Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA GERONTIK DENGAN HIPERTENSI

Disusun Oleh :
RINI KUSUMA
S17042

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN GERONTIK

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan
darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg. Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis
penyakit yang mematikan di dunia dan faktor risiko paling utama terjadinya hipertensi
yaitu faktor usia sehingga tidak heran penyakit hipertensi sering dijumpai pada usia
senja/ usia lanjut (Fauzi, 2014). Hipertensi merupakan tanda klinis ketidakseimbangan
hemodinamik suatu sistem kardiovaskular, di mana penyebab terjadinya disebabkan oleh
beberapa faktor/ multi faktor sehingga tidak bisa terdiagnosis dengan hanya satu faktor
tunggal (Setiati, 2015).
Hipertensi merupakan gangguan pada system peredaraan darah yang sering terjadi pada
lansia, dengan kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan
diastolic lebih dari 90 mmHg (Sudarta, 2013). Penyakit tekanan darah tinggi atau
hipertensi adalah suatu keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan darah di
atas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan diastolik (bagian
bawah) pada pemeriksaan tekanan darah menggunakan alat berupa cuff air raksa
(spigmomanometer) atau alat digital lainnya (Pudiastuti, 2011). Hipertensi didefinisikan
sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan darah
diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price & Wilson, 2013).
Hipertensi merupakan peningkatan abnormal tekanan darah di dalam pembuluh arteri
dalam satu periode yang mengakibatkan arteri berkontriksi sehingga membuat darah sulit
mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri (Udjianti, 2011).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah suatu kondisi
yang menggambarkan terjadinya peningkatan tekanan darah dimana tekanan sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg pada beberapa kali
pengukuran. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah
yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagai mana
mestinya dalam mempertahankan tekanan darah normal.
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan
menurut Irianto (2014) yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer.
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial yang
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya
(Idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi
esensial seperti berikut ini:
1) Genetik
individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi
untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika
memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi untuk
mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah meningkat faktor
ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dari pada
perempuan.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi.
4) Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam keadaan
normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
5) Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat
dengan menghindari faktor pemicu hipertensi itu terjadi yaitu merokok, dengan
merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan
dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok berpengaruh dengan
tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau berlebihan dan terus
menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki
tekanan darah tinggi pasien diminta untuk menghindari alkohol agar tekanan
darah pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar
terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi
sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi
fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid, hipertensi
endokrin, hipertensi renal, kelainan saraf pusat yang dapat mengakibatkan hipertensi
dari penyakit tersebut karena hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal disebut
hipertensi ginjal (renal hypertension). Gangguan ginjal yang paling banyak
menyebabkan tekanan darah tinggi karena adanya penyempitan pada arteri ginjal,
yang merupakan pembuluh darah utama penyuplai darah ke kedua organ ginjal. Bila
pasokan darah menurun maka ginjal akan memproduksi berbagai zat yang
meningkatkan tekanan darah serta ganguuan yang terjadi pada tiroid juga merangsang
aktivitas jantung, meningkatkan produksi darah yang mengakibatkan meningkatnya
resistensi pembuluh darah sehingga mengakibatkan hipertensi. Faktor pencetus
munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, coarctation
aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguanpsikiatris), kehamilan,
peningkatan volume intravaskuler, luka bakar, dan stress karena stres bisa memicu
sistem saraf simapatis sehingga meningkatkan aktivitas jantung dan tekanan
pada pembuluh darah.
3. Manifestasi klinik
Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai adanya kelainan apapun selain hasil pengukuran
tekanan darah yang tinggi. Klien yang menderita hipertensi biasanya tidak menampakan
gejala (asimtomatik). Diagnosis prehipertensi pada dewasa ditegakkan jika rata-rata hasil
pemeriksaan darah pada dua kunjungan berturut-turut berada pada nilai tekanan diastolik
antara 80-89 mmHg; atau rata-rata tekanan darah sistolik tekanan darah pada dua
kunjungan berada pada nilai antara 120-139 mmHg. Tekanan diastolik yang bernilai
lebih dari 90 mmHg dan sistolik lebih dari 140 mmHg didiagnosis sebagai hipertensi
(Potter dan Perry, 2010).
Satu kali pengukuran tekanan darah yang menunjukan peningkatan tidak cukup untuk
menegakkan diagnosis hipertensi. Pada tahap awal penyakit hipertensi tidak menunjukan
tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh klien, dan jika keadaan ini terus tidak terdeteksi
selama pemeriksaan rutin, klien akan tetap tidak sadar bahwa tekanan darahnya naik. Jika
kondisi ini dibiarkan tidak terdiagnosis maka tekanan darah akan terus naik, manifestasi
klinis akan menjadi jelas dan klien akan mengeluhkan sakit kepala yang terus menerus,
kelelahan, pusing, berdebar-debar, sesak, pandangan kabur atau penglihatan ganda, atau
mimisan (Black & Hawks, 2014). Menurut Nurarif & Kusuma (2013) tanda dan gejala
pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah.
b. Gejala yang lazim Gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
4. Komplikasi
Hipertensi dapat menimbulkan komplikasi seperti:
a. Stroke
Angka kejadian stroke akibat hipertensi di Indonesia cukup tinggi yaitu mencapai
36% pada lansia diatas 60 tahun. Stroke adalah kondisi ketika terjadi kematian sel
pada suatu area di otak. Hal ini terjadi akibat terputusnya pasokan darah ke otak yang
disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah dimana hal tersebut
diakibatkan oleh berbagai hal seperti arterosklerosis dan hipertensi yang tidak
terkontrol. Stroke biasanya terjadi secara mendadak dan menyebabkan kerusakan
otak (Sari, 2017).
b. Infark Miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat
menyuplai oksigen yang cukup ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik dan
hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga
hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga dapat terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan (Triyanto, 2014).
c. Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Hipertensi membuat ginjal harus bekerja lebih
keras, yang mengakibatkan sel-sel pada ginjal akan lebih cepat rusak (Susilo &
Wulandari, 2011).
d. Ketidakmampuan Jantung
Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya ke jantung
dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain sering
disebut edema. Cairan didalam paru-paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan
ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema. Ensefalopati
dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat).
Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan dan
mendorong kedalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron
disekitarnya kolap dan terjadi koma (Triyanto, 2014).
5. Patofisiologi
Hipertensi dikaitkan dengan penebalan dinding pembuluh darah dan hilangnya elastisitas
dinding arteri. Hal ini menyebabkan resistensi perifer akan meningkat sehingga jantung
akan memompa lebih kuat untuk mengatasi resistensi yang lebih tinggi. Akibatnya aliran
darah ke organ vital seperti jantung, otak dan ginjal akan menurun (Potter& Perry, 2012).
Terjadinya mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural
dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan
curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2013).
Pathway
6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
Tujuan dari setiap program terapi adalah untuk mencegah kematian dan komplikasi
dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah arteri pada atau kurang dari 140/90
mmHg (130/90 mmHg untuk penderita diabetes melitus atau penderita penyakit ginjal
kronis), kapanpun jika memungkinkan.
a. Pendekatan nonfarmakologis mencangkup penurunan berat badan, pembatasan
alkohol dan natrium, olahraga teratur dan relaksai, tinggi buah dan sayur, dan produk
susu rendah lemak telah terbukti menurunkan tekanan darah tinggi.
b. Pilih kelas obat yang memiliki efektifitas terbesar, efek samping terkecil dan peluang
terbesar untuk diterima pasien. Dua kelas obat tersedia sebagai terapi lini pertama:
diuretik dan penyekat beta.
c. Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang kompleks (Brunner &
Suddarth, 2013). Penderita hipertensi dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
kembali setelah 7-14 hari untuk melakukan pengukuran tekanan darah, rata-rata
pengukuran tekanan darah pada pemeriksaan yang kedua digunakan sebagai kriteria
untuk diagnosis dan kontrol hipertensi. Kondisi tekanan darah tinggi yang terus-
menerus akan menyebabkan jantung bekerja lebih keras, sehingga kondisi ini akan
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada pembuluh darah, jantung, ginjal, otak, dan
mata (Cheryl, et al, 2012).
d. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
- Penurunan berat badan
- Penurunan asupan etanol
- Menghentikan merokok
2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
3) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
- Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
- Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
- Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian secara Umum
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang
terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau adanya factor resiko
1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas / istirahat
1) Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
2) Frekuensi jantung meningkat
3) Perubahan irama jantung
4) Takipnea
d. Integritas ego
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah
kronik.
2) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-
gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah.
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
f. Nyeri atau ketidak nyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem
a. Sirkulasi
1) Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan
penyakit cerebro vaskuler.
2) Episode palpitasi,perspirasi.
b. Eleminasi
1) Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu.
c. Neurosensori
1) Keluhan pusing.
2) Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang secara
spontan setelah beberapa jam).
d. Pernapasan
1) Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
2) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
3) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
4) Riwayat merokok
2. Riwayat Penyakit
AHA (2016) menyatakan bahwa orang yang beresiko lebih tinggi terkena
hipertensi adalah:
a. Riwayat keluarga dengan hipertensi
b. Afrika-Amerika
c. Orang gemuk atau obesitas
d. Orang-orang yang tidak beraktivitas fisik.
e. Orang yang mengkonsumsi sodium (garam) terlalu banyak.
f. Orang dengan diabetes, asam urat, atau penyakit ginjal.
g. Wanita hamil
h. Wanita yang mengkonsumsi pil KB. Berat badan berlebih memiliki
hipertensi selama kehamilan, riwayat keluarga, dan memiliki penyakit
ginjal ringan.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Normal, tidak menggunakan alat bantu penglihatan
b. Leher
Normal dan tidak ada keluhan
c. Dada
Normal tidak ada keluhan
d. Abdomen
Normal dan tidak ada keluhan
e. Ekstremitas
Normal dan tidak ada keluhan
f. Genitalia
Normal dan tidak ada keluhan
4. Pemeriksaan Penunjang (Diagnostik/laboatorium)
a. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan
dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes
mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin
(meningkatkan hipertensi).
c. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan
plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ).
f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
g. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab ).
h. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
i. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.
j. Steroid urin
Kenaiakan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
k. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter.
l. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung.
m. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati.
n. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
5. Diagnose Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Penurunan Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi
6. Perencanaan Keperawatan
a. SLKI
1) Nyeri
Tingkat Nyeri
- Keluhan nyeri dari skala 1 meningkat menjadi skala 4 cukup menurun
- Kesulitan tidur dari skala 1 meningkat menjadi skala 4 cukup menurun
- Tekanan darah dari skala 1 memburuk menjadi skala 4 cukup membaik
2) Intoleransi aktivitas
Toleransi Aktivitas
- Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dari skala 1 menurun
menjadi skala 4 cukup meningkat
- Perasaan lemah dari skala 1 meningkat menjadi skala 4 cukup menurun
- Tekanan darah dari skala 1 memburuk menjadi skala 4 cukup membaik
3) Penurunan Curah Jantung
Curah Jantung
- Tekanan darah dari skala 1 memburuk menjadi skala 4 cukup membaik
- Kekuatan nadi perifer dari skala 1 menurun menjadi skala 4 cukup
meningkat
- Takikardi dari skala 1 meningkat menjadi skala 4 cukup menurun

b. SIKI
1) Nyeri
Manajeen Nyeri
- Identifikasi skala nyari
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
2) Intoleransi aktivitas
Terapi aktivitas
- Identifikasi deficit tingkat aktivitas
- Koordinasikan pemilihan aktivitas yang dipilih
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
- Kolaborasi dengan terapis
3) Penurunan Curah Jantung
Perawatan jantung akut
- Identifikasi nyri dada
- Pertahakan tirah baring minimal 12 jam
- Ajarkan segera melaporkan nyeri dada
- Kolaborasikan penggunaan antiplatelet jika perlu
7. Evaluasi
a. Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol
b. Pasien berpartisupasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
c. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau beban
kerja jantung.
d. Menunjukkan perubahan pola makan ( misalnya pilihan makan, kuantitas,dan
sebagainya), mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan
kesehatan optimal.
e. Mengidentivikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya
f. Pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan
DAFTAR PUSTAKA

Astari, PD dan Putu, GA. 2012. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah
Lansia dengan Hipertensi pada Kelompok Senam Lansia di Banjar Kaja Sesetan
Denpasar Selatan. Jurnal Keperawatan. ISSN 2301-8556, Vol.1 No.1 Edisi
Januari-Juni 2013. Bali: Universitas Undayana Denpasar.
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori dan Praktik. Jakarta:
EGC.
Indah. 2013. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia (Lanjut Usia)
Dalam Mengikuti Kegiatan Di Posyandu Lansia Desa Gonilan Kecamatan
Kartasura. [Artikel]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Mahara D.S., 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia dalam mengikuti
kegiatan posyandu lansia di Desa Kauman Kecamatan Polanharjo Kabupaten
Klaten. [Skripsi]. Surakarta: Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Sunkudon, M.C., Palendang H, Kallo V. 2015. Pengaruh Senam Lansia terhadap
Stabilitas Tekanan Darah pada Kelompok Lansia GMIM Anugerah di Desa
Tumaratas 2 Kecamatan Langowan Barat Kabupaten Minahasa. Jurnal
Keperawatan. ISSN 2302-1721. Volume 3 Nomor 1, Februari 2015. Minahasa:
Universitas Sam Ratulangi.
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. G DENGAN HIPERTENSI


DI DESA KEDUNGJAMBAL SUKOHARJO

Disusun Oleh:

RINI KUSUMA
S17042

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2020
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. G DENGAN HIPERTENSI


DI DESA KEDUNGJAMBAL SUKOHARJO

I. BIODATA
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny. G
Alamat : KedungJambal Sukoharjo
Umur : 85 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Cerai Mati
Pendidikan : Tidak Tamat SD
Pekerjaan : Tidak Bekerja

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. W
Umur : 55 th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kedungjambal Sukoharjo
Hubungan dengan klien : Anak
3. Riwayat kesehatan:
a. Keluhan utama
pasien mengeluhkan nyeri kepala
b. Riwayat penyakit sekarang
pasien mengatakan sering nyeri kepala, pusing, ketika tekanan darahnya
meningkat, biasanya tekanan darahnya meningkat ketika pasien merasa
stres, pasien juga mengatakan sering nyeri lutut, dan susah digerakkan
karena kaku.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi, pasien mengatakan pernah
dirawat di puskesmas sebanyak 1 kali selama 3 tahun yang lalu.
d. Riwatar kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit menurun dikeluarga
II. POLA FUNGSI KESEHATAN (GORDON)
1. Persepsi terhadap kesehatan
Pasien menyadari kalau dirinya menderita hipertensi tetapi pengetahuannya
pasien tentang penyakit tersebut kurang, hal tersebut didukung dengan
pernyataan pasien bahwa pasien tidak mengetahui batas normal tekanan
darahnya, makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita hipertensi dan
selama menderita hipertensi pasien memeriksakan diri ke dokter atau klinik
terdekat ketika hanya mengalami keluhan saja.
2. Pola Aktivitas Dan Latihan
a. Pengkajian Barthel
No Fungsi Skor Keterangan Hasil
1 Mengendalikan 0 Tidak terkendali (perlu 2
rangsang BAB pencahar)
1 Kadang-kadang tak terkendali
2 Terkendali teratur
2 Mengendalikan 0 Tak terkendali/ pakai kateter 2
rangsang BAK 1 Kadang-kadang tak terkendali
2 Mandiri
3 Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain 1
(mencuci wajah, 1 Mandiri
menyisir
rambut,mencukur
kumis, sikat gigi)
4 Penggunaan WC 0 Tergantung pertolongan orang 2
(keluar masuk WC, lain
melepaskan/memakai 1 Perlu pertolongan pada
celana, cebok dan beberapa kegiatan tetapi dapat
menyiram) mengerjakan sendiri
2 Mandiri
5 Makan minum ( jika 0 Tidak mampu 2
makan harus beruppa 1 Perlu ditolong memotongkan
potongan, dianggap 2 mandiri
dibantu)
6 Bergerak dari kursi 0 Tidak mampu 3
roda ke tempat tidur 1 Perlu banyak bantuan untuk
atau sebaliknya bisa duduk (2 orang)
(termasuk duduk 2 Bantuan minimal 1 orang
ditempat tidur) 3 mandiri
7 Berjalan ditempat 0 Tidak mampu 3
rata (atau tidak bisa 1 Bisa (pindah) dengan kursi
berjalan, roda
menjalankan kuris 2 Berjalan dengan bantuann 1
roda) orang
3 mandiri
8 Berpakaian 0 Tergantung orang lain 2
(termasuk memasang 1 Sebagaian dibantu
tali sepatu, 2 mandiri
mengencangkan
sabuk)
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu 1
1 Butuh pertolongan
2 mandiri
10 mandi 0 Tergantung orang lain 1
1 mandiri
Skor total 19

Keterangan:
20 : mandiri (A)
12-19 : tergantungan ringan (B)
9-11 : ketergantungan sedang (B)
5-8 : ketergantunngan berat (C)
0-4 : ketergantungan total (C)
Indeks katz
Termasuk yg manakah klien
No Kriteria Bantuan Mandiri Keterangan
1 Makan 5 10 Frekuensi:
setengah
porsi
Jumlah: 3X
sehari
Jenis:nasi
lauk pauk
2 Minum 5 10 Jumlah:
1,8 liter
Jenis: teh
air putih
3 Berpindah, kursi 5-10 15 Tidak ada
roda ke tempat keluhan/mandiri
tidur
4 Personal toilet 0 5 Frekuensi: 2Xsehari
(gosok gigi)
5 Keluar masuk 5 5 Dibantu keluarga
toilet (cuci
pakaian)
6 Mandi 5 15 Mandiri
7 Jalan dipermukaan 0 5 Tidak ada keluhan
datar
8 Naik turun tangga 5 5 Dibantu keluarga
9 Mengenakan 5 10 Tidak ada keluhan
pakaian
10 Kontrol bowel 5 10 Frekuensi: 5x
(BAK) sehari
11 Kontrol bladder 5 10 Frekuensi:1x sehari
(BAB) Warna: kuning
12 OR/ latihan 5 10 Frekuensi:
1X sehari
Jenis:jalan
jalan
13 Rekreasi/ 5 10 Frekuensi:
pemanfaatan waktu 2Xsehari
luang Jenis:menyap
u halaman
Skor total 120

Keterangan:
65 : mandiri
65-125 : ketergantungan sebagian
60 : ketergantungan total
3. Pola Istirahat Tidur
Pasien mengatakan biasanya tidur pukul sembilan malam dan bangun
pada pukul setengah 4 pagi, pasien mengatakan tidak ada gangguan pola
tidur, hanya saja ketika tekanan darahnya meningkat terkdang sudah
untuk tidur, pasien mengatakan kualitas tidur cukup baik dan ketika
bangun tidur tampak segar.
4. Pola Nutrisi – Metabolik
Pasien mengatakan sehari makan 3 kali, makanan kesukan berupa sayur-
sayuran yang dipetik sediri dari sawah, berat bedan tetap tidak turun dan naik,
minum sehari 4 gelas sehari.
5. Pola eliminasi
Untuk frekuensi dan kualitas BAK pasien sehari 3 kali sampai 4 kali sehari
dengan kualitas yang cukup baik, untuk BAB sehari sekali dengan kualitas
yang cukup baik. Tidak ada keluhan saat BAB maupun BAK.
6. Pola kognitif perceptual
a. Pengkajian SPMSQ Instruksi:
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
B S No pertanyaan
v 1 Tanggal berapa hari ini?
v 2 Hari apa sekarang ini?
v 3 Apa nama tempat ini?
v 4 Dimana alamat anda?
v 5 Berapa umur anda?
v 6 Kapan anda lahir? (minimal tahun terakhir)
v 7 Siapa presiden indonesia sekarang?
v 8 Siapa presiden indonesia sebelumnya?
v 9 Siapa nama ibu anda?
v 10 Kurangi 3 dr 20 & tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara menurun
3 7 Nilai total
Keterangan:
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
b. MMSE

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


kognitif max klien
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar:
Tahun, musim, tanggal, hari,
bulan
5 5 Dimana kita sekarang
berada? Negara, provinsi,
kota, PSTW, wisma
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 objek.1
detik untuk masing-masing
objek. Kemudian tanyakan
kepada klien 3 objek tadi
3 Perhatian& 5 5 Minta klien untuk memulai
kalkulasi dari angka 100 kurangi 7
sampai 5X.(jawaban:93,
86, 79, 72, 65)
4 Mengingat 3 2 Minta klien untuk
mengulangi objek pada
nomor 2 td. Jika benar, 1
point untuk masing-masing
objek.
5 Bahasa 9 9  Tunjukkan pada klien
suatu benda&tanyakan
nama pada klien:..
 Minta klien untuk
mengulang kata berikut:
tidak ada, jika, dan, atau,
tetapi. Bila benar nilai 1
point
 Minta klien untuk
mengikuti 3 langkah:
ambil kertas di tangan
anda, lipat 2 dan taruh di
lantai

Total nilai 30 28

Keterangan:
>23 : aspek kognitif dr fungsi mental baik
≤23 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental
7. Pola konsep/persepsi diri
a. Gambaran diri
Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang paling disukai dan bagian
tubuh yang tidak disukai pasien mengatakan biasa-biasa saja.
b. Identitas diri
Status klien dalam rumah sebagai nenek dari cucu-cucunya dan bertujuan
hidup bahagia dengan anak dan cucu-cucunya.
c. Peran diri
Pasien mengatakan merasa dirinya cukup banyak waktu dirumah bersama
cucu-cucunya.
d. Ideal diri
Pasien berharap cepat sembuh dari penyakit hipertensinya dan tidak
kambuh lagi.
e. Harga diri
Pasien merasa dirinya tidak berharga ketika sakit tidak dapat membantu
urusan keluarga.

8. Pola koping
Cara pemecahan masalah
Geriatric Depression Scale (Skala Depresi Geriatri) Berikan nilai 1 pada
jawaban ya !
No PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan Ya Tidak
anda?
2 Apakah anda telah meninggalkan banyak Ya Tidak
kegiatan dan minat atau kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? Ya Tidak
4 Apakah anda sering merasa bosan? Ya Tidak
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik Ya Tidak
setiap saat?
6 Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk Ya Tidak
akan terjadi pada anda?
7 Apakah anda merasa bahagia untuk Ya Tidak
sebagian besar hidup anda?
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Ya Tidak
Apakah anda lebih senang tinggal di rumah
daripada keluar dan mengerjakan sesuatu yang
baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak Ya Tidak
masalah dengan daya ingat dibanding
kebanyakan orang?
11 Apakah anda berpikir hidup anda sekarang ini Ya Tidak
menyenangkan?
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti Ya Tidak
perasaan anda saat ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? Ya Tidak
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak Ya Tidak
ada harapan?
15 Apakah anda berpikir bahwa orang lain lebih Ya Tidak
baik keadaannya daripada anda?
Total

Setiap jawaban yang bercetak tebal adalah nilaianya 1 Keterangan:


0-4 : normal
5-9 : berisiko depresi
>10 : depresi
9. Pola sekual – reproduksi
Pasien mempunyai 5 anak, 4 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Semua
sudah berkeluarga dan pasien tinggal bersama anak nomor 5 dan pasien sudah
menupause dan suaminya sudah meninggal dunia.
10. Pola peran hubungan
Hubungan pasien dengan anggota keluarga sangat baik dan harmonis, tidak
ada masalah karena keluarganya dapat memahami kondisinya.
11. Pola Nilai dan kepercayaan
Pasien beragama islam, pasien menjalankan ibadahnya setiap waktu, pasien
yakin kalau penyakit yang dideritanya saat ini adalah cobaan diri Allah SWT
dan pasien yakin bahwa penyakitnya dapat sembuh.
III. LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah:
Status rumah yang ditempati keluarga Ny. G milik anaknya. Jenis rumah
yang ditempati keluarga Ny. G adalah milik anaknya yaitu Tn. W, rumah tersebut
mempunyai pondasi dan tembok, genteng, lantainya keramik. Adanya ventilasi
rumah dan cahaya yang masuk diperoleh dari pintu depan serta menggunakan
listrik sebagai penerangan dan kondisi kebersihan rumah secara keseluruhan cukup
bersih. Keluarga Ny. G tidak memiliki tempat pembuangan sampah jadi sampah
ditumbuk dan dibakar, sementara sumber air yang digunakan keluarga Ny. G
berasal dari air sumur serta air dimanfaatkan untuk mencuci, mandi, dan kondisi air
bersih, tidak berbau. Keluarga Ny. G mempunyai WC sendiri, jenis WC yang
digunakan Ny. G adalah WC jongkok. Rumah dan lingkungan sekitar bersih.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas
Karakteristik tetangga meliputi perdesaan. Fasilitas sosial dan fasilitas
kesehatan terdapat dilingkungan Ny. G seperti masjid, arisan warga, pengajian,
terdapat kader kesehatan, posyandu lansia, dan balita. Budaya setempat dalam
mempengaruhi kesehatan seperti jika ada tetangga yang sakit dibawa ke
puskesmas/ rumah sakit, pekerjaan masyarakat umumnya bekerja sebagai buruh,
wiraswasta, dan petani. Tingkat kepadatan penduduk masuk kategori tersendiri
karena rumahnya tidak berdekatan dengan tetangga.
3. Mobilitas geografi keluarga
a. Lamanya tinggal di daerah ini : Keluarga Ny. G tinggal di daerah
Kedungjambal, ini lebih dari 50 tahun
b. Asal daerah sebelum migrrasi : Tidak bermigrasi sebelumnya
c. Transportasi yang digunakan : Transportasi yang digunakan Ny. G berupa
sepeda motor
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
d. Perkumpulan keluarga
Setiap sore hari atau hari libur klien dan keluarga selalu meluangkan waktu
untuk berkumpul untuk melihat TV atau makan bersama.
e. Interaksi keluarga dengan masyarakat
Interaksi antara keluarga dengan masyarakat baik, setiap bertemu saling
menyapa dan keluarga juga aktif dalam kegiatan masyarakat seperti gotong
royong 1 minggu sekali.
5. Sistem pendukung keluarga
Semua anggota keluarga dalam kondisi sehat. Antara anggota keluarga sering
menyayangi satu sama lain. Keluarga klien memiliki fasilitas meliputi : saranan
MCK, tempat tidur, sumber air, Sedangkan dukungan psikologi dan spiritual
keluarga terpenuhi dengan baik.
IV. PELAYANAN KESEHATAN
1. Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Dasar :
Di lingkungan Ny. G terdapat posyandu, untuk pelayanan kesehatan seperti
puskesmas terdapat puskesmas pembantu, dan praktik bidan swasta.
2. Persepsi Keluarga tentang Tenaga Kesehatan yang Ada :
Ny. G mengatakan kader kesehatan belum bisa menangani masalah kesehatan
warganya secara menyeluruh. Akan tetapi dengan adanya praktik bidan swasta
dan puskesmas di desa sudah lebih dari cukup untuk menangani masalah
kesehatan yang ada.

V. PENGKAJIAN FISIK
1. Umum
Keadaan Umum
a. Kesadaran : composmentis
b. GCS :E=4 M=4V=5
c. TTV : TD = 150/90 mmHg, N = 99x/menit. RR =
20x/menit
2. Keadaan Fisik
a. Kepala dan Leher
 Kepala
Bentuk : Mesocepale
lesi : tidak ada lesi
Rambut : putih
kebersihan: bersih, tidak ada luka
 Mata
Kebersihan : bersih
Konjungtiva: tidak anemis
Reflek pupil : isokor
kantung mata : tampak menurun
Sklera : berwarna putih
Ketajaman: ketajaman mata menurun
penglihatan: penglihatan menurun
 Telinga:
Serumen : tidak tampak
Fungsi pendengaran : masih berfungsi dengan baik
 Mulut & Tenggorok:
Kebersihan : bersih
Kondisi gigi : gigi ompong bagian belakang
Kemampuan menelan: baik
 Leher:
Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Penojolan vena jugularis : tidak tampak
b. Payudara dan Ketiak
Kebersihan: bersih dan tidak ada lesi
c. Dada
 Paru:
Inspeksi : bentuk dada simetris
Perkusi : vocal premitus kanan=kiri
Palpasi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : tidak ada suara napas tambahan
 Jantung:
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Perkusi : IC teraba di ICS 5
Palpasi : suara pekak
Auskultasi : bunyi jantung 1-2 murni
d. Abdomen
Inspeksi : abdomen datar, tidak ada bekas luka
Auskultasi : tidak ada peningkatan suara peristaltik usus
Perkusi : tidak ada nyeri tekan
Palpasi: timpani
e. Genitalia: tidak terkaji
f. Integumen (Pengkajian Skala Risiko Dekubitus)
Keadaan umur: (turgor kulit, oedem, pitting edema)
1) Menurut Norton
Keterangan 4 3 2 1
Kondisi fisik Baik Sedang Kurang Buruk
Kesadaran Composm Apatis Delirium Stupor
entis
Aktivitas Mandiri Berjalan Dengan kursi Bedrest
dengan roda
bantuan
Mobilitas Tidak Sedikit Sangat Imobilisasi
terbatas Terbatas terbatas
Inkontinensi Tidak ada Kadang- Kadang urin Selalu
a kadang keduanya

Keterangan:
< 10 : risiko sangat tinggi
10-13 : risiko tinggi
14-18 : risiko sedang
> 18 : risiko dekubitus masih rendah
g. Ekstremitas (atas dan bawah)
Kesemutan : jarang terjadi kesemutan
Edema : tidak ada edema
nyeri : terdapat nyeri sendi skala 3
h. Muskuloskeletal (atas dan bawah)
Nyeri sendi : tidak ada nyeri sendi
Kekuatan otot : 3
i. Pemeriksaan Penunjang (jika ada)
Tidak ada pemeriksaan Penunjang
VI. FAKTOR LINGKUNGAN
1. Luas rumah
2. Keadaan Lingkungan dalam rumah
a. Penerangan
b. Kebersihan dan kerapihan
c. Pembagian ruangan
d. Sirkulasi udara
e. Keamanan
f. Sumber air minum
g. Ruang Pertemuan
3. Keadaan Luar rumah
a. Pemanfaatan halaman
b. Pembuangan air limbah
c. Pembuangan sampah
d. Sanitasi
e. Sumber pencemaran
VII. PEMERIKSAAN FISIK
1) Sistim musculo skeletal : normal tidak ada keluhan
2) Sistim kardiovasculer : tidak ada pembesaran dan tidak ada suara
tambahan
3) Sistim respirasi : respirasi 20x/menit
4) Sistim integument : normal tidak ada keluhan
5) Sistem urinaria : normal tidak ada keluhan
6) Sistim Gastrointestinal : normal tidak ada keluhan

VIII. TERAPI MEDIS (Jika ada)


Ny. G tidak mengkonsumsi obat-obatan
IX. ANALISA DATA
Nama : Ny. G
Umur : 85 Tahun

No Data Masalah Keperawatan


1. Data Subyektif : Nyeri Akut (D.0077)
- Pasien mengatakan nyeri kepala, dan
mnegeluhkan pusing.
Data Obyektif :
 Hasil pemeriksaan tekanan darah Ny. G
150/90 mmHg
 pasien tampak tidak nyaman dan
memegang kepala
2. Data Subyektif : Deficit Pengetahuan
 Ny. G mengatakan bahwa pasien tidak tentang Hipertensi
mengetahui batas normal tekanan (D.0111)
darahnya, makanan yang tidak boleh
dikonsumsi oleh penderita hipertensi.
 Ny. G mengatakan kurang paham akan
penyakitnya .
Data Obyektif :
 Hasil tekanan darah Ny. G 140/90mmHg

X. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri Akut berhuubungan dengan agen cedera fisiologis (D.0077)
2. Deficit Pengetahuan tentang Hipertensi berhubungan dengan kurang terpapar
informasi (D.0111)
XI. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Ny. G
Umur : 85 Tahun

No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Ttd


Dx
1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
3x24 jam diharapkan masalah (I.08238)
tingkat nyeri akut (L.08066) a. Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria hasil: karakteristrik,
a. Keluhan nyeri dari skala 1 durasi, frekuensi,
(meningkat) menjadi kualitas, intensitas
skala 4 (cukup menurun). nyeri
b. Meringis dari skala 1 b. Identifikasi skala
(meningkat) menjadi nyeri
skala 4 (cukup menurun). c. Berikan teknik
c. Kesulitan tidur dari skala nonfarmakologis
1 (meningkat) menjadi untuk mengurangi
skala 4 (cukup menurun). rasa nyeri
d. Tekanan darah dari skala d. Ajarkan teknik
1 (memburuk) menjadi nonfarmakologi
skala 4 (cukup membaik). untuk mengurangi
rasa nyeri
e. Kolabrasi
pemberian
analgetik, jika perlu

2. Setelah dilakukannya tindakan Edukasi Kesehatan


keperawatan 3x24 jam maka (I.12383)
diharapkan masalah deficit a. Identifikasi
pengetahuan tentang kesiapan dan
hipertensi (L.12111) teratasi kemampuan
dengan kriteria hasil: menerima informasi
a. Perilaku sesuai anjuran b. Sediakan materi dan
dari skala 1 (menurun) media pendidikan
menjadi skala 4 (cukup kesehatan
meningkat) c. Jadwalkan
b. Persepsi yang keliru pendidikan
terhadap masalah dari kesehatan sesuai
skala 1 (meningkat) kesepakatan
menjadi skala 4 (cukup d. Jelaskan factor
menurun) resiko yang dapat
c. Perilaku dari skala 1 mempengaruhi
(memburuk) menjadi kesehatan
skala 4 (cukup membaik)

XII. TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTAS


Nama : Ny. G
Umur : 85 Tahun

Hari/Tgl No Implementasi Respon Ttd


/Jam Dx
Senin, 09 1 Mengidentifikasi S : pasien mengatakan
November 2020 lokasi, karakteristrik, nyeri di kepala dan
09.00 durasi, frekuensi, kepala terasa pusing.
kualitas, intensitas P :tekanan darah
nyeri dan skala nyeri meningkat

Q : tertusuk-tusuk

R : kepala

S : skala 4

T :nyeri muncul
perlahan ketika
malam hari
O: pasien tampak
gelisah dan kurang
nyaman karena nyeri
dikepalanya.

10.00 2 Menyediakan materi S : pasien mengatakan


dan media sudah siap menerima
pendidikan kesehatan materi yang akan
diajarkan
O : pasien mengikuti
arahan dari perawat.

10.30 2 Menjadwalkan S : pasien mengatakan


pendidikan kesehatan bersedia diberikan
sesuai kesepakatan edukasi esok hari
O : pasien tampak
mengerti arahan yang
diberikan oleh perawat.

Selasa, 10 1 Mengajarkan teknik S : Pasien mengatakan


November nonfarmakologi bersedia diajarkan
2020 untuk mengurangi teknik non-farmakologi
rasa nyeri untuk mengurangi rasa
09.00 nyeri
P :tekanan darah
meningkat

Q : tertusuk-tusuk

R : kepala

S : skala 3
T :nyeri muncul
perlahan ketika
malam hari

O : Pasien tampak
bersedia dan antusias

S : Pasien tampak
10.00 1 Memberikan teknik
mengerti dengan teknik
nonfarmakologis
yang telah diajarkan
untuk mengurangi
oleh perawat
rasa nyeri
O : Pasien tampak
antusias mempraktikan
ajaran yang telah
diberikan perawat.

S : pasien mengatakan
11.00 2 Menidentifikasi
sudah siap dengan
kesiapan dan
pemberian informasi
kemampuan
yang akan di berikan
menerima informasi
O : Pasien tampak
gelisah tapi bisa
mengikuti arahan dari
perawat.

Rabu, 11 2 Menjelaskan factor S : Pasien mengatakan


November resiko yang dapat mengerti penejlasan
mempengaruhi yang telah diberikan
10.00 kesehatan oleh perawat
O : Pasien tampak
mengerti
11.00 1 Mengedukasi S : pasien mengatakan
pemberian analgetik, mengerti edukasi yang
jika perlu untuk telah diberikan oleh
mengurangi nyeri perawat
P :tekanan darah
meningkat

Q : tertusuk-tusuk

R : kepala

S : skala 1

T :nyeri muncul
perlahan ketika
malam hari

O : Pasien tampak
tenang dan antusias

XIII. EVALUASI
Nama : Ny. G
Umur : 85 Tahun

No. Dx Hari/Tgl/Jam Evaluasi Ttd

1 Senin, 09 NovemberS : pasien mengatakan sudah


2020 bisa mengidentifikasi nyeri
15.00 dan bersedia menerima
edukasi yang akan diberikan
sesuai yang sudah
dijadwalkan.
P :tekanan darah
meningkat
Q : tertusuk-tusuk
R : kepala
S : skala 4
T :nyeri muncul
perlahan ketika
malam hari
O : pasien tampak gelisah
dan memegang kepala
TD : 150/90 mmHg, RR : 20x/menit, S :
36,5
A : masalah Nyeri Akut
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri

2 S : pasien mengatakan belum paham


penyakit yang dideritanya
O : pasien tampak cemas dan gelisah
TD : 140/90 mmHg, RR : 20x/menit, S :
36,5
A : Masalah Deficit Pengetahuan
tentang hipertensi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
1 Selasa, 10 S : pasien mengatakan sudah
November 2020, paham cara mengontrol
15.00 nyeri yang sudah diajarkan
perawat tapi masih bingung
dalam mengontrol nyeri
dengan obat
P :tekanan darah
meningkat
Q : tertusuk-tusuk
R : kepala
S : skala 3
T :nyeri muncul
perlahan ketika
malam hari
O : pasien tampak mengerti
edukasi yang telah diberikan
perawat
TD : 130/80 mmHg, RR : 22x/menit, S :
36,5
A : Masalah Nyeri akut
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Kolabrasi pemberian analgetik,
jika perlu

2 S : pasien mengatakan sudah


mengetahui penyakit yang telah
dialaminya tetapi belum paham
mengenai resiko untuk kesehatannya
O : pasien tampak sudah paham
penyakit hipertensi yang dialami
A : Masalah deficit pengetahuan tentang
hipertensi belum teratasi teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Jelaskan factor resiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan
1 Rabu, 11 S : pasien mengatakan sudah
November 2020 bisa cara mengontrol nyeri
15.00 sesui yang diajarkan perawat
dan nyeri sudah sangat
berkurang
P :tekanan darah
meningkat
Q : tertusuk-tusuk
R : kepala
S : skala 1
T :nyeri muncul
perlahan ketika
malam hari
O : pasien tampak sudah
bisa mentrol tingkat nyeri
dengan baik
TD : 120/90 mmHg, RR : 22x/menit, S :
36,5
A : Masalah Nyeri akut
teratasi
P : Hentikan intervensi

2 S : pasien mengatakan
sudah menegtahui
edukasiyang telah diberikan
perawat mengenai kesehatan
dan penyakit yang
dialaminya
O : pasien tampak tenang
dan mengerti tentang
eduakasi yang telah
diberikan oleh perawat
menegnai penyakitnya
TD : 120/90 mmHg, RR : 22x/menit, S :
36,5
A : masalah Deficit Pengetahuan tentang
hipertensi teratasi
P : Hentikan interbensi

Anda mungkin juga menyukai