Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI


DIRUANG MAKALAM RSUD H. ABDUL MANAP

DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK :

YULIA INDAH PERMATA SARI, S.Kep,. Ners., M.kep

PEMBIMBING LAPANGAN :

Ns. LEVI MARYAMI, S.Kep

DI SUSUN OLEH :

Nadia Rifelda G1B223055

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2024
KONSEP DASAR PENYAKIT

HIPERTENSI

DEFINISI

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang peristen. Hipertensi


atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Menurut WHO (World Health
Organization), batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 120-140 mmHg
sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi, seseorang disebut mengidap hipertensi bila
tekanan darahnya selalu terbaca di atas 140/90 mmHg. Hipertensi menjadi masalah
kesehatan masyararakat yang serius, karena jika tidak terkendali akan berkembang dan
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Akibatnya bisa fatal karena sering timbul
komplikasi, misalnya stroke (pendarahan otak), penyakit jantung koroner, dan gagal
ginjal. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan
angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 20017).
Definisi TD yang disebut hipertensi sulit ditentukan karena tersebar di populasi
sebagai distribusi normal dan meningkat seiring bertambahnya usia. Pada dewasa muda
TD > 140/90 mmHg bisa dianggap hipertensi dan terapi mungkin bisa bermanfaat (
Gleadle, 2018 ).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanann darah di dalaam arteri. Secara
umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi didalam arteti menyebabkan meningkatnya resiko tekanan stroke,
aneurisma, gagaal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Faqih, 2018).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,2010).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan
angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang
lama( Saraswati,2009).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg.
Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).

ETIOLOGI
Secara umum hipertensi disebabkan oleh :
a. Asupan garam yang tinggi
b. Strees psikologis
c. Faktor genetik (keturunan)
d. Kurang olahraga
e. Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alcohol
f. Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi
g. Peningkatan usia
h. Kegemukan

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:


a. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetic, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis
sistem rennin. Anglotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang
meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alcohol dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau
tekanan diastolic sama dengan atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resisten pembuluh darah perifer

PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi
di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang
diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik
cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan
cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah (Anggraini, Waren, et. al. 2009).

MANIFESTASI KLINIS

a. Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hali ini
berari hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur
b. Gejala yang lazim
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Kesadaran menurun
8) Mimisan

FAKTOR RESIKO
Seseorang yang sedang perawatan penyakit Hipertensi dan Ketika diperiksa tekanan
darahnya tersebut dalam keadaan normal, hal tersebut tidak bisa menutup kemungkinan tetap
memiliki risiko besar mengalami Hipertensi kembali. Kita harus selalu mengontrol dengan dokter
sehingga kita bisa menjaga kesehatan agar tekanan darah tetaP terkontrol dengan baik. Ada
beberapa faktor risiko yaitu:
1. Faktor yang tidak dapat dikontrol:
a. Keturunan
Faktor ini tidak dapat diubah karena jika di dalam keluarganya atau saudara yang
memiliki tekanan darah yang tinggi maka bisa menjadi dugaan akan terjadinya
Hipertensi.
b. Usia
Faktor ini juga tidak bisa diubah. Kaena semakin bertambahnya umur semakin besarnya
risiko menderita tekanan darah tinggi karena berhubungan dengan regulasi hormon yang
Berbeda
c. Jenis kelamin
Adanya penurunan hormon estrogen yang Dimana dialami perempun akan meningkatkan
terjadinya risiko Hipertensi karena itu perempuan sangat rentan mengalami Hipertensi
dibandingkan dengan laki-laki.
2. Faktor yang dapat dikontrol:
a. Merokok
Merokok salah satu dari faktor resiko yang kuat untuk terjadinya kematian yang
diakibatkan oleh Hipertensi. Jika bisa Menghentikan merokok bisa untuk mengurangi
risiko penyakit Hipertensi
b. Konsumsi garam yang berlebih
Garam akan menyebabkan adanya penumpukan cairan yang ada di dalam tubuh.
c. Konsumsi kafein secara berlebih
Kandungan kafein yang terdapat pada teh, kopi, dan minuman bersoda. Jika kita
mengonsumsi kafein yang berlebih maka dapat mengakibatkan Hipertensi.
d. Obesitas
Obesitas bukanlah suatu penyebab dari Hipertensi tetapi prevalensi pada penyakit
Hipertensi pada obesitas lebih besar karena memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
mengalami Hipertensi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:


a. Pemeriksaan yang segera seperti:
1) Darah: rutin, BUN, creatirine, elektrolik, KGD
2) Urine: Urinelisa dan kultur urine.
3) EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi.
4) Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana).
b. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama):
1) Kemungkinan kelainan renal: IVP, Renald angiography (kasus tertentu), biopsi
renald (kasus tertentu).
2) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal tab, CAT Scan.
3) Bila disangsikan Feokhromositoma: urine 24 jam untuk Katekholamine, metamefrin,
venumandelic Acid (VMA). (Brooker,2001)

PENATALAKSANAAN MEDIS/KEPERAWATAN

Menurut Smeltzer & Bare (2001), mengemukakan bahwa tujuan dari tiap program
penanganan atau penatalaksanaan pasien hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas
dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah
140/90 mmHg. Menurut Kurniawan (2006), penatalaksanaan pasien hipertensi dapat
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara nonfarmakologis dan farmakologis :
a. Penatalaksanaan non-farmakologis
Menurut Dalimartha (2008) terapi nonfarmakologis yang dapat dilakukan pada
penderia hipertensi adalah terapi diet, olahraga, dan berhenti merokok:
1) Terapi diet
(a) Diet rendah garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gr garam dapur
perhari dan menghindari makanan yang kandungan garamnya tinggi. Misalnya
telur asin, ikan asin, terasi, minuman dan makanan yang mengandung ikatan
natrium.Tujuan diet rendah garam adalah untuk membantu menghilangkan
retensi (penahan) air dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan
darah. Walaupun rendah garam, yang penting diperhatikan dalam melakukan
diet ini adalah komposisi makanan harus tetap mengandung cukup zat-zat gizi,
baik kalori, protein, mineral, maupun vitamin yang seimbang. Menurut
Dalimartha (2008) diet rendah garam penderita hipertensi dibagi menjadi 3 yaitu
diet garam rendah I, diet garam rendah II dan diet garam rendah III:
a) Diet garam rendah I (200-400 mg Na)
Diet garam rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan / atau
hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam
dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
b) Diet garam rendah II (600-800 mg Na)
Diet garam rendah II diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan /
atau hipertensi tidak berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diet
garam rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sdt
garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
c) Diet garam rendah III (1000 – 1200 mg Na)
Diet garam rendah III diberikan kepada pasien dengan edema dan atau
hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam
rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt garam
dapur.
(b) Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak
terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan
terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama-kelamaan
jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan
mengganggu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja
jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam mengatur diet lemak antara lain sebagai berikut:
a) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin, dan mentega, terutama
makanan yang digoreng dengan minyak
b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan lainnya serta sea food
(udang, kepiting), minyak kelapa,dan santan
c) Gunakan susu skim untuk pengganti susu full cream
d) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir seminggu
(c) Makan banyak buah dan sayuran segar
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah
yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan
darah yang ringan. Peningkatan masukan kalium (4,5 gram atau 120-175
mEq/hari) dapat memberikan efek penurunan darah. Selain itu, pemberian
kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat dari
rendahnya natrium.
(d) Olahraga
Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan fisik
sehari-hari atau berolahraga secara teratur. Manfaat olahraga teratur terbukti
bahwa dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko terhadap stroke,
serangan jantung, gagal ginjal, gagal jantung, dan penyakit pembuluh darah
lainya.
(e) Berhenti merokok
Merokok merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan
darah. Berdasarkan penelitian bahwa ada hubungan yang linear antara jumlah
alkohol yang diminum dengan laju kenaikan tekanan sistolik arteri.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi adalah pemberian antihipertensi.
Tujuan terapi antihipertensi adalah mencegah komplikasi hipertensi dengan efek samping
sekecil mungkin. Obat yang ideal adalah obat yang tidak mengganggu gaya
hidup/menyebabkan simptomatologi yang bermakna tetapi dapat mempertahankan
tekanan arteri terkendali. Penurunan tekanan arteri jelas mengurangi risiko morbiditas
dan mortalitas akibat stroke, gagal jantung, meskipun terapi terhadap hipertensi ringan
dengan obat belum memperlihatkan banyak harapan dalam mengurangi risiko penyakit
koroner. Jenis obat antihipertensi yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
1) Diuretika
Diuretika adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi pengeluaran
garam (NaCl). Obat yang sering digunakan adalah obat yang daya kerjanya panjang
sehingga dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretika yang hemat kalium.
Obat yang banyak beredar adalah Spironolactone, HCT, Chlortalidone dan
Indopanide.
2) Alfa-blocker
Alfa-blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa yang menyebabkan
vasodilatasi perifer serta turunnnya tekanan darah. Karena efek hipotensinya ringan
sedangkan efek sampingnya agak kuat (hipotensi ortostatik dan takikardi) maka
jarang digunakan. Obat yang termasuk dalam Alfa-blocker adalah Prazosin dan
Terazosin.
3) Beta-blocker
Mekanisme kerja obat Beta-blocker belum diketahui dengan pasti. Diduga
kerjanya berdasarkan beta blokade pada jantung sehingga mengurangi daya dan
frekuensi kontraksi jantung. Dengan demikian, tekanan darah akan menurun dan
daya hipotensinya baik. Obat yang terkenal dari jenis Beta-blocker adalah
Propanolol, Atenolol, Pindolol dsb.
4) Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non adrenalin sehingga
menurunkan aktivitas saraf adrenergic perifir dan turunnya tekanan darah.
Penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi ortostatik. Obat yang
termasuk dalam jenis ini adalah Clonidine, Guanfacine dan Metildopa.
5) Vasodilator
Obat vasodilator mempunyai efek mengembangkan dinding arteriole sehingga
daya tahan perifir berkurang dan tekanan darah menurun. Obat yang termasuk dalam
jenis ini adalah Hidralazine dan Ecarazine.
6) Antagonis kalsium
Mekanisme antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan ion kalsium ke
dalam sel otot polos pembuluh darah dengan efek vasodilatasi dan turunnya tekanan
darah. Obat jenis antagonis kalsium yang terkenal adalah Nifedipine dan Verapamil.
7) Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat
Angiotensin converting enzim yang berdaya vasokontriksi kuat. Obat jenis
penghambat ACE yang popular adalah Captopril (Capoten) dan Enalapril.

PROGNOSIS HIPERTENSI
Prognosis hipertensi bergantung pada seberapa baik kontrol terhadap tekanan darah.
Hipertensi memerlukan manajemen jangka panjang. Hipertensi yang tidak tekontrol akan
menyebabkan komplikasi berupa kerusakan target organ, sehingga meningkatkan morbiditas dan
mortalitas.
Prognosis hipertensi bisa baik bila tekanan darah terkontrol dengan kepatuhan pengobatan
yang baik. Namun, pada hipertensi resisten dan kepatuhan pengobatan yang kurang, peningkatan
tekanan darah sistolik sebanyak 20 mmHg dan diastolik sebanyak 10 mmHg dikaitkan dengan
peningkatan risiko penyakit kardio-serebrovaskuler.

KOMPLIKASI
Komplikasi pada hipertensi yaitu:
1) Serangan Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pengeseran dan penebalan arteri dinding pembuluh
darah arteri. Ini disebut dengan aterosklerosis. Aterosklerosis menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah, sehingga jantung tidak mendapatkan cukup ksigen. Akibatnya, bisa terkena
serangan jantung. Gejala peringatan serangan jantung yang paling umum adalah nyeri dada dan
sesak napas.
2) Gagal Jantung
Saat tekanan darah tinggi, otot jantung memompadarah lebih keras agar dapat memenuhi
kebutuhan darah kesemua bagian tubuh. Hal ini membuat otot jantung lama-lama menebal
sehingga jantung kesulitan memompa cukup darah. Hal ini menyebabkan gagal jantung. Gejala
umum dari gagal jantung adalah sesak napas, kelelahan, bengkak di pergelangan tangan, kaki,
perut, dan pembuluh darah di leher.
3) Stroke
Stroke dapat terjadi saat aliran darah kaya oksigen ke sebagian area otak terganggu, misalnya
karena ada sumbatan atau ada pembuluh darah yang pecah. Penyumbatan ini terjadi karena
aterosklerosis dalam pembuluh darah. Pada orang yang punya penyakit hipertensi, stroke mungkin
terjadi ketika tekanan darah terlalu tinggi sehingga pembuluh darah di salah satu area otak pecah.
Gejala stroke meliputi kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, tangan, dan kaki, kesulitan
berbicara,dan kesulitan melihat.
4) Masalah Ginjal
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan pembuluh darah di ginjal
menyempit dan melemah. Hal ini kemudian dapat mengganggu fungsi ginjal dan menyebabkan
penyakit ginjal dan menyebabkan penyakit ginjal kronis.

DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA KASUS PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


MANUSIA
Menurut Virginia Handerson (dalam Hidayat, 2014) membagi kebutuhan dasar manusia
ke dalam komponen berikut:
a. Bernapas secara normal (Kebutuhan Oksigenasi)
b. Makan dan minum yang cukup (Kebutuhan Nutrisi)
c. Eliminasi (buang air besar dan buang air kecil). (Kebutuhan Cairan dan Elektrolit)
d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan (Kebutuhan Aktivitas dan Latihan)
e. Tidur dan istirahat (Kebutuhan Istirahat dan Tidur)
f. Memilih pakaian yang tepat (Kebutuhan Personal Hygiene)
g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal dengan menyesuaikan pakaian yang
dikenakan dan memodifikasi lingkungan.
h. Menjaga kebersihan diri dan penampilan (Kebutuhan Personal Hygiene)
i. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain
(Kebutuhan Aman Nyaman)
j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi kebutuhan,
kekhawatiran, dan opini (Kebutuhan Aman Nyaman)
k. Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan (Kebutuhan Spiritual)
l. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan hidup
m. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
n. Belajar, menemukan, atau memuaskan rasa ingin tau yang mengarah pada perkembangan
yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia
WOC (WEB OF CAUTION)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
1. Pengkajian
Pada pemeriksaan riwayat kesehatan pasien, biasanya didapat adanya riwayat
peningkatan tekanan darah, adanya riwayat keluarga dengan penyakit yang sama, dan
riwayat meminum obat antihipertensi.
2. Dasar-dasar Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung dan takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, dan penyakit
serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi serta perspirasi.
Tanda : kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dan kenaikan tekanan darah)
diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Hipotensi postural mengkin berhubungan
dengan regimen obat. Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan
denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan
radialis/brakhialis, denyut (popliteal, tibialis posterior, dan pedialis) tidak teraba atau
lemah. Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi primer)
Kulit pucat, sianosis, dan diaphoresis (kongesti, hipoksemia).Bisa juga kulit
berwarna kemerahan (feokromositoma).
c. Integritas Ego
Gejala : riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euporia, atau marakronik (dapat
mengindikasikan kerusakan serebral). Selain ini juga ada faktor-faktor multiple,
seperti hubungan, keuangan, atau hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang
meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata)., gerakan
fisik cepat, pernapasan menghela, dan peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : adanya gangguan ginjal saat ini atau yang telah lalu, seperti infeksi/obstruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
e. Makanan atau cairan
Gejala : Makanan yang disukai dapat mencakup makaan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol (seperti makanan digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna
hitam, dan kandungan tinggi kalori, mual dan muntah, penambahan berat badan
(meningkat/turun), riwayat penggunaan obat diuretic.
Tanda : Berat badan normal, bisa juga mengalami obestas. Adanya edema (mungkin
umum atau edema tertentu); kongesti vena, dan glikosuria (hampir 10% pasien
hipertensi adalah penderita diabetes).
f. Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital. (Terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
g. Nyeri/ ketidaknyamanan
- Angina ( penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung).
- Nyeri hilang timbul pada tungkai atau klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada
arteriekstremitas bawah).
- Sakit kepala oksipital berat, seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
- Nyeri abdomen/massa (feokromositoma).

h. Pernapasan
Secara umum, gangguan ini berhubungan dengan efek kardiopulmonal, tahap lanjut
dari hipertensimenetap/berat.
Gejala:
- Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja.
- Takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal parok-sismal.
- Batuk dengan atau tanpaa pembentukan sputum.
i. Riwayat merokok.
Tanda:
- Distress respirasi atau penggunaan otot aksesori pernapasan.
- Bunyi napas tambahan (krakles atau mengi).
- Sianosis.
- Keamanan
- Gangguan koordinasi/cara berjalan.
- Episode parestesia unilateral transient.
- Hipotensi postural.
j. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : faktor risiko keluarga; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM,
penyakit ginjal, factor risiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon (Padila, 2012).

3. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Subjektif: Perubahan irama Penurunan curah
1. Perubahan irama jantung - jantung jantung
Palpitasi
2. Perubahan preload - Lelah
Perubahan frekuensi
3. Perubahan afterload -
jantung
Dipsnea
4.Perubahan kontraktilitas
- Paroxymal noctural dyspnea
Perubahan
(PND)
kontraktilitas
- Ortopnea
- Batuk Penurunan curah
jantung Perubahan preload
- Perubahan irama jantung
- Perubahan frekuensi jantung
Perubahan afterload
-Perubahan kontraktilitas
- Perubahan preload
- Perubahan afterload

Penurunan curah
Objektif: jantung
1. Perubahan irama jantung
- Bradikardia/
takikardia
- Gambaran EKG aritmia atau
gangguan konduksi

2. Perubahan preload - Edema


- Distensi vena jugularis -
Hepatomegali

3.Perubahan afterload -
Tekanan darah meningkat/
menurun - Nadi perifer teraba
lemah - Capillary refill time >3
detik - Oliguria 49 - Warna
kulit pucat dan/ sianosis

4. Perubahan kontraktilitas -
Terdengar suara jantung s3 dan
S4

No Data Etiologi Masalah


Subjektif: Ketidakseimbangan Intolerasi aktivitas
1. Mengeluh lelah antara suplai dan
2. Dispnea saat/setelah aktivitas kebutuhan oksigen
3. Merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas
Tirah baring
4. Merasa lemah

Objektif:
Kelemahan
- Frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat
- Tekanan darah Imobilitas
berubah >20% dari kondisi
istirahat
Gaya hidup
- Gambaran EKG menunjukkan
Monoton
aritmia saat/setelah aktivitas
- Gambaran EKG menunjukkan
iskemia
Intolerasi aktivitas
- Sianosis

No Data Etiologi Masalah


Subjektif: Agen pencedera Nyeri akut
1. Mengeluh nyeri fisiologis (mis.
Inflamasi, iskemia,
Objektif: neoplasma).
- Tampak meringis
- Bersikap protektif
Agen pencedera
- Gelisah
kimiawi (mis.
- Frekuensi nadi meningkat
Terbakar, bahan
- Sulit tidur
kimia iritan)
- Tekanan darah meningkat
- Pola napas berubah
- Nafsu makan berubah
Agen pencedera
- Proses berpikir terganggu
fisik (mis. Abses,
- Menarik diri
amputasi, terbakar,
- Berfokus pada diri sendiri
terpotong,
- Diaforesis
mengangkat berat,
prosedur operasi,
trauma, latihan fisik

Nyeri akut
No Data Etiologi Masalah
Subjektif: Hambatan Gangguan pola
1. Mengeluh sulit tidur lingkungan tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
Kurang kontrol
4. Mengeluh pola tidur berubah
Tidur
5. Mengeluh isirahat tidak cukup
6.Mengeluh kemampuan
beraktivitas menurun
Kurang privasi

Restraint fisik

Ketiadaan teman
Tidur

Tidak familiar
dengan peralatan
tidur

Gangguan pola
tidur

4. Diagnosa keperawatan
1). Penurunan curah jantung
2). Nyeri akut
3). Intoleransi aktivitas
4). Gangguan pola tidur
6. Implementasi keperawatan
Menurut (Kozier, 2010) Implementasi keperawatan adalah sebuah fase dimana perawat
melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan
terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanaan intervensi.

7. Evaluasi
Evaluasi keperawatan menurut (Kozier, 2010) adalah fase kelima atau terakhir dalam
proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi
terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program
berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan
mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. 2017. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta: EGC


Doenges, Marilynn E. 2016. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan 2012-2014.
Jakarta: EGC
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2. Jakarta: EGC
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC jilid 1 & 2. Jakarta: MediAction
Putri, Puniari Eka.2012.Aliran Darah dan Denyut Jantung. (Online). Available:
https://id.scribd.com/doc/99106200/Aliran-Darah-Dan-Denyut-Jantung. Diakses
pada Rabu, 19 Desember 2018 pukul 13.15 WITA

Adib, M. (2016). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan
Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.
Gleadle, J. (2018). Anamesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga.

Muttaqin, A. (2017). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Ruhyanudin, F. (2010). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.
Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai