Anda di halaman 1dari 35

Makalah Berat Bayi Lahir Rendah

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas keperawatan anak

Dosen pengampu

Rika maya sari S.kep,ns.,M.Kes

Disusun Oleh :

 Aneke putri Andani 20613368


 Elvira Nur Cahyani 20613351

PRODI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah swt karena atas berkat rahmat dan
hidayahNya penulis dapat menyelesaikan laporan diskusi ini tepat pada waktunya. Tujuan dari
pembuatan laporan diskusi adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan
anak serta sebagai acuan bagi rekan mahasiswa agar bermanfaat bagi kita semua.

Terimakasih penulis ucapkan kepada fasilitator yang telah membimbing dan mengarahkan
jalannya diskusi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Dan tak lupa pula terima kasih
kami ucapkan kepada para tutor yang telah memberikan pengetahuan tentang penyakit-penyakit
yang terjadi ketika bayi baru lahir. Dalam laporan ini, penulis berusaha menjelaskan tentang berat
bayi lahir rendah (BBLR), yang akan dijelaskan secara lugas agar dapat dipahami oleh pembaca.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak kekurangan, Untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun baik dari pembimbing ataupun dari
rekan-rekan mahasiswa untuk kesempurnaan dalam pembuatan laporan selanjutnya.

Ponorogo, 11 mei 2022


KATA PENGANTAR ………………………………… ii

DAFTAR ISI …………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………… 1

 1.1. Latar Belakang ………………………………………….. 1


 1.2. Batasan Masalah ……………………………………….. 3
 1.3. Rumusan Masalah …………………………………….. 4
 1.4. Tujuan ……………………………………………………… 5
 1.5. Manfaat ……………………………………………………. 7

BAB II ISI PEMBAHASAN ……………………………………… 8

 2.1. Konsep Dasar Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)…………..………….. 8


 2.2. Etiologi …….………………………… 10
 2.3. manifestasi klinis ………………………………………………….. 13
 2.4 Patofisiologi……………………………………………………………. 14
 2.5 Pathway…………………………………………………………………..15
 2.6 Komplikasi ……………………………………………………………..16
 2.7 penata laksanaan …………………………………………………..17

BAB III PENUTUP …………………………………………… 18

 3.1 Kesimpulan ……………………………….. 18


 3.2. Saran ………………..…. 19
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan prediktor tertinggi angka kematian bayi, terutama dalam
satu bulan pertama kehidupan (Kemenkes RI,2015). Bayi BBLR mempunyai risiko kematian 20 kali
lipat lebih besar di bandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Lebih dari 20
juta bayi di seluruh dunia lahir dengan BBLR dan 95.6% bayi BBLR lahir di negara yang sedang
berkembang, contohnya di Indonesia. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2014-
2015, angka prevalensi BBLR di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 9% dengan sebaran yang
cukup bervariasi pada masing-masing provinsi.Angka terendah tercatat di Bali (5,8%) dan tertinggi
di Papua (27%),sedangkan di Provinsi Jawa Tengah berkisar 7% (Kemenkes RI,2015).

BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas),dan IUGR (Intra Uterine
Growth Restriction) yang dalam bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau
keduanya. Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko, seperti faktor ibu, plasenta,janin dan
lingkungan. Faktor risiko tersebut menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama
masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah umumnya mengalami proses hidup jangka
panjang yang kurang baik. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR memiliki risiko
tumbuh dan berkembang lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan
normal. Selain gangguan tumbuh kembang, individu dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko
tinggi untuk terjadinya hipertensi, penyakit jantung dan diabetes setelah mencapai usia 40 tahun
(Juaria dan Henry, 2014) . 2 Pada masa sekarang ini, sudah dikembangkan tatalaksana awal
terhadap bayi BBLR dengan menjaga suhu optimal bayi, memberi nutrisi adekuat dan melakukan
pencegahan infeksi. Meskipun demikian, masih didapatkan 50% bayi BBLR yang meninggal pada
masa neonatus atau bertahan hidup dengan malnutrisi, infeksi berulang dan kecacatan
perkembangan neurologis. Oleh karena itu,pencegahan insiden BBLR lebih diutamakan dalam
usaha menekan Angka Kematian Bayi (Prawiroharjo,2014). Development Goals yang ke IV yaitu
menurunkan angka kematian anak terutama di negara berkembang, perlu dilakukan upaya
pencegahan kejadian BBLR di masa mendatang, salah satunya dengan melakukan pengawasan
ketat terhadap faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian BBLR.
B. RUMUSAN MASALAH.

1.Bagaimana konsep dasar berat bayi lahir rendah?

2. Bagaimana Etiologi bblr?

3. Bagaimana manifestasi klinis BBLR

4.Bagaimana patofisiologi bblr?

C. . Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai hubungan IMT umur ibu dan
paritas dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR).

a. Untuk masyarakat Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu sumber
informasi untuk mencegah berat badan lahir rendah.

b. Untuk isntitusi Dapat memberikan informasi pada institusi tentang hubungan


IMT umur ibu dan paritas dengan kejadian BBRL

c. Untuk orang tua Dapat memberikan informasi pada orang tua mengenai
pencegahan BBRL

d. Untuk peneliti lain Dapat digunakan sebagai acuan dan informasi penelitian
selanjutnya.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

2.1.1 Definisi

BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Dahulu

bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500 gram disebut premature.untuk

mendapatkan keseragaman pada kongres “European Perinatal Medicine” II dilondon

(1970) telah disusun definisi sebagai berikut :

a. Bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)

b. Bayi cukup bulan : bayi dengan masalah kehamilan mulai 37 minggu sampai

dengan 42 minggu (259-293 hari)

c. Bayi lebih bulan : bayi dengan masalah kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294

hari atau lebih)

Dengan pengertian diatas maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi

menjadi 2 golongan : prematuritas dan dismaturitas

1. Prematuritas murni adalah bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37

minggu dan berat badan bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonatus

kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK)

2. Dismatur,berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi / kehamilan

akibat bayi mengalami retardasi intauteri dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa pertumbuhan (KMK).dismatur dapat terjadi dalam preterm,term dan post term

yang terbagi dalam

1) Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB-KMK)

2) Neonatus cukup bulan-kecil untuk masa kehamilan (NCB-KMK)

3) Neonatus lebih bulan-kecil untuk masa kehamilan (NLB-KMK)

2.1.2 Etiologi

Penyebab BBLR terjadi karena beberapa faktor. Semakin muda usia kehamilan,

semakin besar resiko dapat terjadinya BBLR (Proverawati, Sulistyorini, 2010).

berikut ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR secara umum :

a. Faktor Ibu :

1) Penyakit : hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia,

gravidarum,pendarahan antepartum,trauma fisik dan psikologis,infeksi

akut,serta kelainan kardiovaskuler

2) Usia ibu: angka kejadian BBLR tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20

tahun dan diatas 35 tahun

3) Jarak antara kehamilan sebelumnya pendek yaitu kurang dari 1 tahun

4) Memiliki riwayat BBLR sebelumnya

5) Memiliki riwayat BBLR sebelumnya

6) Kondisi ibu saat hamil : peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat dan

ibu yang perokok.


b. Faktor Janin

Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian bblr antara lain :

kehamilan ganda,ketuban pecah dini,cacat bawaan,kelainan kromosom,infeksi (missal :

Rubella dan Sifilis) dan hidramnion/polihidramnion.

c. Faktor ekonomi

1. Kejadian tertinggi biasanya pada keadaan sosial ekonomi yang rendah

2. Gizi yang kurang

d. Faktor lingkungan

a. Terkena Radiasi

b. Terpapar Zat beracun

2.1.3 Manifestasi klinis

Menurut Poverawati,Sulistyorini (2010) manifestasi klinis yang dapat

ditemukan pada bayi degan berat badan lahir rendah adalah.

a. Berat Badan kurang dari 2500 gram

b. panjang Badan kurang dari 45 cm

c. lingkar dada kurang 30 cm dan linkar kepala kurang dari 33 cm

d. kepala lebih besar dari tubuh

e. Rambut lanugo masih banyak,jaringan lemak subkutan tipis atau sedikit

f. tulang rawan dan daun telinga belum cukup,sehingga elastisitas belum sempurna
g. Tumit mengkilap dan telapak kaki halus

h. Genetalia belum sempurna,pada bayi perempuan labia minora belum tertutup

oleh labia mayora, kalau pada bayi laki-laki Testis belum turun kedalam

skrutom,pigmentasi dan rugue pada skorutom kurang

i. Pergerakan kurang dan lemah,tangis lemah,pernapasan belum teratur, dan

sering mendapatkan apne.

j. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun,sehingga refleks menghisap dan

menelan belum sempurna

k. Suhu tubuh mudah berubah menjadi hipotermi

2.1.4 Patofisiologi

Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang pada ibu,ibu

hamil yang kemudian secara otomatis juga menyebabkan berat badan lahir

rendah.apabila dilihat dari faktor kehamilan,salah satu etiologinya yaitu hamil ganda

yang mana pada dasarnya janin berkembang dan tumbuh lebih dari satu,maka nutrisi

atau gizi yang mereka peroleh dalam rahim tidak sama dengan janin tunggal,yang mana

pada hamil ganda gizi dan nutrisi yang didapat dari ibu harus terbagi sehingga kadang

salah satu dari janin pada hamil ganda juga mengalami BBLR.

Kemudian jika dikaji dari faktor janin,salah satu etiologinya yaitu infeksi dalam

rahim yang mana dapat menggangu atau menghambat pertumbuhan janin dalam rahim

yang bisa mengakibatkan BBLR pada bayi.(Manggiasih dan Jaya.2016).


2.1.5 Pathway
Prematuritas
Dismaturitas

Retardasi
Faktor ibu: Umur (20 th) Faktor placenta: Penyakit Faktor janin: Kelainan
pertumbuhan
Paritas, Ras, Infertilitas, vaskuler, kehamilan ganda, kromosom, Malformasi,
intra uterin
Riwayat kehamilan tak baik, TORCH, kehamilan
Rahim abnormal,

Bayi lahir premature Berat badan < 2500


(BBLR/BBLSR)

Permukaan tubuh relative Prematuritas


lebih luas

Kehilangan panas

Resiko
Ketidakseimbangan Fungsi organ-organ belum baik

Resiko infeksi

Reflek menelan belum


sempurna

Pertumbuhan dinding dada


Ketidakseimbangan nutrisi belum sempurna
kurang dari kebutuhan tubuh Vaskuler paru imatur

Sumber: Nanda jilid 2 (2015)


Ketidakefektifan
polanafas
Gambar 2.1 Pathway
2.1.5 Komplikasi

Menurut Mitayani (2013) Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat badan lahir rendah

adalah sebagai berikut :

1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi)

2. Hipoglikemi simptomatik,terutama pada laki-laki

3. Penyakit membrane hialin : disebabkan karena surfaktan paru belum

sempurna/cukup,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi,tidak

tertinggal udara residu dalam alveoli,sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif yang

tinggi untuk pernapasan berikutnya

4. Aspiksia neonatrum

5. Hiperbilirubinnemia : Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia,hal ini

mungkin

disebabkan karena ganguan pertumbuhan hati

6. Angka kejadian

a. Amerika serikat : prematur murni (7,1% orang kulit putih dan 17,9 orang kulit

berwarna) dan BBLR (6-16 %)

b. RSCM pada tahun 1986 sebesar 24% angka kematian perinatal dan 73%

disebabkan BBLR

2.1.6 Penatalaksanaan BBLR

Perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut Nurafif & Hardi

(2016)

a. Pengaturan suhu
Untuk mencegah hipotermi,diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan istirahat

kosumsi O2 yang cukup.bila dirawat dalam inkubator maka suhunya untuk bayi dengan

BB 2 kg adalah 35 ◻ dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg adalah 34◻. Bila tidak ada

inkubator,pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan

botol-botol hanyat yang dibungkus dengan handuk atau lampu petromak didekat tidur

bayi.bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok untuk memudahkan pengawasan

mengenai keadaan umum,warna kulit,pernafasan,kejang dan sebagainya sehingga

penyakit dapat dikenali sedini mungkin

b. Pengaturan makanan/nutrisi

Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi

sedikit secara perlahan-lahan dan hati-hati.pemberian makanan dini berupa glukosa,ASI

atau PASI mengurangi resiko hipoglikemia,dehidrasi atau hiperbilirubinia.bayi yang daya

isapnya baik dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui mulut.umumnya bayi

dengan berat kurang dari 1500 gram memerlukan minum pertama dengan pipa lambung

karena belum adanya koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan.

Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan steril untuk bayi dengan

berat kurang dari 1000 gram,2-4 ml untuk bayi dengan berat antara 1000-1500 gram

dan 5-10 ml untuk bayi dengan berat lebih dari 1500 gram.

Apabila dengan pemberian makanan pertama bayi tidak mengalami

kesukaran,pemberian ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam waktu 12-48 jam.

c. Mencegah infeksi

Bayi premature mudah terserang infeksi.hal ini disebabkan karena daya tubuh

bayi terhadap infeks kurang antibody relatif belum terbentuk dan daya
fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik.prosedur pencegahan infeksi

adalah sebagai berikut :

1) Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit

sebelum masuk keruangan rawat bayi.

2) Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan sesudah memegang

seorang bayi

3) Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang berhubungan

dengan bayi

4) Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan

5) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang bayi.


I. Kasus Asuhan Keperawatan

Bayi dari IGD rujukan Bidan Kartini lahir spontan G1P0 dengan usia kelahiran 29 minggu . Ibu klien
mempunyai riwayat hipertensi.

