PEMBIMBING LAPANGAN :
DI SUSUN OLEH :
HIPERTENSI
DEFINISI
ETIOLOGI
Secara umum hipertensi disebabkan oleh :
a. Asupan garam yang tinggi
b. Strees psikologis
c. Faktor genetik (keturunan)
d. Kurang olahraga
e. Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alcohol
f. Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi
g. Peningkatan usia
h. Kegemukan
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resisten pembuluh darah perifer
PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi
di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang
diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik
cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan
cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah (Anggraini, Waren, et. al. 2009).
MANIFESTASI KLINIS
FAKTOR RESIKO
Seseorang yang sedang perawatan penyakit Hipertensi dan Ketika diperiksa tekanan
darahnya tersebut dalam keadaan normal, hal tersebut tidak bisa menutup kemungkinan tetap
memiliki risiko besar mengalami Hipertensi kembali. Kita harus selalu mengontrol dengan dokter
sehingga kita bisa menjaga kesehatan agar tekanan darah tetaP terkontrol dengan baik. Ada
beberapa faktor risiko yaitu:
1. Faktor yang tidak dapat dikontrol:
a. Keturunan
Faktor ini tidak dapat diubah karena jika di dalam keluarganya atau saudara yang
memiliki tekanan darah yang tinggi maka bisa menjadi dugaan akan terjadinya
Hipertensi.
b. Usia
Faktor ini juga tidak bisa diubah. Kaena semakin bertambahnya umur semakin besarnya
risiko menderita tekanan darah tinggi karena berhubungan dengan regulasi hormon yang
Berbeda
c. Jenis kelamin
Adanya penurunan hormon estrogen yang Dimana dialami perempun akan meningkatkan
terjadinya risiko Hipertensi karena itu perempuan sangat rentan mengalami Hipertensi
dibandingkan dengan laki-laki.
2. Faktor yang dapat dikontrol:
a. Merokok
Merokok salah satu dari faktor resiko yang kuat untuk terjadinya kematian yang
diakibatkan oleh Hipertensi. Jika bisa Menghentikan merokok bisa untuk mengurangi
risiko penyakit Hipertensi
b. Konsumsi garam yang berlebih
Garam akan menyebabkan adanya penumpukan cairan yang ada di dalam tubuh.
c. Konsumsi kafein secara berlebih
Kandungan kafein yang terdapat pada teh, kopi, dan minuman bersoda. Jika kita
mengonsumsi kafein yang berlebih maka dapat mengakibatkan Hipertensi.
d. Obesitas
Obesitas bukanlah suatu penyebab dari Hipertensi tetapi prevalensi pada penyakit
Hipertensi pada obesitas lebih besar karena memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
mengalami Hipertensi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
PENATALAKSANAAN MEDIS/KEPERAWATAN
Menurut Smeltzer & Bare (2001), mengemukakan bahwa tujuan dari tiap program
penanganan atau penatalaksanaan pasien hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas
dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah
140/90 mmHg. Menurut Kurniawan (2006), penatalaksanaan pasien hipertensi dapat
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara nonfarmakologis dan farmakologis :
a. Penatalaksanaan non-farmakologis
Menurut Dalimartha (2008) terapi nonfarmakologis yang dapat dilakukan pada
penderia hipertensi adalah terapi diet, olahraga, dan berhenti merokok:
1) Terapi diet
(a) Diet rendah garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gr garam dapur
perhari dan menghindari makanan yang kandungan garamnya tinggi. Misalnya
telur asin, ikan asin, terasi, minuman dan makanan yang mengandung ikatan
natrium.Tujuan diet rendah garam adalah untuk membantu menghilangkan
retensi (penahan) air dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan
darah. Walaupun rendah garam, yang penting diperhatikan dalam melakukan
diet ini adalah komposisi makanan harus tetap mengandung cukup zat-zat gizi,
baik kalori, protein, mineral, maupun vitamin yang seimbang. Menurut
Dalimartha (2008) diet rendah garam penderita hipertensi dibagi menjadi 3 yaitu
diet garam rendah I, diet garam rendah II dan diet garam rendah III:
a) Diet garam rendah I (200-400 mg Na)
Diet garam rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan / atau
hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam
dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
b) Diet garam rendah II (600-800 mg Na)
Diet garam rendah II diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan /
atau hipertensi tidak berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diet
garam rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sdt
garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
c) Diet garam rendah III (1000 – 1200 mg Na)
Diet garam rendah III diberikan kepada pasien dengan edema dan atau
hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam
rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt garam
dapur.
(b) Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak
terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan
terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama-kelamaan
jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan
mengganggu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja
jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam mengatur diet lemak antara lain sebagai berikut:
a) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin, dan mentega, terutama
makanan yang digoreng dengan minyak
b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan lainnya serta sea food
(udang, kepiting), minyak kelapa,dan santan
c) Gunakan susu skim untuk pengganti susu full cream
d) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir seminggu
(c) Makan banyak buah dan sayuran segar
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah
yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan
darah yang ringan. Peningkatan masukan kalium (4,5 gram atau 120-175
mEq/hari) dapat memberikan efek penurunan darah. Selain itu, pemberian
kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat dari
rendahnya natrium.
(d) Olahraga
Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan fisik
sehari-hari atau berolahraga secara teratur. Manfaat olahraga teratur terbukti
bahwa dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko terhadap stroke,
serangan jantung, gagal ginjal, gagal jantung, dan penyakit pembuluh darah
lainya.
(e) Berhenti merokok
Merokok merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan
darah. Berdasarkan penelitian bahwa ada hubungan yang linear antara jumlah
alkohol yang diminum dengan laju kenaikan tekanan sistolik arteri.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi adalah pemberian antihipertensi.
Tujuan terapi antihipertensi adalah mencegah komplikasi hipertensi dengan efek samping
sekecil mungkin. Obat yang ideal adalah obat yang tidak mengganggu gaya
hidup/menyebabkan simptomatologi yang bermakna tetapi dapat mempertahankan
tekanan arteri terkendali. Penurunan tekanan arteri jelas mengurangi risiko morbiditas
dan mortalitas akibat stroke, gagal jantung, meskipun terapi terhadap hipertensi ringan
dengan obat belum memperlihatkan banyak harapan dalam mengurangi risiko penyakit
koroner. Jenis obat antihipertensi yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
1) Diuretika
Diuretika adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi pengeluaran
garam (NaCl). Obat yang sering digunakan adalah obat yang daya kerjanya panjang
sehingga dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretika yang hemat kalium.
Obat yang banyak beredar adalah Spironolactone, HCT, Chlortalidone dan
Indopanide.
2) Alfa-blocker
Alfa-blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa yang menyebabkan
vasodilatasi perifer serta turunnnya tekanan darah. Karena efek hipotensinya ringan
sedangkan efek sampingnya agak kuat (hipotensi ortostatik dan takikardi) maka
jarang digunakan. Obat yang termasuk dalam Alfa-blocker adalah Prazosin dan
Terazosin.
3) Beta-blocker
Mekanisme kerja obat Beta-blocker belum diketahui dengan pasti. Diduga
kerjanya berdasarkan beta blokade pada jantung sehingga mengurangi daya dan
frekuensi kontraksi jantung. Dengan demikian, tekanan darah akan menurun dan
daya hipotensinya baik. Obat yang terkenal dari jenis Beta-blocker adalah
Propanolol, Atenolol, Pindolol dsb.
4) Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non adrenalin sehingga
menurunkan aktivitas saraf adrenergic perifir dan turunnya tekanan darah.
Penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi ortostatik. Obat yang
termasuk dalam jenis ini adalah Clonidine, Guanfacine dan Metildopa.
5) Vasodilator
Obat vasodilator mempunyai efek mengembangkan dinding arteriole sehingga
daya tahan perifir berkurang dan tekanan darah menurun. Obat yang termasuk dalam
jenis ini adalah Hidralazine dan Ecarazine.
6) Antagonis kalsium
Mekanisme antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan ion kalsium ke
dalam sel otot polos pembuluh darah dengan efek vasodilatasi dan turunnya tekanan
darah. Obat jenis antagonis kalsium yang terkenal adalah Nifedipine dan Verapamil.
7) Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat
Angiotensin converting enzim yang berdaya vasokontriksi kuat. Obat jenis
penghambat ACE yang popular adalah Captopril (Capoten) dan Enalapril.
PROGNOSIS HIPERTENSI
Prognosis hipertensi bergantung pada seberapa baik kontrol terhadap tekanan darah.
Hipertensi memerlukan manajemen jangka panjang. Hipertensi yang tidak tekontrol akan
menyebabkan komplikasi berupa kerusakan target organ, sehingga meningkatkan morbiditas dan
mortalitas.
Prognosis hipertensi bisa baik bila tekanan darah terkontrol dengan kepatuhan pengobatan
yang baik. Namun, pada hipertensi resisten dan kepatuhan pengobatan yang kurang, peningkatan
tekanan darah sistolik sebanyak 20 mmHg dan diastolik sebanyak 10 mmHg dikaitkan dengan
peningkatan risiko penyakit kardio-serebrovaskuler.
KOMPLIKASI
Komplikasi pada hipertensi yaitu:
1) Serangan Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pengeseran dan penebalan arteri dinding pembuluh
darah arteri. Ini disebut dengan aterosklerosis. Aterosklerosis menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah, sehingga jantung tidak mendapatkan cukup ksigen. Akibatnya, bisa terkena
serangan jantung. Gejala peringatan serangan jantung yang paling umum adalah nyeri dada dan
sesak napas.
2) Gagal Jantung
Saat tekanan darah tinggi, otot jantung memompadarah lebih keras agar dapat memenuhi
kebutuhan darah kesemua bagian tubuh. Hal ini membuat otot jantung lama-lama menebal
sehingga jantung kesulitan memompa cukup darah. Hal ini menyebabkan gagal jantung. Gejala
umum dari gagal jantung adalah sesak napas, kelelahan, bengkak di pergelangan tangan, kaki,
perut, dan pembuluh darah di leher.
3) Stroke
Stroke dapat terjadi saat aliran darah kaya oksigen ke sebagian area otak terganggu, misalnya
karena ada sumbatan atau ada pembuluh darah yang pecah. Penyumbatan ini terjadi karena
aterosklerosis dalam pembuluh darah. Pada orang yang punya penyakit hipertensi, stroke mungkin
terjadi ketika tekanan darah terlalu tinggi sehingga pembuluh darah di salah satu area otak pecah.
Gejala stroke meliputi kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, tangan, dan kaki, kesulitan
berbicara,dan kesulitan melihat.
4) Masalah Ginjal
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan pembuluh darah di ginjal
menyempit dan melemah. Hal ini kemudian dapat mengganggu fungsi ginjal dan menyebabkan
penyakit ginjal dan menyebabkan penyakit ginjal kronis.
h. Pernapasan
Secara umum, gangguan ini berhubungan dengan efek kardiopulmonal, tahap lanjut
dari hipertensimenetap/berat.
Gejala:
- Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja.
- Takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal parok-sismal.
- Batuk dengan atau tanpaa pembentukan sputum.
i. Riwayat merokok.
Tanda:
- Distress respirasi atau penggunaan otot aksesori pernapasan.
- Bunyi napas tambahan (krakles atau mengi).
- Sianosis.
- Keamanan
- Gangguan koordinasi/cara berjalan.
- Episode parestesia unilateral transient.
- Hipotensi postural.
j. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : faktor risiko keluarga; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM,
penyakit ginjal, factor risiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon (Padila, 2012).
3. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Subjektif: Perubahan irama Penurunan curah
1. Perubahan irama jantung - jantung jantung
Palpitasi
2. Perubahan preload - Lelah
Perubahan frekuensi
3. Perubahan afterload -
jantung
Dipsnea
4.Perubahan kontraktilitas
- Paroxymal noctural dyspnea
Perubahan
(PND)
kontraktilitas
- Ortopnea
- Batuk Penurunan curah
jantung Perubahan preload
- Perubahan irama jantung
- Perubahan frekuensi jantung
Perubahan afterload
-Perubahan kontraktilitas
- Perubahan preload
- Perubahan afterload
Penurunan curah
Objektif: jantung
1. Perubahan irama jantung
- Bradikardia/
takikardia
- Gambaran EKG aritmia atau
gangguan konduksi
3.Perubahan afterload -
Tekanan darah meningkat/
menurun - Nadi perifer teraba
lemah - Capillary refill time >3
detik - Oliguria 49 - Warna
kulit pucat dan/ sianosis
4. Perubahan kontraktilitas -
Terdengar suara jantung s3 dan
S4
Objektif:
Kelemahan
- Frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat
- Tekanan darah Imobilitas
berubah >20% dari kondisi
istirahat
Gaya hidup
- Gambaran EKG menunjukkan
Monoton
aritmia saat/setelah aktivitas
- Gambaran EKG menunjukkan
iskemia
Intolerasi aktivitas
- Sianosis
Nyeri akut
No Data Etiologi Masalah
Subjektif: Hambatan Gangguan pola
1. Mengeluh sulit tidur lingkungan tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
Kurang kontrol
4. Mengeluh pola tidur berubah
Tidur
5. Mengeluh isirahat tidak cukup
6.Mengeluh kemampuan
beraktivitas menurun
Kurang privasi
Restraint fisik
Ketiadaan teman
Tidur
Tidak familiar
dengan peralatan
tidur
Gangguan pola
tidur
4. Diagnosa keperawatan
1). Penurunan curah jantung
2). Nyeri akut
3). Intoleransi aktivitas
4). Gangguan pola tidur
6. Implementasi keperawatan
Menurut (Kozier, 2010) Implementasi keperawatan adalah sebuah fase dimana perawat
melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan
terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanaan intervensi.
7. Evaluasi
Evaluasi keperawatan menurut (Kozier, 2010) adalah fase kelima atau terakhir dalam
proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi
terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program
berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan
mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2016). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan
Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.
Gleadle, J. (2018). Anamesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga.