Oleh:
Zinedine Avien Ryanar Putri
6411418127
Kelas C
JANTUNG KORONER
1. Definisi
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah masalah jantung yang terjadi akibat
penyempitan pembuluh arteri koroner. Pembuluh arteri koroner menyempit disebabkan
oleh penumpukan plak kolesterol di dinding dalamnya untuk jangka waktu panjang.
Penyempitan dinding arteri ini disebut aterosklerosis.
Seiring berjalannya waktu, PJK dapat menyebabkan otot jantung melemah
sehingga menimbulkan komplikasi seperti gagal jantung dan aritmia (gangguan irama
jantung)
2. Epidemiologi
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun 2015 menyebutkan, lebih dari
17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Atau
sekira 31 persen dari seluruh kematian di dunia, sebagian besar atau sekira 8,7 juta
kematian disebabkan oleh karena penyakit jantung koroner.
Lebih dari 75 persen kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah
terjadi di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Yang cukup
mengkhawatirkan lagi, tren penyakit jantung saat ini tidak hanya diderita oleh
penduduk usia lanjut. Namun penyakit yang satu ini juga sudah banyak ditemukan pada
usia muda.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan
(Kemenkes), drg. Widyawati, MKM mengatakan, di Indonesia, hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Tahun 2018 menunjukkan bahwa sebesar 1,5 persen atau 15 dari
1.000 penduduk Indonesia menderita penyakit jantung koroner. Sedangkan jika dilihat
dari penyebab kematian tertinggi di Indonesia, menurut Survei Sample Registration
System tahun 2014 menunjukkan 12,9 persen kematian akibat penyakit jantung
koroner.
3. Penyebab
Penyebab penyakit jantung koroner ada banyak. Meski begitu, penelitian telah
menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi, kolesterol dan trigliserida tinggi, diabetes,
kegemukan, kebiasaan merokok, dan peradangan pada pembuluh darah merupakan
faktor utama yang melukai dinding arteri sehingga menyebabkan PJK.
Saat arteri rusak, plak akan lebih mudah menempel pada arteri dan lambat laun
menebal. Penyempitan pembuluh kemudian akan menghambat aliran darah kaya
oksigen ke jantung. Jika plak ini pecah, trombosit akan menempel pada luka di arteri
dan membentuk gumpalan darah yang memblokir arteri. Hal ini dapat menyebabkan
angina semakin parah.
Ketika bekuan darah cukup besar maka arteri akan tertekan, yang menyebabkan
infark miokard atau kematian otot jantung.
4. Faktor risiko
Rokok
Rokok adalah faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Kandungan
nikotin dan karbon monoksida dalam asap rokok dapat membebani kerja
jantung, dengan memacu jantung bekerja lebih cepat. Kedua senyawa tersebut
juga meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah.
Senyawa lain dalam rokok juga dapat merusak dinding arteri jantung
dan menyebabkan penyempitan. Oleh karena itu, risiko terserang penyakit
jantung pada perokok hampir 25 persen lebih tinggi dibanding orang yang tidak
merokok.
Diabetes
Diabetes menyebabkan dinding pembuluh darah menebal dan
menghambat aliran darah. Penderita diabetes diketahui 2 kali lipat lebih berisiko
terserang penyakit jantung koroner.
Trombosis
Trombosis adalah bekuan darah yang dapat terbentuk di pembuluh darah
vena atau arteri. Bila terbentuk di arteri, akan menghambat aliran darah ke
jantung, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung.
Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi membuat jantung harus bekerja
lebih keras. Salah satu faktor pemicu hipertensi adalah konsumsi makanan
dengan kadar garam yang tinggi. Tekanan darah normal berkisar antara 90/60
mmHg hingga 120/80 mmHg.
Kadar kolesterol tinggi
Kolesterol adalah lemak yang dihasilkan oleh hati, dan penting bagi
proses pembentukan sel sehat. Meskipun demikian, kadar kolesterol tinggi
dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
Kolesterol terbagi dua, yaitu kolesterol baik (HDL) dan kolesterol jahat
(LDL). LDL inilah yang dapat menumpuk di dinding arteri dan memicu
penyempitan. Pada orang dewasa yang sehat, kadar LDL yang normal dalam
darah adalah kurang dari 100 mg/dL. Sedangkan bagi individu berisiko
mengalami penyakit jantung koroner, kadar LDL disarankan di bawah 100
mg/dL. Batas maksimal kadar LDL akan lebih rendah lagi bagi mereka yang
sudah menderita penyakit jantung atau diabetes, yaitu di bawah 70 mg/dL.
Berat badan berlebih
Seseorang dengan berat badan berlebih atau obesitas berisiko terserang
penyakit jantung koroner.
Kurang beraktivitas
Aktivitas fisik seperti olahraga dapat mengurangi risiko penyakit
jantung. Olahraga juga dapat membantu mengontrol kadar kolesterol dan gula
darah, mencegah obesitas, serta membantu menurunkan tekanan darah.
Pola makan tidak sehat
Risiko penyakit jantung koroner dapat meningkat akibat pola makan
yang tidak sehat, seperti terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan kadar
gula atau garam tinggi, atau makanan dengan kandungan lemak jenuh yang
tinggi.
Riwayat kesehatan keluarga
Risiko PJK meningkat pada seseorang yang memiliki keluarga dengan
penyakit jantung.
Jenis kelamin
Umumnya, PJK lebih banyak menyerang pria dibanding wanita. Namun
demikian, risiko terkena penyakit yang sama akan meningkat pada wanita pasca
menopause.
Usia
Makin tua usia seseorang, makin tinggi risikonya terserang penyakit
jantung koroner. Penyakit ini lebih sering menimpa pria usia lebih dari 45 tahun
dan wanita lebih dari 55 tahun.
Sindrom metabolic
Sindrom metabolik adalah sekelompok penyakit yang meningkatkan
risiko penyakit jantung koroner, meliputi hipertensi, kolesterol tinggi, dan
obesitas.
Sleep apnea
Sleep apnea yang tidak tertangani dapat meningkatkan risiko penyakit
jantung koroner, hipertensi, diabetes, dan stroke.
Stres
Penelitian menunjukkan, stres dalam berbagai lingkup kehidupan, dapat
mengakibatkan penyakit jantung koroner. Stres juga dapat memicu faktor risiko
lain. Sebagai contoh, stres dapat memicu seseorang merokok atau makan
berlebihan.
Alkohol
Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dapat merusak otot
jantung, dan memperburuk kondisi seseorang dengan faktor risiko penyakit
jantung koroner, seperti hipertensi dan obesitas.
Preeklamsia
Preeklamsia adalah komplikasi yang terjadi dalam masa kehamilan,
ditandai dengan hipertensi dan kadar protein tinggi dalam urine. Kondisi ini
meningkatkan risiko gangguan pada jantung, termasuk PJK.
5. Tanda dan gejala
Gejala PJK biasanya tidak selalu langsung muncul di awal mula terjadinya
penyakit. Namun seiring waktu, berikut gejala penyakit jantung koroner yang harus
diwaspadai:
Nyeri dada (angina)
Angina adalah nyeri dada yang teramat sangat intens akibat otot jantung
tidak mendapatkan cukup pasokan darah kaya oksigen. Rasa sakitnya mirip
dicubit atau dada tertindih benda berat.
Sensasi dicubit tersebut dapat menyebar ke pundak, lengan, leher,
rahang, dan punggung kiri. Bisa juga seperti menembus dari depan dada ke
punggung. Rasa nyeri dapat muncul dan menjadi lebih parah saat pasien sedang
beraktivitas berat, misalnya berolahraga.
Perlu Anda ketahui juga bahwa gejala angina pada pria dan wanita
berbeda. Wanita cenderung melaporkan serangan jantung yang diawali
kemunculan rasa nyeri spesifik di bawah dada dan perut bagian bawah.
Namun perlu diingat juga, tidak semua nyeri dada adalah gejala penyakit
jantung koroner. Nyeri dada akibat angina umumnya biasa disertai oleh gejala
lainnya, seperti keringat dingin.
Keringat dingin dan mual
Ketika pembuluh darah menyempit, otot-otot jantung akan kekurangan
oksigen sehingga menyebabkan suatu kondisi yang disebut iskemia. Kondisi ini
akan memicu suatu sensasi yang sering dideskripsikan sebagai keringat dingin.
Di sisi lain, iskemia juga dapat memicu reaksi mual dan muntah.
Sesak napas
Jantung yang tidak berfungsi normal kesulitan memompa darah segar ke
paru sehingga Anda akan kesulitan bernapas. Selain itu, cairan yang berkumpul
di paru-paru juga menyebabkan sesak napas bertambah parah. Sesak napas yang
jadi gejala PJK biasanya terjadi bersamaan dengan nyeri dada.
6. Diagnosis
Sebagai langkah awal diagnosis, dokter akan menanyakan gejala yang dialami,
serta memeriksa faktor risiko yang dimiliki pasien. Bila pasien berisiko terserang
penyakit jantung koroner (PJK), dokter akan memeriksa tekanan darah pasien.
Dokter juga akan menjalankan tes darah, untuk mengukur kadar kolesterol
pasien. Agar didapat hasil yang akurat, pasien akan diminta berpuasa 12 jam sebelum
tes dilakukan.
Kemudian, untuk memastikan diagnosis, dokter akan menjalankan beberapa
metode pemeriksaan yang meliputi:
Elektrokardiografi (EKG)
EKG bertujuan merekam aktivitas listrik jantung pasien. Melalui EKG,
dokter dapat mengetahui apakah pasien pernah atau sedang mengalami
serangan jantung. EKG juga dapat membantu dokter mengetahui detak dan
irama jantung pasien tergolong normal atau tidak.
Pada sejumlah kasus, dokter akan menyarankan pasien menjalani Holter
monitoring. Sama seperti EKG, pemeriksaan ini bertujuan merekam aktivitas
listrik jantung. Bedanya, pasien akan memakai perangkat kecil yang disebut
monitor Holter. Alat tersebut akan dikalungkan di dada pasien, selama pasien
beraktivitas dalam 24 jam.
Foto Rontgen
Foto Rontgen di bagian dada dapat dilakukan guna melihat kondisi
jantung, paru-paru, dan pembuluh darah. Melalui foto Rontgen dada, dokter
dapat mengetahui bila ukuran jantung membesar atau terdapat gangguan pada
paru-paru.
CT scan dan MRI scan
Dua tes pencitraan ini dapat dilakukan untuk melihat kondisi jantung
dengan lebih detail, yang tidak dapat terlihat pada pemeriksaan foto Rontgen.
Pemeriksaan ini juga bisa memperlihatkan bila ada penumpukan kalsium di
pembuluh darah, yang dapat memicu penyakit jantung koroner.
Uji tekanan (stress test)
Bila gejala yang dialami pasien lebih sering muncul saat sedang
beraktivitas, dokter akan menyarankan uji tekanan. Tes ini bertujuan mengukur
kerja jantung pasien ketika beraktivitas.
Dalam uji tekanan, pasien akan diminta berjalan di treadmill, atau
mengayuh sepeda statis, sambil menjalani pemeriksaan EKG di saat yang
bersamaan. Pada saat pasien tidak dapat beraktivitas, dokter akan memberi obat
untuk meningkatkan detak jantung sambil menjalankan tes MRI.
Ekokardiografi
Ekokardiografi adalah pemeriksaan dengan menggunakan gelombang
suara (seperti USG), untuk menampilkan gambaran jantung pasien di monitor.
Selama ekokardiografi dilakukan, dokter dapat memeriksa, apakah semua
bagian dinding jantung berfungsi baik dalam memompa darah.
Dinding jantung yang bergerak lemah, bisa disebabkan oleh kekurangan
oksigen, atau adanya kerusakan akibat serangan jantung. Hal tersebut bisa
menjadi tanda PJK.
Pemeriksaan enzim jantung
Pemeriksaan enzim jantung dilakukan dengan mengambil sampel darah
pasien, untuk diperiksa di laboratorium. Melalui pemeriksaan ini, dokter dapat
mengetahui kadar troponin T dalam darah pasien.
Troponin adalah protein yang dihasilkan sel jantung yang mengalami
kerusakan. Pada seseorang yang terkena serangan jantung, kadar troponin akan
meningkat dalam 3-12 jam setelahnya. Kadar troponin akan mencapai
puncaknya dalam 1-2 hari, dan kembali normal setelah 5-14 hari.
Kadar troponin terkait secara langsung dengan tingkat kerusakan otot
jantung. Dengan kata lain, makin tinggi kadar troponin dalam darah, makin
parah pula kerusakan jantung yang dialami.
Pemeriksaan radionuklir
Pemeriksaan radionuklir digunakan untuk membantu mengukur aliran
darah ke otot jantung, saat beristirahat dan saat beraktivitas. Tes ini hampir sama
seperti uji tekanan, yaitu dengan meminta pasien berjalan di treadmill atau
mengayuh sepeda statis. Bedanya, tes ini dapat menunjukkan informasi yang
lebih lengkap dengan menampilkan gambar jantung pasien.
Sebelum tes dilakukan, pasien akan disuntikkan zat radioaktif yang
disebut isotop. Bila pasien tidak dapat berjalan di treadmill atau menggunakan
sepeda statis, dokter akan memberikan obat untuk meningkatkan detak jantung
pasien. Kemudian, kamera akan diarahkan ke dada pasien, dan menangkap
gambar saat isotop mengalir ke jantung.
Kateterisasi jantung dan angiografi coroner
Katerisasi jantung bertujuan untuk melihat kondisi jantung, dengan
memasukkan kateter melalui pembuluh darah di lengan atau paha untuk
diarahkan ke jantung. Kemudian, dokter akan menjalankan prosedur angiografi
koroner. Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan cairan kontras, dan
menggunakan foto Rontgen untuk melihat aliran darah menuju jantung. Melalui
angiografi koroner, dokter dapat mengetahui bila ada penyumbatan di pembuluh
darah.
7. Pengobatan
Beberapa jenis obat untuk menangani penyakit jantung koroner, antara lain:
Pengencer darah
Dokter dapat meresepkan pengencer darah jenis antiplatelet, kecuali
pada pasien dengan gangguan pembekuan darah. Antiplatelet dapat membantu
mencegah pembekuan darah, dan menurunkan risiko angina serta serangan
jantung. Contoh obat ini adalah aspirin dan clopidogrel.
Statin
Statin berfungsi menurunkan kolesterol tinggi, dengan membuang LDL
dari darah, sehingga memperlambat perkembangan penyakit jantung. Contoh
obat statin yang biasa diresepkan adalah atorvastatin dan simvastatin.
Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitors)
Jenis obat ini digunakan untuk mengobati hipertensi, di antaranya
captopril dan enalapril.
Angiotensin II receptor blockers (ARB)
Fungsi obat ini sama seperti ACE inhibitors, yaitu mengatasi hipertensi.
Contohnya adalah valsartan dan telmisartan.
Penghambat beta (beta blockers)
Obat ini berfungsi mencegah angina dan mengatasi hipertensi.
Contohnya adalah bisoprolol dan metoprolol.
Nitrat
Nitrat berfungsi melebarkan pembuluh darah, sehingga aliran darah ke
jantung meningkat, dan jantung tidak memompa darah lebih keras. Salah satu
jenis nitrat adalah nitrogliserin.
Antagonis kalsium
Obat ini bekerja melebarkan pembuluh darah, sehingga tekanan darah
menurun. Contohnya adalah verapamil dan diltiazem.
Diuretik
Jenis obat ini bekerja mengurangi kadar air dan garam dalam darah
melalui urine, dan melebarkan pembuluh darah agar tekanan darah menurun.
Bila obat sudah tidak efektif untuk mengatasi gejala yang dialami, pasien akan
disarankan untuk menjalani operasi. Dokter juga akan menjalankan operasi bila
penyempitan pembuluh darah disebabkan oleh penumpukan ateroma. Sejumlah
tindakan yang dilakukan, antara lain:
Pasang ring jantung
Pasang ring jantung atau angioplasti koroner dilakukan dengan
memasukkan kateter ke bagian arteri yang mengalami penyempitan. Kemudian,
dokter akan mengembangkan balon kecil melalui kateter untuk melebarkan
arteri yang menyempit. Dengan demikian, aliran darah dapat kembali lancar.
Ring (stent) akan dipasang di arteri guna mencegah penyempitan kembali.
Prosedur ini dapat dilakukan secara terencana pada pasien dengan gejala angina,
atau sebagai tindakan darurat pada seseorang yang mengalami serangan
jantung.
Bypass jantung
Prosedur ini dilakukan dengan mengambil pembuluh darah dari bagian
tubuh lain, untuk ditempel (dicangkok) ke bagian antara pembuluh darah besar
(aorta) dan arteri, dengan melewati area yang menyempit. Dengan begitu, darah
akan mengalir lancar melalui rute baru tersebut. Bypass jantung dilakukan
dengan membedah dada pasien. Oleh karena itu, prosedur ini umumnya hanya
dilakukan bila terdapat lebih dari satu arteri yang tersumbat.
Transplantasi jantung
Tindakan ini dilakukan jika kerusakan jantung sudah sangat parah, dan
sudah tidak dapat lagi diatasi dengan obat. Tranplantasi jantung dilakukan
dengan mengganti jantung yang rusak, dengan jantung yang sehat dari
pendonor.
8. Komplikasi
Penyakit jantung koroner yang tidak tertangani dapat memicu sejumlah
komplikasi, seperti:
Angina. Angina atau nyeri dada disebabkan oleh menyempitnya arteri, sehingga
jantung tidak mendapatkan cukup darah.
Serangan jantung. Komplikasi ini terjadi bila arteri tersumbat sepenuhnya,
akibat penumpukan lemak atau gumpalan darah. Kondisi ini akan merusak otot
jantung.
Gagal jantung. Gagal jantung terjadi bila jantung tidak cukup kuat memompa
darah. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan
jantung.
Gangguan irama jantung (aritmia). Kurangnya suplai darah ke jantung atau
kerusakan pada jantung akan memengaruhi impuls listrik jantung, sehingga
memicu aritmia.
9. Pencegahan
Penyakit jantung koroner dapat dicegah dengan menjalani pola hidup sehat,
seperti berhenti merokok dan membatasi konsumsi alkohol. Selain itu, kelola stres
dengan baik, misalnya dengan melakukan relaksasi otot atau latihan pernapasan dalam.
Langkah pencegahan lain adalah dengan rutin menjalani pemeriksaan gula
darah dan kolesterol tiap dua tahun. Pemeriksaan lebih rutin akan disarankan, pada
pasien dengan riwayat hipertensi dan penyakit jantung. Beberapa langkah lain untuk
mencegah penyakit jantung koroner adalah:
Konsumsi makanan bergizi seimbang
Perbanyaklah mengonsumsi makanan tinggi serat, seperti sayur dan
buah. Selain itu, batasi kadar garam pada makanan, tidak lebih dari 1 sendok
teh sehari. Hindari makanan dengan kadar kolesterol tinggi, terutama bila kadar
LDL Anda cukup tinggi. Beberapa jenis makanan tinggi kolesterol tersebut
antara lain:
- Makanan yang digoreng.
- Ati
- Kuning telur
- Mentega
- Otak sapi dan jeroan hewan
- Udang
- Makanan cepat saji
Jenis makanan lain yang harus dihindari adalah makanan berkadar gula
tinggi, karena dapat meningkatkan risiko terkena diabetes, salah satu faktor
risiko penyakit jantung koroner.
Sebaliknya, tingkatkan kadar kolesterol baik atau HDL dengan
memperbanyak konsumsi makanan tinggi lemak tak jenuh, seperti minyak ikan,
alpukat, kacang-kacangan, serta minyak zaitun dan minyak sayur.
Lakukan olahraga rutin
Pola makan sehat yang dikombinasikan dengan olahraga rutin dapat
menjaga berat badan ideal. Di samping itu, olahraga rutin dapat menurunkan
kadar kolesterol dan menjaga tekanan darah tetap normal.
Luangkan waktu setidaknya 150 jam dalam seminggu, untuk
berolahraga. Misalnya dengan jogging 30 menit setiap hari. Selain jogging,
senam, atau renang juga dapat menjaga kesehatan jantung.
Konsumsi obat dengan benar
Sangat penting untuk mengikuti petunjuk dokter dalam mengonsumsi
obat. Penting untuk diingat bahwa jangan menghentikan pengobatan tanpa
terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter, karena dapat mengakibatkan
gejala makin memburuk.
ARITMIA
1. Definisi
Aritmia adalah suatu penyakit yang terjadi karena impuls elektrik yang
berfungsi mengatur detak jantung normal tidak bekerja dengan baik atau mengalami
gangguan. Berbagai jenis aritmia, antara lain:
Bradikardia, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat dari normal.
Blok jantung, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat atau tidak
teratur, dan dapat menyebabkan pengidapnya kehilangan kesadaran (pingsan).
Takikardia supraventrikular, yaitu kondisi ketika jantung berdenyut cepat
secara tidak normal.
Fibrilasi atrium, yaitu kondisi ketika jantung berdetak cepat dan tidak teratur,
bahkan ketika pengidapnya sedang beristirahat.
Fibrilasi ventrikel, yaitu jenis aritmia yang dapat menyebabkan pengidapnya
kehilangan kesadaran atau kematian mendadak akibat detak jantung yang
terlalu cepat dan tidak teratur.
2. Epidemiologi
Gangguan irama jantung yang terjadi dapat berupa atrial fibrilasi, atrial flutter,
blok jantung, ventrikel fibrilasi, ventrikel takikardi serta gangguan irama lainnya. Data
epidemiologi yang diperoleh dari New England Medical Journal (2001) menyebutkan
bahwa kelainan struktur arteri koroner merupakan penyebab 80 % gangguan irama
jantung yang dapat berakhir dengan kematian mendadak.
Data yang diperoleh dari Framingham (2002) menyebutkan angka kejadian
gangguan irama jantung akan meningkat dengan pertambahan usia. Diperkirakan,
populasi geriatri (lansia) akan mencapai 11,39 % di Indonesia atau 28 juta orang di
Indonesia pada tahun 2020. Makin bertambah usia, persentase kejadian akan meningkat
yaitu 70 % pada usia 65 – 85 tahun dan 84 % di atas 85 tahun.
Gangguan irama jantung yang paling sering ditemukan adalah atrial fibrilasi.
Sekitar 2,2 juta penduduk Amerika dan hampir sekitar 5 % pada populasi umur 69 tahun
dan 8 % pada populasi umur 80 tahun menderita kelainan ini.
Hasil penelitian Framingham Heart Study (2002) menunjukkan bahwa atrial
fibrilasi meningkatkan resiko kematian sebanyak 1,5 – 1,9 kali, yang diakibatkan oleh
stroke tromboemboli. Atrial flutter sendiri lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan
atrial fibrilasi. Sejumlah pasien yang datang ke rumah sakit dengan diagnosa takikardi
supraventrikuler menunjukkan atrial fibrilasi sebanyak 77 % dan 10 % atrial flutter.
Data yang diperoleh dari seorang ahli jantung dan pembuluh darah Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Sjaharuddin Harun (2004), menyebutkan bahwa
gangguan irama jantung jenis atrial fibrilasi dapat meningkatkan resiko terserang stroke
lima kali lipat dibandingkan populasi dengan irama jantung normal sehingga hal ini
dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Sejauh ini, atrial fibrilasi memberikan
kontribusi terhadap 50.000 kasus stroke setiap tahunnya di Amerika Serikat. Sedangkan
di Departemen Neurologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta diperoleh insidens
atrial fibrilasi pada pasien stroke sekitar 2,2 %. Sedangkan data di ruang perawatan
koroner intensif RSCM (2006), menunjukkan, terdapat 6,7 % pasien mengalami atrial
fibrilasi.
Jenis gangguan irama jantung lainnya yang sering menyebabkan kematian
mendadak adalah ventrikel fibrilasi yang sering terjadi bersama ventrikel takikardi. Hal
ini menyebabkan sekitar 300.000 kematian per tahunnya di Amerika Serikat. Kelainan
ini juga ditemukan sebanyak 0,06 – 0,08 % per tahunnya pada populasi dewasa.
Ventrikel fibrilasi dan ventrikel takikardi merupakan kelainan pertama yang paling
sering terjadi akibat sindrom koroner akut dan merupakan penyebab 50 % kematian
mendadak, yang biasanya terjadi 1 jam setelah onset infark miokard.
3. Faktor risiko
Meskipun bisa terjadi pada siapa saja, terdapat beberapa faktor yang
meningkatkan seseorang untuk terkena penyakit aritmia. Berikut ini adalah beberapa
faktor risiko tersebut, yaitu:
Pengunaan narkoba atau zat-zat tertentu. Seseorang berisiko mengidap aritmia
jika menggunakan narkoba atau zat zat lainnya. Hal ini karena kerja jantung
bisa terpengaruh, terutama penggunaan narkoba jenis amfetamin dan kokain.
Konsumsi alkohol yang berlebihan. Risiko seseorang untuk mengidap aritmia
juga meningkat jika mengonsumsi alkohol secara berlebihan. Hal tersebut
timbul karena pengaruh dari impuls listrik di jantung.
Mengonsumsi obat-obatan tertentu. Beragam jenis obat dapat menyebabkan
efek samping tertentu, salah satunya adalah penyakit aritmia. Bahkan, dari obat-
obatan untuk penyakit ringan, seperti obat batuk dan pilek, juga dapat
menyebabkan kelainan pada irama jantung ini terjadi.
Merokok dan mengonsumsi kafein berlebihan. Baik merokok dan mengonsumsi
kafein jika dilakukan secara berlebihan, maka meningkatkan risiko seseorang
untuk mengidap aritmia. Hal ini dikarenakan merokok dan kafein menyebabkan
detak jantung menjadi lebih cepat.
4. Tanda dan gejala
Gejala yang dialami pengidap aritmia, antara lain:
Rasa berdebar di dada.
Detak jantung lebih cepat daripada normal (takikardia).
Detak jantung lebih lambat daripada normal (bradikardia).
Kelelahan dan lemas.
Pusing.
Sesak napas.
Nyeri dada.
Pingsan
5. Diagnosis
Selain menanyakan riwayat perjalanan penyakit pengidap dan melakukan
pemeriksaan fisik guna melihat tanda-tanda aritmia, umumnya dokter akan melakukan
beberapa pemeriksaan penunjang sebagai berikut.
Ekokardiogram, untuk mengevaluasi fungsi katup dan otot jantung serta
mendeteksi penyebab aritmia dengan bantuan gelombang suara (ultrasound).
Elektrokardiogram (EKG), untuk merekam aktivitas elektrik di dalam jantung
dengan menempelkan elektroda pada permukaan kulit di dada.
Uji latih beban jantung, untuk melihat seberapa jauh tingkat keteraturan irama
jantung sebelum berubah oleh pengaruh aktivitas fisik tadi.
Monitor Holter, untuk merekam aktivitas jantung selama pengidap melakukan
rutinitas tiap hari.
Studi elektrofisiologi, untuk mengetahui lokasi aritmia dan penyebabnya,
dengan menggunakan teknik pemetaan penyebaran impuls listrik di dalam
jantung.
Kateterisasi jantung, untuk mengetahui kondisi bagian jantung seperti bilik,
koroner, katup, serta pembuluh darah, dilakukan dengan bantuan zat pewarna
khusus dan X-ray.
6. Pengobatan
Beberapa langkah yang umumnya dilakukan dokter untuk mengobati aritmia
sebagai berikut.
Obat-obatan, misalnya obat-obatan penghambat beta untuk menjaga denyut
jantung tetap normal dan obat-obatan antikoagulan, seperti aspirin, warfarin,
rivaroxaban, atau dabigatran untuk menurunkan risiko terjadinya
penggumpalan darah dan stroke.
Alat picu jantung dan implantable cardioverter defibrillator (ICD) untuk
menjaga detak jantung tetap normal pada kasus-kasus aritmia tertentu.
Kardioversi. Dokter akan memberikan kejutan listrik ke dada pengidap untuk
membuat denyut jantung kembali normal. Prosedur ini dilakukan jika suatu
aritmia tidak dapat ditangani dengan obat-obatan.
Metode ablasi untuk mengobati aritmia yang letak penyebabnya sudah
diketahui
7. Komplikasi
Pada beberapa kondisi, gangguan irama jantung dapat menimbulkan komplikasi
sebagai berikut:
Henti Jantung
Komplikasi henti jantung terjadi saat jantung berhenti berdetak secara
tiba-tiba, kemudian menyebabkan gangguan pernapasan serta kehilangan
kesadaran akibat gangguan irama jantung. Henti jantung bisa dikategorikan
sebagai kondisi darurat. Apabila tidak ditangani segera, dapat menyebabkan
kematian mendadak.
Kontraksi Atrial Prematur
Kondisi ini merupakan denyut ekstra awal yang dimulai pada ruas atas
jantung, disebut pula sebagai atrium. Biasanya, kontraksi ini tidak berbahaya
dan bisa jadi tidak membutuhkan pengobatan.
Supraventrikular
Detak jantung yang cepat biasanya dengan irama yang teratur, mulai
dari atas ruang bawah jantung, atau ventrikel. Supraventrikular tiba-tiba terjadi
dan tiba-tiba juga berakhir.
Takikardia Ventrikel (V-Tach)
Irama jantung yang cepat mulai dari ruang jantung yang lebih rendah.
Karena jantung berdetak terlalu cepat, maka jantung tidak terisi darah dengan
volume mencukupi. Hal ini dapat menjadi gangguan jantung yang serius apalagi
pada orang yang memiliki penyakit jantung. Kondisi tersebut mungkin
berkaitan dengan gejala lainnya.
Bradiaritmia
Kondisi ini ditandai dengan irama detak jantung yang lambat, mungkin
karena adanya gangguan pada sistem listrik pada jantung.
Kontraksi Ventrikel Prematur (PVC)
Gangguan ini salah satu komplikasi yang sering terjadi. Umumnya
kontraksi akan melewatkan detak jantung yang kamu kadang-kadang
merasakannya. Hal ini bisa berhubungan dengan stres, terlalu banyak kafein
atau nikotin. Namun terkadang, PVC bisa juga terjadi karena penyakit jantung
atau ketidakseimbangan elektrolit.
8. Pencegahan
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya aritmia,
antara lain:
Menghindari dan mengurangi stres.
Mengonsumsi makanan sehat.
Menjaga berat badan ideal.
Tidak sembarangan mengonsumsi obat tanpa petunjuk dari dokter, terutama
obat batuk dan pilek yang mengandung zat stimulan pemicu jantung berdetak
cepat.
Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan berkafein.
Tidak merokok.
Berolahraga secara teratur.
GAGAL JANTUNG
1. Definisi
Gagal jantung atau heart failure merujuk pada kondisi jantung tidak dapat
berfungsi dengan baik. Apabila fungsi jantung terganggu, darah tidak dapat dipompa
ke seluruh tubuh dengan baik. Pada kondisi yang normal, jantung memompa darah
secara terus menerus, entah saat beraktivitas atau beristirahat. Terdapat empat bilik
pada jantung, dengan dua bilik di atas (atrium) dan dua bilik di bawah (ventrikel).
Seseorang yang mengalami gagal jantung akan membuat aliran darah ke seluruh
tubuhnya melambat. Hal ini akan menambah parah kondisi penyakit, karena jumlah
darah yang dipompa di bawah batas normal, bilik jantung akan jadi kaku dan menebal.
Akhirnya, kondisi tersebut menyebabkan otot jantung melemah dan tidak dapat bekerja
secara efektif. Baik salah satu maupun kedua sisi jantung dapat mengalami kondisi ini.
Perlu diketahui bahwa kondisi ini berbeda dengan serangan jantung dan jantung lemah.
Gagal jantung dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Berikut adalah
penjelasannya.
Gagal jantung bagian kiri
Proses pompa darah oleh jantung berawal dari darah yang mengalir dari paru-
paru, kemudian menuju atrium kiri dan ventrikel kiri jantung. Setelah itu, darah
akan dipompa menuju seluruh bagian tubuh.
Ventrikel kiri jantung berperan paling besar dalam memompa darah. Maka dari
itu, ukurannya paling besar dibanding dengan bilik jantung lainnya.
Kegagalan fungsi pada jantung bagian kiri dapat dibedakan menjadi dua
subtype:
a. Gagal jantung sistolik
Pada kondisi ini, ventrikel kiri jantung tidak mampu berkontraksi
dengan normal. Ini artinya, jantung tidak memiliki kekuatan yang cukup
untuk memompa dan mengedarkan darah.
b. Gagal jantung diastolic
Gagal jantung diastolik adalah kondisi ini terjadi, ventrikel kiri jantung
tidak mampu rileks dengan normal karena otot-ototnya menjadi kaku.
Kondisi ini menyebabkan jantung tidak dapat terisi dengan darah yang
cukup selama fase jeda di antara setiap denyut.
Gagal jantung bagian kanan
Fungsi dari jantung bagian kanan adalah memompa darah menuju paru-paru
agar darah terisi dengan oksigen,
Umumnya, kegagalan pada jantung bagian kanan terjadi akibat adanya
kegagalan pada jantung bagian kiri. Jika jantung bagian kiri mengalami
masalah, peningkatan cairan akan terjadi dan kembali mengalir ke paru-paru,
sehingga jantung bagian kanan pun akan mengalami kerusakan.
Jika bagian kanan jantung kehilangan kemampuannya untuk memompa darah,
darah akan kembali mengalir ke pembuluh vena. Kondisi ini dapat
menyebabkan pembengkakan atau penyumbatan pada kaki, pergelangan kaki,
dan perut.
Gagal jantung kongestif
Kondisi ini membutuhkan penanganan medis sesegera mungkin. Ketika aliran
darah dari jantung melambat, akan terjadi penumpukkan pada pembuluh vena,
sehingga edema (pembengkakan) berpotensi terjadi.
Selain itu, cairan yang menumpuk di paru-paru dapat mengakibatkan masalah
pernapasan. Kondisi ini disebut dengan edema paru. Tidak hanya masalah pada
paru-paru, kondisi ini juga dapat memengaruhi fungsi ginjal dalam membuang
air dan sodium. Hal ini berisiko menyebabkan edema pada organ-organ tubuh
lain.
2. Epidemiologi
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi dan insidens gagal jantung
global mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini didukung tak hanya oleh
peningkatan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit akibat gagal jantung, tapi juga
pertambahan kematian akibat gagal jantung serta beban biaya kesehatan yang terkait
gagal jantung.
Global
Data global mengungkap bahwa prevalensi gagal jantung telah meningkat dalam
beberapa dekade terakhir. Hal tersebut diduga berkaitan dengan peningkatan kesadaran
masyarakat dan angka diagnosis gagal jantung, pertambahan jumlah populasi lansia,
peningkatan insidens gagal jantung, serta perbaikan tata laksana penyakit
kardiovaskuler dan layanan kesehatan secara umum. Insidens gagal jantung bervariasi
antara 1-32 kasus per 1000 orang-tahun. Rentang estimasi insidens yang lebar tersebut
sangat dipengaruhi oleh karakteristik populasi yang diteliti dan kriteria diagnosis yang
dipakai. Sebagai contoh, Bahrami et al memperkirakan bahwa insidens gagal jantung
antara tahun 2000-2002 pada populasi kulit hitam, Hispanik, Kaukasian, dan Tiongkok-
Amerika berdasarkan kriteria MESA (Multi Ethnic Study of Atherosclerosis) masing-
masing sebesar 4,6; 3,5; 2,4; dan 1,0 per 1000 orang-tahun.
Namun, data epidemiologi global gagal jantung sebagian besar berasal dari penelitian
di Amerika Utara dan Eropa sedangkan data dari belahan bumi lainnya masih sangat
minimal. Secara khusus, data terbatas menunjukkan bahwa 1,2%-6,7% populasi di Asia
terdiagnosis dengan gagal jantung. Di Tiongkok, hampir 4,2 juta penduduk mengalami
gagal jantung dan 500.000 individu baru terdiagnosis dengan gagal jantung setiap
tahun. Angka tersebut hampir sebanding dengan data terbaru tahun 2016 di Amerika
Serikat yang menyebutkan bahwa 5,7 juta penduduk AS menderita gagal jantung
dengan perkiraan peningkatan prevalensi hingga 8 juta kasus pada tahun 2030.
Indonesia
Prevalensi gagal jantung di Indonesia mencapai 5% dari total populasi. Angka
prevalensi ini lebih tinggi dibandingkan data prevalensi gagal jantung di populasi Eropa
dan Amerika yang berkisar antara 1-2%. Karakteristik lain yang menonjol dari data
epidemiologi gagal jantung di Indonesia adalah rerata usia saat pertama perawatan di
RS akibat gagal jantung, perbedaan proporsi pria dan wanita yang menderita gagal
jantung, serta proporsi faktor risiko gagal jantung yang teridentifikasi.
Rerata usia saat perawatan akibat gagal jantung di Indonesia cenderung lebih muda (58
tahun) dibandingkan data yang sama di beberapa negara Asia Tengara seperti Malaysia,
Filipina, Singapura, dan Thailand (masing-masing 62, 60, 67, dan 67 tahun). Selain itu,
jumlah pria penderita gagal jantung 2 kali lipat lebih banyak dibandingkan wanita yang
mengalami gagal jantung. Proporsi sejumlah faktor risiko utama gagal jantung yang
teridentifikasi seperti penyakit jantung iskemik dan hipertensi tidak sebanyak proporsi
faktor risiko tersebut pada penderita gagal jantung di negara Asia Tenggara lainnya.
Namun, kegemukan dikenali sebagai salah satu faktor risiko gagal jantung yang
teridentifikasi pada hampir separuh penderita. Hal ini mengisyaratkan bahwa terdapat
kemungkinan deteksi penyakit jantung iskemik dan hipertensi yang masih rendah pada
populasi yang berisiko gagal jantung di Indonesia.
3. Penyebab
Gagal jantung adalah kondisi yang dapat disebabkan oleh masalah atau kelainan
kesehatan lainnya. Berikut adalah beberapa penyebab umum dari kondisi ini:
Penyakit arteri coroner
Ketika kolesterol dan lemak menumpuk di arteri jantung, aliran darah menuju
jantung akan terhambat. Kondisi ini disebut dengan atherosclerosis. Jika hal ini
terjadi, akan mengalami nyeri dada (angina) atau serangan jantung.
Serangan jantung (infark miokard)
Serangan jantung terjadi ketika arteri yang menyuplai darah menuju otot
jantung mengalami penyumbatan. Hal ini berpotensi menyebabkan kerusakan
pada jaringan otot jantung dan fungsi pompa darah pada jantung.
Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Tekanan darah yang jauh berada di atas batas normal dapat menyebabkan
jantung bekerja lebih keras dari biasanya saat memompa darah. Kondisi ini
dapat menyebabkan jantung membesar dan melemah.
Kelainan katup jantung
Kelainan pada katup jantung dapat terjadi akibat adanya penyakit atau infeksi.
Jika katup pada jantung tidak menutup atau membuka dengan sempurna saat
jantung berdetak, otot jantung harus memompa darah lebih keras.
Masalah pada otot jantung
Kelainan pada otot jantung, seperti kardiomiopati hipertropik atau miokarditis
dapat menyebabkan masalah pada fungsi pompa jantung.
- Kelainan atau kerusakan otot jantung (kardiomiopati). Otot jantung
memiliki peran penting dalam memompa darah. Jika otot jantung
mengalami kerusakan atau kelainan, maka pemompaan darah juga akan
terganggu.
- Radang otot jantung (miokarditis). Peradangan pada otot jantung
menyebabkan otot jantung tidak bekerja secara maksimal dalam memompa
darah ke seluruh tubuh. Kondisi ini paling sering disebabkan oleh infeksi
virus.
Penyakit pada paru-paru
Jika paru-paru tidak berfungsi dengan normal, darah tidak mendapatkan asupan
oksigen yang cukup. Hal ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras
dari biasanya.
Diabetes
Diabetes dapat memicu terjadinya hipertensi dan atherosclerosis, serta kenaikan
level lipid (lemak) di dalam darah.
Gangguan irama jantung (aritmia).
Kondisi ini dapat menyebabkan detak jantung menjadi terlalu lambat atau
terlalu cepat, dan tidak teratur. Aritmia membuat kerja jantung menjadi tidak
efektif. Lama kelamaan, kondisi ini akan mengubah struktur jantung dan
akhirnya menimbulkan gagal jantung.
Penyakit jantung bawaan.
Sebagian bayi terlahir dengan sekat ruang jantung atau katup jantung yang tidak
sempurna. Kondisi ini menyebabkan bagian jantung yang sehat harus bekerja
lebih keras dalam memompa darah, dan berpotensi menimbulkan gagal jantung.
Kadar hormon tiroid yang tinggi (hipertiroidisme).
Tingginya kadar hormon tiroid di dalam darah akan meningkatkan denyut
jantung, sehingga membuat jantung bekerja ekstra. Lama kelamaan, jantung
akan menjadi lelah dan gagal berfungsi.
Anemia atau kurang darah.
Seseorang yang menderita anemia kekurangan alat transportasi dalam darah
untuk menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Alat transportasi ini disebut
hemoglobin (Hb). Kondisi ini akan membuat jantung bekerja lebih keras untuk
mempercepat aliran darah, sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh tetap
terpenuhi. Hal inilah yang memicu terjadinya gagal jantung, akibat kelelahan
pada otot jantung.
4. Faktor risiko
Gagal jantung merupakan kondisi yang dapat terjadi pada hampir semua orang
dari berbagai kelompok usia dan golongan ras. Namun, terdapat beberapa faktor yang
dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami kondisi ini.
Berikut adalah faktor-faktor risiko yang memicu terjadinya kegagalan fungsi
jantung:
Usia
Seiring dengan bertambahnya usia, risiko untuk mengalami kegagalan pada
fungsi jantung pun semakin meningkat.
Jenis kelamin
Wanita memiliki peluang lebih besar dibanding dengan pria untuk mengalami
kondisi ini di usia tua. Selain itu, wanita dengan kondisi tekanan darah tinggi
juga berpeluang besar terkena penyakit ini.
Menderita tekanan darah tinggi
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras dari
biasanya, sehingga risiko jantung berfungsi secara tidak wajar pun lebih tinggi.
Memiliki masalah atau penyakit pada jantung
Apabila menderita serangan jantung, cacat jantung bawaan lahir, atau penyakit
katup jantung, peluang untuk mengalami kondisi ini jauh lebih besar.
Menderita diabetes
Selain karena penyakit diabetes itu sendiri, pengobatan diabetes juga dapat
meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini. Beberapa obat yang
dapat memengaruhi fungsi jantung adalah rosiglitazone (Avandia) dan
pioglitazone (Actos).
Menjalani pengobatan tertentu
Obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (NSAID), obat bius, obat anti-aritmia, dan
obat kanker juga berpotensi meningkatkan risiko terkena kondisi gagal jantung.
Memiliki berat badan berlebih (obesitas)
Berat badan yang berlebihan dapat memicu terjadinya berbagai masalah
kesehatan, termasuk disfungsi pada jantung.
Memiliki pola hidup yang tidak sehat
Jika merokok, terlalu sering minum alkohol, serta sering makan makanan yang
tidak sehat, peluang Anda untuk mengalami kondisi ini jauh lebih besar.
5. Tanda dan gejala
Beberapa tanda dan gejala yang umumnya muncul ketika gagal jantung terjadi
adalah:
Kesulitan bernapas
Akan mengalami masalah pernapasan ketika berolahraga, beristirahat, atau
berbaring di ranjang. Kondisi ini terjadi ketika cairan mengalir kembali ke paru-
paru, atau ketika aliran darah kaya akan oksigen tidak mengalir dengan baik di
seluruh tubuh.
Kelelahan berlebih, terutama setelah beraktivitas
Tubuh terutama di bagian kaki, akan merasakan kelelahan yang luar biasa.
Keparahan gejala ini akan menambah setelah beraktivitas. Kondisi ini
disebabkan oleh kurangnya aliran darah dengan oksigen pada organ-organ
tubuh dan otot.
Pembengkakan di beberapa bagian tubuh
Jika ginjal tidak dapat menyaring darah yang cukup, tubuh akan memiliki cairan
berlebih. Cairan ini dapat menyebabkan edema (bengkak) di beberapa bagian
tubuh. Selain itu, berat badan pun berpotensi meningkat. Namun peningkatan
ini dikarenakan cairan yang berlebihan di beberapa bagian tubuh.
Terlalu sering buang air kecil di malam hari
Gaya gravitasi menyebabkan aliran darah menuju ginjal semakin meningkat.
Kondisi ini menyebabkan ginjal menghasilkan urin lebih banyak, sehingga
Anda ingin buang air kecil lebih sering.
Pusing
Jika darah yang dialirkan menuju otak tidak cukup banyak, akan mengalami
gejala-gejala seperti pusing, kebingungan, kesulitan konsentrasi, bahkan
pingsan.
Palpitasi
Palpitasi atau detak jantung berdebar-debar terjadi karena jantung berusaha
memompa darah secara normal. Jantung yang membesar juga dapat
menyebabkan detak jantung menjadi tidak teratur.
Batuk kering
Batuk yang disebabkan oleh kegagalan fungsi jantung biasanya terjadi ketika
sedang berbaring, atau terdapat penumpukan cairan pada paru-paru.
Perut kembung dan mual
Merasakan kondisi perut kembung, perut mengeras, kehilangan nafsu makan,
serta mual dan muntah.
6. Diagnosis
Dalam mendiagnosis gagal jantung, dokter akan melakukan pemeriksaan secara
menyeluruh. akan ditanyakan mengenai gejala-gejala, riwayat medis, serta diminta
untuk menjalani pemeriksaan fisik.
Selain itu, dokter juga akan meminta melakukan beberapa tes tambahan apabila
diduga mengalami kelainan pada fungsi jantung:
Tes darah
Dokter akan mengambil sampel darah untuk diperiksa di laboratorium.
Umumnya, dokter akan mengecek apakah terdapat natriuretik peptida (NT-
proBNP) di dalam darah untuk memastikan penyakit ini.
Tes pengambilan gambar
Selain itu, dokter akan melakukan beberapa jenis tes pencitraan atau
pengambilan gambar. Beberapa metode yang akan direkomendasikan adalah
CT scan dan MRI scan.
Elektrokardiogram
Pada tes ini, akan diberikan zat elektroda. Zat ini dapat digunakan untuk
mendeteksi aktivitas elektrik jantung dengan alat tertentu.
Ekokardiogram
Dalam metode ekokardiogram, dokter akan menggunakan gelombang suara
untuk melihat fungsi jantung dan katupnya
Angiogram coroner
Dokter akan memasukan kateter kecil ke dalam pembuluh darah, yang
kemudian akan diarahkan menuju arteri koroner. Setelah ini, cairan tinta akan
disuntikkan melalui kateter ini. Cairan tinta ini akan membantu dokter melihat
bagian dalam arteri melalui mesin X-ray.
7. Pengobatan
Langkah utama dalam pengobatan gagal jantung adalah mengurangi aktivitas.
Tindakan ini dilakukan untuk mengurangi beban kerja jantung, sehingga dapat
meringankan gejala. Penanganan gagal jantung akan disesuaikan dengan penyebab dan
tingkat keparahan gagal jantung, usia pasien, serta penyakit lain yang menyertai.
Tujuan dari pengobatan gagal jantung adalah:
Meringankan gejala gagal jantung.
Meningkatkan kekuatan jantung.
Mencegah terjadinya henti jantung mendadak.
Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan oleh dokter bertujuan untuk meningkatkan
kekuatan otot jantung, mengurangi beban kerja jantung, dan meredakan gejala, seperti
sesak napas. Beberapa jenis obat yang digunakan oleh penderita gagal jantung, di
antaranya:
Diuretik, seperti spironolactone dan furosemide.
Penghambat beta, seperti carvedilol dan bisoprolol.
ACE inhibitor, seperti lisinopril, ramipril, dan perindopril.
ARB, seperti candesartan, valsartan, dan telmisartan.
Digoxin.
Ivabradine.
Operasi
Beberapa prosedur operasi yang dapat dilakukan untuk menangani gagal
jantung, yaitu:
Operasi katup jantung, untuk memperbaiki atau mengganti katup jantung yang
rusak dan menjadi penyebab gagal jantung.
Operasi bypass atau angioplasty, dilakukan dengan membuat aliran darah baru,
sehingga darah dapat mengalir tanpa melalui pembuluh darah yang tersumbat.
Selain operasi bypass jantung, penyempitan pembuluh darah jantung juga dapat
diatasi dengan pemasangan ring jantung.
Operasi transplantasi jantung, yaitu prosedur penggantian jantung yang rusak
dengan jantung baru yang diperoleh dari donor.
Pemasangan (implan) alat
Selain melalui obat dan operasi, dokter jantung juga dapat menanam alat yang
dapat membantu kerja jantung agar mampu memompa darah secara efisien. Berikut ini
adalah beberapa jenis alat tersebut:
Alat pacu jantung. Perangkat ini akan memberikan rangsangan listrik pada
jantung agar dapat memompa darah secara efisien.
Implantable Cardioverter-Defibrillator (ICD). Perangkat ini dihubungkan ke
jantung untuk memonitor detak jantung. Jika detak jantung melemah atau
berhenti, maka ICD akan mengirim sinyal kejut agar jantung dapat berdetak
kembali.
Left Ventricular Assist Device (LVAD). Alat ini dipasang di bagian luar jantung
untuk membantu jantung memompa darah. LVAD umumnya digunakan pada
pasien yang sedang menunggu donor untuk transplantasi jantung.
Pengobatan di rumah
Dokter juga akan memberikan saran tentang membuat perubahan gaya hidup
untuk Anda seperti:
Lebih aktif secara fisik
Cobalah untuk berhenti atau mengurangi merokok
Mengelola stress
Pertahankan berat badan yang sehat
Makan makanan yang sehat
Batasi asupan kolesterol
Kontrol diabetes
8. Komplikasi
Jika tidak segera ditangani, gagal jantung dapat memicu munculnya gangguan
lain pada jantung, seperti gangguan katup jantung dan aritmia. Selain itu, pemompaan
darah yang tidak maksimal ke seluruh tubuh juga dapat mengakibatkan komplikasi
pada beberapa organ, antara lain:
Gagal ginjal.
Gangguan fungsi hati
Paru-paru terendam air (edema paru).
Stroke.
Gagalnya banyak organ untuk berfungsi (kegagalan multiorgan).
Kematian mendadak.
9. Pencegahan
Jika ingin terhindar dari penyakit gagal jantung, langkah pencegahan utamanya
adalah menjalani gaya hidup sehat, yaitu dengan:
Menjaga berat badan ideal, atau mengurangi berat badan jika memiliki berat
badan berlebih.
Mengonsumsi makanan yang tinggi serat atau tinggi protein, seperti sayur,
buah, ikan, dan biji-bijian. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh,
seperti gorengan.
Kurangi asupan gula dan garam.
Batasi konsumsi minuman beralkohol.
Berolahraga secara rutin, setidaknya 30 menit setiap hari.
Istirahat yang cukup.
Kelola stres dengan baik.
Berhenti merokok.
Jika menderita diabetes atau tekanan darah tinggi, segera berobat. Kedua
penyakit ini berisiko menyebabkan gagal jantung.
GLOBAL
Di negara-negara Eropa penyakit jantung bawaan mengalami tren penurunan dari 70
per 10.000 kelahiran hidup menjadi 55-60 per 10.000 kelahiran hidup pada semua
tingkat keparahan. Penurunan insidensi penyakit jantung bawaan dihubungkan dengan
program fortifikasi asam folat yang telah dilakukan secara luas.
Di Singapura, insidensi penyakit jantung bawaan adalah 3,9 per 1.000 kelahiran hidup
tanpa kelainan kromosomal. Penyakit jantung bawaan mayor terdapat pada 2,6 per
1.000 kelahiran hidup. Kelainan mayor yang paling sering muncul adalahtetralogi of
fallot (TOF), atrioventricular septal defect (AVSD), hypoplastic left heart
syndrome(HLHS), transposition of great arteries(TGA), dan ventricular septal
defect(VSD).
INDONESIA
Insidensi penyakit jantung bawaan di dunia tidak jauh berbeda. Namun beban kesehatan
akibat kelainan ini menjadi lebih tinggi di negara yang memiliki angka fertilitas yang
tinggi. Di Indonesia insidensi penyakit jantung bawaan adalah 8 per 1.000 kelahiran
hidup. Diasumsikan terdapat penambahan 32.000 kasus baru penyakit jantung bawaan
tiap tahunnya.
3. Penyebab
Penyakit jantung bawaan terjadi karena adanya gangguan pada proses
pembentukan dan perkembangan jantung saat janin berada di dalam kandungan.
Secara umum, struktur jantung manusia dibagi menjadi empat ruang, yaitu 2
serambi jantung (atrium) dan 2 bilik jantung (ventrikel), masing-masing terbagi kanan
dan kiri. Atrium dan ventrikel kanan jantung berfungsi menerima darah dari seluruh
tubuh dan memompa darah ke paru-paru. Setelah mengikat oksigen di paru-paru, darah
lalu kembali jantung, yaitu ke atrium dan ventrikel kiri. Selanjutnya, ventrikel kiri
jantung akan memompa darah yang kaya akan oksigen tadi ke seluruh tubuh melalui
aorta.
Bagi penderita penyakit jantung bawaan, putaran darah ini dapat terganggu
dikarenakan adanya struktur jantung yang abnormal, termasuk struktur katup, ruang
jantung, septum (dinding penyekat yang memisahkan ruang jantung), serta arteri.
Hingga saat ini, belum ada yang dapat memastikan apa penyebab utama
gangguan pembentukan jantung tersebut, khususnya pada minggu ke-5 masa
kehamilan, atau saat proses pembentukan jantung terjadi.
4. Faktor risiko
Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini,
di antaranya:
Genetika, yang diturunkan baik dari salah satu atau kedua orang tua, atau
anggota keluarga lainnya. Penyakit jantung bawaan juga dapat dialami pada
anak yang lahir dengan sindrom Down, sindrom Turner, dan sindrom Noonan.
Diabetes. Sebanyak 3-6% wanita yang menderita diabetes tipe 1 dan 2
berpotensi melahirkan bayi dengan kelainan jantung, khususnya pada bagian
arteri. Hal ini terjadi dikarenakan tingginya kadar insulin dalam darah yang
dapat mengganggu pertumbuhan janin.
Alkohol. Wanita hamil yang mengonsumsi minuman alkohol berlebih
berpotensi melahirkan bayi dengan kelainan struktur arteri atau ventriklel
jantung. Selain itu, paparan alkohol yang terdapat pada kosmetik seperti cat dan
pembersih kuku, atau pada lem serta produk lainnya, juga dapat meningkatkan
risiko terjadinya kondisi ini.
Flu. Meskipun penjelasannya secara medis belum dipastikan, terdapat beberapa
kasus dimana wanita hamil yang mengalami flu pada trimester pertama, dua kali
lebih berisiko melahirkan bayi dengan kelainan jantung. Dalam hal ini,
vaksinasi flu sangat disarankan.
Infeksi rubella atau campak Jerman. Infeksi virus ini berisiko membahayakan
pertumbuhan janin jika dialami oleh wanita yang hamil pada 8-10 minggu
pertama kehamilan, termasuk organ jantung.
Merokok. Enam puluh persen kasus bayi dengan penyakit jantung bawaan
dipicu oleh kandungan rokok yang dapat mempengaruhi perkembangan janin
dalam kandungan.
Obat-obatan. Obat antikejang, obat anti jerawat, dan ibuprofen yang dikonsumsi
tanpa petujuk dokter dapat membahayakan pertumbuhan janin, khususnya pada
trimester pertama kehamilan.
5. Tanda dan gejala
Terdapat berbagai macam gejala yang dapat terlihat atau dirasakan pada
penyakit jantung bawaan, tergantung jenis dan berat ringannya kelainan, antara lain:
Mengeluarkan keringat berlebihan.
Mudah lelah.
Tidak nafsu makan.
Berat badan menurun.
Kesulitan berolahraga atau melakukan aktivitas tertentu.
Detak jantung yang tidak beraturan (aritmia)
Napas terasa cepat dan pendek.
Terasa sakit pada dada.
Sianosis atau kulit menjadi kebiruan.
Kelainan bentuk ujung jari dan kuku yang dikenal dengan jari tabuh (clubbing
fingers).
Pembengkakan pada jaringan atau organ tubuh (edema).
Pada sebagian kasus, gejala bisa tidak terlihat pada waktu bayi lahir, dan baru
muncul saat mencapai usia remaja atau menjelang dewasa.
6. Diagnosis
Pemeriksaan jantung janin bisa dilakukan sejak usia kehamilan 5 minggu, dan
dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan rutin menggunakan ultrasonografi
(USG). Saat usia kehamilan sudah memasuki 18-22 minggu, dapat dilakukan
pemeriksaan struktur anatomi jantung lebih mendalam melalui ekokardiografi janin,
walau terkadang tes ini tidak dapat mendeteksi adanya kelainan jantung tertentu.
Pemeriksaan ini biasa disarankan jika terdapat keluarga dengan riwayat kesehatan
serupa.
Saat bayi lahir, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara keseluruhan
dan jika ditemukan gejala seperti kulit yang membiru (sianosis) atau gejala lainnya
yang mungkin muncul setelah pasien mencapai umur remaja atau dewasa, dokter akan
menyarankan serangkaian pemeriksaan, seperti:
Ekokardiografi. Tes rekam jantung untuk memeriksa struktur dan gelombang
suara ultrasonik pada jantung yang tidak dapat terdeteksi saat masa kehamilan.
Transesophageal echocardiography (TEE). Tes lanjutan yang dilakukan jika
hasil ekokardiografi tidak mampu mendeteksi masalah yang dialami penderita.
Tes ini menggunakan alat ultrasonografi khusus yang dimasukkan ke dalam
kerongkongan dengan bantuan kateter. Pasien akan diberikan suntikan sedatif
sebelum metode ini dilakukan.
Elektrokardiogram (EKG). Pemeriksaan fungsi jantung melalui aliran listrik
dan pancaran sinyal jantung.
Foto Rontgen. Umumnya dilakukan pada bagian paru dan jantung untuk
mengukur banyaknya darah di dalam paru dan ukuran anatomi jantung.
CT scan dan MRI. Tes pemindaian yang dilakukan untuk memeriksa kondisi
jantung secara mendalam, mulai dari struktur hingga aliran darah.
Stress test, yaitu pemeriksaan kondisi jantung, seperti tekanan darah, kecepatan
dan irama detak jantung, serta kadar oksigen, saat pasien berolahraga. Tes ini
umumnya dilakukan di atas treadmill atau sepeda statis dan direkam dengan alat
EKG.
Pulse oximeter. Tes yang menggunakan alat dengan sensor khusus yang
dipasang di ujung kuku tangan, jempol kaki, atau telinga untuk mengukur kadar
oksigen dalam darah.
Kateterisasi jantung. Tes yang berfungsi untuk memeriksa aliran darah dan
tekanan darah dalam jantung ini dilakukan dengan memasukkan kateter dan
cairan perwarna khusus melalui pembuluh darah kunci paha, lengan atau leher,
dan dipantau melalui mesin pemindaian sinar-X. Dokter akan memberikan
suntikan anestesi lokal sebelum tindakan ini dilakukan.
7. Pengobatan
Dalam kasus ini, dokter biasanya menyesuaikan pengobatan penyakit jantung
bawaan sesuai dengan kondisi dan jenis kelainan yang dialami pasien. Jika kondisi yang
dialami pasien tergolong ringan, pengobatan mungkin tidak perlu dilakukan, namun
kondisi tersebut perlu dimonitor secara berkala. Bagi penderita penyakit jantung
bawaan yang tergolong moderat hingga berat, beberapa cara pengobatan akan
disarankan, seperti pemberian obat-obatan, operasi, pengaturan pola makan, dan
olahraga.
Obat-obatan
Obat-obatan seperti digoxin atau diuretik umumnya diberikan untuk
mengeluarkan cairan berlebih dari tubuh, melancarkan pernapasan, mengontrol detak
jantung, dan menguatkan kemampuan jantung dalam memompa darah.
Bagi penderita penyakit jantung bawaan jenis patent ductus arteriosus (PDA),
obat seperti indomethacin dan ibuprofen dalam bentuk khusus dapat diberikan untuk
merangsang penutupan ductus arteriosus.
Bagi bayi yang terdeteksi menderita cacat ventrikel tunggal setelah lahir, dokter
akan memberikan suntikan prostaglandin untuk mendorong percampuran antara darah
yang kaya oksigen dengan darah yang miskin oksigen. Suntikan ini akan diikuti dengan
tindakan operasi yang dibagi menjadi 3 tahap setelah kondisi bayi stabil.
Tahap pertama adalah pemasangan saluran buatan (shunt) di antara jantung dan
paru-paru bayi, dan dilakukan dalam hitungan hari setelah bayi lahir, untuk membantu
proses pernapasan. Namun, tidak semua kasus memerlukan pemasangan shunt.
Tahap kedua adalah menyambungkan vena cava superior yang membawa darah
dari tubuh bagian atas, langsung ke paru-paru. Tahap ini umumnya dilakukan pada saat
bayi berusia 4-6 bulan.
Tahap ketiga adalah menyambungkan vena cava inferior, yang membawa darah
dari anggota tubuh bagian bawah, langsung ke paru-paru. Tahap ini dilakukan saat bayi
sudah memasuki usia 18-36 bulan.
Jenis Operasi Lainnya
Berikut ini adalah beberapa jenis operasi yang juga seringkali dilakukan dalam
menangani kasus kelainan jantung bawaan, di antaranya:
Balloon valvuloplasty, yaitu proses bedah yang biasa dilakukan pada penderita
stenosis katup aorta, stenosis katup pulmonal dan koartktasio aorta. Dalam
prosedur ini, dokter akan memasang balon khusus pada ujung selang kateter dan
dimasukkan melalui pembuluh darah hingga ke jantung. Balon tersebut
kemudian akan ditiup untuk membuka katup dan melancarkan aliran darah.
Bagi penderita koartktasio aorta dan stenosis katup pulmonal, selang metal
(stent) dapat dipasang sebagai pengganti balon.
Bedah jantung terbuka, yaitu tindakan yang biasa dilakukan untuk mengganti
katup jantung yang tidak berfungsi dengan baik, atau ketika teknik pemasangan
balon tidak berhasil. Teknik ini juga dapat diaplikasikan pada penderita
Anomali Ebstein (AE) dan bagi penderita yang memerlukan pemasangan alat
pacu jantung.
Bedah rekonstruksi jantung, yaitu tindakan yang dilakukan untuk menutup
lubang pada jantung dan membuka penyempitan katup. Bedah ini umumnya
dilakukan pada penderita cacat septum atau Tetralogy of Fallot (ToF) dengan
kondisi yang berat.
Coarctectomy, adalah tindakan yang menggabungkan 2 ujung aorta setelah
memotong pembuluh darah yang sempit agar aliran darah dapat kembali
normal. Tindakan ini umumnya dilakukan untuk penderita truncus arteriosus.
Perbaikan transposisi arteri besar, atau disebut juga dengan arterial switch
adalah tindakan memindahkan arteri dari posisi yang salah ke titik yang benar.
Tindakan ini juga bisa dilakukan untuk pembuluh darah pulmonal yang
mengalami kelainan letak.
Coronary artery bypass graft (CABG), adalah tindakan yang biasa dilakukan
untuk mengobati penyakit jantung koroner dengan mencabut salah satu
pembuluh darah dari dalam tubuh dan memasangnya pada titik penyumbatan
jantung. Teknik ini juga dapat digunakan untuk penderita koartktasio aorta.
Transplantasi jantung, dilakukan jika kondisi penyakit sudah cukup parah dan
tidak membaik dengan pengobatan apa pun.
Diet dan Olahraga
Untuk mengurangi keparahan gejala yang dialami dan menekan risiko memicu
tekanan darah tinggi dan obesitas, dokter biasanya akan menyarankan penderita untuk
mengonsumsi makanan rendah lemak dan melakukan aktivitas fisik secara rutin.
Beberapa olahraga yang biasa disarankan adalah berenang atau jalan santai, namun hal
ini akan disesuaikan dengan kondisi penyakit yang dialami pasien.
8. Komplikasi
Meski sudah menjalani pengobatan, penderita penyakit jantung bawaan
berpotensi mengalami komplikasi, seperti:
Pertumbuhan yang lambat, seperti kesulitan berbicara, berjalan, menggerakan
tubuh, berkonsentrasi, dan bertindak.
Infeksi saluran pernapasan dan jantung, seperti pneumonia, endoarditis, dan
masalah pada katup jantung.
Aritmia. Kondisi ini terjadi akibat aliran listrik jantung yang tidak berfungsi
dengan baik dan mengakibatkan denyut jantuk tidak beraturan. Kondisi ini juga
dapat memicu kematian mendadak jika tidak ditangani.
Gagal jantung. Kondisi ini terjadi akibat jantung yang tidak mampu memompa
darah ke organ tubuh lainnya. Gagal jantung juga dapat memicu kondisi-
kondisi, seperti hipertensi pada jantung atau paru-paru serta penyakit jantung
koroner.
Pembekuan darah. Kondisi ini dapat menyebabkan aliran darah menuju paru-
paru atau otak tersumbat dan memicu penyakit lain, seperti emboli paru atau
stroke.
9. Pencegahan
Penyakit jantung bawaan tidak sepenuhnya dapat dicegah. Meskipun demikian,
penderita dapat menekan tingkat keparahannya melalui langkah-langkah berikut ini:
Mengenal gejala dengan baik dan memonitor kondisi jantung secara berkala.
Mengonsumsi obat-obatan dan berolahraga secara rutin.
Menekan aktivitas fisik dan mental agar tidak mudah lelah.
Berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan perawatan gigi untuk
menghindari komplikasi.
Merencanakan kehamilan agar tidak membahayakan ibu dan bayi.
Mendapatkan vaksin rubella. Infeksi rubella saat hamil dapat memengaruhi
perkembangan jantung bayi.
Mencegah penggunaan zat berbahaya. Selama kehamilan, hindari penggunakan
obat-obatan, suplemen, atau zat lainnya sebelum berkonsultasi dengan dokter.
Selain itu, hindari merokok atau mengonsumsi alkohol selama hamil.