A. Pengkajian
1. Identitas klien
a. Nama : By. Ny. S
b. Tanggal Lahir : 21 Januari 2020
c. Umur : 0 Tahun 0 Bulan 5 Hari
d. Pendidikan : -
e. Alamat : Kp. Muk Rt. 006/004 Kedaung Kaliangke, Cengkareng
f. Agama : Islam
g. Nama ayah/ibu : Tn.A/Ny.S
h. Pekerjaan ayah : Pegawai Swasta
i. Pekerjaan ibu :-
j. Pendidikan ibu :-
k. Suku bangsa :-
2. Keluhan Utama : Bayi lahir spontan G1P0 kurang bulan (29 minggu) dengan BBL 1500
gram BBS 1480 gram.
3. Riwayat penyakit sekarang
a. Munculnya Keluhan :
Bayi dari IGD rujukan Bidan Kartini lahir spontan G1P0 H 29 minggu BBL 1500 gram, keluhan
bayi letargi, KU sakit lemah, reflex hisap dan menelan lemah, lapisan kulit tipis.
S: 36,9ºC , N: 145 x/menit , RR: 45 x/menit , SpO2: 98%.
b. Masalah sejak muncul keluhan : BBLR
4. Riwayat masa lampau
a. Prenatal : tidak terkaji karena pasien tidak di dampingi oleh
keluarganya
b. Natal : tidak terkaji karena pasien tidak di dampingi oleh
keluarganya
c. Postnatal : tidak terkaji karena pasien tidak di dampingi oleh keluarganya
d. Penyakit waktu kecil : tidak terkaji karena pasien tidak di dampingi oleh
keluarganya
e. Pernah dirawat dirumah sakit : tidak terkaji karena pasien tidak di dampingi oleh
keluarganya
f. Obat-obatan yang digunakan : tidak terkaji karena pasien tidak di dampingi oleh
keluarganya
g. Alergi : tidak terkaji karena pasien tidak di dampingi oleh
keluarganya
h. Kecelakaan : tidak terkaji karena pasien tidak di dampingi oleh keluarganya
i. Imunisasi : vit. K

5. Riwayat keluarga/Genogram : tidak terkaji karena pasien tidak di damping oleh keluarga
6. Riwayat social
a. Yang mengasuh dan alasannya : Perawat RS dikarenakan BBLR
b. Pembawaan anak secara umum : Bayi didalam incubator, terlihat lemah dan tangisan
kecil
c. Lingkungan rumah : -
7. Keadaan kesehatan saat ini
a. Diagnosa medis : NCB SMK BBLR
b. Tindakan operasi :-
c. Obat-obatan :

No. Obat Dosis obat Kegunaanya

1. Aminofilin 2 x 3,75 mg Obat untuk mengobati batuk dan


kesulitan bernapas

2. Ferriz 1 x 0,3 cc Suplemen makanan yang


digunakan untuk membantu
memenuhi kebutuhan zat besi
pada anak

3. Nystatin 2 x 1 ml Obat antijamur untuk mengobati


infeksi candida pada kulit seperti
ruam setelah penggunaan popok

d. Tindakan keperawatan :
1. Pemasangan OGT
2. D10% 120 cc/24 jam
3. Pemasangan O2 0,5 lpm

e. Hasil laboratorium :

Test Result Reference Units

Hematologi

Hb 16,4 11,7-15,5 g/dl

Leukosit 20,24 2,60-11,00 x 103/ ul

Ht 49 35-47 %

Trombosit 179 140-440 x 103/ ul

Hitung jenis

Basofil 0 0-1 %

Eusofil 0 2-4 %

0 3-5 %

Segmen 40 50-70 %

Limfosit 55 25-40 %

Monosit 5 2-8 %

Kimia karbohidrat

GDS 561 <180 Mg/dl


Munoserologi
rematologi

RP 0.10 <=5 Mg/L

f. Hasil rotngen : tidak ada


g. Data tambahan :-

8. Pengkajian pola fungsional menurut Gordon


a. Pola persepsi kesehatan dan managemen kesehatan
1) Status kesehatan anak sejak lahir : kurang baik karena BBLR
2) Pemeriksaan kesehatan secara runtin : Tidak terkaji pasien adalah bayi
3) Penyakit-penyakit yang menyebabkan anak absen dari sekolah : Tidak terkaji pasien
adalah bayi
4) Praktek mencegah kesehatan : Tidak terkaji pasien adalah bayi
5) Apakah orang tua merokok? didekat anak? : Tidak terkaji pasien adalah bayi
6) Mainan anak/bayi (aman)? keamanan kendaraan? : Tidak terkaji pasien adalah bayi
7) Praktek keamanan orangtua : Tidak terkaji pasien adalah bayi

