cacat
Bawaan dan Penatalaksanaannya” ini disusun untuk mengkaji lebih jauh mengenai
neonatus dengan kelainan kongenital serta penatalaksanaannya sehingga sebagai seorang
bidan kita mampu memberikan asuhan neonatus dengan tujuan meminimalisir angka
kematian dan kesakitan pada neonatus sehingga tugas mutlak seorang bidan dan terpenuhi
dengan baik.
2. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kelainan congenital/ cacat bawaan pada neonatus.
2. Untuk mengetahui penyebab kelainan congenital
3. Untuk mengetahui kelainan kongenital pada neonatus dan penatalaksanaannya
4. Untuk mengetahui cara pencegahan kelainan congenital atau cacat bawaan pada
neonates
3. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan cacat bawaan/ kelainan congenital pada neonatus?
2. Apa saja yang penyebab kelainan kongenital?
3. Apa saja kelainan kongenital yang biasanya terjadi pada neonatus dan
penatalaksanaannya?
4. Bagaimana cara pencegahan kelainan congenital atau cacat bawaan pada
neonatus?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul
sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran,
pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran. Kelainan kongenital
dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah
lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh
kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam
terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital besar, umumnya akan dilahirkan
sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20%
meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologi dan
laboratorium untuk menegakkan diagnosa kelainan kongenital setelah bayi lahir dikenal pula
adanya diagnosis pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan
tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin.
1. Etiologi
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embrional
dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau
kedua faktor secara bersamaan. Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi
terjadinya kelainan kongenital antara lain:
Celah bibir dan celah langit-langit adalah suatu kelainan bawaan yang terjadi pada bibir
bagian atas serta langit-langit lunak dan langit-langit keras mulut .Celah bibir
(Labioskizis) adalah suatu ketidaksempurnaan pada penyambungan bibir bagian atas,
yang biasanya berlokasi tepat di bawah hidung. Celah langit-langit (palatoskizis) adalah
suatu saluran abnormal yangØ melewati langit-langit mulutdan menuju ke saluran
udara di hidung.
Etiologi: mungkin mutasi genetik atau teratogen (zat yang dapatØ menyebabkan
kelainan pada janin, contohnya virus atau bahan kimia). Manifestasi klinik: Labioskisis
yaitu distorsi pada hidung, tampak sebagian atau keduanya dan adanya celah pada bibir.
Palatoskisis yaitu tampak ada celah pada palatum, ada rongga pada hidung, distorsi
hidung, teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari,
kesukaran dalam menghisap atau makan.
Penatalaksanaan:
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan posisi kepala bayi sedikit ditegakkan, berikan
minum dengan menggunakan sendok atau pipet, cegah bayi tersedak, tepuk
punggung bayi setiap 15 mL-30 mL minuman yang diminum, tetapi jangan
diangkat dot selama bayi masih mengisap.
2. Jelaskan pada orang tua tentang prosedur operasi, puasa enam jam, pemberian
infus, perhatikan keadaan umum bayi.
3. Jelaskan pembedahan pada labio sebelum kecacatan palato, perbaikan dengan
pembedahan usia 2-3 hari atau sampai beberapa minggu. Pembedahan pada palato
dilakukan pada waktu 6 bulan dan 5 tahun, ada juga antara 6 bulan dan 2 tahun,
tergantung pada derajat kecacatan. Untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria
rule of ten yaitu umur > 10 minggu (3 bulan), >5 kg, leukosit > 1000/ uL. Cara
operasi yang umum dipakai adalah cara mungkin (15-24 bulan) sebelum anak
mampu bicara. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.
4. Prosedur perawatan setelah operasi: rangsangan untuk menelan atau menghisap,
dapat menggunakan jari-jari dengan cuci tangan yang bersih atau dot sekitar mulut
7-10 hari, bila sudah toleran berikan minum pada bayi, dan makanan lunak sesuai
usia dan dietnya.
5. Peran bidan: memberi dukungan dan keyakinan ibu, menjelaskan pada ibu yang
terpenting untuk saat ini, adalah memberi bayi cukup minum untuk memastikan
pertumbuhan sampai operasi dapat dilakukan. Apabila hanya labioskiziz dapat
menganjurkan ibu untuk tetap menyusui. Apabila kasus labiopalatoskizis
pemberian ASI peras untuk memenuhi kevbutuhan nutrisinya. Bila masalah minum
teratasi BB naik, rujuk bayi untuk operasi.
2. Atresia esofagus
Astrresia esofagus yaitu pada ujung esofagus buntu yang biasanya disertai kelainan
bawaan lainnya yaitu kelainan jantung bawaan dan kelainan gastrointestinal.
Etiologi: Tidak diketahui, kemungkinan terjadi secara multifactor. Faktor genetic, yaitu
Sindrom Trisomi 21,13, dan 18. Gambaran klinik : Liur selalu meleleh dari mulut bayi
dan berbuih, apabila air liur masuk ke dalam trakea akan terjadi aspirasi. Kelainan
bawaan ini biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir dengan kurang bulan. Bayi
tersebut sering mengalami sianosis apabila cairan lambung masuk ke dalam paru-paru.
Definisi : Tidak adanya lubang tetap pada anus atau tidak komplit perkembangan
embrionik pada distal usus ( anus ) atau tertutupnya secara abnormal.
Gambaran klinik : bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak
terdapat defekasi mekonium atau urine bercampur meconium Atresia Ani terdapat
empat golongan yaitu stenisis rektum yang lebih rendah atau pada anus, membran anus
menetap, anus inperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada macam-macam
jarak dari perinium, lubang anus terpisah dengan ujung rektum yang buntu.
Pemeriksaan diagnostik : Yaitu pemeriksaan fisik rektum kepatenan rektum dan dapat
dilakukan colok dubur dengan menggunakan jari atau termometer yang dimasukkan
sepanjang 2 cm ke dalam anus, kalau ada kelainan termometr dan jari tidak dapat
masuk. Bila anus terlihat normal dan terdapat penyumbatan lebih tinggi dari perinium,
gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah
berwarna hijau. Pemeriksaan radiologi untuk mengetahui sampai dimana terdapat
penyumbatan.
4. Hirschsprung
Pengertian : suatu kelainan bawaan tidak terbentuknya sel ganglion para simpatis dari
pleksuss messentrikus / aurebach pada kolon bagian distal Hirschsprung erbagi dua
yaitu segmen pendek : dari anus sampai sigmoid, segmen panjang : kelainan melebihi
sigmoid bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus. Gambaran Klinik :
Trias yang sering ditemukan ialah mekonium yang lambat keluar ( lebih dari 24 jam ),
perut kembung, dan muntah berwarna hijau. Pemeriksaan colok anus yaitu jari akan
merasakan jepitan, dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan
mekonium atau tinja yang menyemprot.
5. Obstruksi billiaris
Obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat
mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan.
Etiologi
Obstruksi biliaris ini disebabkan oleh :
1. Batu empedu
2. Karsinoma duktus biliaris
3. Karsinoma kaput pancreas
4. Radang duktus biliaris komunis
5. Ligasi yang tidak disengaja pada duktus komunis
6. Kista dari saluran empedu
7. Limfe node diperbesar dalam porta hepatis
8. Tumor yang menyebar ke sistem empedu
Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksanaan medisnya dengan tindakan operasi.
2. Asuhan kebidanan
Mempertahankan kesehatan bayi (pemberian makan yang cukup gizi sesuai dengan
kebutuhan, serta menghindarkan kontak infeksi).
Memberikan penjelasan kepada orang tua bahwa keadaan kuning pada bayi berbeda
dengan bayi lain yang kuning akibat hiperbilirubin biasa yang hanya dapat dengan
terapi sinar atau terapi lain.
Penyebabnya adalah kegagalan alat pada dalam kembali ke rongga abdomen pada
waktu janin berumur 10 minggu hingga menyebabkan timbulmya omfalokel.
Kelainan dengan adanya sembulan dari kantong yang berisi usus dari visera abdomen
melalui defek dinding abdomen pada umbikalis dan terlihat menonjol. Angka
kematian ini tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan terjadi
infeksi. Masalah yang dapat terjadi adalah potensial infeksi, sebelum operasi bila
kantong belum pecah, dioleskan merkurokrum setiap hari untuk mencegah infeksi.
Setelah diolesi diolesi dengan kasa steril, diatasnya ditutupi lagi dengan kapas agak
tebal baru dipasang gurita.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Maryam, Andi & Yuniarti. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, dan
Balita. Makassar: Universitas Indonesia Timur.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetric .Jakarta: EGC.
Muslihan, Nur Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Narendra,Moersintowarti, ddk. 2002. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi
I. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Sagung Seto.