DOSEN PEMBIMBING
OLEH :
IMELDA GANEZA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada
kita semua. Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Alhamdulillah penulis telah
dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang merupakan tugas dari mata kuliah“ Residensi
Praktek Klinik ”.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing dr. Eny Yantri,
Sp.A (K) dan Hj. Erwani, SKM, M.Kes serta kepada semua pihak yang secara langsung atau
tidak langsung telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini, semoga Allah
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dimasa yang akan
datang. Semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi kita semua, Amin.
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) merupakan faktor yang berkontribusi terhadap
kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Bayi dengan berat badan < 2500 gram
beresiko 20 kali mengalami kematian jika dibanding dengan bayi yang lahir normal. Angka
kematiannya diperkirakan 35 kali lebih tinggi di banding pada bayi dengan berat badan lahir
lebih dari 2500 gram. Angka kejadian BBLR masih tinggi dan beresiko besar bayi
mengalami hipotermi yang berdampak pada kematian bayi sehingga perlu adanya
Hipotermi merupakan bayi dengan suhu badan dibawah normal. Suhu normal
pada bayi 36,5-37,5oC. Suhu bayi yang rendah mengakibatkan proses metabolik dan
fisiologi melambat. Bayi prematur ataupun bayi yang cukup bulan yang lahir dengan berat
badan rendah trauma dibawah 2000 gram, terancam kematian akibat hipotermi karena bayi
dengan berat lahir rendah rentan mengalami permasalahan pada peningkatan kehilangan
Menurut Proverawati & Ismawati (2017) masalah yang sering terjadi pada bayi
BBLR yaitu hipotermi, hipoglikemi dan masalah pemberian ASI karena hanya memiliki
sedikit lemak dalam tubuh bayi dan sistem pengaturan suhu tubuh belum matang serta
reflek hisap dan telan bayi masih lemah. Banyak resiko sering terjadi pada bayi dengan
BBLR karena permasalahan pada sistem tubuh, karena kondisi tubuh tidak stabil. Delapan
1
kali lebih besar peluang angka kejadian kematian perinatal pada bayi BBLR dibanding
BBLR yaitu standar yang baik untuk mengukur kesejahteraan dari suatu negara.
BBLR dianggap sebagai penyebab utama kematian bayi terutama pada bulan pertama
kehidupan, kematian bayi di dunia 40-60% disebabkan oleh BBLR (Nur Fadhylah
Muhamad, 2019).
WHO dan UNICEF, pada tahun 2013 sekitar 22 juta bayi dilahirkan di dunia,
dimana 16% diantaranya 2 lahir dengan Bayi Berat Lahir Rendah. Adapun persentase
BBLR dinegara berkembang adalah 16,5% dua kali lebih besar dari pada negara maju 7%.
Sedangkan hasil dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2017
menunjukan AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup,
dan AKABA 32 per 1.000 kelahiran hidup.Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan
sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor
risiko yang sangat berpengaruh terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal.
BBLR mempunyai dampak besar terhadap tumbuh kembang anak dimasa yang akan datang.
intelektual yang lebih rendah dari pada bayi yang berat lahirnya normal. Selain itu, bayi
BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya
sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Hartiningrum & Fitriyah, 2018).
Dampak dari terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir apabila tidak segera ditangani
2
anaerob, 2) kebutuhan oksigen yang meningkat, 3) metabolisme meningkat sehingga
Berdasarkan latar belakang di atas, maka salah satu yang perlu dilakukan dengan
memberikan asuhan kebidanan untuk mencapai kompetensi. Salah satu persyaratan dalam
kebidanan dalam pelayanan neonatal, oleh karena itu penulis memilih membuat laporan
kasus Berat Badan Lahir Rendah sebagai persyaratan pembelajaran residensi praktek klinik
ini.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada kasus ini
“bagaimana memberi asuhan kebidanan pada bayi berat badan lahir rendah”
1.3 Tujuan
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi berat badan lahir rendah sesuai
a. Mampu melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara subjektif dan objektif
3
b. Mampu menginterpretasikan data yang terkumpul baik dalam bentuk diagnosa
serta masalah dan kebutuhan terhadap bayi berat badan lahir rendah.
e. Mampu membuat rencana, pelaksanaan dan evaluasi asuhan kebidanan pada bayi
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BBLR didefiniikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai berat pada
saat lahir kurang dari 2500 gram dan di timbang sampai dengan 24 jam setelah kelahiran.