b. Pola nutrisi metabolic


1) Pemberian ASI/PASI, perkiraan frekuensi dan jumlah minum, kekuatan menghisap (bagi
bayi) : Intake D 10% : 120 CC/24 jam dan Minum 8 x 20cc – 8 x 25 cc
2) Selera makan, makanan yang disukai/tidak disukai : tidak terkaji pasien adalah bayi
3) Masukan makanan selama 24 jam? Makanan tambahan? Vitamin? : Ferriz (suplemen
makanan)
4) Kebiasaan makan? :-
5) Alat makan yang digunakan dirumah : tidak terkaji pasien adalah bayi
6) Berat badan lahir? Berat badan saat ini? : BB: 1500 gr, BBS: 1480 gr
7) Masalah kulit : -
8) Status nutrisi orang tua: tidak terkaji
c. Pola eliminasi
1) Pola defeksi : 4x sehari, tidak ada kesulitan, tidak ada darah
2) Mengganti pakaian dalam/diapers pada bayi : 5x sehari
3) Pola eliminasi urin : >5x sehari
4) Apakah ada masalah dengan pola eliminasi orangtua :-
d. Pola aktivitas latihan
1) Kebiasaan mandi : 1x sehari
2) Kebersihan rutin : perawatan diapers
3) Aktivitas sehari-hari : bayi tidur
4) Level kekuatan anak/bayi secara umum, toleransi : bayi tampak lemah
5) Persepsi anak terhadap kekuatan dari segi aktivitas (kuat, lemah) : lemah
6) Kemampuan kemandirian anak : -
7) Bagaimana aktivitas pola pemeliharaan anak :-
8) pemeliharaan rumah oleh orang tua :-
e. Pola istirahat tidur
1) Pola istirahat/tidur anak, perkiraan jam dll : di ruang perinatology atas klien
terlihat tidur terus dan terkadang terbangun
2) Perubahan pola istirahat, mimpi buruk, nokturia :-
3) Posisi tidur anak, gerakan tubuh : bayi didalam incubator, gerakan tubuh lemah
4) Bagaimana pola tidur orangtua : -
f. Pola persepsi-kognitif
1) Responsiveseness ank secara umum : respon pasien baik
2) Respon anak untuk bicara, sentuhan, suara, objek : respon pasien baik terhadap
sentuhan dan suara
3) Apakan anak mengikuti objek dengan matanya? Respon untuk meraih mainan ? : tidak
terkaji karena bayi masih usia 5 hari
4) Vocal suara, pola bicara, kata-kata, kalimat : tidak terkaji karena bayi masih
usia 5 hari
5) Gunakan stimulus : bicara, mainan dll : tidak terkaji karena bayi masih usia 5
hari
6) Kemampuan anak untuk mengatakan nama, wakt, alamat, nomor telepon : tidak
terkaji karena bayi masih usia 5 hari
7) Kemampuan anak untuk mengidentifikasi kebutuhan ; lapar, haus, nyeri, tidak nyaman :
bayi menangis
8) Apakah ada masalah pada orang tua: penglihatan, pendengaran, sentuhan, kesulitan
membuat keputusan : tidak ada
g. Pola presepsi diri-konsep diri
1) Status mood bayi/anak (irritabilitas) : -
2) Pemahaman anak terhadao identitas diri, kompetensi, dll :
Anak/ bayi
a. Status mood : baik
b. Banyak temaan/ seperti yang lain : ada bayi-bayi lain diruangan rawat pasien
c. Persepsi diri : tidak terkaji dikarenakan klien masih bayi
d. Kesepian : tidak terkaji dikarenakan klien masih bayi
e. Takut : tidak terkaji dikarenakan klien masih bayi
h. Pola peran-hubungan
1) Struktur keluarga : keluarga inti
2) Masalah/ stressor keluarga :-
3) Interaksi antara anggota keluarga dan anak : jarang, dikarenakan pembatasan
kunjungan dari rumah sakit
4) Respon anak/bayi terhadap perpisahan : -
5) Anak: ketergantungan : -
6) Anak : pola bermain :-
7) Anak : temper tantrum? Masalah disiplin ? penyesuaian sekolah? :-
8) Orangtua : peran ikatan? Kepuasan ? pekerjaan/ social/ hubungan perkawinan : -
i. Pola seksualitas
1) Perasaan sebagai laki-laki/perempuan : tidak terkaji dikarenakan klien masih bayi
2) Pertanyaan sepitas seksualitas? Bagaiaman respon orangtua ? : -
3) Orangtua : riwayat reproduksi, ada masalah dengan kepuasan seksual: -
j. Pola koping-toleransi terhadap stress
1) Apakah yang menyebabkan stress pada anak? Tingkat stress? Toleransi?: -
2) Pola penanganan masalah? Support system ? : Keluarga klien
k. Pola nilai-keyakinan
1) Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen : -
2) Keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama : -
3) Orangtua: sesuatu yang bernilai dalam hidupnya (spirituality) semangat untuk masa
depan? Keyakinan akan kesembuhan, dampak penyakit, dan tujuan?: -
9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : bayi lemah didalam incubator
b. Tanda vital :
 S : 36,9⸰C
 N : 145x/menit
 RR : 45 x/menit
 SPO2 : 98%
c. TB/BB :
 TB : 40 cm
 BB : 1480 gram
d. Kepala :
 kepala simetris
 ubun-ubun tidak cekung
 rambut warna hitam
 tidak ada lesi
 distrubusi rambut merata.
e. Mata :
 Mata simetris kiri dan kanan
 sclera tidak ikterik
 konjungtiva merah
f. Hidung :
 Tidah ada sumbatan jalan nafas
 Lubang hidung simetris
 Terlihat sesak nafas
g. Mulut :
 Bentuk simetris
 Tidak sianosis
 Terpasang OGT pada mulut bayi
 Mulut terlihat kering
h. Telinga :
 Bentuk telinga simetris
 Tidak terdapat kelaianan
i. Tengkuk/ leher :
 Reflek tonik neck tidak ada.
j. Dada :
 RR. 45x/menit
 Tangisan lemah
 Ada retraksi dada
 Bentuk dada barel
k. Jantung :
 Denyut nadi lemah
 Irama jantung teratur
 Tidak terdapat bunyi tambahan
 Akral dingin
 Tidak ada oedema
 N 145/mnt
l. Paru-paru :
 Tidak ada suara bronchi
 Irama nafas teratur
m. Abdomen :
 Betuk simetris
 Bising usus +
 Intake D10% : 120 cc/24 jam
n. Punggung :
 Bentuk simetris
 Tidak ada kelaian
o. Genetalia :
 Bentuk simetris
 Tidak ada kelaianan
 Tidak terpasang alat bantu
p. Ekstremitas :
 Simetris kanan dan kiri
 Jari-jari lengkap
 Pergerakan ekstermitas lemah
 Akral ekstremitas dingin
q. Kulit
 akral hangat
 kulit mengelupas
 CRT 2 dtk
10. Pemeriksaan perkembangan ( penilaian berdasarkan format DDST/ Denver II) bagi anak usia 0-6
tahun
a. Kemandirian dan bergaul : -
b. Motoric halus : -
c. Kognitif dan bahasa: -
d. Motoric kasar :-

Bagi anak di atas 6 tahun ditanyakan tumbuh kembang secara umum sbb: tidak terkaji
dikarenakan klien masih bayi

a. Berat badan saat lahir, 6 bulan, 1 tahun, dan saat ini: -


b. Pertumbuhan gigi
1) Usia saat gigi tumbuh : Belum tumbuh
2) Jumlah gigi : Belum ada
3) Masalah dengan pertumbuhan gigi: -
c. Usia saat menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-kata pertama :-
d. Perkembangan sekolah lancer :-
e. Interaksi dengan teman sebaga dan orang dew-asa :-
f. Partisipasi dengan kegiatan organisasi :
11. Informasi lain : -

B. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 Ds : - Fungsi organ blm baik Ketidakefektipan
Do : pola nafas
 Keadaan umum bayi Paru
Letargi
 Bayi tampak sesak Pertumbuhan dinding
 RR : 45 x/menit belum sempurna

 Terpasamh nasal kanul O2


0,5 lpm Vaskuler paru imatur

 Nafas cepat (-)


 Leukosit 20.24

2 Ds : - Jaringan lemak subkutan Resiko hipotermia


Do : tipis
 berat lahir 1500 gr.
 Suhu tubuh 36,9’C
 jaringan subkutan tipis Kehilangan panas melalui

 tangisan lemah kulit

 kelahiran bayi 29
minggu
 bayi dalam incubator
3 Ds : - Otak Gangguan
Do : pemenuhan nutrisi
1. berat badan bayi Imaturitas sentrum2 vital kurang dari
menurut BBL : 1500 kebutuhan tubuh
BBS : 1480 Reflek menelan belum ada
2. Bayi tampak lemah
3. Reflek menghisap Penurunan berat badan
lemah
4. Terpasangnya OGT
pada bayi

C. Perumusan diagnose keperawatan


1. D.0005 Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas neurologis
2. D.0131 Resiko hipotermi b.d kurangnya lemak subkutan
3. D.0019 Difisit nutrisi b.d immaturitas

D. Intervensi keperawatan

N Diagnose Tujuan dan Intervensi Rasional


o keperawat kriteria hasil
an

1 D.0005 Setelah dilakukan 1. Posisikan bayi 1. posisi ini


Pola nafas tindakan pada abdomen memudahkan
tidak keperawatan atau posisi pernapasan dan
efektif b.d selama 2x12 jam telentang menurunkan
imaturitas diharapkan pola dengan gulungan episode
neurologis nafas efektif popok dibawah apnea,khususnya
dengan kriteria bahu untuk bila ditemukan
hasil : menghasilkan adanya hipoksia,
1. Pernafasa hiperekstensi asidosis metabolik
n cuping 2. Monitor respirasi atau hiperkapnea
hidung klien 2. Deteksi dini adanya
menurun 3. Bersihkan jalan kelainan
2. Frekuensi nafas, mulut, 3. Jalan nafas harus
nafas hidung bila perlu tetap
membaik 4. Monitor hasil lab dipertahankan
3. Bayi tidak 5. Kolaborasi bebas dari lendir
sesak dengan team untuk menjamin
4. Irama medis dalam pertukaran gas yang
pernafasa pemberian O2 sempurna
n regular dan pemeriksaan 4. Mengidentifikasi
5. Leukosit kadar gas darah adanya infeksi
dalam arteri 5. Mencegah
batas terjadinya
normal hipoglikemia

2 D.0131 Setelah dilakukan 1. Monitor sushu 1. Untuk mengetahui


Resiko tindakan tubuh perkembangan
hipotermi keperawatan 2. Tempatkan suhu tubuh
berhubung selama 2x12 jam bayi pada 2. Untuk
an dengan diharapkan bayi incubator. menghangatkan
kurangnya tidak hiportermi 3. Awasi dan suhu tubuh bayi
lemak dengan kriteria atur control 3. Untuk
subkutan hasil : temperature mempertahankan
1. Berat dalam suhu inkubator
badan incubator sesuai kebutuhan
bayi tidak sesuai bayi
menurun kebutuhan 4. Untuk mengetahui
2. Status 4. Monitor berat tidak adanya
kenyama badan. kelainan nutrisi
nan
terpenuhi
3. Termoreg
ulasi
neonatus

3 D.0019 Setelah dilakukan 1. Monitor berat 1. Mengetahui


Difisit tindakan badan perkembangan
nutrisi b.d keperawatan 2. Pantau intake nutrisi bayi
immaturita selama 2x12 jam dan output 2. Mengetahui
s Nutrisi dapat nutrisi keseimbangan
terpenuhi 3. Berikan ASI nutrisi bayi
KH: setiap 2 jam 3. Nutrisi yang sedikit
 Reflek 4. Memonitor namun sering
hisap dan TTV untung lambung
menelan yang belum matur
baik 4. Memantau kondisi
 Berat bayi
badan
meningka
t 15gr/hr

E. Implementasi keperawatan

Tanggal/ Dx Kep Implementasi Tanda tangan


Jam

11/05/22 D.0005 1. Monitor respirasi dan status O2


SpO2: 98% RR 45 x/menit
2. Kolaborasi pemberian O2
3. Monitor TTV
09.00  S: 36,9ºC
 N: 145x/menit
 RR: 45 x/menit

D.0140 1. Monitor suhu setiap 2 jam sekali


S: 36,9ºC
09.00 2. Monitor suhu dan warna kulit
S: 36,9ºC
D.0019 1. Observasi reflek hisap dan
menelan
 Reflek hisap dan
menelan lemah
2. Berikan minum 1 x 20 cc melalui
OGT
08.15  Masuk susu 20 cc
melalui OGT
3. Timbang BB setiap hari
 BBS 1480 gram
4. Lakukan pengecekan residu
lambung
Residu tidak ada

D.0005 1. Monitor respirasi dan status O2


 RR: 40 x/menit SpO2
98%
2. Monitor TTV
 S: 36,7ºC
 N: 127 x/menit
12.00  RR: 40 x/menit
 SpO2 98%

D.0140 1. Monitor suhu setiap 2 jam sekali


 S: 36,7 ºC
12.00 2. Monitor suhu dan warna kulit
 Warna kulit tidak
sianosis
D.0019
1. Observasi reflek hisap dan
menelan
 Reflek hisap dan
menelan masih lemah
2. Lakukan pengecekan residu
lambung
 Jumlah residu tidak ada
11.15 3. Berikan minum susu
 Susu 20 cc melalui OGT
4. Kelola pemberian IVFD D10% 5
cc/g
Ivfd d10% masuk melalui oral 5
cc

11/05/22 D.0005 1. Monitor respirasi dan status O2


 RR : 50
 SpO2: 99%
2. Monitor TTV
15.10  RR : 50
 N : 124
 SpO2: 99%
S: 36,5 ºC

D.0140 1. Monitor suhu setiap 2 jam sekali


 S: 36,5 ºC
2. Monitor suhu dan warna kulit
15.10  Warna kulit tidak
sianosis
D.0019 1. Observasi reflek hisap dan
menelan
 Reflek hisap dan
menelan lemah
2. Berikan minum susu
15.00  20 cc masuk melalui
OGT
3. Lakukan pengecekan residu
lambung
Tidak ada muntah

11/05/22 D.0005 1. Monitor respirasi dan status O2


2. Monitor TTV
 RR : 40
 N : 123
09.00  SpO2: 98%
 S: 36,8 ºC
D.0140 1. Monitor suhu setiap 2 jam sekali
dan warna kulit
09.00  Warna kulit tidak
sianosis
 S: 36,8 ºC
D.0019 1. Observasi reflek hisap dan
menelan
 Reflek menelan lemah
2. Berikan minum susu
 20 cc dimasukkan
melalui OGT
08.15 3. Timbang BB setiap hari
 BB 1480 gram
4. Lakukan pengecekan residu
lambung
 Tidak ada residu
lambung
12/05/22 D.0005 1. Monitor respirasi dan status O2
2. Monitor TTV
 RR : 40
12.00  N : 120
 SpO2: 97%
 S: 36,8 ºC
D.0140 1. Monitor suhu setiap 2 jam sekali
12.00 dan warna kulit
 S: 36,8 ºC, warna kulit
tidak sianosis
D.0019 1. Observasi reflek hisap dan
menelan
 Reflek menaln dan hisap
masih lemah
11.15 2. Berikan minum susu
 1 x 20 cc melalui OGT
3. Lakukan pengecekan residu
lambung
 Tidak ada jumlah residu
lambung
12/05/22 D.0005 1. Monitor respirasi dan status O2
2. Monitor TTV
 RR : 40
 N : 126
15.10  SpO2: 98%
 S: 36,5 ºC
D.0140 1. Monitor suhu setiap 2 jam sekali
dan warna kulit
15.10  S: 36,5ºC, warna kulit
tidak sianosis
D.0019 1. Observasi reflek hisap dan
menelan
 Reflek menelan dan
hisap lemah
15.00 2. Berikan minum susu
 1 x 20 cc melalui OGT
3. Lakukan pengecekan residu
lambung
 Tidak ada residu
lambung

F. Evaluasi keperawatan

Tanggal/ Dx. kep Evaluasi Paraf


jam

11 Mei D.0005 S: Pasien bayi


2022 O:
 Adanya tarikan dinding dada
 Nafas 43 x/menit
 Terpasang nasal kanul 0,5 lpm
A: masalah pola nafas tidak efektif belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan
1. Monitor TTV
1. SpO2
D.0140 S: Pasien bayi
O:
 KU sakit lemas
 Pasien tampak tenang
 RR : 50
 N : 124
 SpO2: 98%
 S: 36,5 ºC
A: masalah risiko hipotermia belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
1. Monitor suhu dan warna kulit
D.0019 S: Pasien bayi
O:
 Reflek hisap dan menelan lemah
 BBS 1480 gram
A: masalah defisit nutrisi belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
2. Berikan susu 20 cc
3. Timbang bb sehari sekali
2. Observasi residu dan reflek menghisap
12 mei D.0005 S: Pasien bayi
2022 O:
1. RR : 40
2. N : 126
3. SpO2: 98%
4. S: 36,5 ºC
5. Tidak ada tarikan dinding dada
6. Tidak sianosis

A: masalah pola nafas tidak efektif teratasi


7. P: intervensi dihentikan
D.0140 S: Pasien bayi
O:
 S: 36,5 ºC
 Akral hangat
 Pasien lebih aktif
A: masalah risiko hipotermia teratasi

P: intevensi dihentikan

D.0019 S: Pasien bayi


O:
 Reflek hisap dan menelan masih lemah
 Bbs 1480 gram
A: masalah defisit nutrisi belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
8. Berikan susu 20 cc
9. Timbang bb sehari sekali
Observasi residu dan reflek menghisap
BAB III

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan yang bermakna antara Bayi Berat Lahir Rendah(BBLR) dengan kejadian stunting pada
balita p-value 0,028.

2. Bayi Berat Lahir Rendah memiliki besar risiko 4,259 kali lebih berisiko mengalami kejadian stunting
dibandingkan dengan Bayi Berat Lahir Normal.

3. Ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting dengan p-value 0,014. Tidak ada
hubungan riwayat hamil KEK, tinggi badan ibu, jarak kelahiran dan kehamilan remaja dengan kejadian
stunting.

4. Bayi Berat Lahir Rendah(BBLR) dan ASI eksklusif berhubungan dengan kejadian stunting, namun
Bayi Berat Lahir Rendah(BBLR) lebih berisiko mengalami stunting dibandingkan dengan ASI eksklusif.

B. Saran

Saran yang dapat dikemukan berdasarkan temuan dalam penelitian di atas adalah sebagai berikut:
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 60

1. Bagi Wanita Usia Reproduktif Wanita usia reproduktif dapat melakukan pencegahan dengan cara
meminimalisir faktor penyebab stunting, memenuhi kebutuhan gizi sejak sebelum hamil dan memenuhi
gizi balita salah satunya dengan memberikan ASI eksklusif sebagai pencegahan stunting.

2. Bagi Bidan Pelaksana di Puskesmas Kepada bidan pelaksana di Puskesmas sebaiknya memberikan
edukasi dan pendampingan kepada wanita usia reproduktif untuk melakukan deteksi dini faktor kejadian
stunting, memberikan tambahan gizi bagi ibu hamil dengan indikasi kekurangan gizi yang dapat
menyebabkan BBLR salah satu faktor penyebab stunting, mengedukasi ibu dalam pemberiaan ASI
eksklusif.

3. Manfaat Peneliti Selanjutnya Bila memungkinkan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, sebaiknya
peneliti dapat mengembangkan penelitian ini dengan pengambilan data primer secara langsung, desain
penelitian yang lebih baik, atau dengan menggunakan sample yang lebih banyak dari penelitian

Anda mungkin juga menyukai