Disusun Oleh:
200070302111016
KELOMPOK 2B
MALANG
2020
A. DEFINISI
WHO (World Health Organization) mendefinisikan BBLR sebagai bayi
yang lahir dengan berat ≤ 2500 gr. BBLR adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Sumber lain
menyebutkan, BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badan saat lahir
kurang dari 2500 gram (Sembring, 2019).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahirnya
kurang 2500gr tanpa memandang masa kehamilan. Berat badan lahir adalah
berat badan yang ditimbang dalam 1 jam setelah bayi lahir. Bayi berat lahir
rendah terjadi karena kehamilan prematur, bayi kecil masa kehamilan dan
kombinasi keduanya. Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir sebelum umur
kehamilan mencapai 37 minggu. Bayi yang lahir kurang bulan belum siap
hidup di luar kandungan sehingga bayi akan mengalami kesulitan dalam
bernapas, menghisap, melawan infeksi dan menjaga tubuh tetap hangat
(Depkes RI, 2009)
B. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data dari World Health Rangkings tahun 2014 dari 172
negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke 70 yang memiliki presentase
kematian akibat BBLR tertinggi yaitu sebesar 10,69%. Tingkat kelahiran di
Indonesia pada tahun 2010 sebesar 4.371.800 dengan kejadian BBLR
sebesar 15,5 per 100 kelahiran hidup atau 675.700 kasus prematur dalam 1
tahun (WHO, 2013). Pada tahun 2010, kejadian BBLR di Indonesia sebesar
11,1% sedangkan Provinsi Jawa Timur juga mengalami kejadian BBLR yang
cukup tinggi yaitu sebesar 10,1% (Kemenkes RI, 2010). Angka kejadian
BBLR berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013
diperoleh bahwa persentase balita (0-59 bulan) dengan kejadian BBLR
sebesar 10,2 % dari total kelahiran hidup.
WHO mengatakan bahwa sebesar 60–80% dari Angka Kematian Bayi
(AKB) yang terjadi, disebabkan karena BBLR. Berdasarkan Laporan Nasional
Riskesdas tahun 2010 kejadian BBLR di Indonesia sebesar 11,1%
sedangkan Provinsi Jawa Timur juga mengalami kejadian BBLR yang cukup
tinggi yaitu sebesar 10,1% (Hartiningrum).
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di
negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik
menujukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan
angka kematian 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir
lebih dari 2500 gram (Sembiring, 2019).
D. KLASIFIKASI
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP) sebagai berikut:
1. Berdasarkan masa kehamilan/Gestational age yaitu:
a. Preterm/bayi kurang bulan, yaitu masa kehamilan <37 minggu (≤259
hari)
b. Late preterm, yaitu usia kehamilan 34-36 minggu (239-259 hari)
c. Early preterm, yaitu usia kehamilan 22-34 minggu
d. Term/bayi cukup bulan, yaitu usia kehamilan 37-41 minggu (260-294
hari)
e. Post term/bayi lebih bulan, yaitu usia kehamilan 42 minggu atau lebih
(≥295 hari).
2. Berdasarkan berat lahir/Brirtweight
a. Berat lahir amat sangat rendah/Extremely low birthweight (ELBW),
yaitu bayi dengan berat lahir
b. Berat lahir sangat rendah/Very Low birthweigt (VLBW), yaitu bayi
dengan berat lahir <1500 gram
c. Berat lahir rendah/Low birthweight (LBW), yaitu bayi dengan berat
lahir <2500 gram
3. Berdasarkan berat lahir dan masa kehamilan
a. Sesuai masa kehamilan/Appropriate for gestational age (AGA) adalah
berat lahir antara 10 persentil dan 90 persentil untuk usia kehamilan
b. Kecil masa kehamilan/Small for gestational age (SGA)/IUGR adalah
berat lahir 2 standar deviasi dibawah berat badan rata-rata untuk
masa kehamilan atau dibawah 10 persentil untuk masa kehamilan.
IUGR (Intrauterine Growth Restriction)/pertumbuhan janin yang
terhambat/terganggu adalah kondisi janin yang mengalami gangguan
pertumbuhan dalam rahim (intrauterine). Kegagalan dalam
pertumbuhan rahim yang optimal disebabkan oleh suatu in utero.
c. Besar masa kehamilan/Large for Gestational Age (LGA)
LGA di defenisikan sebagai berat lahir 2 standar deviasi diatas
rata-rata berat untuk masa kehamilan atau di atas 90 persentil untuk
masa kehamilan. LGA dapat di lihat pada bayi yang ibunya
mengalami diabetes, bayi dengan sindrom Beckwith-Wiedemandan
sindrom lainya, bayi lebih bulan (usia kehamilan > 42 minggu), dan
bayi dengan hydrops fetalis. Bayi LGA juga berhubungan dengan
peningkatan berat badan ibu saat hamil, multiparitas, jenis kelamin
bayi laki-laki, penyakit jantung bawaan, khusunya perubahan pada
arteri besar, displasia sel, dan etnik tertentu (hispanik).
F. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Proverawati (2010), gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR:
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada
lengan dan sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit
mengkilap, telapak kaki halus.
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif
dan tangisnya lemah.
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan
reflek dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk
mengetahui apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan
tes pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi
lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat / diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah menurut Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai
berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas.
Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator
sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki
inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan
metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru
dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai
5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek
menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit
demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan
makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu
diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang
sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/
kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan
antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat
dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan
prematuritas atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan
bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien
sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar
hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa
bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi
harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen
harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan
pemeriksaan gula darah secara teratur.
I. KOMPLIKASI
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani
secepatnya menurut Mitayanti, 2010 yaitu :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada
bayi).
2. Hipoglikemia simtomatik.
3. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi,
tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan
tenaga negative yang tinggi untuk yang berikutnya.
4. Asfiksia neonetorom.
5. Hiperbulirubinemia
Daftar Pustaka
Hartiningrum, I., Et Al. 2018. Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Di Provinsi Jawa Timur Tahun
2012-2016. Jurnal Biometrika Dan Kependudukan, Vol. 7, No.2 Desember 2018:
97–104.
Sembiring, J. Br. 2019. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Yogyakarta: CV
Budi Utama
Marmi, dan Rahardjo, K. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak. Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Proverawati, A. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika