Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

“HIPERTENSI PADA LANSIA”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Gerontik

Oleh :
Samuel Bayu Santosa Hari Susilo
200070302111016
Kelompok 2B

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
HIPERTENSI PADA LANSIA

1. DEFINISI
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik
yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau
lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden
hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager , 2008).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan
tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan
ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi
lansia,hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik
90mmHg (Rohaendi, 2008).

2. EPIDEMIOLOGI
Walaupun peningkatan tekanan darah bukan merupakan bagian normal dari
proses penuaan, insiden hipertensi pada lanjut usia adalah tinggi. Setelah umur 69
tahun, prevalensi hipertensi meningkat sampai 50%. Pada tahun 1988-1991 National
Health and Nutrition Examination Survey menemukan prevalensi hipertensi pada
kelompok umur 65-74 tahun sebagai berikut: prevalensi keseluruhan 49,6% untuk
hipertensi derajat 1 (140-159/90-99 mmHg), 18,2% untuk hipertensi derajat 2 (160-
179/100-109 mmHg), dan 6.5% untuk hipertensi derajat 3 (>180/110 mmHg). Prevalensi
HST adalah sekitar berturut-turut 7%, 11%, 18% dan 25% pada kelompok umur 60-69,
70-79, 80-89, dan diatas 90 tahun. Hipertensi Sistolik Terisolasi lebih sering ditemukan
pada perempuan dari pada laki-laki. Pada penelitian di Rotterdam, Belanda ditemukan:
dari 7983 penduduk berusia diatas 55 tahun, prevalensi hipertensi (≥160/95 mmHg)
meningkat sesuai dengan umur, lebih tinggi pada perempuan (39%) dari pada laki-laki
(31%). 5 Di Asia, penelitian di kota Tainan, Taiwan menunjukkan hasil sebagai berikut:
penelitian pada usia diatas 65 tahun dengan kriteria hipertensi berdasarkan JNVC,
ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4% (laki laki 59,1% dan perempuan 61,9%),
yang sebelumnya telah terdiagnosis hipertensi adalah 31,1% (laki-laki 29,4% dan
perempuan 33,1%), hipertensi yang baru terdiagnosis adalah 29,3% (laki-laki 29,7%
dan perempuan 28,8%). Pada kelompok ini, adanya riwayat keluarga dengan hipertensi
dan tingginya indeks masa tubuh merupakan faktor risiko hipertensi (Lu. FK., et al,
2000).
Ditengarai bahwa hipertensi sebagai faktor risiko pada lanjut usia. Pada studi
individu dengan usia 50 tahun mempunyai tekanan darah sistolik terisolasi sangat
rentan terhadap kejadian penyakit kardiovaskuler (Borzecki. AM., et al 2006).

3. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan  pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas  pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-
data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor Keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
2) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
4) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
a) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b) Kegemukan atau makan berlebihan
c) Stress
d) Merokok
e) Minum alcohol
f) Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti :
a. Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor
b. Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis
c. Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme
d. Saraf : Stroke, Ensepalitis
Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat-obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.

4. KLASIFIKASI
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
a. Hipertensi Essensial (Hipertensi Primer)
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
b. Hipertensi Sekunder
Yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

Berdasarkan klasifikasi dari JNC-VII (Joint National Committee 7) 2008, maka


hipertensi pada usia lanjut dapat dibedakan:
a. Hipertensi sistolik saja (Isolated systolic hypertension), terdapat pada 6-12%
penderita di atas usia 60th, terutama pada wanita. Insiden meningkat seiring
bertambahnya umur.
b. Hipertensi diastolic saja (Diastolic hypertension), terdapat antara 12-14% penderita di
atas usia 60th, terutama pada pria. Insidensi menurun seiring bertambahnya umur.
c. Hipertensi sistolik-diastolik, terdapat pada 6-8% penderita usia di atas 60th, lebih
banyak pada wanita. Meningkat dengan bertambahnya umur.

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah umur ≥ 18tahun menurut JNC VII vs JNC VI
5. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Elizabeth J. Corwin 2006, sebagian besar hipertensi muncul tanpa
disertai gejala yang mencolok dan manifestasi klinis timbul setelah mengetahui
hipertensi bertahun-tahun berupa:
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat tekanan
darah intrakranium.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
c. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
e. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.
f. Sakit kepala
g. Epistaksis
h. Marah
i. Telinga berdengung
j. Rasa berat ditengkuk
k. Sukar tidur, mata berkunang kunang
l. Pusing

6. PATOFISIOLOGI
Baik TD Sistolik maupun TD Diastolik meningkat sesuai dengan meningkatnya
umur. TD Sistolik meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun, sedangkan TD
Diastolik meningkat samapi umur 50-60 tahun dan kemudian cenderung menetap atau
sedikit menurun. Kombinasi perubahan ini sangat mungkin mencerminkan adanya
pengakuan pembuluh darah`dan penurunan kelenturan (compliance) arteri dan ini
mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur. Seperti diketahui,
tekanan nadi merupakan prediktor terbaik dari adanya perubahan struktural di dalam
arteri. Mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Penebalan
dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah
menurun sesuai umur. Perubahan ini menyebabkan penurunan compliance aorta dan
pembuluh darah besar dan mengakibatkan pcningkatan TD Sistolik. Penurunan
elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer.
Sensitivitas baroreseptor juga berubah dengan umur.
Perubahan mekanisme refleks baroreseptor mungkin dapat menerangkan
adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat pada pemantauan terus menerus.
Penurunan sensitivitas baroreseptor juga menyebabkan kegagalan refleks postural,
yang mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia sering terjadi hipotensi ortostatik.
Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik- dan vasokonstriksi
adrenergik-α akan menyebabkan kecenderungan vasokontriksi dan selanjutnya
mengakibatkan pcningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan tekanan darah.
Resistensi Na akibat peningkatan asupan dan penurunan sekresi juga berperan dalam
terjadinya hipertensi. Walaupun ditemukan penurunan renin plasma dan respons renin
terhadap asupan garam, sistem renin-angiotensin tidak mempunyai peranan utama
pada hipertensi pada lanjut usia. Perubahan perubahan di atas bertanggung jawab
terhadap penurunan curah jantung (cardiac output), penurunan denyut jantung,
penurunan kontraktilitas miokard, hipertrofi ventrikcl kiri, dan disfungsi diastolik. Ini
menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan penurunan perfusi ginjal dan laju filtrasi
glomerulus (Kuswardhani. T, 2007).
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan
dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus
adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin
(meningkatkan hipertensi)
c. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan
plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
h. Urinalisa Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
i. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter
l. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
m. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
n. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Banyak penelitian menunjukkan bahwa penting dilakukannya terapi hipertensi
pada lanjut usia, dimana terjadi penurunan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit
kardiovaskuler dan serebrovaskuler. Sebelum diberikan pengobatan, pemeriksaan
tekanan darah pada lanjut usia hendaknya perhatian dengan khusus, mengingat
beberapa orang lanjut usia menunjukkan pseudohipertensi (pembacaan
spigmomanometer tinggi palsu) akibat kekakuan pembuluh darah yang berat.
Khususnya pada perempuan sering ditemukan hipertensi jas putih dan sangat
bervariasinya TD Sistolik,
a. Farmakologi
Umur dan adanya penyakit penyerta merupakan faktor yang akan
mempengaruhi metabolisme dan distribusi obat, karenanya harus dipertimbangkan
dalam memberikan obat antihipertensi. Hendaknya pemberian obat dimulai dengan
dosis kecil dan kemudian ditingkatkan secara perlahan. Menurut JNC VII, pilihan
pertama untuk pengobatan pada penderita hipertensi lanjut usia adalah diuretic atau
penyekat beta. Pada HST (Hipertensi Sistolik Terisolasi/Isolated Systolic
Hypertension), direkomendasikan penggunaan diuretic dan antagonis kalsium.
Antagonis kalsium nikardipin dan diuretic tiazid sama dalam menurunkan angka
kejadian kardiovaskuler. Adanya penyakit penyerta lainnya akan menjadi
pertimbangan dalam pemilihan obat antihipertensi. Pada penderita dengan penyakit
jantung koroner, penyekat beta mungkin sangat bermanfaat, namun demikian
terbatas penggunaannya pada keadaan-keadaan seperti penyakit arteri tepi, gagal
jantung/ kelainan bronkus obstruktif. Pada penderita hipertensi dengan gangguan
fungsi jantung dan gagal jantung kongestif, diuretik, penghambat ACE (angiotensin
convening enzyme) atau kombinasi keduanya merupakan pilihan terbaik.
Obat-obatan yang menyebabkan perubahan tekanan darah postural
(penyekat adrenergik perifer, penyekat alfa dan diuretik dosis tinggi) atau obat
obatan yang dapat menyebabkan disfungsi kognitif (agonis α 2 sentral) harus
diberikan dengan hati-hati. Karena pada lanjut usia sering ditemukan penyakit lain
dan pemberian lebih dari satu jenis obat, maka perlu diperhatikan adanya interaksi
obat antara antihipertensi dengan obat lainnya.
Obat yang potensial memberikan efek antihipertensi misalnya :
 Obat anti psikotik terutama fenotiazin
 Antidepresan khususnya trisiklik, L-dopa, benzodiapezin, baklofen dan
alkohol.
 Obat yang memberikan efek antagonis antihipertensi adalah: kortikosteroid
dan obat antiinflamasi nonsteroid
Interaksi yang menyebabkan toksisitas adalah:
 Tiazid: teofilin meningkatkan risiko hipokalemia, lithium risiko toksisitas
meningkat, karbamazepin risiko hiponatremia menurun
 Penyekat beta: verapamil menyebabkan bradikardia, asistole, hipotensi,
gagal jantung; digoksin memperberat bradikardia, obat hipoglikemik oral
meningkatkan efek hipoglikemia, menutupi tanda peringatan hipoglikemia.
Dosis beberapa obat diuretic penyekat beta, penghambat ACE, penyekat kanal
kalsium, dan penyakat alfa yang dianjurkan pada penderita hipertensi pada lanjut
usia adalah sebagai berikut:
 Dosis oba tobat diuretic (mg/hari)
Misalnya: Bendrofluazid 1,25- 2,5, Klortiazid 500-100, Klortalidon 25-50,
Hidroklortiazid 12,5-25, dan Indapamid SR 1,5.
 Dosis obat-obat penyekat beta
Yang direkomendasikan adalah: Asebutolol 400 mg sekali atau dua kali
sehari, Atenolol 50 mg sekali sehari, Bisoprolol 10-20 mg sekali sehari,
Celiprolol 200 400 mg sekali sehari, Metoprolol 100-2000 mg sekali sehari,
Oksprenolol 180-120 mg dua kali sehari, dan Pindolol 15-45 mg sekali sehari.
 Dosis obat obat penghambat ACE
Yang direkomendasikan adalah: Kaptopril 6,25-50 mg tiga kali sehari,
Lisinopril 2,5-40 mg sekali sehari, Perindropil 2-8 mg sekali sehari, Quinapril
2,5-40 mg sekali sehari, Ramipril 1,25-10 mg sekali sehari.
 Dosis obat-obat penyakat kanal kalsium
Yang dianjurkan adalah: Amlodipin 5-10 mg sekali sehari, Diltiazem 200 mg
sekali sehari, Felodipin 5-20 mg sekali sehari, Nikardipin 30 mg dua kali
sehari, Nifedipin 30-60 mg sekali sehari, Verapamil 120-240 mg dua kali
sehari.
 Dosis obat-obat penyakat alfa
Yang dianjurkan adalah; Doksazosin 1-16 mg sekali sehari, dan Prazosin 0,5
mg sehari sampai 10 mg dua kali sehari.
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi  juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
(Kuswardhani. T, 2007)
Selain penatalaksanaan secara farmakologis sesuai dengan yang disebutkan
diatas, Joint National Committee VII juga merekomendasikan konsep terapi yang
terbaru yaitu :
 Pasien dengan tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah diastolic
80-89 mmHg hanya memerlukan penatalaksanaan nonfarmakologis dengan cara
modifikasi gaya hidup.
 Pasien yang tidak memiliki komplikasi hipertensi, diperlukan penatalaksanaan
secara farmakologis dengan diberikan obat golongan diuretik atau bisa juga
diberikan obat dari golongan lain.
 Lebih memperhatikan tekanan darah sistolik dan penanganannya harus dimulai
jika tekanan darah sistolik meningkat walaupun tekanan darah diastoliknya tidak.
 Sebagian besar pasien hipertensi memerlukan obat kombinasi antihipertensi,
salah satunya adalah obat dari golongan diuretik tiazid.
 Kebanyakan pasien hipertensi memerlukan 2 atau lebih pengobatan untuk
mencapai tekanan darah yang diharapkan.
 Golongan ACE Inhibitor sendiri atau kombinasi dengan golongan diuretic masih
merupakan terapi pilihan yang terbaik untuk pasien dengan hipertensi yang sudah
mengalami komplikasi penyakit jantung.
(JNC-VII, 2008)
b. Non Farmakologis
Mengubah pola hidup/intervensi nonfarmakologis pada penderita hipertensi
lanjut usia, seperti halnya pada semua penderita. Beberapa pola hidup yang harus
diperbaiki adalah :
 Mempertahankan berat badan ideal atau menurunkan berat badan jika ada
kegemukan
 Mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension)DASH
yaitu diet yang kaya dengan buah, sayur, dan produk susu redah lemak dengan
kadar total lemak dan lemak jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan <
2.4 g (100 mEq)/hari.
 Mengurangi asupan garam sebanyak 60 mmol/ hari, berarti tidak ada tambahan
garam di waktu makan, memasak tanpa garam menghindari makanan yang sudah
diasinkan,menggunakan mentega bebas garam. Pengurangan garam dalam
makanan mengakibatkan pengurangan natrium yang akan menyebabkan
peningkatan asupan kalium dan akan mengurangi efek hipertensi.
 Menghindarkan faktor resiko seperti merokok, minum alkohol,dan stress.
9. KOMPLIKASI
Membiarkan hipertensi membiarkan jantung bekerja lebih kerasdan membiarkan
proses perusakan dinding pembuluh darahberlangsung dengan lebih cepat. Hipertensi
meningkatkan resikopenyakit jantung dua kali dan meningkatkan resiko stroke delapan
kali dibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi.Selain itu hipertensi juga
menyebabkan terjadinya payahjantung, gangguan pada ginjal dan kebutaan. Penelitian
jugamenunjukkan bahwa hipertensi dapat mengecilkan volume otak,sehingga
mengakibatkan penurunan fungsi kognitif dan intelektual.Yang paling parah adalah efek
jangka panjangnya yang berupakematian mendadak.
a. Penyakit jantung koroner dan arteri
Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuhakan semakin
mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal.Hipertensi sering diasosiasikan
dengan kondisi arteri yang mengerasini.
b. Payah jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimanajantung tidak mampu
lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh.Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot
jantung atau system listrikjantung.
c. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke,karena tekanan darah
yang terlalu tinggi dapat menyebabkanpembuluh darah yang sudah lemah menjadi
pecah. Bila hal ini terjadipada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak
yangdapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatandari
gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.
d. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yangmenuju ginjal,
yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh.Dengan adanya gangguan tersebut,
ginjal menyaring lebih sedikitcairan dan membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal
dapat terjadidan diperlukan cangkok ginjal baru.
e. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata,sehingga
mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan (Sustrani,2006).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian Pengkajian secara Umum
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang
terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau adanya factor resiko
1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas / istirahat
1) Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton
2) Frekuensi jantung meningkat
3) Perubahan irama jantung
4) Takipnea
d. Integritas ego
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah
kronik.
2) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-gula
yang  berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah. c.Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau
menurun).
f. Nyeri atau ketidak nyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen.

Pengkajian Persistem
a. Sirkulasi
1) Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan
penyakit cerebro vaskuler
2) Episode palpitasi,perspirasi.
b. Eleminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau riwayat
penyakit ginjal masa lalu.
c. Neurosensori
1) Keluhan pusing.
2) Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
d. Pernapasan
1) Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
2) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
3) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
4) Riwayat merokok

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular cerebral
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Penurunan Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi
d. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang tidak
adekuat
e. Defisit pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan
kognitif

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
a. Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
b. Intervensi :
Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu
kamar, tekhnik relaksasi.
Rasional :
Tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang memperlambat
atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan  sakit kepala dan
komplikasinya

c. Intervensi :
Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat meningkatkan
sakit kepala, misalnya mengejam saat bab, batuk panjang, membungkuk
Rasional :
Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala  pada
adanya peningkatan tekanan vascular cerebral

Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum


a. Intervensi :
Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frequency nadi lebih dari 20
kali per menit diatas frequency istirahat : peningkatan tekan darah yang nyata
selama atau sesudah aktivitas (tekanan sistolik meningkat 40 mmhg atau
tekanan diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri dada : kelemahan dan
keletihan yang belebihan :pusing atau pingsan.
Rasional :
Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap
stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja  yang
berkaitan dengan tingkat aktivitas.
b. Intervensi :
Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy, misalnya
menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut atau menyikat
gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.
Rasional :
Teknik menghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

DX 3 : Penurunan Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan


dengan peningkatan afterload, vasokontriksi
a. Intervensi :
Pantau TD.ukur pada kedua tangan atau paha untuk evaluasi awal.gunakan
ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.
Rasional :
Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang
keterlibatan/bidang masalah vascular. Hipertensi berat diklasifikasikan pada
orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolic sampai 130, hasil
pengukuran diastolic diatas 130 dipertimbangkan sebagai  penigkatan pertama,
kemudian maligna. Hipertensi sistolik juga merupakan  faktor resiko yang di
tentukan untuk penyakit cerebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila
tekanan diastolic 90-115.

DX 4 : Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang


tidak adekuat
a. Intervensi :
Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, misalnya
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan  berpartisipasi
dalam rencana pengobatan
Rasional :
Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi
hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam
kehidupan sehari-hari
b. Intervensi :
Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi
untuk mengatasinya
Rasional :
Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah
respons seseorang terhadap stressor
c. Intervensi :
Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan  partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan
Rasional :
Keterlibatan memberikan pasien perasaan control diri yang berkelanjutan,
memperbaiki keterampilan koping, dan dapat meningkatkan kerja sama dalam
regimen terapeutik
d. Intervensi :
Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi,
peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala ketidakmampuan untuk
mengatasi/menyelesaikan masalah
Rasional :
Menifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah
yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic
DX 5 : Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau
keterbatasan kognitif
a. Intervensi :
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang terdekat
Rasional :
Kesalahan konsep dan menyangkal diagnose karena perasaan  sejahtera yang
sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk
mempelajari penyakit, kemajuan, dan prognosis. Bila pasien tidak menerima
realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka  perubahan perilaku
tidak akan dipertahankan.
b. Intervensi :
Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi dan
efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak
Rasional :
Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD dan
mengklarifikasi istilah medis yang sering digunakan. Pemahaman bahwa TD
tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien
melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat
c. Intervensi :
Hindari mengatakan TD “normal” dan gunakan istilah “terkontrol dengan baik”
saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan
Rasional :
Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka
dengan penyampaian ide “terkontrol” akan membantu pasien untuk memahami
kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi
d. Intervensi :
Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular yang
dapat diubah misalnya obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola
hidup monoton, merokok, dan minum alcohol( lebih dari 60cc/hari dengan
teratur), pola hidup penuh stress.
Rasional :
Faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang
hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.
DAFTAR PUSTAKA

Borzecki AM, Glickman ME, Kader B, Bcrlowitz DR. The effect of age on hypertension
control and management. AJH 2006; 19:520-527.

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media.

JNC VII. 2008. The seventh report of the Joint National Committee on prevention, detection,
evaluation, and treatment of high blood pressure. Hypertension, 42: 1206-52.
http://hyper.ahajournals.org/cgi/content/full/42/6/1206, 13 April 2020.

Kuswardhani T. 2007. “Penatalaksaan Hipertensi Pada Lanjut Usia”. Jurnal. Denpasar :


Unud.

Lu FH, Tang SJ, Wu JS, Yang YC, Chang CJ. Hypertension in elderly persons: its
prevalence and associated cardiovascular risk factors in Tainan City, Southern
Taiwan. J Gerontol 2000;55A:M463-8.

Marliani L, dkk. 2007. 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta : PT Elex Media

Rohaendi. 2008. Treatment Of High Blood Pressure. Jakarta :Gramedia Pustaka Utama

Stockslager, L.2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi 2. Jakarta.

Sustrani L. 2006. Hipertensi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Anda mungkin juga menyukai