Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PEDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah diartikan sebagai bayi lahir dengan
berat kurang dari 2500gram. BBLR merupakan predictor tertinggi angka
kematian bayi. Terutama satu bulan pertama kehidupan (Kemenkes RI,2015) .
BBLR memiliki resiko kematian 20 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan
berat badan normal. Lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia lahir dengan BBLR
dan 95,6% bayi BBLR lahir di negara yang sedang berkembang. Data riskesdas
2013 menunjukkan bahwa prevalensi BBLR di Indonesia sebesar 10,2%. Di
Sumatera Barat pada tahun 2015, jumlah kelahiran dengan BBLR sebanyak
1.376 kasus dari 58.529 kelahiran hidup (2,35%). Kota Padang merupakan
daerah tertinggi kasus BBLR. Pada tahun 2013 kejadian BBLR sebesar 0,9%.
Pada tahun 2014 meningkat menjadi 1,7%. Pada tahun 2015 menjadi 2,17% dan
mengalami perununan menjadi 2,1% pada tahun 2017.Dalam 2 bulan terakhir
RS.dr. Rasidin Padang mencatat jumlah BBLR pada bulan juni sebanyak 6 bayi
dan pada bulan juli sebanyak 7 bayi.
BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (Prematuritas), dan
IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) yang dalam bahasa Indonesia disebut
Pertumbuhan Janin Terhambat. Kedua penyebab ini dipengaruhi faktor resiko,
seperti factor ibu, plasenta, janin dan lingkungan. Faktor resiko tersebut
menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama masa
kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah umumnya mengalami proses
hidup jangka panjang yang kurang baik. Apabila tidak meninggal pada awal
kelahiran, bayi BBLR memiliki resiko tunbuh dan berkembang lebih lambat
dengan berat badan lahir normal.
Bayi dengan BBLR akan memiliki masalah dalam jangka pendek
maupun jangka panjang .Bayi dengan BBLR akan memiliki masalah dalam
jangka pendek seperti : gangguan metabolik,angguan imunitas,gangguan
pernafasan,gangguan cairan dan elektrolit ( gangguan eliminasi,distensi
abdomen,gangguan pencernaan,dan gangguan elektrolit).Bayi dengan BBLR

1
akan memiliki masalah daam jangka panjang antara lain : masaah psikis dan
fisik.
Masalah psikis pada BBLR salah satunya adalah gangguan
perkembangan dan pertumbuhan yang akan mempengaruhi status gizi pada
masa anak-anak maupun dewasa.Bayi dengan BBLR akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang lambat sehingga memiliki risiko
kekurangan gizi yang menyebaban bayi kurang gizi,pendek maupun
kurus.Selain itu bayi dengan BBLR juga lebih rentan terkena infeksi yang
berdampak serius terhadap kualitas generasi masa mendatang.
Setiap bayi lahir dengan kemungkinan BBLR perlu mendapatkan
antibiotik profilaksis sehingga memperkecil terjadinya sepsis atau meningitis.
Disamping gejala umum tersebut , pada meningitis padat dijumpai kejang,
fontanela menonjol, kejang , kaku, bahkan terjadi ikterus. Bila terjadi seperti
demikian , bidan segera melakukan rujukan medis ke dokter spesialis anak
untuk mendapat pengobatan yang cepat dan tepat.
Berdasarkan tingginya angka kelahiran BBLR, maka penulis tertarik
mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada
By.Ny”R” di Ruang Perinatologi di RSUD dr.Rasidin Kota Padang”.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka perumusan masalah dalam
penyusunan kasus ini adalah “Bagaimana Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Pada
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah di RSUD dr.Rasidin Kota Padang
dengan menggunakan manajemen kebidanan dengan pendokumentasian
SOAP”

1.3.Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data subjektif pada bayi baru
lahir By.Ny “R” dengan berat badan lahir rendah.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data objektif pada bayi baru
lahir By.Ny “R” dengan berat badan lahir rendah.

2
3. Mahasiswa mampu melakukan assesment pada bayi baru lahir By.Ny “R”
dengan berat badan lahir rendah.
4. Mahasiswa mampu memberikan perencanaan asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir By.Ny “R” dengan berat badan lahir rendah.
5. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
pada By.Ny “R” dengan berat badan lahir rendah menggunakan
pendokumentasian SOAP.

1.4.Manfaat Studi Kasus


1. Bagi penulis
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang asuhan kebidanan
pada bayi dengan berat badan lahir rendah.

2. Bagi Institusi
a. Rumah sakit
Hasil dari studi asus diharapkan dapat lebih meningkatkan mutu
pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan
berat badan lahir rendah.
b. Pendidikan
Sebagai referensi atau sumber bacaan yang berkaitan dengan asuhan
kebidanan pada bayi dengan berat badan lahir rendah.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bayi Berat Lahir Rendah


Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang saat lahir
beratnya kurang dari 2500 gram (Saifuddin, 2001). Berat saat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Acuan lain dalam pengukuran BBLR
juga terdapat pada Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) gizi. Menurut
Depkes, dalam pedoman tersebut BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang
dari 2500 gram diukur pada saat lahir atau sampai hari ke tujuh setelah lahir (Putra,
2012).
BBLR dapat dikelompokkan sesuai dengan penyebab dan derajatnya.
Pengelompokan BBLR berhubungan prognosis harapan hidup, kemungkinan
kesakitan, penatalaksanaan selanjutnya dan sangat berhubungan pula dengan
pertumbuhan serta perkembangan bayi tersebut di masa depan. Tahun 1961 WHO
mengubah istilah bayi prematur (premature baby) menjadi bayi berat badan lahir
rendah dan sekaligus mengubah kriteria BBLR yang sebelumnya ≤2500 gram
menjadi 1500 gram (Fanaroff et al., 2007).
Jadi dapat apat disimpulkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah
bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu.
Menurut Fortney dan Whitehorne, untuk mengidentifikasi ibu – ibu hamil
yang akan melahirkan BBLR sangat sulit karena hasil kehamilan ditentukan oleh
banyak faktor yang saling berinteraksi, yang kesemuanya memberikan andil
terhadap hasil kehamilan. Identifikasi dengan menggunakan peralatan yang lengkap
sekalipun hanya dapat diprediksi sebesar 65% ibu – ibu hamil yang benar – benar
melahirkan BBLR (Amalia et al., 2012).
Bayi BBLR dapat berakibat jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak
di masa yang akan datang. Dampak dari bayi lahir dengan berat badan rendah ini
adalah pertumbuhannya akan lambat, kecenderungan memiliki penampilan
intelektual yang lebih rendah daripada bayi yang berat lahirnya normal. Bayi BBLR
dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang

4
selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Little et al.,
2011).
Perkembangan saraf pada bayi lahir prematur telah menerima perhatian
yang dalam dekade terakhir. Beberapa penelitian kohort longitudinal melaporkan
bahwa bayi prematur berada pada risiko yang lebih tinggi dari cacat jangka panjang
dan gangguan kognitif dibandingkan bayi cukup bulan. Banyak faktor yang
termasuk strategi makan dapat mempengaruhi perkembangan dan fungsi otak
(Mercier et al., 2010; Larroque et al., 2008; Marlow et al., 2005).
Faktor – faktor resiko yang mempengaruhi terhadap kejadian BBLR, antara
lain adalah karakteristik sosial demografi ibu (umur kurang dari 20 tahun dan umur
lebih dari 34 tahun, ras kulit hitam, status sosial ekonomi yang kurang, status
perkawinan yang tidah sah, tingkat pendidikan yang rendah). Risiko medis ibu
sebelum hamil juga berperan terhadap kejadian BBLR (paritas, berat badan dan
tinggi badan, pernah melahirkan BBLR, jarak kelahiran). Status kesehatan
reproduksi ibu berisiko terhadap BBLR (status gizi ibu, infeksi dan penyakit selama
kehamilan, riwayat kehamilan dan komplikasi kehamilan). Status pelayanan
antenatal (frekuensi dan kualitas pelayanan antenatal, tenaga kesehatan tempat
periksa hamil, umur kandungan saat pertama kali pemeriksaan kehamilan) juga
dapat beresiko untuk melahirkan BBLR (Little et al., 2011; Prabamurti et al., 2008).
Menurut Manuaba, berdasarkan penyebabnya, BBLR dibedakan menjadi 2
yaitu: BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 38 minggu) yang
dikenal dengan BBLR sesuai masa kehamilan, dan BBLR karena Intra Uterine
Growth Retardation (IUGR) atau dikenal dengan istilah kecil masa kehamilan.
Kedua jenis pembagian tersebut sangat penting diketahui karena akan berpengaruh
terhadap ketahanan dan probabilitas pencapaian berat normal. Contohnya
perbedaan derajat, semakin parah atau semakin rendah berat lahirnya maka
ketahanan dan kemungkinan untuk mencapai berat normal akan semakin rendah
ataupun kalo berhasil mencapai berat normal maka waktu yang diperlukan akan
semakin panjang (Prabamurti et al., 2008).

2.1.1 Klasifikasi BBLR

5
a. Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR (Mitayani, 2009) :
1) Prematuritas murni
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu
dan berat badan sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonates
kurang bulan sesuai dengan masa kehamilan.
2) Baby small for gestational age (SGA)
Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA
terdiri dari tiga jenis.
a) Simetris (intrauterus for gestational age)
Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka
waktu yang lama.
b) Asimetris (intrauterus growth retardation)
Terjadi defisit pada fase akhir kehamilan.
c) Dismaturitas
Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk
masa gestasi, dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauteri, serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.
b. Pengelompokan BBLR menurut ukuran (Wong, 2008) :
1) Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang berat
badannya kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi.
2) Bayi berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) merupakan bayi yang
berat badannya kurang dari 1000 gram.
3) Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLRR) merupakan bayi yang
berat badannya kurang dari 1500 gram.
4) Bayi berat badan lahir moderat (BBLM) merupakan bayi yang berat
badannya 1501 sampai 2500 gram.
5) Bayi berat badan sesuai usia gestasinya merupakan bayi yang berat
badannya antara persentil ke-10 sampai ke-90 pada kurva pertumbuhan
intrauterin.
6) Berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya
merupakan bayi yang laju pertumbuhan

6
intrauterinnya lambat dan yang berat badan lahirnya kurang dari
persentil ke-10 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
7) Retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) ditemukan pada bayi yang
pertumbuhan intrauterinnya mengalami retardasi (terkadang digunakan
istilah pengganti yang lebih deskritif untuk bayi kecil untuk usia
gestasinya).
8) Bayi besar untuk usia gestasinya merupakan bayi yang berat badan
lahirnya diatas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
2.2 Etiologi BBLR

Etiologi atau penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010):


a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia <
20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan.

b. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.

7
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah
dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
2.3 Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan
(BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500
gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu
dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan
suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal,
tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil
maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari
pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi
kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas
yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme
besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia
gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat
bawaan, dan BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan
melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar (Nelson, 2010).

8
2.4 Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir
rendah (Mitayani, 2009):
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur
dan sering mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan
belum sempurna.
2.5 Masalah yang dapat terjadi pada BBLR
Masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ
pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan
pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi,
gastrointerstinal, ginjal, termoregulasi (Maryunani, dkk,
2009).
a. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas
segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit,
kekurangan surfaktan (zat di dalam paru dan yang diproduksi dalam paru
serta melapisi bagian alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada saat
ekspirasi).
Luman sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas,
insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, dan pembuluh darah paru yang
imatur. Kondisi inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas dan
sering mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).

b. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)

9
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan
saraf pusat. Kondisi ini disebabkan antara lain: perdarahan intracranial
karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses
koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat yang
terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat
(SSP), yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan kekurangan
perfusi.
c. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan janin,
yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intrauterine
kehidupan ekstrauterine berupa keterlambatan penutupan ductus arteriosus.
d. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti bayi
yang cukup bulan, kondisi ini disebabkan karena tidak adanya koordinasi
mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33– 34 minggu sehingga
kurangnya cadangan nutrisi seperti kurang dapat menyerap lemak dan
mencerna protein.
e. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil,
yang disebabkan antara lain:
 Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan
berat badan lebih besar (permukaan tubuh
bayi relatif luas).
 Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat).
 Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
 Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
f. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi
bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain
adalah:
 Usia sel darah merahnya lebih pendek.
 Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh.

10
 Hemolisis dan berkurangny darah akibat dari pemeriksaan
laboratorium yang sering.
g. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas,
sering kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi.
h. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya,
di mana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk
menggelola air, elektrolit, asam – basa, tidak mampu mengeluarkan hasil
metabolisme dan obat – obatan dengan memadai serta tidak mampu
memekatkan urin.
i. Sistem Integument
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan
transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
j. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP)
yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah
(Mitayani, 2009) :
a. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi
baru lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-
paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas
pada bayi).

b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang
rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40
mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah ,terutama pada bayi laki-laki.

11
c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan
belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi
mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga
dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir.
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva,
mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
2.7 Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009) :
a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12-24gr/dL), Ht
(normal: 33 -38% ) mungkin dibutuhkan.
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres
pernafasan bila ada. Rentang nilai normal:
1) pH : 7,35-7,45
2) TCO2 : 23-27 mmol/L
3) PCO2 : 35-45 mmHg
4) PO2 : 80-100 mmHg
5) Saturasi O2 : 95 % atau lebih
d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.

Bilirubin normal:
1) bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
2) bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
f. Urinalisis: mengkaji homeostatis.

12
g. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter): Trombositopenia
mungkin menyertai sepsis.
h. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau
komplikasi.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu dengan
menerapkan beberapa metode Developemntal care yaitu :
a. Pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada
kesehatan dan perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu mengeluarkan
energi untuk mengatasi usaha bernafas, makan atau mengatur suhu tubuh
dapat menggunakan energi ini untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi kebanyakan bayi
preterm dan BBLR yang dapat menghasilkan oksigenasi yang lebih baik,
lebih menoleransi makanan, dan pola tidur istirahatnya lebih teratur. Bayi
memperlihatkan aktifitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila
diposisikan telungkup. Akan tetapi ada yang lebih menyukai postur
berbaring miring fleksi. Posisi telentang lama bagi bayi preterm dan BBLR
tidak disukai, karena tampaknya mereka kehilangan keseimbangan saat
telentang dan menggunakan energi vital sebagai usaha untuk mencapai
keseimbangan dengan mengubah postur.
Posisi telentang jangka lama bayi preterm dan BBLR dapat
mengakibatkan abduksi pelvis lebar (posisi kaki katak), retraksi dan abduksi
bahu, peningkatan ekstensi leher dan peningkatan ekstensi batang tubuh
dengan leher dan punggung melengkung. Sehingga pada bayi yang sehat
posisi tidurnya tidak boleh posisi telungkup (Wong, 2008).

b. Minimal handling
1) Dukungan Respirasi
Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen dan bantuan
ventilasi, hal ini bertujuan agar bayi BBLR dapat mencapai dan

13
mempertahankan respirasi. Bayi dengan penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi. Terapi oksigen diberikan
berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.
2) Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalah pemberian
kehangatan eksternal setelah tercapainya respirasi. Bayi BBLR
memiliki masa otot yang lebih kecil dan deposit lemak cokelat lebih
sedikit untuk menghasilkan panas, kekurangan isolasi jaringan lemak
subkutan, dan control reflek yang buruk pada kapiler kulitnya. Pada saat
bayi BBLR lahir mereka harus segera ditempatkan dilingkungan yang
dipanaskan hal ini untuk mencegah atau menunda terjadinya efek stres
dingin.
3) Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada bayi BBLR untuk mencegah
terkena penyakit. Lingkungan perilindungan dalam inkubator yang
secara teratur dibersihkan dan diganti merupakan isolasi yang efektif
terhadap agens infeksi yang ditularkan melalui udara. Sumber infeksi
meningkat secara langsung berhubungan dengan jumlah personel dan
peralatan yang berkontak langsung dengan bayi.
4) Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting
pada bayi preterm, karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi
(70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal
ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik
diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang
sempurna, sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan
cairan.
5) Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR,
tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka

14
karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum
sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi
ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui
parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Kebutuhan bayi untuk tumbuh cepat dan pemeliharaan harian harus
dipenuhi dalam keadaan adanya banyak kekurangan anatomi dan
fisiologis. Meskipun beberapa aktivitas menghisap dan menelan sudah
ada sejak sebelu lahir, namun koordinasi mekanisme ini belum terjadi
sampai kurang lebih 32 sampai 34 minggu usia gestasi, dan belum
sepenuhnya sinkron dalam 36 sampai 37 minggu.
Pemberian makan bayi awal ( dengan syarat bayi stabil secara
medis) dapat menurunkan insidens faktor komplikasi seperti
hipoglikemia, dehidrasi, derajat hiperbilirubinemia bayi
BBLR dan preterm yang terganggu memerlukan metode alternatif,
air steril dapat diberikan terlebih dahulu. Jumlah yang diberikan
terutama ditentukan oleh pertambahan berat badan bayi BBLR dan
toleransi terhadap pemberian makan sebelum dan ditingkatkan sedikit
demi sedikit sampai asupan kalori yang memuaskan dapat tercapai.
Bayi BBLR dan preterm menuntut waktu yang lebih lama dan
kesabaran dalam memberikan makan dibandingkan pada bayi cukup
bulan, dan mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha
pemberian makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi
kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan.

c. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)


1) Definisi dan manfaat perawatan metode kanguru
Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu alternatif
cara perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk merawat bayi BBLR.
Dengan PMK, ibu dapat menghangatkan bayinya agar tidak kedinginan
yang membuat bayi BBLR mengalami bahaya dan dapat mengancam

15
hidupnya, hal ini dikarenakan pada bayi BBLR belum dapat mengatur
suhu tubuhnya karena sedikitnya lapisan lemak dibawah kulitnya.
PMK dapat memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada bayi BBLR
tetap normal, hal ini dapat mencegah terjadinya hipotermi karena tubuh
ibu dapat memberikan kehangatan secara langsung kepada bayinya
melalui kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi, ini juga dapat berfungsi
sebagai pengganti dari inkubator.
PMK dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian makanan yang
sesuai untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki pengaruh positif
terhadap peningkatan perkembangan kognitif bayi, dan mempererat
ikatan antara ibu dan bayi, serta ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi
(Perinansia, 2008).
2) Teknik menerapkan PMK pada bayi BBLR Beberapa teknik yang dapat
dilakukan pada bayi BBLR (Perinansia, 2008).
a) Bayi diletakkan tegak lurus di dada ibu sehingga kulit bayi menempel
pada kulit ibu.
b) Sebelumnya cuci tangan dahulu sebelum memegang bayi.
c) Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan dibelakang leher sampai
punggung bayi.
d) Sebaiknya tidak memakai kutang atau beha (perempuan) atau kaos
dalam (laki-laki) selama PMK.

Gambar 2.1 posisi bayi dalam gendongan PMK


e) Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari lainnya,
agar kepala bayi tidak tertekuk dan tidak menutupi saluran napas
ketika bayi berada pada posisi tegak.
f) Tempatkan bayi dibawah bokong, kemudian lekatkan antara kulit
dada ibu dan bayi seluas-luasnya.

16
g) Pertahankan posisi bayi dengan kain gendongan, sebaiknya ibu
memakai baju yang longgar dan berkancing depan.

Gambar 2.2 perawatan metode kanguru


h) Kepala bayi sedikit tengadah supaya bayi dapat bernapas dengan baik.
i) Sebaiknya bayi tidak memakai baju, bayi memakai topi hangat,
memakai popok dan memakai kaus kaki.
j) Selama perpisahan antara ibu dan bayi, anggota keluarga (ayah nenek,
dll), dapat juga menolong melakukan kontak kulit langsung ibu
dengan bayi dalam posisi kanguru.

Gambar 2.3 mengeluarkan bayi dari baju kanguru

Gambar 2.4 menyusui dalam PMK

Gambar 2.5 ayah dapat bergantian dengan ibu dalam PMK


PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu
mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator

17
dengan durasi minimal satu jam secara terus-menerus dalam satu hari atau
disebut PMK intermiten. Sedangkan PMK yang diberikan sepanjang
waktu yang dapat dilakukan di unit rawat gabung atau ruangan yang
dipergunakan untuk perawatan metode kanguru disebut PMK kontinu.
d. Perawatan pada inkubator
Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu lingkungan
yang optimal, sehingga dapat memberikan suhu yang normal dan dapat
mempertahankan suhu tubuh. Pada umumnya terdapat dua macam
inkubator yaitu inkubator tertutup dan inkubator terbuka (Hidayat, 2005).
1) Perawatan bayi dalam inkubator tertutup
a) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam
keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila membuka inkubator
usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu
disediakan.
b) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan
melalui hidung.
c) Bayi harus dalam keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk
memudahkan observasi.
d) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi
tubuh.
e) Pengaturan oksigen selalu diobservasi.
f) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira
dengan suhu 27 derajat celcius.
2) Perawatan bayi dalam inkubator terbuka
a) Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat
pemberian perawatan pada bayi.
b) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan
suhu normal dan kehangatan.
c) Membungkus dengan selimut hangat.
d) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk
mencegah aliran udara.

18
e) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui
kepala.
f) Pengaturuan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai
dengan ketentuan.
2.9 Kerangka Teori
Tatalaksanana BBLR saat lahir yaitu harus mendapat Pelayanan Neonatal
Esensial yang terdiri atas: 1. Persalinan yang bersih dan aman; 2. Stabilisasi suhu;
3. Inisiasi pernapasan spontan; 4. Pemberian ASI dini dan eksklusif; 5. Pencegahan
infeksi dan pemberian imunisasi. Perawatan BBLR setelah lahir adalah sebagai
berikut: 1. Tanyakan tanggal perkiraan kelahiran atau umur kehamilan; 2. Timbang
berat bayi (dalam keadaan telanjang) dan bernapas baik; 3. Lakukan pemeriksaan
fisik; 4. Jaga bayi tetap hangat; 5. Mendorong ibu untuk meneteki atau memerah
kolostrum; 6. Periksa tanda vital setiap 30- 60 menit selama 6 jam; 7. Jika suhu
aksila turun di bawah 36,5oC, anjurkan ibu untuk melakukan perawatan metode
kanguru kontinyu (Amalia et al., 2012).
Masa neonatus pemberian nutrisi BBLR merupakan kebutuhan paling besar
dibandingkan kebutuhan pada masa manapun dalam kehidupan; untuk mencapai
tumbuh kembang optimal. BBLR yang direfleksikan per kilogram berat badan
hampir dua kali lipat bayi cukup bulan, sehingga BBLR membutuhkan dukungan
nutrisi khusus dan optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bayi BBLR
dengan berat lahir kurang dari 1500 g, memerlukan nutrisi parenteral segera
sesudah lahir (Nasar, 2004).
Parameter yang digunakan dalam penilaian pertumbuhan fisik berupa ukuran
antropometri antara lain berat badan. Penilaian perkembangan anak dapat dilakukan
dengan menggunakan instrumen khusus (Rosidi & Syamsianah, 2012).

19
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Teknik yang dilakukan untuk
mengumpulkan data pada saat pengkajian adalah: anamnesa atau
wawancara dilakukan untuk mendapatkan data subjektif tentang keadaan
kesehatan klien.
Data subjektif merupakan keluhan yang dirasakan atau dialami klien
berhubungan dengan kondisi kesehatannya (Maritalia, D, 2014:113-114).
A. Anamnesa dan riwayat kesehatan klien:

20
Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), lahir dari bayi yang berat
badannya kurang dari 1500-1000 gram dan ada beberapa penyebab bayi
berat lahir sangat rendah, yaitu saat hamil ibu mengalami perdarahan
pada usia kehamilan 20-21 minggu akibat aktivitas yang berlebihan ibu
pernah mengalami riwayat BBLR saat hamil anak ke-3 nya.
B. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan:
Keadaan umum klien, tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik
dilakukan secara inspeksi, palpasi dan dilakukan pemeriksaan
penunjang bila perlu. Berdasarkan Teori bayi berat lahir sangat rendah
mempunyai tanda-tanda vital: pernapasan sekitar 45 sampai 50 denyut
per menit (pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas),
frekuensi nadi 100 sampai 140 denyut per menit, dan suhu dibawah 36,5
o
C.
Pengukuran antropometri: berat badan kurang dari 1500-1000
gram,panjang kurang dari 45 cm,lingkaran dada kurang dari 30
cm,lingkaran kepala kurang dari 33 cm,dan LILA kurang dari 9,5 cm.
Kepala: relatif lebih besar, tidak mampu tegak dan tulang tengkorak
lunak mudah bergerak.Kulit: kulit tipis transparan, rambut lanugo
banyak, dan lemak kulit kurang.
Genetalia bayi laki-laki: skrotum yang belum berkembang sempurna
dengan ruga yang kecil, testis tidak turun kedalam skrotum.
Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus dan kuku
jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari. Refleks menelan dan
menghisap yang lemah, menangis lemah dan otot hipotonik lemah.
Sementara pada hasil pemeriksaan pada bayi Ny. “R” didapatkan
hasil pemeriksaan : berat badan 1000 gram,panjang badan 35,5
cm,lingkar kepala 24 cm,lingkar dada 22,5 cm,lila 6 cm.Kepala sesuai
dengan proporsi tubuh,tidak mampu tegak dan tulang tengkorak
lunak.Kulit bayi keriput,tipis,dan berwarna kemerahan.Refleks menelan
dan menghisap belum ada,bayi menangis lemah dan otot hipotonik
lemah,paha abduksi,kaki fleksi.Genitalia : skrotum belum berkembang
dengan ruga yang kecil dan testis belum turun ke dalam skrotum.

21
Berdasarkan tinjauan teoritis dan studi kasus pada bayi Ny “R”
dengan bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) ditemukan banyak
persamaan dengan tinjauan teoritis dan studi kasus sehingga tidak terjadi
kesenjangan antara teoritis dengan studi kasus yang dilakukan pada bayi
Ny “R” dengan bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR).

2. INTERPRETASI DATA
Langkah ini di lakukan identifikasi terhadap diagnosis, kebutuhan dan
masalah klien berdasarkan intervensi yang benar atas dasar data – data yang
telah di kumpulkan.
A. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang di tegakkan oleh bidan dalam
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa.
B. Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.
C. Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisa data (Purwoastuti, E, & Elisabeth, SW, 2014:134&
136).
Masalah Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) ditetapkan
berdasarkan interpretasi data dasar yang dikumpulkan bahwa pertumbuhan
organ tubuh belum sempurna, baik secara fisik maupun fisiologis karena
bayi belum cukup bulan sehingga dapat mempengaruhi berat badan bayi
yaitu kurang dari normal dibawah 1500-1000 gram.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, berdasarkan teori bahwa, bayi
berat lahir sangat rendah refleks menghisap dan menelannya masih lemah
dan belum sempurna, otot pencernaan belum sempurna atau masih lemah,
dan pusat pengaturan suhu badan masih dalam perkembangan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang di dapatkan bayi Ny. “R” reflex


menelan dan menghisap belum ada.Dengan demikian tidak ada kesenjangan
antara teoritis dengan studi kasus bayi Ny “R” .

22
3. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan di lakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan di harapkan dapat bersiap-siap
bila diagnosa / masalah potensial ini benar – benar terjadi (Purwoastuti, E,&
Elisabeth, SW, 2014:136).
Masalah yang bisa timbul dari bayi dengan berat badan lahir sangat
rendah diantaranya hipotermi terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan
pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Sindrom
gangguan pernapasan idiopatik (penyakit membrane hialin) sering terjadi
pada BBLSR kurang bulan yaitu pernafasan tidak teratur, merintih waktu
ekspirasi, thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah, resiko aspirasi
akibat belum terkoordinirnya reflek menghisap dan reflek menelan.
Hiperbilirubinemia terjadi karena fungsi hati belum matang BBLSR
menjadi kuning lebih awal dan lebih lama dari pada bayi yang cukup
beratnya.Hipoglikemia adalah sedikitnya simpanan energi pada bayi dengan
BBLSR sehingga BBLSR membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah
lahir dan berikan ASI setiap 2 jam sekali pada minggu pertama.
Perdarahan spontan dalam ventrikal otak lateral berhubungan dengan
belum matangnya sistem pembekuan darah saat lahir.Potensial terjadinya
hipotermi, hipoglikemia, hiperbilirubinemia, dan perdarahan spontan dalam
ventrikal otak lateral tetap mengacu pada konsep dasar dan data yang ada
dalam menegakkan masalah yang mungkin muncul pada klien bila tidak
segera ditangani.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada bayi Ny “R” pada tanggal 22
agustus 2018 bayi mengalami ikterik grade 4-5 dan mengalami
hipotermi.Sehingga pada tahap ini tidak ditemukan adanya kesenjangan
antara teoritis dan hasil pemriksaan pada bayi Ny “R”.

23
4. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU
KOLABORASI DAN KONSULTASI
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan atau untuk di
konsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien (Purwoastuti, E, & Elisabeth, SW,
2014:137). Kasus bayi dengan bayi berat lahir sangat rendah diperlukan
adanya tindakan segera dan atau kolaborasi, jika dalam keadaan tertentu
terjadi kejadian seperti hipotermi, hipoglikemia, hiperbilirubinemia,
perdarahan spontan dalam ventrikal otak lateral, sindrom gangguan
pernapasan idiopatik (penyakit membrane hialin), dan pneumonia aspirasi
maka perlu dilakukan tindakan tergantung keadaan bayi, misalnya jika
terjadi hipotermi maka bayi tersebut perlu tindakan segera dengan menjaga
suhu tubuh bayi dengan peggunaan inkubator atau melakukan metode
kangguru dengan “kontak kulit ibu dengan kulit bayi” membantu BBLSR
tetap hangat.

Berdasarkan tindakan yang dilakukan di RSUD dr.Rasidin Padang


untuk pencegahan hipotermi bayi di letakkan di dalam inkubator tindakan
tersebut sudah sesuai antara pelaksanaan tindakan dengan teori yang ada
Namun tindakan lain yang belum ditemukan adalah penggunaan metode
kanguru.

5. PERENCANAAN
Adapun penalatalaksanaan bayi dengan Berat Badan Lahir Sangat
Rendah (BBLSR) adalah menjelaskan kepada klien penyebab terjadinya
bayinya berat badan lahir sangat rendah yaitu terjadi karena saat ibu hamil
makan makanan yang kurang bergizi, perdarahan antepartum, kehamilan
ganda, kelainan kromosom dan umur kehamilan kurang dari 37 minggu
sehingga pada saat bayi lahir biasanya terjadi hipotermi dan hipoglikemia.
Lakukan tindakan umum dan khusus pada BBLSR yaitu secara umum:
1)Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat karena bayi BBLSR mudah
mengalami hipotermi, maka itu suhu tubuhnya harus di pertahankan dengan

24
ketat. 2)Mencegah infeksi dengan ketat karena bayi BBLSR sangat rentan
akan infeksi. Adapun prinsip – prinsip pencegahan infeksi adalah termasuk
cuci tangan sebelum memegang bayi, pengawasan nutrisi (ASI) refleks
menelan bayi BBLSR belum sempurna dan sangat lemah, sehingga
pemberian nutrisi harus di lakukan dengan cermat. Sebagai langkah awal
jika bayi BBLSR bisa menelan adalah tetesi ASI dan jika bayi BBLSR
belum bisa menelan segera rujuk (rujuk ke rumah sakit jika bayi BBLSR
tersebut di tangani di Puskesmas). 3)Penimbangan ketat, perubahan berat
badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan
daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus di lakukan
dengan ketat. 4)Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir adalah 120 – 150
ml / kg/hari atau 100 – 120 ml/kg/hari. Pemberian di lakukan secara
bertahap sesuai dengan kemampuan bayi untuk segera mungkin mencukupi
kebutuhan cairan/kalori. Selain itu kapasitas lambung bayi BBLSR sangat
kecil sehingga minum harus sering di berikan tiap jam. Perhatikan apakah
selama pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut
membesar (kembung).
Adapun secara khusus yaitu dengan meletakkan bayi di dalam
inkubator, cara pemakaian inkubator adalah pastikan inkubator berfungsi
dengan baik, nyalakan alat sebelum di pakai agar matras, linen hangat dan
atur suhu inkubator yang dikehendaki (dilakukan bertahap) sesuai umur dan
berat bayi, lalu gunakan satu inkubator untuk satu bayi. Periksa suhu
inkubator dengan termometer ruang, minimalkan membuka pintu inkubator,
jaga lubang selalu tertutup agar suhu inkubator tetap hangat, lalu bersihkan
inkubator dengan desinfektan dan ganti air reservoir setiap hari.
Tinjauan asuhan kebidanan pada bayi Ny “R” yang dilakukan di lahan
praktik meliputi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang selama
3 hari mulai dari tanggal 20 s/d 22 Agustus 2019. Pengkajian di Rumah
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang meliputi menganjurkan ibu
untuk memompa ASI, menimbang berat badan bayi dan mempertahankan
suhu tubuh bayi dengan perawatan inkubator. Kemudian mengobservasi
tanda-tanda vital seperti suhu badan, pernapasan, dan frekuensi jantung,

25
mengganti popok/pakaian bayi setiap kali basah, memberikan ASI perah
dengan menggunakan spuit melalui OGT setiap 3 jam, perawatan tali pusat
secara aseptik dan antiseptik, memberikan bayi obat injeksi sesuai order
dokter spesialis anak.
Konsep dasar dan asuhan kebidanan pada bayi Ny “R” berdasarkan
dengan intervensi yang dilakukan tidak ditemukan adanya kesenjangan
antara apa yang ada dalam konsep dasar dengan yang dilakukan dilahan
praktik.

6. PELAKSANAAN
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh dilaksanakan
secara efisien dan aman. Perencanaan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau
anggota tim kesehatanyang lain (Purwoastuti, E, & Elisabeth, SW,
2014:139).
Pada kondisi dimana terjadi diantaranya hipotermi, pneumonia aspirasi,
sindrom gangguan pernapasan idiopatik (penyakit membran hialin),
hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan perdarahan spontan dalam ventrikal
otak lateral maka dapat dilakukan penatalaksanaan secara umum. Kecuali
apabila ibu bayi tidak menerima kelainan yang dialami bayinya dan pada
kondisi tertentu dimana terjadi komplikasi pada bayi maka perlu dilakukan
penatalaksanaan secara khusus.
Tahap asuhan kebidanan pada bayi Ny “R” dalam pelaksanaan
tindakannya didasarkan atas perencanaan yang telah ditetapkan. Penulis
tidak menemukan permasalahan yang berarti, hal itu dikarenakan tindakan
yang dilaksanakannya sesuai dengan prosedur yang ada dalam rencana
disamping adanya kerjasama yang baik dengan petugas kesehatan, ini
menunjukkan tidak adanya kesenjangan antara konsep dasar dan studi kasus
bayi Ny “R”.

7. EVALUASI

26
Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana setelah di identifikasi di
dalam masalah dan diagnosis (Purwoastuti, E, & Elisabeth, SW, 2014:139).
Dari hasil evaluasi melalui tinjauan teoritis dengan asuhan kebidanan
tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan teoritis dengan studi
kasus bayi Ny “R” tetapi masih perlu adanya perhatian dalam memberikan
asuhan selanjutnya.

BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang saat lahir
beratnya kurang dari 2500 gram. Bayi BBLR dibagi lagi menjadi 3
kelompok berdasarkan derajat:Berat badan lahir rendah (BBLR) dengan
berat lahir 1500-2499 gram.Berat badan lahir sangat rendah (BBLSR)
dengan berat lahir 1000-1500 gram, Berat badan lahir ekstrem rendah
(BBLER) dengan berat lahir < 1000 gram .Menurut Manuaba, berdasarkan
penyebabnya, BBLR dibedakan menjadi 2 yaitu : BBLR karena prematur
(usia kandungan kurang dari 37 minggu) yang dikenal dengan BBLR sesuai
masa kehamilan, dan BBLR karena Intra Uterine Growth Retardation
(IUGR) atau dikenal dengan istilah kecil masa kehamilan.

Pada kasus By.Ny “R” usia hari 5 hari dengan BBLR di ruang
perinatologi RSUD dr. Rasidin Padang , berdasarkan derajat BBLR
dikategorikan pada berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) , yaitu dengan

27
berat lahir 1000 gram. Maka tidak ada kesenjangan antara kasus dengan
teori yang ada.

3.2 Saran

Dalam pembuatan laporan kasus ini masih banyak terdapat


kekurangan. Namun, semoga laporan kasus ini dapat menambah wawasan
pembaca dan diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan tolak dalam
pembuatan laporan kasus selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, E, dkk. “Analysis of Body Weight in Low Birth Weight Infant Based on
Breastfeeding and Formula Milk for Two Weeks Nursing in Santa Elisabeth

Deo, IS. “Pemeriksaan, Perawatan dan Indikasi Rawat Gabung pada Neonatus”.
Tesis tidak diterbitkan. Fakultas Kedokteran. Universitas Kristen Krida
Wacana. Jakarta. 2015.

Hospital Medan.“ International Journal of Sciences: Basic and Applied


Research (IJSBAR), vol.23 no 1 (2015).

Rukiah, AY & Lia, Y. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: TIM. 2012.

Saifuddin, AB, dkk. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Ed.4, Cet.4. 2014.

Saleha, S. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita. Makassar: Alauddin


University Press. 2012.

28

Anda mungkin juga menyukai