PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang
bersangkutan mencapai umur 60 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah
sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Lanjut
usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari dari usia manusia sebagai
makhluk hidup yang terbatas oleh suatu putaran alam dengan batas usia 60 tahun / lebih.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran
darah yang sering terdapat pada usia pertengahan atau lebih, yang ditandai dengan tekanan
darah lebih dari normal. Hipertensi menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan makin meningkatnya tekanan darah.
Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur
hipertensi menjadi masalah pada lansia karena sering ditemukan pada lansia. Pada lansia
hipertensi menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit jantung koroner. Lebih dari
separuh kematian di atas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan
serebrovaskular. Secara nyata kematian akibat stroke dan morbiditas
penyakit
1.2.
1.
2.
3.
4.
1.3.
1.
2.
3.
4.
1.4.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana definisi dari hipertensi pada lansia?
Apa penyebab terjadinya hipertensi pada lansia?
Bagaimana patofisiologi hipertensi pada lansia?
Bagaimana askep lansia dengan hipertensi?
TUJUAN
Mengetahui definisi dari hipertensi pada lansia
Dapat menjelaskan penyebab terjadinya hipertensi pada lansia.
Mampu menjelaskan patofisiologi hipertensi pada lansia
Mengetahui askep lansia dengan hipertensi
MANFAAT
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1.1 DEFINISI HIPERTENSI
Hipertensi atau tekanan darah tingi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hal ini
terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir
dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah bebah kerja
jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh
darah.
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer,2001). Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas
160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
3
2.1.3. ETIOLOGI
Hipertensi pada lansia dapat disebabkan oleh interaksi bermacam-macam faktor, antara lain:
Kelelahan
Proses penuaan
Keturunan
Diet yang tidak seimbang
Stress
Sosial budaya
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahanperubahan
pada :
Elastisitas dinding aorta menurun
Katub jantung menebal dan menjadi kaku
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun. Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
Faktor keturunan
Menurut data dari statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
Kebiasaan hidup
4
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti
umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita
kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini
menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang
olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan
Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja
pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak
beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan
darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di
masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di
kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi
dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi
dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi
esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal.
2.1.6. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan
aktivitas
vasokonstriksi.
Medulla
adrenal
mensekresi
epinefrin,
yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
7
kekakuan
arteri
brachialis
sehingga
tidak
dikompresi
oleh
cuff
2.1.7. PATHWAY
2.1.8. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM
POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007)
adalah
diantaranya :
a.
Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic
attack (TIA).
b.
Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut
(IMA).
c.
d.
e.
Kelumpuhan.
10
kreatinin serum yang normal atau meningkat sampai lebih dari 1,5 mg/dl
menunjukkan adanya penyakit ginjal.
d. Elektrokardiografi dapat menunjukkan adanya hipertrofi ventrikular kiri atau
iskemia.
e. Sinar-X dada dapat memperlihatkan kardiomegali.
f. Oftalmoskopi memperlihatkan penorehan arteriovenosa dan pada edema enselopati
hipertensif.
g. Orak captopril
challenge
dapat
dilakukan
untuk
memerikasa
hipertensi
2.1.10. PENATALAKSANAAN
Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada
anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan
dianjurkan untuk:
1. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
2. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
3. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
4. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:
1. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan
tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
2. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan
stabil mungkin.
3. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
11
4. Batasi aktivitas.
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
12
seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan
dan ketegangan.
2. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
13
14
2.2.1. PENGKAJIAN
a. Aktifitas/ istirahat
Gejala
Tanda
b. Sirkulasi
Gejala
Tanda
c. Integritas Ego
Gejala
Tanda
d. Eliminasi
Gejala
: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit
ginjal ), obstruksi.
Tanda
e. Makanan/ cairan
Gejala
: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual,
muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda
f. Neurosensori
Gejala
Tanda
g. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala
h. Pernafasan
15
Gejala
Tanda
i. Keamanan
Gejala
Tanda
j. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
- Faktor resiko keluarga, hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit
-
serebrovaskuler, ginjal.
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain, penggunaan
obat/alkohol.
Studi Diagnostik
1. Hitung darah lengkap (Complete Blood cells Count) meliputi pemeriksaan
hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas dan indikator faktor resiko sepeti
hiperkoagulabilitas, anemia.
2. Kimia darah.
a. BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi atau faal
renal.
b. Serum glukosa: hiperglisemia (diabetes melitus adalah presipitator hipertensi)
akibat dari peningkatan kadar katekolamin.
c. Kadar kolesterol atau trigliserida: peningkatan kadar mengindikasikan
predisposisi pembentukkan plaque antheromatus.
d. Kadar serum aldosteron: menilai adanya aldosteronisme primer.
e. Studi tiroid (T3 dan T4): menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi
terhadap vasokontriksi dan hipertensi.
f. Asam urat: hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko hipertensi.
3. Elektrolit
a. Serum potasium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya
aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik).
b. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.
4. Urine
a. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine mengindikasikan
disfungsi renal dan diabetes.
16
17
12. DIAGNOS
16. 17.
Gangguan
1 perfusi
14. INTERVENSI
KRITERIA HASIL
22. Setelah diberikan asuhan
serebral
keperawatan
berhubungan
perfusi
dengan penurunan
serebral
Pasien
Pantau TD,
1.
diharapkan
efektif
dapat
15. RASIONAL
Normalnya
autoregulasi
catat
adanya
mempertahankan
hipertensi
sistolik
dan
sistemik.
tekanan
nadi
aliran
Kehilangan
18.
mendemonstrasikan
19.
24.
mengikuti
kerusakan
vaskularisasi
tanda-
autoregulasi
dapat
20.
Pusing berkurang
25.
kerusakan
21.
Kesadaran : composmetis
26.
serebral lokal/menyebar.
23.
2.
Pantau
frekuensi
catat
Perubahan
pada
ritme
jantung,
adanya
Bradikardi,
Tacikardia
bentuk Disritmia
27.
lainnya.
28.
sebelumnya.
29.
36.
18
30.
3.
Pantau
pernapasan meliputi
31.
32.
4.
Catat
status
neurologis
kesadaran
bandingkan
lokasi
dengan
berhubunga
keperawatan
pasien
dengan
Nyeri
diharapkan
terkontrol
dan
penyebaran/luasnya
perkembangan
33.
kerusakan serebral.
34.
37.
Berikan
dari
darah
untuk
misal
yang
diazoksida
(hiperstat)
sangat
5.
adalah
35.
39. Nyeri
Pengkajian kecenderungan
adanya perubahan tingkat
keadaan normalnya
38.
dan
hidralazin (apresolin)
1. Kaji nyeri secara
dapat
dihubungkan
komperenhesif
(PQRST)
mempermudah
intervensi
19
peningkatan
tekanan
Melaporkan
nyeri,
ke-
45.
selanjutnya
46.
53.
tirah
vascular
tidaknyaman hilang/terkontrol
serebral dan
stimulasi/meningkatkan
iskemia
yang diresepkan
akut
relaksasi
miokard
2. Pertahankan
3. Berikan tindakan
Meminimalkan
nonfarmakologi
41. N: 80-100x/mnt
untuk menghilangkan
43. TD:
efektif dalam
44. S : 36oC
dan komplikasinya.
normal
(130/90
54.
relaksasi(panduan
55.
imajinasi, distraksi )
56.
57.
senggang.
58.
4. Minimalkan aktivitas
vasokontriksi yang
Aktivitas yang
meningkatkan vasokontriksi
dapat meningkatkan
sakit
misalnya,
kepala
mengejan
20
saat
BAB,
batuk
panjang,
59.
membungkuk.
60.
61.
47.
48.
49.
50.
6.
Berikan
cairan,
lunak,
terkontrol.
makanan
perawatan
Meningkatkan
kenyaman umum. Kompres
menelan/membutuhkan
hidung/kompres
hidung
dilakukan
telah
menimbulkan stagnasi
untuk
menghentikan
mengeringkan membran
perdarahan
mukosa.
62.
7. Kolaborasi :
-
Analgesik
Menurunkan/mengontrol
51.
nyeri
dan
52.
rangsang
menurunkan
sistem
saraf
21
63.
64. Perubahan
nutrisi
lebih
:
dari
kebutuhan
tubuh
diharapkan
mis,
simpatis.
lorazepam (Ativan),
diazepam (valium)
1. Kaji
pasien
tentang
hubungan
kriteria hasil :
kegemukan
pola makan
berat
badan
masukan
berlebih
optimal
langsung
dengan Mempertahankan
darah
tinggi
karena
67.
jantungberkaitan
68.
2. Bicarakan pentingnya
menurunkan masuka
dan
batasi
dengan
terjadinya
sehubungan Melakukan/mempertahankan
kalori
dengan
kegemukan,
kebutuhan
secara individual
dan gula
merupakan
predisposisi
69.
hipertensi.
Kelebiah
70.
masukan
71.
memperbanyak
72.
cairan
73.
74.
metabolik.
65.
keperawatan
berhubunga
n
Antiansietas
aterosklerosis
dan
yang
garam
volume
intravaskuler
dan
22
3. Tetapkan
keinginan
pasien
untuk
untuk.menurunkan
menurunkan
berat
badan
Motivasi
adalah
berat
internal.
badan
75.
untuk
menurunkan
berat
76.
badan
bila
maka
77.
Mengidentifikasi
kekuatan/kelemahan dalam
program
78.
membantu
79.
80.
tidak
diet
terakhir.
dalam
sesuai indikasi
81.
4
82. Kelebihan
volume
keperawatan
cairan
pasien
berhubunga
keseimbangan
dan
dengan
edema
diharapkan
menunjukkan
haluaran
kriteria hasil :
1. Awasi
denyut
85.
masukan
86.
dengan
87.
88.
hipovolemia/hipotensi atau
23
83.
Menyatakan
pemahaman
diet
individu/pembatasan cairan.
Mendemonstrasikan
cairan
stabil
volume
dengan
89.
90.
91.
pada renin-angiotensin.
kesimbangan masukan/haluaran
pengeluaran
akurat.
3. Awasi
secara
menentukan
gnjal,
kebutuhan
penggantian cairan
berat
jenis
Mengukur
kemampuan
ginjal
untuk
fungsi
urine
oedema.
Perlu
untuk
mengkonsentrasikan urine
4. Timbang
dengan
tiap
hari
dan
alat
93.
94.
95.
cairan
Peningkatan
terbaru.
berat
badan
untuk
edema
jaringan
96.
yang
tergantung
Membantu
dalam
pengeluaran cairan
24
97.
98. Intoleransi
100.
diberikan
keperawatan
terhadap aktivitas,
Menyebutkan parameter
aktivitas
asuhan
berhubunga
perhatikan frekuensi
berpartisipasi
dengan
dalam
Kelemahan
aktivitas
umum
diinginkan/diperukan
frekuensi istirahat,
peningkatan tekanan
dan
ketidak-
yang
seimbangan
antara suplai
selama /sesudah
103.
&
diukur
104.
105.
106.
berlebihan,
107.
diaforesis, pusing
108.
atau pingsan.
109.
kebutuhan
oksigen.
99.
Setelah
101.
2. Instruksikan pasien
110.
tentang teknik
mengurangi pengguanan
penghematan energi ,
misalnya
menggunakan kursi
111.
25
112.
113.
melakukan aktivitas
114.
dengan perlahan
115.
Mengidentifikasi sejauh
ditoleransi
102.
4. Berikan dorongan
untuk melakukan
aktivitas/perawatan
jantung tiba-tiba.
dapat ditoleransi
116. 117.
6
Kopi
119.
Setelah
diberikan
1. Kaji
keefektifan
ng individu
asuhan
keperawatan
strategi
tidak efektif
dengan
seseorang,
berhubunga
mengidentifikasi perilaku
mengobservasi
hipertensi
koping
perilaku
dengan
Krisis
efektif
kriteria hasil :
dengan
kemampuan
koping
melakukan aktivitas.
Mekanisme adaptif perlu
misal,
mengintegrasikan
dan
terapi
situasional
118.
Menyatakan
kesadaran
kemampuan
koping/kekuatan
pribadi
Mengidentifikasi
potensial
untuk
menghindari
menyatakan perasaan
kehidupan sehari-hari.
dan
perhatian,
122.
keinginan
dalam
123.
partisipasi
dalam
124.
rencana pengobatan.
2. Catat
gg.
laporan
keletihan,
125.
Manifetasi
mekanisme
atau mengubahnya.
tidur,
Mendemonstrasikan
kerusakan
konsentrasi,
rangsang, toleransi
telah
utama TD diastolik.
untuk
126.
mengatasi/menyelesa
127.
ikan masalah.
128.
mampuan
menjadi
Manifestasi
penentu
mekanisme
mengidentifikasi
kemungkinan strategi
untuk mengatasinya.
telah
penentu
utama TD diastolik
120.
4. Libatkan
menjadi
pasien
Keterlibatan
memberikan
27
dalam
perencanaan
yang
dorongan partisipasi
memperbaiki keterampilan
maksimum
koping,
dalam
rencana pengobatan.
121.
berkelanjutan,
dan
dapat
Fokus
perhatian
pasien
realitas
situasi
mengevaluasi
terhadap
prioritas/tujuan
hidup. Tanyakan
apakah
yang
lakukan
apa
anda
merupakan
yang
anda
129.
130.
131.
inginkan?
6. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi dan
diprioritaskan
mulai merencanakan
perubahan
hidup
yang
Bantu
tidak berdaya.
perlu.
secara
untuk menyesuaikan
daripada
28
membatalkan tujuan
132. 133.
7
Kura
136.
Setelah diberikan
diri/keluarga
1. Kaji kesiapan dan
ng
asuhan keperawatan
hambatan dalam
menyangkal diagnosakarena
pengetahuan
diharapkan pasien
belajar. Termasuk
mengenai
menyatakan pemahaman
orang terdekat
kondisi dan
139.
mempengaruhi minat
rencana
140.
pengobatan
141.
mempelajari penyakit,
142.
berhubunga
143.
144.
realitas bahwa
diperhatikan
145.
membutuhkan pengobatan
Mempertahankan TD dalam
146.
parameter normal
147.
148.
dipertahankan.
Hipertensi
dengan
Misinterpret
asi
informasi
134.
137.
135.
2. Tetapkan dan
138.
nyatakan batas TD
normal. Jelaskan
tentang hipertensi
memungkinkan pasien
efeknya pada
melanjutkan pengobatan
jantung, pembuluh
sehat.
otak.
152.
3. Hindari mengatakan
TD normal dan
gunakan istilah
terkontrol dengan
baik saat
menggambarkan TD
untuk melanjutkan
yang diinginkan.
pengobatan/medikasi.
149.
153.
mengidentifikasi
menunjukkan hubungan
faktor-faktor risiko
kardiovaskuler yang
serta ginjal.
154.
155.
156.
monoton,merokok,
157.
158.
159.
30
5. Atasi masalah
perilaku yang
mengidentifikasi cara
biasa/memberikan rasa
dimana perubahan
amanakan sangat
menyusahkan. Dukungan,
untuk mengurangi
meningkatkan keberhasilan
faktor-faktor
penyebab Hipertensi
tugas.
6. Bahas pentingnya
Nikotin meningkatkan
menghentikan
pelepasan ketokolamin,
mengakibatkan peningkatan
pasien dalam
membuat rencana
vasokontriksi, mengurangi
untuk berhenti
merokok.
150.
miokardium.
7. Beri penguatan
pentingnya kerja
kegagalan terapi
pengobatan dan
antihipertensif, maka
mempertahankan
31
perjanjian tindak
lanjut.
untuk keberhasilan
pengobatan.
bersamaan dengan
samping yang
diperkirakan serta
berjalnnya waktu.