BBLR adalah masalah kesehatan masyarakat yang terkait dengan berbagai prediktor.
Informasi tentang berat lahir atau ukuran saat lahir adalah penting untuk rencana dan
Berat bayi yang kurang pada bayi baru lahir dapat dinilai sebagai keadaan kurang
gizi, konsumsi pangan ibu pada saat hamil kurang baik sehingga memungkinkan bayi yang
dilahirkan mempunyai berat badan yang rendah bahkan bisa sangat rendah (Suhardjo, 2010).
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat 1500 – 2499 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000 – 1499 gram.
c. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER) dengan berat lahir < 1000 gram.
5
a. Prematuritas Murni atau Sesuai Masa Kehamilan /SMK Bayi yang lahir dengan masa
kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan masa kehamilan. Kepala
relatif lebih besar dari badannya , kulit tipis transparan, lemak subkutan kurang, tangisnya
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya.
Tanda-tanda BBLR dibagi menjadi 2 yaitu tanda-tanda bayi pada kurang bulan
dan tanda-tanda bayi pada bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK).
Tanda-tanda bayi kurang bulan meliputi : kulit tipis dan mengkilap, tulang rawan telinga
sangat lunak karena belum terbentuk sempurna, lanugo masih banyak ditemukan
terutama pada bagian punggung, jaringan payudara belum terlihat, putting masih berupa
titik, pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora, pada laki-laki
skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun, garis telapak kaki kurang dari
1/3 bagian atau belum terbentuk, kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur,
aktifitas dan tangisnya lemah, serta reflek menghisapdan menelan tidak efektif/ lemah
6
Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan meliputi: umur bayi cukup, kurang atau
lebih bulan tetapi beratnya kurang dari 2.500 gram, gerakannya cukup aktif, tangisnya
cukup kuat, kulit keriput, lemak bawah kulit tipis, payudara dan putting sesuai masa
kehamilan, bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora, bayi
laki-laki testis mungkin telah turun, garis telapak kaki lebih dari 1/3 bagian, serta
Prevalensi berat bayi lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di
dunia dengan batasan 3,3- 38% dan lebih sering terjadi di negara berkembang atau sosial
ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan
1) Faktor obstetrik
a) Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan baik hidup maupun mati.
karena ibu belum pernah mengalami kehamilan sebelumnya, selain itu jalan lahir
baru akan dilalui janin. Sebaiknya risiko terjadinya BBLR pada ibu yang pernah
melahirkan anak empat kali atau lebih rahim akan menjadi semakin melemah
7
b) Pre-eklamsia
hipoksia yang berdampak pada pertumbuhan janin dan berujung pada kejadian
c). Riwayat obstetrik buruk Riwayat obstetrik buruk yaitu riwayat abortus, riwayat
persalinan prematur, riwayat BBLR, bayi lahir mati, riwayat persalinan dengan
2) Sosial demografi
a) Usia ibu
Usia ibu adalah waktu hidup ibu bersalin sejak lahir sampai hamil. Saat
terbaik untuk seorang wanita hamil adalah saat usia 20 – 35 tahun, karena pada
usia itu seorang wanita sudah mengalami kematangan organ-organ reproduksi dan
berisiko (35 tahun) dan tidak berisiko (20 – 35 tahun). Pada usia 35 tahun
timbulnya masalah kesehatan pada saat persalinan dan berisiko terjadinya BBLR
(Damelash, 2015).
8
Usia ibu merupakan faktor risiko pertama yang termasuk dalam Tujuh
Terlalu dan Tiga Pernah. Tujuh Terlalu adalah primi tua, primi tua sekunder, umur
>35 tahun, grande multi, anak terkecil transfusi, uri manual, tindakan pervaginam,
b) Gizi hamil
Status gizi selama kehamilan adalah salah satu faktor penting dalam
menentukan pertumbuhan janin. Status gizi ibu hamil akan berdampak pada berat
pertumbuhan bayi setelah kelahiran. Situasi status gizi ibu hamil sering
digambarkan melalui prevalensi anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK) pada
ibu hamil.
persalinan prematur atau BBLR. Selain itu, anemia akan meningkatan risiko
pendarahan selama persalinan dan membuat ibu lebih sulit melawan infeksi.
kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.
Dengan ditandai berat badan kuang dari 40 kg atau tampak kurus dan dengan
lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm. (Kemenkes RI, 2017).
keseimbangan zat gizi di dalam tubuh orang dewasa dengan tercapainya berat
badan yang normal, yaitu berat badan yang sesuai untuk tinggi badannya. IMT
9
yang normal adalah 18,5 – 25,0 kg/m2. Pada perempuan dengan IMT rata-rata atau
hambatan pertumbuhan janin sehingga terjadi BBLR. Hal ini terjadi akibat
d) Status sosial ekonomi Keluarga bayi dengan status ekonomi rendah dan tinggal di
keluarga status ekonomi tinggi dan tinggal di perkotaan. Keluarga bayi dengan
status ekonomi rendah mempunyai risiko BBLR sebesar 1,33 kali dibandingkan
e) Status pernikahan
Remaja yang hamil di luar nikah menghadapi berbagai masalah psikologis yaitu
rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilan sehingga terjadi
BBLR. Ibu dengan kehamilan di luar nikah berpeluang 1,8 kali berisiko memiliki
f) Pendidikan
10
gangguan sedini mungkin bagi ibu dan janinnya termasuk mencegah kejadian
dalam konteks kesehatan, dimana tingkat pendidikan yang rendah dapat membatasi
a) Gangguan metabolisme
Salah satu penyakit gangguan metabolisme yang sering dialami oleh ibu
hamil yaitu diabetes mellitus (DM). Pada ibu yang mengalami diabetes meliitus,
akan bocor keluar ke urin. Seiring dengan memburuknya fungsi ginjal, kebocoran
protein akan menimbulkan retensi cairan dan ginjal makin tidak efisien dalam
faktor komplikasi yang sering terjadi jika ibu hamil sudah mengalami fungsi ginjal
yang buruk.
b) Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolic ≥140/90 mmHg. Pada ibu
hipertensi akan mengakibatkan aliran darah uterus dan lesi vascular terjadi di dasar
ruang koriodesidua akan mengurangi jumlah oksigen yang berdifusi melalui sel
11
Akibatnya, jaringan plasenta di iskemik, terjadi thrombosis kapiler vili korionik
dan infark, yang mengakibakan retriksi pertumbuhan janin. Aliran hormon juga
c) Infeksi dan lingkungan Kehamilan sering terjadi bersamaan dengan infeksi yang
prematuritas, gangguan pertumbuhan janin antara lain infeksi malaria dan rubella/
d) Faktor ayah
Faktor ayah yang mempengaruhi terjadinya BBLR adalah tinggi badan dan berat
e) Kebiasaan Risiko BBLR terjadi pada ibu yang mmpunyai kebiasaan merokok,
meminum minuman yang mengandung alkohol, pecandu obat jenis narkotika, dan
peningkatan risiko melahirkan kecil masa kehamilan atau berat bayi lahir.
4) Karakteristik BBL
a) Jenis kelamin BBL Bayi perempuan lebih berisiko untuk mengalami BBLR
daripada bayi laki-laki. Hal ini karena grafik petumbuhan janin perempuan lebih
12
lambat dari janin laki-laki sehingga pada usia kehamilan yang sama, janin
struktur organ janin sejak saat pembuahan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan
congenetal umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil untuk masa
parah malformasi, semakin rentan menjadi kecil masa kehamilan. Hal ini terbukti
c) Kehamilan Gemelli Berat badan bayi pada kehamilan gemelli lebih ringan daripada
berat badan bayi kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Berat badan
bayi pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada bayi
sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi partus prematurus. Kebutuhan
ibu akan zat makanan pada kehamilan ganda bertambah yang dapat menyebabkan
anemia dan penyakit defisiensi lain, sehingga bayi lahir kecil. (Rohan, 2013).
d) Komplikasi BBLR
Asfiksia
kurang dari 2), Pertumbuhan dan pengembangan yang belum sempurna, otot
13
pernafasan yang masih lemah, dan tulang iga yang mudah melengkung atau pliable
Hal tersebut dikarenakan ukuran tubuh BBLR yang kecil, kurang energi, lemah,
lambungnya kecil, dan tidak dapat menghisap dengan kuat. (Momeni, 2017).
kadar bilirubin pada tubuh. Hal tersebut dapat ditemukan dalam keadaan dimana
terjadi peningkatan penghancuran sel darah merah (eritrosit) yang berkisar 80-90
hari, dan kadar zat besi yang tinggi dalam eritrosit. (Radis, Glover, 2012).
dalam uterus. Selain itu, mekonuim akan dilepaskan ke dalam likour amnion
seperti yang sering terjadi pada “subacute fetal distress”. Akibatnya, cairan yang
mengandung mekonium yang lengket itu masuk ke dalam paru janin karena
inhalasi. Pada saat lahir bayi akan menderita gangguan pernafasan yang sangat
Hal ini karena surfaktan paru belum cukup sehingga alveoli selalu kolaps. Sesudah
bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga
selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggal pada pernafasan berikutnya. Akibat
hal iniakan tampak dispnu yang berat, retraksi egigastrium, sianosis, dan pada paru
14
terjadi atelektasis dan akhirnya terjadi aksudasi fibrin dan lain-lain serta terbentuk
Hipoglikemia simtomatik
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi laki-laki.Penyebabnya belum jelas, tetapi
mungkin sekali disebabkan persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
No. RM : 85.30.07
Ruangan : Perinatologi
I. PENGKAJIAN DATA
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas / Biodata
Umur : 0 hari
16
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alama
Nama ibu : Ny. D Nama suami : Tn.A
t
Umur ibu : 22 th Umur suami : 25 th
17
Hipertensi : Tidak ada
4. Riwayat kesehatan
Kelahiran : Tunggal
BB : 2300 gram
PB : 45 cm
Anus :+
Riwayat Persalinan
18
7) Keadaan ketuban : hijau kental
Miksi : belum
Mekonium : Ada
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
b. TTV
2. Antropometri
Panjang Badan : 45 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 29 cm
Lingkar perut : 27 cm
19
3. PemeriksaanFisik
Lingkar kepala : 32 cm
b. Mata
Bentuk : Simetris
c. Hidung
Bentuk : Normal
Sekat : Ada
d. Mulut
e. Telinga
Bentuk : Normal
Simetris : Iya
20
Secret : Tidak ada
g. Dada
Bentuk : Simetris
h. Abdomen
Jumlah : Lengkap
n. Reflek
21
Reflek rooting : (+)
4. Pemeriksaan laboratorium
GDR : 98 mg/dl
Diagnosa : Bayi Ny. D Neonatus dengan berat badan lahir rendah usia 0 hari dan
keadaan aktif.
Data dasar : Riwayat persalinan secara pervaginam dengan usia kehamilan 41-42 mg
Data Objektif :
Hipothermi
Infeksi
22
IV. KEBUTUHAN DAN TIDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemeriksaan darah & terapi
Rawat perinatologi
Cek GDR
Inj vit K
HB uniject
Salep mata
V. PLANNING
1. Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
bayinya.
VI. IMPLEMENTASI
1. Menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum bayi
baik, TTV normal (HR : 130 x/i, RR : 40 x/i, S : 36,90C), berat badan 2300 gr
23
3. Menjaga kehangatan bayi, bayi diletakkan didalam inkubator dengan suhu 33 0C, setiap
bayi BAB, BAK atau kain alas basah maka segera diganti dengan pakaian yg bersih dan
kering.
5. Pemenuhan cairan bayi tetap dilanjutkan dengan memberikan ASI secara on demand
6. Mengingatkan kembali kepada ibu cara pencegahan infeksi pada bayi dengan mencuci
7. Mencegah penularan infeksi pada bayi dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi
8. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang asuhan dan terapi lanjutan
VII. EVALUASI
3. Bayi telah diletakan didalam inkubator dan setiap kali bayi basah (pampers penuh atau
7. Sudah melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
24
- Terapi sedang berjalan
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 22-09-2020
-Gerak aktif
-A/S 8/9
-Ekstremitas kebiruan
-Ketuban hijau
- UUB datar
25
- O2 1 L/M (k/p)
Tanggal 22-09-2018
-Gerak aktif
- ketuban hijau
O : - menangis (+)
- sesak (-)
A : - Resiko infeksi
P : - IVFD D 10 % : 7 cc/jam
- O2 1 L/I (K/P)
26
-ASI On demand
Tanggal 22-09-2020
S :-
O : -menangis (+)
- BAB (+)
- Muntah (-)
A : - Resiko infeksi
P : - monitor V/S
- incubator 32 oC
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis berusaha menggambarkan kasus yang terjadi pada kasus
masuk ruang rawat perinatology RSUD Arosuka Solok dengan diagnosa BBLR. Pada data
sekunder yang di dapat dari rekam medis RSUD Arosuka Solok By. Ny D lahir tanggal 22
September 2020 cukup bulan dan berat lahir 2300 gr, lahir pervaginam di RSUD Arosuka
Solok
Pada hari pertama yakni tanggal 22 september 2020, By.Ny D terlihat dalam
keadaan aktif. Pada pemeriksaan head to toe semuanya dalam batas normal, pada
penimbangan berat badan By. Ny D didapati BB 2300 gram sehingga ditegakkan diagnosa
By.Ny D BBLR, Diagnosa potensial yang dapat terjadi adalah hipotermi dan infeksi.
Menyikapi hal tersebut dilakukan tindakan segera berkolaborasi dengan dokter spesialis
anak untuk melakukan asuhan kebidanan berupa merawat bayi dalam incubator, memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi, menjaga personal hygiene bayi untuk pencegahan infeksi dan terapi
yang akan dilakukan. Bayi selalu dipantau hingga kondisi stabil. Pemantauan tanggal 22
september 2020, By.Ny D masih dalam keadaan umum aktif, belum terjadi peningkatan
berat badan sehingga asupan nutrisi yang didapatkannya harus diperhatikan lagi. Proses
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
By.Ny D usia 0 hari BBLR di ruang rawatan perinatologi RSUD Arosuka Solok.
By. Ny D lahir tanggal 22 September 2020 cukup bulan dan berat lahir 2300 gr, lahir
pervaginam di RSUD Arosuka Solok. Pada hari pertama yakni tanggal 22 september 2020,
By.Ny D terlihat dalam keadaan aktif. Pada pemeriksaan head to toe semuanya dalam batas
normal, pada penimbangan berat badan By. Ny D didapati BB 2300 gram sehingga
masih dalam keadaan umum aktif, belum terjadi peningkatan berat badan sehingga asupan
5.2 Saran
menganalisa kasus-kasus yang ada di lapangan terhadap bayi baru lahir sehingga dapat
mendeteksi dini komplikasi-komplikasi yang akan terjadi pada bayi baru lahir.
29
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F.G, Leveno, K.J, Bloom, S.L, Hauth, J.C, Gilstrap III LC & Wenstrom KD,
Damelash, Habtamu, Achenif Motbainor, Debare Nigatu, Ketema Gashaw & Addissu
Melese, 2015, Risk Factors For Low Birth Weight in Bale Zone Hospitals, South-East
Fridely, P.V.2017. Pentingnya Melakukan Pengukuran Suhu Pada Bayi Baru Lahir Untuk
Hidayatus & Sri, 2015.Analisis Risiko Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) pada
Hartiningrum, I., & Fitriyah, N. 2019. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Provinsi Jawa
Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI & Usman A, 2012.Buku Ajar Neonatologi edisi
ke 1, Jakarta: IDAI
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2017.
Mitao, Modesta, Rune Philemon, Joseph Obure, Blandina T. Mmbaga, Sia Msyua &
30
with Low Birth Weight in Northtern Tanzania. Asian Pacific Journal of Reproduction.
Momeni, et al, 2017. Prevalence and Risk Factors of Low Birth Weight in the Southeast of
Ngoma, et al 2016.Young Adolescent Girls are at High Risk for Adverse Pregnancy
Nur Fadhylah Muhamad. 2019. Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
BBLR.
Proverawati, & Ismawati. 2017. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha
Medika.
Prawiroharjo, 2010. Masalah Janin bayai baru lahir. Jakarta: PT. Bina Pustaka sarwono
Prawiroharjo
Rohan, H & Siyoto, S, 2013.Buku Ajar Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta: Nuha Media.
Diponegoro. Thesis.
Sohibien, GDP dan Yuhan RJ.2019. Determinan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah
31
SDKI, 2015.Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta
32