Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :

FITRI HERVIANA

1830702058

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2021
I. KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah
dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara
terus–menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila
arteriol–arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat darah sulit mengalir
dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah
beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan
kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortilitas).Tekanan darah
dikatakan hipertensi apabila tekanan darah 140/90 mmHg (Triyanto, 2014).
B. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan
menurut Irianto (2014), Padila (2013), Syamsudin (2011), Udjianti (2011) :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer.
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi
esensial yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak
diketahui penyebabnya (Idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut ini:
a. Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor
genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga
yang memliki tekanan darah tinggi.
b. Jenis kelamin dan usia: laki – laki berusia 35- 50 tahun dan wanita
menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia
bertambah maka tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat
dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada
perempuan.
c. Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa
dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya karena
dengan mengkonsumsi banyak garam dapat meningkatkan tekanan
darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya dengan pendeita
hipertensi, diabetes, serta orang dengan usia yang tua karena jika
garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk
mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang
seharusnya didalam tubuh.
d. Berat badan: Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat
badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB
ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah
atau hipertensi.
e. Gaya hidup: Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup
dengan pola hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi
itu terjadi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah
rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan
berapa putung rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan
darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau berlebihan dan terus
menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika
memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk menghindari
alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan pelihara
gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa
terjadi.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi
adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti
penyakit ginjal atau gangguan tiroid, hipertensi endokrin, hipertensi renal,
kelainan saraf pusat yang dapat mengakibatkan hipertensi dari penyakit
tersebut karena hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal disebut
hipertensi ginjal (renal hypertension).

C. Klasifikasi
Menurut WHO (2015), batas normal tekanan darah adalah tekanan
darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari
80 mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Berdasarkan
The Joint National Commite VIII (JNC-8) (2014) tekanan darah dapat
diklasifikasikan
berdasarkan usia dan penyakit tertentu. Diantaranya adalah:
Tabel 1. Batasan Hipertensi Berdasarkan The Joint National Commite
VIII Tahun 2014
Batasan tekanan darah Kategori
(mmHg)
≥150/90 mmHg Usia ≥60 tahun tanpa penyakit diabetes
dan cronic kidney disease
≥140/90 mmHg Usia 19-59 tahun tanpa penyakit penyerta
≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal
≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit diabetes
Sumber: The Joint National Commite VIII (2014).
American Heart Association (2014) menggolongkan hasil pengukuran
tekanan darah menjadi:
Tabel 2. Kategori Tekanan Darah Berdasarkan American Heart Association
Kategori tekanan Sistolik Diastolik
darah
Normal <120 mmHg < 80 mmHg
Prehipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi stage 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Hipertensi stage 3 ≥ 180mmHg ≥ 110 mmHg
(keadaan gawat)
Sumber: American Heart Assosiation (2014).

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi


primer dan hipertensi sekunder (Udjianti, 2011). Hipertensi primer adalah
peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya. Dari 90%
kasus hipertensi merupakan hipertensi primer. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer adalah genetik,jenis
kelamin, usia, diet, berat badan, gaya hidup. Hipertensi sekunder adalah
peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya
seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Dari 10% kasus hipertensi
merupakan hipertensi sekunder. Faktor pencetus munculnya hipertensi
sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan
volume intravaskular, luka bakar dan stres (Udjianti, 2011).

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Triyatno (2014), meningkatnya tekanan darah dapat terjadi
dengan beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat dari biasanya
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya, arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang
sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Hal inilah yang
terjadi pada usia lanjut dan obesitas, dimana dinding arteri lebih menebal dan
kaku karena arterosklerosis. Penyelidikan ini dapat membuktikan obesitas
dapat meningkatkan lemak di pembuluh darah sehingga menimbulkan plak
dan terjadilah arterosklerosis sehingga daya pompa jantung dan sirkulasi
volume darah meningkat dan terjadilah hipertensi.
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output
(curah
jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh
dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug).
Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan
sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam
mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri,
pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi
vaskular (Udjianti, 2011).
E. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan Gejala hipertensi menurut Dewi dan Familia (2010), yaitu :
1. Sakit Kepala
2. Mimisan
3. Jantung Berdebar
4. Sering buang air kecil di malam hari
5. Pusing yang terasa berat bagian tenguk yang biasa terjadi di siang hari
6. Sesak nafas
7. Sulit tidur
8. Mata berkunang-kunang
9. Mudah marah
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas )
dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.
BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab )
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter
Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
CT scan Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi
G. PENATALAKSANAAN
1. Pengaturan diet
Modifikasi gaya hidup yang dapat menurunkan resiko penyakit
kardiovaskuler. Mengurangi asupan lemak jenuh dan mengantinya dangan
lemak polyunsaturated atau monounsaturated dapat menurunkan resiko
tersebut. Meningkatkan konsumsi ikan, terutama ikan yang masih segar
yang belum diawetkan dan tidak diberi kandungan garam yang berlebih
(Syamsudin, 2011).
2. Perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat
Gaya hidup dapat merugikan kesehatan dan meningkatkan resiko
komplikasi hipertensi seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, minum
kopi, mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food), malas berolahraga
(Junaidi, 2012), makanan yang diawetkan didalam kaleng memiliki kadar
natrium yang tinggi didalamnya. Gaya hidup itulah yang meningkatkan
resiko terjadinya komplikasi hipertensi karena jika pasien memiliki
tekanan darah tinggi tetapi tidak mengontrol dan merubah gaya hidup
menjadi lebih baik maka akan banyak komplikasi yang akan terjadi
(Vitahealth, 2015). Penurunan berat badan merupakan modifikasi gaya
hidup yang baik bagi penderita penyakit hipertensi. Menurunkan berat
badan hingga berat badan ideal dengan munggurangi asupan lemak
berlebih atau kalori total. Kurangi konsumsi garam dalam konsumsi harian
juga dapat mengontrol tekanan darah dalam batas normal. Perbanyak buah
dan sayuran yang masih segar dalam konsumsi harian (Syamsudin, 2011).
3. Menejemen Stres
Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, rasa marah, murung,
dendam, rasa takut, rasa bersalah) merupakan faktor terjadinya komplikasi
hipertensi. Peran keluarga terhadap penderita hipertensi diharapkan
mampu mengendalikan stres, menyediakan waktu untuk relaksasi, dan
istrirahat (Lumbantobing, 2013). Olahraga teratur dapat mengurangi stres
dimana dengan olahraga teratur membuat badan lebih rileks dan sering
melakukan relaksasi (Muawanah, 2012).
Ada 8 tehnik yang dapat digunakan dalam penanganan stres untuk
mencegah terjadinya kekambuhan yang bisa terjadi pada pasien hipertensi
yaitu dengan cara : scan tubuh, meditasi pernafasan, meditasi kesadaran,
hipnotis atau visualisasi kreatif, senam yoga, relaksasi otot progresif,
olahraga dan terapi musik (Sutaryo, 2011).
4. Mengontrol kesehatan
Penting bagi penderita hipertensi untuk selalu memonitor tekanan
darah. Kebanyakan penderita hipertensi tidak sadar dan mereka baru
menyadari saat pemeriksaan tekanan darah. Penderita hipertensi
dianjurkan untuk rutin memeriksakan diri sebelum timbul komplikasi
lebih lanjut. Obat antihipertensi juga diperlukan untuk menunjang
keberhasilan pengendalian tekanan darah (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi,
Simadibrata, dan Setiati, 2010). Keteraturan berobat sangat penting untuk
menjaga tekanan darah pasien dalam batas normal dan untuk menghindari
komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit hipertensi yang tidak
terkontrol (Annisa, Wahiduddin, dan Jumriani, 2013).
5. Olahraga teratur
Latihan fisik regular dirancang untuk meningkatkan kebugaran dan
kesehatan pasien dimana latihan ini dirancang sedinamis mungkin bukan
bersifat isometris (latihan berat) latihan yang dimaksud yaitu latihan
ringan seperti berjalan dengan cepat (Syamsudin, 2011).
6. Manajemen pengobatan hipertensi (Farmakologi hipertensi) menurut
Syamsudin (2011), Tjay dan Rahardja (2010) :
a. Prinsip pengobatan dengan antihipertensi adalah sebagai berikut:
1) Tujuan pengobatan hipertensi yaitu untuk mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi.
2) Manfaat terapi hipertensi menurunkan tekanan darah dengan
antihipertensi yang telah terbukti menurunkan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskular, yaitu stroke, iskemia jantung, gagal
jantung kongestif, dan memberatnya hipertensi.
3) Memutuskan untuk memulai pengobatan hipertensi tidak hanya
ditentukan dengan tingginya tekanan darah tetapi adanya faktor
rsiko penyakit kardiovaskuler lainnya.
4) Mulai pengobatan dengan suatu obat dosis rendah (jika tekanan
darah tidak dikendalikan). Penderita hipertensi pada tahap awal
atau tahap 1 memulai dengan jenis obat antihipertensi diuretik, β-
bloker, penghambat ACE, antagonis Kalsium dan α - bloker
dengan memodifikasi pola hidup serta menjonsumsi obat
monoterapi antihipertensi.

H. Prognosis
Prognosis hipertensi perioperatif ditentukan oleh kontrol tekanan darah. Jika
hipertensi perioperatif dapat segera dikontrol tanpa menimbulkan komplikasi,
maka prognosis baik. Sebaliknya, jika terjadi kardiovaskuler, neurologis, dan
renal, prognosis kurang baik, bahkan dapat berakhir dengan kematian.
I. KOMPLIKASI
Hipertensi merupakan penyakit yang bisa di kontrol dan tidak bisa
diobati.Jika hipertensi tidak di control dengan benar atau tidak menjalani
prosedur perawatan dan pengobatan sesuai program. Maka, akan berdampak
pada komplikasi seperti penyakit jantung, stroke dan gangguan keseimbangan
dan gerak, kerusakan ginjal, kematian (Maryam, 2010)
Penyakit hipertensi akan meningkat dengan adanya penyakit kronis.
Penyakit lain yang dapat meninngkatkan derajat hipertensi atau komplikasi
hipertensi akan menyebabkan hipertensi lebih sulit dikendalikan. Berikut
beberapa komplikasi penyebab hipertensi antara lain :
1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklorosis dapat menjadi lemah,
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya anurisma.
2. Infark miokard
Infark miorkard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau
apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui
pembuluh darah tersebut
3. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus,
darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu
dan akan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya
membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan
osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering
dijumpai pada hipertensi kronik.
4. Apnea pada saat tidur
Apnea adalah gangguang tidur berupa kesulitan bernafas yang terjadi
berulang kali pada saat tidur. Beberapa penelitian menunjukan adanya
hubungan antara pernafasan yang terhenti dan berkurang nya pasokan
oksigen untuk sementara waktu yang menyertai apnea saat terjadinya
hipertensi. Apnea pada saat tidur tidak selalau terlihat jelas. Namun, jika
seseorang sering tidak tadap tidur nyenyak sepanjang malam dan selalu
mengantuk pada siang hari sebaiknya memeriksakan diri ke dokter.
Pengobatan dilakukan dengan cara memberikan oksigen pada saat tidur.
Cari ini dapat menurunkan tekanan darah sedikit demi sedikit (Riyanto,
2014).
II. PENYIMPANGAN KDM
III. KONSEP KEPERAWATAN
Menurut Wijayaningsih (2013) asuhan keperawatan pada klien Hipertensi
dilaksanakan melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari :
A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan pada klien hipertensi dilakukan dengan cara
berikut, dan mendapatkan data-data sebagai berikut :

1. Aktivitas atau Istirahat


kelemahan, letih, nafas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipne,
perubahan irama jantung,. 
2. Sirkulasi.
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit serebrovaskular, kenaikan
tekanan darah, takikardia, distritmia, kulit pucat, cianosis, diaforesis.

3. Integritas ego
Perubahan kepribadian, ansietas, depresi, atau marak kronik, gelisah,
tangisan yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang,
pernafasan maligna, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau masa lalu seperti infeksi, obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal.
5. Makanan/cairan
Makanan yang disukai tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol,
mual dan muntah, perubahan berat badan obesitas, adanya edema.
6. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan,
orientasi pola atau isi bicara efek proses pikir, atau memori (ingatan),
Respon motorik (penurunan kekuatan genggaman tangan), perubahan
retina optic.
7. Nyeri atau kenyamanan
Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai klaudikasi, sakit kepala,
nyeri abdomen
8. Pernapasan
Dispnea, takipnea, ortopnea, dispnea noctural paroksisimal, riwayat
merokok batuk dengan atau tanpa sputum, distress respirasi atau
penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.
9. Prioritas Keperawatan
a. Mempertahankan atau meningkatkan fungsi kardiovaskuler.
b. Mencegah komplikasi
c. Memberikan infomasi tentang proses proses atau prognosis dan
program pengobatan.
d. Mendukung kontrol aktif pasien terhadap kondisi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang timbul pada diagnosa
keperawatan pasien dengan hipertensi dalam LP Askep ini yang seharusnya di
dapatkan menurut NANDA Internasional (2018) yaitu :
1. Nyeri atau sakit kepala b.d peningkatan tekanan vascular serebral.
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
3. Risiko penurunan perfusi jaringan b.d spasme arteri koroner

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Askep yang direncanaka pada pasien dengan hipertensi
berdasarkan diagnosa keperawatan menurut Bulechek (2016) adalah sebagai
berikut:
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
kriteria hasil
Nyeri atau sakit NOC NIC - Meminimalkan
kepala b.d - Pain level - Mempertahanka stimulasi/meni
peningkatan - Pain n tirah baring ngkatkan
tekanan vascular control selama fase relaksasi.
serebral - Comfort akut. - Tindakan yang
level - Berikan menurunkan
Kriteria hasil: tindakan tekanan
- Mampu nonfarmakologi vaskuler
mengontrol untuk serebral dan
nyeri menghilangkan yang
- Melaporka sakit kepala memperlambat
n bahwa (kompres dingin .
nyeri dan tehnik - Aktivitas yang
berkrang relaksasi meningkatkan
dengan - Minimalkan vasokontriksi
menggunak aktivitas menyebabkan
an vasokontriksi sakit kepala.
manajemen yang dapat - Menurunkan
t nyeri meningkatkan atau
- Mampu sakit kepala mengontrol
mengenali (mengejan saat nyeri dan
nyeri BAB, batuk dan menurunkan
(skala, membungkuk). rangsang
intensitas,
- Kolaborasi sistem saraf
frekuensi dengan tim simpatis.
dan tanda dokter
nyeri) pemberian
analgesik.
Intoleransi NOC - kaji respon - Menyebutkan
aktivitas b.d - Energi pasien terhadap parameter
kelemahan fisik conservatio aktivitas. membantu
n - Instruksikan dalam
- Activity pasien tentang mengkaji
tolerance tekhnik respon
- Selft care: penghematan fisiologi
ADLs energi (duduk terhadap stress
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
kriteria hasil
Kriteria hasil: saat gosok gigi, aktivitas dan
- Berpartisip atau menyisir bila ada
asi dalam rambu) dan merupakan
aktivitas melakukan indicator dari
fisik tanpa aktivitas kelebihan
disertai dengan kerja yang
peningkata perlahan. berkaitan
n tekanan - Dorongan dengan tingkat
darah untuk aktivitas.
- Tanda- melakukan - Tehnik
tanda vital aktivitas atau menghemat
normal perawatan diri energy
bertahap, mengurangi
berikan bantuan penggunaan
sesuai energy, juga
kebutuhan. membatu
keseimbangan
antara suplai
dan kebutuhan
oksigen.
- Kemajuan
aktivitas
bertahap
mencegah
penningkatan
kerja jantung
tiba-tiba.
Memberikan
bantuan hanya
kebutuhan
akan
mendorong
kemandirian
dalam
melakukan
aktivitas
Risiko NOC - Pantau tekanan - Perbandingan
penurunan - Cardiac darah untuk dari tekanan
perfusi jaringan pump evaluasi awal. memberikan
b.d spasme effectivene - Catat gambaran yang
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
kriteria hasil
arteri koroner ss keberadaan, lebih lengkap
- Circulation kualitas tentang
status denyutan sentral keterlibatan/bi
- Vital sign dan perifer. dang masalah
status - Auskultasi vascular.
Kriteria hasil: tonus jantung - Denyutan
- Tekanan dan bunyi nafas. karotis,
systole dan - Berikan jugularis,
diastole lingkungan radialis dan
dalam tenang, nyaman, femoralis
tekanan kurang mungkin
normal aktivitas/keribut teramati/terpal
- Nyeri dada an lingkungan. pasi.
tidak ada - Berikan - S4 terdengar
- Denyut lingkungan pada pasien
jantung yang tenang, hipertensi
dalam batas nyaman, berat krena ada
normal kurangi hipertropi
aktivitas atau atrium
keributan dan (penigkatan
batasi jumlha volume atau
pengunjung dan tekanan
lamanya atrium),
tinggal. perkembangan
S3
menunjukkan
hipertropi
ventrikel atau
kerusakan
fungsi
- Membantu
untuk
menurunkan
rangsang
simpatis.
- Membantu
menurunkan
rangsang
simpatis dan
meningkatkan
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
kriteria hasil
relaksasi.

D. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respons terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang
dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada
kriteria hasil (Wijayanigsih, 2013)
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. (2014). High blood pressure. from American Heart
Association: http://www.heart.org/HEARTORG.

Annisa, F.N. (2013). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Berobat


Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar.
Naskah Publikasi: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hassanudin
Makassar.
Dewi, S. & Familia. (2010). Hidup Bahagia Bersama Hipertensi. A Plus Books.
Jakarta
Irianto, K. (2014). Memahami Berbagai Macam Penyakit. Bandung: Alfabeta
Junaidi & Iskandar. (2010). Hipertensi Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan.
Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.
Kartika Sari Wijayaningsih. (2013). Standar Asuhan Keperawatan : Jakarta. TIM.
Lumbantobing S.M. (2013). Neurogeriatri. Jakarta: FKUI
Maryam, R & Siti, K. (2010). Hidup Bersama Hipertensi. In Books : Yogjakarta
Muawanah. (2012). Hubungan tingkat pengetahuan tentang manajemen stres
terhadap tingkat kekambuhan pada penderita hipertensi di Panti Wreda
Dharma Bakti Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
NANDA International Nursing Diagnoses. (2018). Definitions and Classification
2018-2020. Buku Kedokteran: ECG
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S, editors. (2010). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.
Sutaryo. (2011). Bagaimana menjaga kesehatan jantung. Yogyakarta: Cinta Buku.
Syamsudin. (2011). Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular Dan Renal. Jakarta:

The Joint National Commite VIII (JNC-8). (2014). Hypertension. The Eight Report
of the Joint National Committee. Guidelines: An In-Depth Guide. Am J
Manag Care
Triyanto & Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi
Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Udjianti & Wajan. (2011). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Vitahealth. (2015). Hipertensi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
World Health Organization (WHO). (2015). A global brief on hypertension: silent
killer.

Anda mungkin juga menyukai