160.
dan idiosinkrasi.
161.
162.
membuat olahraga
sendiri.
Sumber-sumber di
sumber di
masyarakat dan
Jantung Indonesia,
dukungan pasien
dalam membuat
perubahan pola
hidup. Lakukan
ada indikasi.
151.
163. 164.
8
Ansi
166.
etas
berhubunga
n
dengan
perubahan
kondisi
Setelah diberikan
1. Observasi tingkah
asuhan keperawatan
laku yang
menunjukkan tingkat
rileks
ansietas
167.
Kriteria hasil:
berkembang kedalam
169.
kesehatan
165.
menimbulkan perasaan
170.
terancam, ketidakmampuan
171.
172.
173.
174.
Menegaskan pada
pasien atau orang terdekat
bahwa walaupun perasaan
pasien diluar kontrol
2. Tinggal bersama
pasien,
33
mempertahankan
178.
Mengakui atau
menjawab
180.
kekhawatirannya dan
mengizinkan perilaku
181.
3. Jelaskan prosedur,
Memberikan informasi
yang akurat yang dapat
lingkungan sekeliling
menurunkan kesalahan
mungkin didengar
oleh pasien
ansietas
175.
4. Bicara singkat
dengan kata
membatasi kemampuan
sederhana.
176.
Rentang perhatian
Menciptakan
34
177.
5. Kurangi stimulasi
182.
Risik
tinggi
185.
Setelah
asuhan
diberikan
1. Pantau
TD.
Ukur
keperawatan
penurunan
lebih
curah
berpartisipasi
awal.
keterlibatan/
jantung
masalah
berhubunga
Hipertensi diklasifikasikan
jantung
akurat.
dengan
Peningkatan
afterload,
vasokontriks
dengan
dalam
criteria
hasil :
Gunakan
lengkap
tentang
bidang
vaskular.
186.
peningkatan
187.
188.
tekanan
35
i pembuluh
darah.
dapat diterima
189.
130
dan
190.
sebagai
191.
192.
Hipertensisistolik
Memperlihatkan
irama
dipertimbangkan
peningkatan
juga
193.
merupakan
194.
yang
195.
penyakit
196.
197.
198.
115.
2. Catat
keberadaan,
kualitas
denyutan
faktor
risiko
ditentukan
untuk
serebrovaskular
Denyutan
karotis
,jugularis,radialis
dan
femoralis
mungkin
199.
terpalpasi.
200.
201.
mencerminkan
202.
vasokontriksi ( peningkatan
203.
3. Auskultasi
jantung
nafas
204.
dan
tonus
bunyi
Denyut
pada
efek
dari
hipertensi
karena
adanya
atrium.
Adanya
berat
hipertrofi
krakel,
36
205.
mengi
206.
mengindikasikan
kongesti
207.
paru
terhadap
208.
terjadinya
209.
jantung kronik
warnakulit,
4. Amati
kelembaban,
suhu
dapat
sekunder
atau
gagal
kapiler
kapiler
berkaitan
lambat
mungkin
dengan
210.
vasokontriksi
211.
mencerminkan
212.
dekompensasi/penurunan
213.
curah jantung.
5. Pertahankan
Menurunkan
pembatasan aktivitas
ketegangan
seperti
mempengaruhi
istirahat
di
atau
stres
yang
tekanan
darah
jadwal
penyakit hipertensi
periode
istirahat
tanpa
223.
gangguan,
bantu
224.
pasien
melakukan
225.
aktivitas
perawatan
226.
dan
dan
perjalanan
37
lingkungan
tenang,
kurangi
227.
nyaman,
aktivitas
simpatis;
Batasi
228.
pengunjung
229.
rangsang
meningkatkan
relaksasi.
lingkungan.
untuk
menurunkan
keributan
jumlah
Membantu
230.
obat-obat
sendiri
indikasi
dengan
atau
dicampur
obat
lain
untuk
TD
pada
menurunkan
dan vasodilator.
214.
yang
215.
