Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah terhadap dinding pembuluh
darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap dinding arteri ketika darah
tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Besar tekanan bervariasi tergantung pada
pembuluh darah dan denyut jantung. Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika
ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel
berelaksasi (tekanan diastolik). Pada keadaan hipertensi, tekanan darah meningkat
yang ditimbulkan karena darah dipompakan melalui pembuluh darah dengan
kekuatan berlebih.1 Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan
darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama
dengan 90 mmHg setelah dua kali pengukuran terpisah. 2 Hipertensi dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang
penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal.
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang
terus-menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi.
Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan
darah secara berkala.
2. Prehipertensi
Prehipertensi adalah kondisi ketika tekanan darah lebih tinggi dari biasanya yang
merupakan ertanda bahwa seseorang berisiko terkena hipertensi. Prehipetensi
terjadi ketika tekanan darah berada di antara 120/90 mmHg dan 140/9mmHg.
Tekanan darah normal biasanya lebih rendah dari 120/90 mmHg. Seseorang
dinyatakan prehiperensi apabila tekanan darahnya mencapai 140/90mmHg atau
lebih. Jenis hipertensi satu ini tidak menunjukkan tanda dan gejala apapun.
3. Hipertensi Urgensi
Hipertensi Urgensi terjadi, jika tekanan darah sudah sangat tinggi, tetapi
diperkirakan belum terjadi kerusakan organ-organ pada dalam tubuh. Jenis
hipertensi ini termasuk dalam bagian dari krisis hipertensi. Gejala yang di timbulkan
antara lain sesak napas, sakit punggung, nyeri di dada, mati rasa, kesulitan bicara
dan perubahan penglihatan.
4. Krisis Hipertensi
Jenis hipertensi ini sudah mencapai tahapan parah, yang ditandai pada tekanan
darah yang mencapai 180/120 mmHg atau lebih tinggi. Tekanan darah yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, dan menyebabkan
peradangan, serta menimbulkan pendarahan dalam. Jika sudah terjadi, kondisi ini
bisa dapat menyebabkan komplikasi yang sangat berbahaya, seperti stroke.
Krisis hipertensi bisa disebabkan oleh beberapa penyakit seperti gagal ginjal atau
gagal jantung, serangan jantung, stroke. Jika sudah terjadi, penderita bisa saja tidak
merasakan gejala tertentu. Namun gejala yang muncul dapat berupa sakit kepala,
mimisan, atau rasa cemas berlebihan.
5. Hipertensi Emergensi
Hipertensi Emergensi merupkan kondisi saat tekanan darah sudah sangat tinggi dan
telah menyebabkan kerusakan kerusakan pada organ tubuh. Gejalanya akan ditandai
dengan sesak napas, sakit punggung, nyeri dada, mati rasa, kesulitan bicara, atau
kejang-kejang.
Saat gejala muncul, penderita disarankan untuk segera pergi ke rumah sakit terdekat
untuk mendapatkan penanganan medis, jenis yang satu ini dapat menimbulkan
komplikasi berbahaya berupa kematian.
BAB II
PENYEBAB HIPERTENSI
Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis hipertensi yang umum terjadi, yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer adalah jenis hipertensi yang berkembang dari waktu ke waktu
tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi.
Sedangkan, hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang terjadi dengan cepat
dan bisa menjadi lebih parah daripada hipertensi primer.
Secara umum, penyebab hipertensi adalah sebagai berikut.
2. Perubahan fisik
Perubahan fisik yang semakin menua juga bisa menjadi penyebab hipertensi. Jika
Anda mengalami perubahan fungsi ginjal karena penuaan, maka keseimbangan
garam dan cairan alami tubuh akan terganggu. Alhasil, tekanan darah tubuh ikut
meningkat.
Penyakit ginjal
Obstructive sleep apnea
Cacat jantung bawaan
Masalah tiroid
Efek samping konsumsi obat
Penggunaan obat-obatan terlarang
Penyalahgunaan alkohol
Masalah kelenjar adrenal
Tumor endokrin tertentu
BAB III.
TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI
Ada gejala yang bisa jadi dirasakan oleh penderita hipertensi. Namun perlu diingat,
tidak semua penderita hipertensi akan merasakan gejala-gejala ini. Seringkali kasus
hipertensi ditemukan pada pasien yang tidak bergejala.
Vertigo
Masalah penglihatan
Sesak napas
Kondisi aritmia
Kelelahan
BAB IV
SEBAB DAN AKIBAT HIPERTENSI
1. Penyakit Jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi bisa menyebabkan terjadinya pengerasan dan
penebalan arteri dinding pembuluh darah. Kondisi penebalan dinding pembuluh
darah ini disebut dengan aterosklerosis. Kondisi ini bisa menyebabkan terjadinya
penyumbatan pembuluh darah yang pada akhirnya memicu penyakit jantung karena
kurangnya pasokan oksigen ke organ tersebut. Berita buruknya, kondisi yang satu ini
cukup sering berkembang menjadi serangan jantung bagi pengidapnya.
2. Gagal Ginjal
Tekanan darah yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan penyempitan pembuluh
darah di ginjal. Dengan kata lain, tekanan darah yang tidak terkontrol bisa memicu
pembuluh darah di seputar ginjal menjadi lebih lemah dan menyempit.
3. Gangguan Penglihatan
Penebalan tidak hanya bisa terjadi pada dinding pembuluh darah di ginjal atau
jantung. Nyatanya, pembuluh darah yang ada di sekitar mata juga bisa mengalami
penebalan dan menyebabkan pengidap hipertensi mungkin akan mengalami
gangguan penglihatan, bahkan kehilangan kemampuan untuk melihat.
4. Perubahan Kognitif
Naiknya tekanan darah yang terjadi secara terus menerus juga bisa memengaruhi
kemampuan kognitif seseorang. Hipertensi bisa memunculkan komplikasi berupa
menurunnya kemampuan otak, sulit untuk fokus, dan sulit mengingat sesuatu.
5. Berujung Kematian
BAB V
CARA MENCEGAH HIPERTENSI
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC Black Joyce.M. (2014).
Keperawatan Media Bedah Edisi 8 Buku 2 jakarta : Elsevier. Nies Mary A. (2019).
Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga. Edisi Indonesia 1 jakarta : Elsevier.