Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN NEONATOLOGY PADA BAYI “

NY D” DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

DI RSUD AROSUKA SOLOK

DOSEN PEMBIMBING

dr. Eny Yantri, Sp.A(K)

Hj. Erwani, SKM,M.Kes

OLEH :

IMELDA GANEZA

PROGRAM STUDI S2 ILMU KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada

kita semua. Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

telah membawa kita ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Alhamdulillah penulis telah

dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang merupakan tugas dari mata kuliah“ Residensi

Praktek Klinik ”.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing dr. Eny Yantri,

Sp.A (K) dan Hj. Erwani, SKM, M.Kes serta kepada semua pihak yang secara langsung atau

tidak langsung telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini, semoga Allah

senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dimasa yang akan

datang. Semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi kita semua, Amin.

Padang, Oktober 2020

Penulis

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) merupakan faktor yang berkontribusi terhadap

kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Bayi dengan berat badan < 2500 gram

beresiko 20 kali mengalami kematian jika dibanding dengan bayi yang lahir normal. Angka

kematiannya diperkirakan 35 kali lebih tinggi di banding pada bayi dengan berat badan lahir

lebih dari 2500 gram. Angka kejadian BBLR masih tinggi dan beresiko besar bayi

mengalami hipotermi yang berdampak pada kematian bayi sehingga perlu adanya

perawatan yang komprehensif untuk mencegah terjadinya hipotermi pada BBLR

(Proverawati & Ismawati, 2017).

Hipotermi merupakan bayi dengan suhu badan dibawah normal. Suhu normal

pada bayi 36,5-37,5oC. Suhu bayi yang rendah mengakibatkan proses metabolik dan

fisiologi melambat. Bayi prematur ataupun bayi yang cukup bulan yang lahir dengan berat

badan rendah trauma dibawah 2000 gram, terancam kematian akibat hipotermi karena bayi

dengan berat lahir rendah rentan mengalami permasalahan pada peningkatan kehilangan

panas (Hikmah, 2016).

Menurut Proverawati & Ismawati (2017) masalah yang sering terjadi pada bayi

BBLR yaitu hipotermi, hipoglikemi dan masalah pemberian ASI karena hanya memiliki

sedikit lemak dalam tubuh bayi dan sistem pengaturan suhu tubuh belum matang serta

reflek hisap dan telan bayi masih lemah. Banyak resiko sering terjadi pada bayi dengan

BBLR karena permasalahan pada sistem tubuh, karena kondisi tubuh tidak stabil. Delapan
1
kali lebih besar peluang angka kejadian kematian perinatal pada bayi BBLR dibanding

dengan bayi yang lahir normal.

BBLR yaitu standar yang baik untuk mengukur kesejahteraan dari suatu negara.

BBLR dianggap sebagai penyebab utama kematian bayi terutama pada bulan pertama

kehidupan, kematian bayi di dunia 40-60% disebabkan oleh BBLR (Nur Fadhylah

Muhamad, 2019).

WHO dan UNICEF, pada tahun 2013 sekitar 22 juta bayi dilahirkan di dunia,

dimana 16% diantaranya 2 lahir dengan Bayi Berat Lahir Rendah. Adapun persentase

BBLR dinegara berkembang adalah 16,5% dua kali lebih besar dari pada negara maju 7%.

Sedangkan hasil dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2017

menunjukan AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup,

dan AKABA 32 per 1.000 kelahiran hidup.Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan

sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia

18thn (Kementrian Kesehatan RI, 2018).

Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor

risiko yang sangat berpengaruh terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal.

BBLR mempunyai dampak besar terhadap tumbuh kembang anak dimasa yang akan datang.

Salah satunya adalah pertumbuhannya akan lambat, kecenderungan memiliki penampilan

intelektual yang lebih rendah dari pada bayi yang berat lahirnya normal. Selain itu, bayi

BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya

sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Hartiningrum & Fitriyah, 2018).

Dampak dari terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir apabila tidak segera ditangani

yaitu : 1) hipoglikemi asidosis metabolik karena vasokontriksi perifer dengan metabolisme

2
anaerob, 2) kebutuhan oksigen yang meningkat, 3) metabolisme meningkat sehingga

metabolisme terganggu, 4) gangguan pembekuan darah sehingga meningkatkan pulmonal

yang menyertai hipotermia berat, 5) shock, 6) apnea, 7) perdarahan intra ventrikuler, 8)

hipoksemia dan berlanjut dengan kematian (Fridely, 2017).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka salah satu yang perlu dilakukan dengan

memberikan asuhan kebidanan untuk mencapai kompetensi. Salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan program pembelajaran residensi adalah menyusun laporan kasus asuhan

kebidanan dalam pelayanan neonatal, oleh karena itu penulis memilih membuat laporan

kasus Berat Badan Lahir Rendah sebagai persyaratan pembelajaran residensi praktek klinik

ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada kasus ini

“bagaimana memberi asuhan kebidanan pada bayi berat badan lahir rendah”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi berat badan lahir rendah sesuai

standar pelayanan kebidanan dengan menggunakan manajemen kebidanan SOAP dengan

pola pikir varney yang tepat

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara subjektif dan objektif

pada bayi berat badan lahir rendah.

3
b. Mampu menginterpretasikan data yang terkumpul baik dalam bentuk diagnosa

serta masalah dan kebutuhan terhadap bayi berat badan lahir rendah.

c. Mampu mengidentifikasi masalah secara potensial.

d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan dan melakukan intervensi dan kolaborasi

e. Mampu membuat rencana, pelaksanaan dan evaluasi asuhan kebidanan pada bayi

berat badan lahir rendah.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian BBLR

BBLR didefiniikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai berat pada

saat lahir kurang dari 2500 gram dan di timbang sampai dengan 24 jam setelah kelahiran.

BBLR adalah masalah kesehatan masyarakat yang terkait dengan berbagai prediktor.

Informasi tentang berat lahir atau ukuran saat lahir adalah penting untuk rencana dan

implementasi program kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk mengurangi kematian

bayi.(Sohibien,GPD dan Yuhan RJ,2019)

Berat bayi yang kurang pada bayi baru lahir dapat dinilai sebagai keadaan kurang

gizi, konsumsi pangan ibu pada saat hamil kurang baik sehingga memungkinkan bayi yang

dilahirkan mempunyai berat badan yang rendah bahkan bisa sangat rendah (Suhardjo, 2010).

Klasifikasi BBLR Menurut Berat Lahir yaitu:

a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat 1500 – 2499 gram.

b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000 – 1499 gram.

c. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER) dengan berat lahir < 1000 gram.

Klasifikasi BBLR Menurut Masa Kehamilan yaitu:

5
a. Prematuritas Murni atau Sesuai Masa Kehamilan /SMK Bayi yang lahir dengan masa

kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan masa kehamilan. Kepala

relatif lebih besar dari badannya , kulit tipis transparan, lemak subkutan kurang, tangisnya

lemah dan jarang.

b. Dismaturitas atau Kurang Masa Kehamilan / KMK

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya.

Hal tersebut menunjukkan bayi mengalami gangguan pertumbuhan intrauterine dan

merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. (Rukmono,2013).

2.2 Gambaran Klinis BBLR

Tanda-tanda BBLR dibagi menjadi 2 yaitu tanda-tanda bayi pada kurang bulan

dan tanda-tanda bayi pada bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK).

a. Tanda-tanda bayi Kurang Bulan

Tanda-tanda bayi kurang bulan meliputi : kulit tipis dan mengkilap, tulang rawan telinga

sangat lunak karena belum terbentuk sempurna, lanugo masih banyak ditemukan

terutama pada bagian punggung, jaringan payudara belum terlihat, putting masih berupa

titik, pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora, pada laki-laki

skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun, garis telapak kaki kurang dari

1/3 bagian atau belum terbentuk, kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur,

aktifitas dan tangisnya lemah, serta reflek menghisapdan menelan tidak efektif/ lemah

(Depkes RI, 2015).

b. Tanda-tanda Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)

6
Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan meliputi: umur bayi cukup, kurang atau

lebih bulan tetapi beratnya kurang dari 2.500 gram, gerakannya cukup aktif, tangisnya

cukup kuat, kulit keriput, lemak bawah kulit tipis, payudara dan putting sesuai masa

kehamilan, bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora, bayi

laki-laki testis mungkin telah turun, garis telapak kaki lebih dari 1/3 bagian, serta

menghisap cukup kuat. (Depkes RI, 2015).

c. Epidemiologi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Prevalensi berat bayi lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di

dunia dengan batasan 3,3- 38% dan lebih sering terjadi di negara berkembang atau sosial

ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara

berkembang. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan

daerah lain, yaitu berkisar antara 9 – 30%.(SDKI, 2015).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR

1) Faktor obstetrik

a) Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan baik hidup maupun mati.

Kehamilan dan persalinan pertama meningkatkan risiko kesehatan yang timbul

karena ibu belum pernah mengalami kehamilan sebelumnya, selain itu jalan lahir

baru akan dilalui janin. Sebaiknya risiko terjadinya BBLR pada ibu yang pernah

melahirkan anak empat kali atau lebih rahim akan menjadi semakin melemah

karena jaringan parut uterus akibat kehamilan berulang menyebabkan tidak

kuatnya persediaan darah ke plasenta sehingga plasenta tidak mendapat aliran

darah yang cukup untuk menyalurkan nutrisi ke janin (Damelash, 2015).

7
b) Pre-eklamsia

Pre-eklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai

proteinuria. Ibu dengan pre-eklamsia meningkatkan risiko BBLR hal ini

disebabkan karena implantasi plasenta yang abnormal yang merupakan

predisposisi wanita dengan pre-eklamsia mengalami keadaan intrauterine yang

buruk yang menyebabkan terjadinya perfusi plasenta sehingga menyebabkan

hipoksia yang berdampak pada pertumbuhan janin dan berujung pada kejadian

BBLR (Mitao, 2016).

c). Riwayat obstetrik buruk Riwayat obstetrik buruk yaitu riwayat abortus, riwayat

persalinan prematur, riwayat BBLR, bayi lahir mati, riwayat persalinan dengan

tindakan (ekstraksi vacuum dan ekstraksi forsep),pre-eklamsia/eklamsia juga

berpengaruh terhadap BBLR.(Manuaba, 2012).

2) Sosial demografi

a) Usia ibu

Usia ibu adalah waktu hidup ibu bersalin sejak lahir sampai hamil. Saat

terbaik untuk seorang wanita hamil adalah saat usia 20 – 35 tahun, karena pada

usia itu seorang wanita sudah mengalami kematangan organ-organ reproduksi dan

secara psikologi sudah dewasa. (Prawirohardjo, 2010). Usia dibagi menjadi

berisiko (35 tahun) dan tidak berisiko (20 – 35 tahun). Pada usia 35 tahun

kematangan organ reproduksi mengalami penurunan. Hal ini dapat mengakibatkan

timbulnya masalah kesehatan pada saat persalinan dan berisiko terjadinya BBLR

(Damelash, 2015).

8
Usia ibu merupakan faktor risiko pertama yang termasuk dalam Tujuh

Terlalu dan Tiga Pernah. Tujuh Terlalu adalah primi tua, primi tua sekunder, umur

>35 tahun, grande multi, anak terkecil transfusi, uri manual, tindakan pervaginam,

bekas operasi Caesar. (Prawirohardjo, 2010).

b) Gizi hamil

Status gizi selama kehamilan adalah salah satu faktor penting dalam

menentukan pertumbuhan janin. Status gizi ibu hamil akan berdampak pada berat

badan lahir, angka kematian perinatal, keadaan kesehatan perinatal, dan

pertumbuhan bayi setelah kelahiran. Situasi status gizi ibu hamil sering

digambarkan melalui prevalensi anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK) pada

ibu hamil.

Anemia pada dua trisemester pertama akan meningkatkan risiko

persalinan prematur atau BBLR. Selain itu, anemia akan meningkatan risiko

pendarahan selama persalinan dan membuat ibu lebih sulit melawan infeksi.

Kurang Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana seseorang mengalami

kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.

Dengan ditandai berat badan kuang dari 40 kg atau tampak kurus dan dengan

lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm. (Kemenkes RI, 2017).

c) Indeks massa tubuh (IMT)

IMT merupakan indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi

keseimbangan zat gizi di dalam tubuh orang dewasa dengan tercapainya berat

badan yang normal, yaitu berat badan yang sesuai untuk tinggi badannya. IMT

9
yang normal adalah 18,5 – 25,0 kg/m2. Pada perempuan dengan IMT rata-rata atau

rendah, 19 sedikit penambahan berat badan selama kehamilan dapat menyebabkan

hambatan pertumbuhan janin sehingga terjadi BBLR. Hal ini terjadi akibat

penurunan ekspansi pembuluh darah sehingga meningkatkan curah jantung yang

tidak kuat dan menurunkan aliran darah ke plasenta. (Cunningham, 2012).

d) Status sosial ekonomi Keluarga bayi dengan status ekonomi rendah dan tinggal di

pedesaan cenderung mengalami kejadian BBLR lebih tinggi dibandingkan dengan

keluarga status ekonomi tinggi dan tinggal di perkotaan. Keluarga bayi dengan

status ekonomi rendah mempunyai risiko BBLR sebesar 1,33 kali dibandingkan

keluarga dengan status ekonomi tinggi karena berhubungan dengan kurangnya

pemenuhan nutrisi ibu dan pemantauan kehamilan. (Cunningham, 2012).

e) Status pernikahan

Remaja yang hamil di luar nikah menghadapi berbagai masalah psikologis yaitu

rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilan sehingga terjadi

usaha untuk menghilangkan dengan menggugurkan kandungannya atau tidak

mengurusi kehamilannya sehingga dapat kekurangan nutrisi dan menyebabkan

BBLR. Ibu dengan kehamilan di luar nikah berpeluang 1,8 kali berisiko memiliki

bayi berat lahir rendah (BBLR) (Damelash, 2015).

f) Pendidikan

Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang

berperilaku. Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendasari dalam

pengambilan keputusan. Semakin tinggi pendidikan ibu akan semakin mampu

mengambil keputusan bahwa pelayanan kesehatan selama hamil dapat mencegah

10
gangguan sedini mungkin bagi ibu dan janinnya termasuk mencegah kejadian

BBLR.Tingkat pendidikan juga sering dihubungkan dengan tingkat sosial ekonomi

dalam konteks kesehatan, dimana tingkat pendidikan yang rendah dapat membatasi

pekerjaan (Notoatmodjo, 2010).

3) Kesehatan umum dan penyakit episodik

a) Gangguan metabolisme

Salah satu penyakit gangguan metabolisme yang sering dialami oleh ibu

hamil yaitu diabetes mellitus (DM). Pada ibu yang mengalami diabetes meliitus,

cedera mikrovaskular ginjal akan merusak membrane glomelurus sehingga protein

akan bocor keluar ke urin. Seiring dengan memburuknya fungsi ginjal, kebocoran

protein akan menimbulkan retensi cairan dan ginjal makin tidak efisien dalam

membuang sampah metabolism seperti keratinin. Gangguan ini disebut nefropati

diabetic dan akan mempersulit kehamilan termasuk pre-eklamsia, hipertensi,

BBLR, dan kelahiran premature. Pertumbuhan janin terhambat (IUGR) merupakan

faktor komplikasi yang sering terjadi jika ibu hamil sudah mengalami fungsi ginjal

yang buruk.

b) Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolic ≥140/90 mmHg. Pada ibu

penderita hipertensi di dalam uterus, vasokonstriksi yang disebabkan oleh

hipertensi akan mengakibatkan aliran darah uterus dan lesi vascular terjadi di dasar

plasenta, mengakibatkan terjadinya abrupsio plasenta. Penurunan aliran darah ke

ruang koriodesidua akan mengurangi jumlah oksigen yang berdifusi melalui sel

sinsitiotrofolas dan sitotrofoblas ke dalam sirkulasi janin ke dalam plasenta.

11
Akibatnya, jaringan plasenta di iskemik, terjadi thrombosis kapiler vili korionik

dan infark, yang mengakibakan retriksi pertumbuhan janin. Aliran hormon juga

terganggu dengan menurunnya fungsi plasenta. Fungsi plasenta yang menurun

menyebabkan sirkulasi 22 oksigen dan nutrisi ke janin menjadi tidak lancar

sehingga menyebabkan BBLR. (Hidayatus, 2015).

c) Infeksi dan lingkungan Kehamilan sering terjadi bersamaan dengan infeksi yang

dapat mempengaruhi kehamilan atau sebaliknya memberatkan infeksi. Terdapat

berbagai infeksin yang menyebabkan kelainan kongenital, keguguran,

prematuritas, gangguan pertumbuhan janin antara lain infeksi malaria dan rubella/

campak jerman pada kehamilan (Manuaba, 2010).

Infeksi tersebut menyebabkan insufisiensi vascular dengan cara merusak

endothelium pembuluh darah kecil, dan mengurangi pembelahan sel sehingga

menghambat pertumbuhan janin. (Cunningham, 2012).

d) Faktor ayah

Faktor ayah yang mempengaruhi terjadinya BBLR adalah tinggi badan dan berat

badan. (Ngoma, 2016).

e) Kebiasaan Risiko BBLR terjadi pada ibu yang mmpunyai kebiasaan merokok,

meminum minuman yang mengandung alkohol, pecandu obat jenis narkotika, dan

pengguna obat antimetabolik. Asupan kafein harian tinggi dikaitkan dengan

peningkatan risiko melahirkan kecil masa kehamilan atau berat bayi lahir.

4) Karakteristik BBL

a) Jenis kelamin BBL Bayi perempuan lebih berisiko untuk mengalami BBLR

daripada bayi laki-laki. Hal ini karena grafik petumbuhan janin perempuan lebih

12
lambat dari janin laki-laki sehingga pada usia kehamilan yang sama, janin

perempuan lebih rendah beratnya.(Mitao, 2016).

b) Kelainan Kongenital Kelainan Kongenital merupakan kelainan pertumbuhan

struktur organ janin sejak saat pembuahan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan

congenetal umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil untuk masa

kehamilan. Sebuah penelitian terhadap 13.000 bayi dengan anomaly structural

yang berat, 22% diantaranya mengalami hambatan pertumbuhan janin. Semakin

parah malformasi, semakin rentan menjadi kecil masa kehamilan. Hal ini terbukti

pada janin abnormalitas 24 kromosom atau yang mengalami malformasi

kardiovaskular serius. (Damelash, 2015).

c) Kehamilan Gemelli Berat badan bayi pada kehamilan gemelli lebih ringan daripada

berat badan bayi kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Berat badan

bayi pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada bayi

kehamilan tunggal. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus berlebihan,

sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi partus prematurus. Kebutuhan

ibu akan zat makanan pada kehamilan ganda bertambah yang dapat menyebabkan

anemia dan penyakit defisiensi lain, sehingga bayi lahir kecil. (Rohan, 2013).

d) Komplikasi BBLR

Komplikasi BBLR pada bayi premature

 Asfiksia

Asfiksia disebabkan karena kurangnya surfaktan (ratio lesitin atau sfingomielin

kurang dari 2), Pertumbuhan dan pengembangan yang belum sempurna, otot

13
pernafasan yang masih lemah, dan tulang iga yang mudah melengkung atau pliable

thorax. (Momeni, 2017).

 Masalah pemberian ASI

Hal tersebut dikarenakan ukuran tubuh BBLR yang kecil, kurang energi, lemah,

lambungnya kecil, dan tidak dapat menghisap dengan kuat. (Momeni, 2017).

 Hiperbilirubinemia Hiperbilirubinemia dapat terjadi akibat adanya peningkatan

kadar bilirubin pada tubuh. Hal tersebut dapat ditemukan dalam keadaan dimana

terjadi peningkatan penghancuran sel darah merah (eritrosit) yang berkisar 80-90

hari, dan kadar zat besi yang tinggi dalam eritrosit. (Radis, Glover, 2012).

Komplikasi BBLR pada bayi dismatur

 Sindrom aprirasi mekonium

Keadaan hipoksia intrauterine akan mengakibatkan janin mengadakan “gasping”

dalam uterus. Selain itu, mekonuim akan dilepaskan ke dalam likour amnion

seperti yang sering terjadi pada “subacute fetal distress”. Akibatnya, cairan yang

mengandung mekonium yang lengket itu masuk ke dalam paru janin karena

inhalasi. Pada saat lahir bayi akan menderita gangguan pernafasan yang sangat

menyerupai sindrom gangguan pernafasan idiopatik. (Momeni, 2017).

 Penyakit membrane hialin

Hal ini karena surfaktan paru belum cukup sehingga alveoli selalu kolaps. Sesudah

bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga

selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggal pada pernafasan berikutnya. Akibat

hal iniakan tampak dispnu yang berat, retraksi egigastrium, sianosis, dan pada paru

14
terjadi atelektasis dan akhirnya terjadi aksudasi fibrin dan lain-lain serta terbentuk

membrane hialin (Momeni, 2017).

 Hipoglikemia simtomatik

Keadaan ini terutama terdapat pada bayi laki-laki.Penyebabnya belum jelas, tetapi

mungkin sekali disebabkan persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi

dismaturitas. (Kosim, 2012).

15
BAB III

TINJAUAN KASUS

KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA By.Ny D NEONATUS USIA 0

HARI DENGAN BBLR USIA KEHAMILAN 41-42 MINGGU DI

RUANG PERINATOLOGI DI RSUD AROSUKA SOLOK

Tanggal Pengkajian : Senin, 26 Oktober 2020

No. RM : 85.30.07

Ruangan : Perinatologi

I. PENGKAJIAN DATA

A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas / Biodata

Nama Bayi : Bayi Ny. D

Umur : 0 hari

Tgl Lahir : 22-09-2020

16
Jenis Kelamin : Laki-laki

Alama
Nama ibu : Ny. D Nama suami : Tn.A
t
Umur ibu : 22 th Umur suami : 25 th

Pendidikan ibu : Tidak sekolah Pendidikan suami : Tidak sekolah

Pekerjaan ibu : Pegawai Swasta Pekerjaan suami : Pegawai Swasta

Suku ibu : Minang Suku suami : Minang

Agama ibu : Islam Agama suami : Islam

Rumah: Surian,Solok Alamat Rumah: Surian,Solok

2. Riwayat penyakit keluarga :

1) Riwayat penyakit keluarga :

Jantung : Tidak ada

Diabetes mellitus : Tidak ada

TORCH : Tidak ada

Anemi : Tidak ada

Hipertensi : Tidak ada

Epilepsi : Tidak ada

2) Riwayat keturunan kembar : Tidak ada

3. Riwayat Penyakit sekarang

Jantung : Tidak ada

Diabetes mellitus : Tidak ada

TORCH : Tidak ada

Anemi : Tidak ada

17
Hipertensi : Tidak ada

Epilepsi : Tidak ada

Alergi : Tidak ada

4. Riwayat kesehatan

Keadaan bayi saat lahir :

Keadaan umum bayi : baik

Lahir tanggal : 22 september 2020

Jam lahir : 03.00 wib

Jenis kelamin : laki-laki

Kelahiran : Tunggal

Apgar score : 8/9

BB : 2300 gram

PB : 45 cm

Ketuban : hijau tali pusat : segar

Anus :+

Prenatal care : 3 kali

Riwayat Persalinan

1) Tanggal persalinan : 22 -09- 2020

2) Pukul : 03.00 WIB

3) Tempat bersalin : RSUD Arosuka, Solok

4) Masa gestasi : 41 -42 minggu

5) Penolong persalinan : Dokter SpOG

6) Jenis Persalinan : Pervaginam

18
7) Keadaan ketuban : hijau kental

8) Komplikasi persalinan : Tidak Ada

9) APGAR score : 8/9

10) Komplikasi bayi : Tidak Ada

11) Eliminasi bayi

Miksi : belum

Mekonium : Ada

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

a.Keadaan Umum : Aktif

b. TTV

Frek Jantung : 130 x/i (120-160x/m)

Frek Napas : 40 x/i (40-60x/m)

Suhu : 36,90c (36,5-37,50c)

c. Sianosis : Tidak ada

2. Antropometri

Berat badan : 2300 gr

Panjang Badan : 45 cm

Lingkar kepala : 32 cm

Lingkar dada : 29 cm

Lingkar perut : 27 cm

19
3. PemeriksaanFisik

a. Kepala : Bulat, simetris

Lingkar kepala : 32 cm

Molase : tidak ada

Caput succedanum : tidak ada

Cepalhematom : tidak ada

b. Mata

Bentuk : Simetris

Conjunctiva : Tidak anemis

Sclera : Tidak ikterik

c. Hidung

Bentuk : Normal

Lubang hidumg : Ada

Sekat : Ada

d. Mulut

Bibir : Tidak pucat

Llabioskizis/labiopalatoskizis : Tidak ada

e. Telinga

Bentuk : Normal

Simetris : Iya

20
Secret : Tidak ada

f. Leher : Tidak ada pembengkakan/kelainan

g. Dada

Bentuk : Simetris

Retraksi dinding dada : Tidak Ada

h. Abdomen

Kembung : Tidak ada

Pusat : Tidak menunjukan tanda-tanda infeksi (Segar)

i. Punggung (spina bifida) :Tidak ada kelainan

j. Tangan dan kaki

Bentuk : Simetris (normal)

Jumlah : Lengkap

Warna : Tidak terdapat kelainan

k. Anus : Ada, Lubang (+)

l. Ekstremitas : Ekstremitas atas dan bawah teraba hangat,

Kuku mencapai Ujung Jari, Tidak terdapat

edema, pergerakan aktif.

m. Warna ektremitas : kebiruan

n. Reflek

Reflek morro : (+)

21
Reflek rooting : (+)

Reflek graphs : (+)

Reflek suching : (+)

Tonic Neck : (+)

4. Pemeriksaan laboratorium

GDR : 98 mg/dl

Leukosit ibu : 16.000

II. INTERPRETASI DATA

Diagnosa : Bayi Ny. D Neonatus dengan berat badan lahir rendah usia 0 hari dan

keadaan aktif.

Data dasar : Riwayat persalinan secara pervaginam dengan usia kehamilan 41-42 mg

Data Subjektif : Bayi lahir pada tanggal 22 september 2020

Data Objektif :

- Keadaan umum bayi : Baik

- Berat badan : 2300 gr

- TTV : HR : 130x/i, RR : 40 x/i, S : 36,90C

III. DIAGNOSA POTENSIAL

 Hipothermi

 Infeksi

22
IV. KEBUTUHAN DAN TIDAKAN SEGERA

 Kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemeriksaan darah & terapi

 Rawat perinatologi

 Cek GDR

 Pasang vena umbilikal

 Inj vit K

 HB uniject

 Salep mata

V. PLANNING

1. Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan

bayinya.

2. Observasi keadaan bayi

3. Jaga bayi tetap hangat

4. Lakukan perawatan tali pusat

5. Pemenuhan cairan tubuh

6. Ingatkan kembali kepada ibu cara pencegahan infeksi kepada bayi

7. Cegah penularan infeksi ke bayi

8. Lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak

VI. IMPLEMENTASI

1. Menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum bayi

baik, TTV normal (HR : 130 x/i, RR : 40 x/i, S : 36,90C), berat badan 2300 gr

2. Mengobservasi keadaan bayi yaitu melakukan pemeriksaan TTV setiap 2 jam.

23
3. Menjaga kehangatan bayi, bayi diletakkan didalam inkubator dengan suhu 33 0C, setiap

bayi BAB, BAK atau kain alas basah maka segera diganti dengan pakaian yg bersih dan

kering.

4. Melakukan perawatan tali pusat dengan menggunakan kassa steril.

5. Pemenuhan cairan bayi tetap dilanjutkan dengan memberikan ASI secara on demand

6. Mengingatkan kembali kepada ibu cara pencegahan infeksi pada bayi dengan mencuci

tangan sebelum dan sesudah memegang bayi

7. Mencegah penularan infeksi pada bayi dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah

memegang bayi

8. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang asuhan dan terapi lanjutan

VII. EVALUASI

1. Ibu menerima dengan baik informasi yang telah diberikan

2. Bayi sudah diobservasi setiap 2 jam.

3. Bayi telah diletakan didalam inkubator dan setiap kali bayi basah (pampers penuh atau

kain alas basah), telah diganti dengan yang kering.

4. Perawatan tali pusat sudah dilakukan

5. Kebutuhan cairan sudah diberikan.

6. Ibu memahami cara pencegahan infeksi kepada bayi

7. Sudah melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi

8. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak sudah dilakukan yaitu:

- Bayi berada didalam inkubator

- ASI sudah diberikan

24
- Terapi sedang berjalan

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal 22-09-2020

S : - bayi menangis spontan

-Gerak aktif

-A/S 8/9

-Ekstremitas kebiruan

-Ketuban hijau

- anak sesak nafas (-), merintih (-), ekstremitas kebiruan (+)

- anak demam (-), kejang (-), muntah (-), perdarahan (-)

- ASI on demand, BAK belum ada, Mekonium sudah keluar

O : - aktif,S 36,9 0C, HR : 130x /menit, nafas 40x/menit

- UUB datar

- kulit teraba hangat

- mata : anemis (-), sklera tidak ikterik

- thorak : retraksi (-)

- abdomen : distensi (-)

A : - NBBLR 2300 gr,lahir pervaginam dengan Resiko infeksi

P : - Pasangh Vena umbilical : IVFD D10% 7 CC/JAM

25
- O2 1 L/M (k/p)

-Suhu incubator 33oC

- th/ inj pycin 2x120 mg

Inj gentamicin 1x10 mg

- ASI OD (on demand)

- Rawat tali pusat

Tanggal 22-09-2018

S : - bayi lahir spontan

-Gerak aktif

- ketuban hijau

O : - menangis (+)

- sesak (-)

A : - Resiko infeksi

P : - IVFD D 10 % : 7 cc/jam

- O2 1 L/I (K/P)

- suhu incubator 33oC

- Th/ inj pycin 2x120 mg

Inj gentamicin 1x10 mg

26
-ASI On demand

Tanggal 22-09-2020

S :-

O : -menangis (+)

- BAB (+)

- Muntah (-)

A : - Resiko infeksi

P : - monitor V/S

- perawatan tali pusat

- incubator 32 oC

- Jaga lingkungan bayi.

27
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis berusaha menggambarkan kasus yang terjadi pada kasus

By.Ny D usia 2 hari BBLR di ruang rawatan perinatologi RSUD Arosuka

Solok.pengambilan data di lakukan pada tanggal 26 oktober 2020, dimana Bayi Ny D,

masuk ruang rawat perinatology RSUD Arosuka Solok dengan diagnosa BBLR. Pada data

sekunder yang di dapat dari rekam medis RSUD Arosuka Solok By. Ny D lahir tanggal 22

September 2020 cukup bulan dan berat lahir 2300 gr, lahir pervaginam di RSUD Arosuka

Solok

Pada hari pertama yakni tanggal 22 september 2020, By.Ny D terlihat dalam

keadaan aktif. Pada pemeriksaan head to toe semuanya dalam batas normal, pada

penimbangan berat badan By. Ny D didapati BB 2300 gram sehingga ditegakkan diagnosa

By.Ny D BBLR, Diagnosa potensial yang dapat terjadi adalah hipotermi dan infeksi.

Menyikapi hal tersebut dilakukan tindakan segera berkolaborasi dengan dokter spesialis

anak untuk melakukan asuhan kebidanan berupa merawat bayi dalam incubator, memenuhi

kebutuhan nutrisi bayi, menjaga personal hygiene bayi untuk pencegahan infeksi dan terapi

yang akan dilakukan. Bayi selalu dipantau hingga kondisi stabil. Pemantauan tanggal 22

september 2020, By.Ny D masih dalam keadaan umum aktif, belum terjadi peningkatan

berat badan sehingga asupan nutrisi yang didapatkannya harus diperhatikan lagi. Proses

asuhan kebidanan dan advis dokter tetap dilaksanakan.

28
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

By.Ny D usia 0 hari BBLR di ruang rawatan perinatologi RSUD Arosuka Solok.

By. Ny D lahir tanggal 22 September 2020 cukup bulan dan berat lahir 2300 gr, lahir

pervaginam di RSUD Arosuka Solok. Pada hari pertama yakni tanggal 22 september 2020,

By.Ny D terlihat dalam keadaan aktif. Pada pemeriksaan head to toe semuanya dalam batas

normal, pada penimbangan berat badan By. Ny D didapati BB 2300 gram sehingga

ditegakkan diagnosa By.Ny D BBLR. Pemantauan tanggal 22 september 2020, By.Ny D

masih dalam keadaan umum aktif, belum terjadi peningkatan berat badan sehingga asupan

nutrisi yang didapatkannya harus diperhatikan lagi.

5.2 Saran

Diharapkan mahasiswa mampu meningkatkan keterampilan di bidang teori dan

menganalisa kasus-kasus yang ada di lapangan terhadap bayi baru lahir sehingga dapat

mendeteksi dini komplikasi-komplikasi yang akan terjadi pada bayi baru lahir.

29
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F.G, Leveno, K.J, Bloom, S.L, Hauth, J.C, Gilstrap III LC & Wenstrom KD,

2010.Williams Obstetric. 23 Ed, New York: McgrawHill Education

Damelash, Habtamu, Achenif Motbainor, Debare Nigatu, Ketema Gashaw & Addissu

Melese, 2015, Risk Factors For Low Birth Weight in Bale Zone Hospitals, South-East

Ethiopia, J Bio Med Central.(Online) diakses Pada tanggai 28 oktober 2020

Fridely, P.V.2017. Pentingnya Melakukan Pengukuran Suhu Pada Bayi Baru Lahir Untuk

Mengurangi Angka Kejadian Hipotermi. Jurnal Ilmiah Bidan

Hidayatus & Sri, 2015.Analisis Risiko Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) pada

Primigravida, Media Gizi Indonesia, Vol. 10, No.1

Hikmah, R. 2016. Hubungan BBLR Dengan Kejadian Hipotermia Pada Bayi.

Hartiningrum, I., & Fitriyah, N. 2019. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Provinsi Jawa

Timur Tahun 2012-2016. Jurnal Biometrika Dan Kependudukan,.

Kemenkes RI, 2017.Profil Kesehatan Indonesia 2016, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI & Usman A, 2012.Buku Ajar Neonatologi edisi

ke 1, Jakarta: IDAI

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2017.

Mitao, Modesta, Rune Philemon, Joseph Obure, Blandina T. Mmbaga, Sia Msyua &

Michael J. Mahande, 2016.Risk Factors and Adverse Perinatal Outcome Associated

30
with Low Birth Weight in Northtern Tanzania. Asian Pacific Journal of Reproduction.

telah diakses pada tanggal 28 oktober 2020

Manuaba, I. A. C, Manuaba, I. B. G. F, Manuaba, I. B. G, 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit

Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan, Jakarta:ECG.

Momeni, et al, 2017. Prevalence and Risk Factors of Low Birth Weight in the Southeast of

Iran, International Journal of Preventive Medicine .

Ngoma, et al 2016.Young Adolescent Girls are at High Risk for Adverse Pregnancy

Outcomes in Sub-Sahara Africa, British Medical Jurnal.

Nur Fadhylah Muhamad. 2019. Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian

BBLR.

Proverawati, & Ismawati. 2017. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha

Medika.

Prawiroharjo, 2010. Masalah Janin bayai baru lahir. Jakarta: PT. Bina Pustaka sarwono

Prawiroharjo

Rukmono P, 2013.Neonatologi Praktis. Bandar Lampung: AURA

Rohan, H & Siyoto, S, 2013.Buku Ajar Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta: Nuha Media.

Radis, Glover dalam tesis, 2012.Hubungan Persalinan Prematur dengan Hiperbilirubin Di

Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. Semarang, Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro. Thesis.

Sohibien, GDP dan Yuhan RJ.2019. Determinan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) di Indonesia.politekhnik statistika

31
SDKI, 2015.Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta

Notoatmodjo, S, 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

32

Anda mungkin juga menyukai