Diuretik
216.
agen-agen
217.
lain
218.
219.
menurunkan
220.
221.
relatif
ini
dengan
normal.
memperkuat
antihipertensi
membatasi
aktivitas
Berikan pembatasan
38
cairan
natrium
diit
dan
sesuai
Pembatasna
ini
dapat
menangani
responn
indikasi.
hipertensif,
dengan
222.
demikian
Siapkan pembedahan
menurunkan
adanya
feokkromositoma,
maka
Risik
234.
asuhan keperawatan
injuri/cedera
benda tajam
Meminimalkan risiko
cedera
berhubunga
n dengan
penglihatan
ganda
236.
2. Berikan penerangan
238.
yang cukup
( diplopia )
233.
Setelah diberikan
cedera.
4. Pasang side rail.
235.
Meminimalkan
terjadinya benturan
Meminimalkan klien
jatuh
239.
39
237.
5. Anjurkan pada
keluarga klien untuk
selalu menemani
Menghindari klien
terjatuh pada saat istirahat
Untuk meningkatkan
menjaga keamanan
klien dalam
beraktivitas
240.
241.
242.
2.2.4. IMPLEMENTASI
243.
40
2.2.5. EVALUASI
244.
245. 246.
N
248.
EVALUASI
249.
TTD
247.
Kepera
watan
250. 251.
1
X. 1
254. 255.
2
253.
vital stabil.
Composmetis
252.
- Pasien dapat mengungkapkan metode yang
X2
-
260.
261. 262.
3
X3
259. S : 36oC
Pasien menunjukkan perubahan pola makan
Mempertahankan
berat
badan
264.
dengan
Melakukan/mempertahankan
program
263.
- Pasien menunjukkan keseimbangan masukan
X4
267.
Menyatakan
pemahaman
diet
individu/pembatasan cairan.
-
268. 269.
5
X5
270.
intoleransi fisiologi
271. 272.
6
X6
Menyatakan
kesadaran
kemampuan
273.
koping/kekuatan pribadi
-
274. 275.
7
X7
277.
276.
278. 279.
8
X8
281.
-
282. 283.
9
280.
- Mempertahankan tekanan darah dalam rentang
X9
286. 287.
1
X 10
285.
289.
288.
42
290.
291.
292.
293.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001). Menurut WHO ( 1978 ), tekanan
darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi
pada usia lanjut dibedakan hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg dan hipertensi sistolik
terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih
rendah dari 90 mmHg.
294.
perubahanperubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah, meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer.
295.
Tanda dan gejala hipertensi pada lansia secara umum adalah sakit kepala,
perdarahan hidung, vertigo, mual muntah, perubahan penglihatan, kesemutan pada kaki dan
tangan, sesak nafas, kejang atau koma, dan nyeri dada. Sementara itu diagnosa yang muncul
pada asuhan keperawatan hipertensi adalah : Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan
penurunan suplai oksigen otak, Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral dan iskemia miokard, Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan berlebih sehubungan dengan kebutuhan metabolik, Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan edema, peningkatan cairan intravaskular, Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan Kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, Koping individu tidak efektif berhubungan dengan Krisis situasional, Kurang
pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan berhubungan dengan Misinterpretasi
informasi, Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan, Risiko tinggi
penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload, vasokontriksi
pembuluh darah, Risiko injuri/cedera berhubungan dengan penglihatan ganda ( diplopia ).
296.
297.
298.
43
299.
DAFTAR PUSTAKA
300.
301.
Doenges,Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien edisi 3. Jakarta :EGC
Gray H Huoh, dkk.2006. Lecture Notes Kardiologi edisi 4. Jakarta: Erlangga.
Juni Wajan.2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta:Salemba Medika.
Price, Sylvia A.2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6
volume 1. Jakarta ;EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta
:EGC
Stockslager,Schaeffer.2008.Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik edisi 2.
Jakarta: EGC.
http://www.scrib.com, diakses pada tanggal 31 Maret 2012.
302.
303.
304.
305.
306.
307.
308.
309.
44