Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA NY.

D
DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI

Disusun oleh :
Utari Indah Hernani
202010300511018

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


DIREKTORAT PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih

dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik

diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014)

2. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut

(Aspiani, 2014) :

a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial

Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak

diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu : (Aspiani, 2014)

1) Genetik

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi untuk

mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki

riwayat keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.

2) Jenis kelamin dan usia

Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi untuk

mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah


meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari

pada perempuan.

3) Diet

Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan berkembangnya

hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya,

jika garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan

menahan cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan

yang tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang dibawa

oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni

adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan

tekanan darah meningkat.

4) Berat badan

Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam keadaan normal atau

ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan

tekanan darah atau hipertensi.

5) Gaya hidup

Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat dengan

menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan

jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung

rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol

yang sering, atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien

sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk


menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup

sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu contoh hipertensi

sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat stenosi arteri renalis. Kelainan

ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan

aliran darah ke ginjalsehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan

pelepasn renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara langsung

meningkatkan tekanan darahdan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron

danreabsorbsi natrium. Apabiladapat dilakukan perbaikan pada stenosis,atau apabila ginjal

yang terkena diangkat,tekanan darah akan kembalike normal (Aspiani, 2014).

3. Patofisiologi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah

jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari

perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan

tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat

sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain

sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin

dan autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

di vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini bermula pada


saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna

medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem

saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin,

yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana

dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah

(Padila, 2013).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi

sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila, 2013). Meski etiologi hipertensi masih

belum jelas, banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis hiepertensi

seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal, jantung

pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium, dan air

(Syamsudin, 2011).

Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang

emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan

vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat

memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah (Padila, 2013).

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal, menyebabkan

pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini


menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan

volume intra vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan keadaan hipertensi

(Padila, 2013).

4. Tanda dan Gejala Hipertensi

Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014) menyebutkan gejala

umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak sama pada

setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang

dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:

a. Sakit kepala

b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh

d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat

e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera

Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi mengalami nyeri

kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat dari

vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan vasculer

cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada klien

hipertensi.

5. Klasifikasi Hipertensi

Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah

sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg.

Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg

dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.


Tabel 1
Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa Sebagai
Patokan dan Diagnosis Hipertensi (mmHg)
Kategori Tekanan darah
Sistolik Diastolik
Normal < 120 mmHg <80 mmHg

Prehipertensi 120-129 mmHg <80 mmHg

Hipertensi stage I 130-139 mmHg 80-89 mmHg

Hipertensi stage II ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg


(Sumber : American Heart Association, Hypertension Highlights 2018 : Guideline For The
Prevention, Detection, Evaluation And Management Of High Blood Pressure In Adults 2013)

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer dan

hipertensi sekunder (Aspiani, 2014). Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan

darah yang tidak diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi merupakan

hipertensi primer. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya

hipertensi primer adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat badan, gaya hidup.

Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik

yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Dari 10% kasus

hipertensi merupakan hipertensi sekunder. Faktor pencetus munculnya hipertensi

sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan volume

intravaskular, luka bakar dan stres (Aspiani, 2014).

6. Komplikasi

Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam jangka

panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ yang

mendapat suplai darah dari arteri tersebut.


Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu : (Aspiani,

2014)

a. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak

dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan

tekanan darah tinggi.

b. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat

menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12 trombus

yang bisa memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah. Hipertensi

kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat

dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

Sedangkan hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran

listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan

peningkatan resiko pembentukan bekuan.

c. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita

hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor

dan berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya jantung tidak

mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan diparu yang dapat

menyebabkan sesak nafas (eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.

d. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak

sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat

yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi

penumpukan dalam tubuh.


7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat

penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang

tidak dapat dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi , berbagai macam cara

memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu : (Aspiani,

2014)

b. Pengaturan diet

1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien

hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi

sistem renin- angiostensin sehingga sangata berpotensi sebagai anti hipertensi.

Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6

gram garam per hari.

2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya

belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan

vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitat pada dinding vaskular.

3) Diet kaya buah sayur.

4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

c. Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat badan mengurangi

tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan voume

sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian

hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yangs angat

efektif untuk

menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan.

Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus
karenan umumnya obat penurunan penurunan berat badan yang terjual bebas mengandung

simpasimpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, memperburuk angina

atau gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.

d. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk

menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung.. olahraga

isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin perifer, dan

mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak

3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan

darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi

terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

e. Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti merokok

dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek jangka

oanjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke

berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.

f. Penatalaksanaan Farmakologis

1) Terapi oksigen

2) Pemantauan hemodinamik

3) Pemantauan jantung

4) Obat-obatan

PENGKAJIAN KELUARGA
1. DATA UMUM
Nama Kepala
: Ny. D
Keluarga
Umur : 55 tahun Pekerjaan Kepala Keluarga : Wiraswasta
: Jl. Renang
Alamat dan telephon Mojolangu, Pendidikan Kepala Keluarga : SMA
Lowokwaru
Komposisi keluarga : Tipe Keluarga : Keluarga dengan orang tua tunggal
Nama Jenis Tanggal Hubungan Pendidikan Pekerjaan
kelamin lahir/umur
1. Ny. D P 55 th KK SMA Wiraswasta
2. Ny. I P 37 th Anak S1 Wiraswasta
3. Ny. M P 36 th Anak S1 Wiraswasta

Genogram :

Ny. J

Ny. I Ny. M

Keterangan :

Klien binaan Hubungan Bercerai

Wanita Keturunan

Pria Serumah

Latar belakang Suku Jawa


budaya Ras Malayan Mongoloid
Terdapat adat dari budaya tertentu yang diikuti seperti setelah melahirkan
memakai grito. Keluarga mampu beradaptasi terhadap perkembangan budaya
dan zaman. Jika mengalami gangguan kesehatan atau sakit keluarga
menganggap bahwa hal itu merupakan reaksi kerusakan tubuh. Bahasa yang
digunakan sehari hari adalah Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia.
Identitas religius Islam
Mengikuti kegiatan keagamaan pengajian di masjid setiap minggu
Tidak mengalami kendala dalam beribadah maupun fasilitas beribadah karena
rumahnya dekat dengan masjid dan di rumah terdapat mushola kecil.
Status ekonomi Jumlah pendapatan keluarga : ± Rp3.000.000,00
Sumber pendapatan keluarga : Ibu dan anak
Pendapatan cukup untuk kebutuah sehari hari
Memiliki tabungan dengan presentase 15% dari pendapatan

Aktivitas rekreasi Ny. D setiap minggu sering pergi ke taman komplek bersama anak dan para
waktu luang cucunya dan setiap 6 bulan sekali saat cucunya libur sekolah Ny. D
menemanai anak dan cucunya berlibur ke tempat wisata.

2. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


Tahap Usia anak yang tertua = 37 tahun.
perkembangan Tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa/melepas dewasa.
keluarga saat ini Tugas:
1. Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan (terpenuhi)
2. Mempertahankan hub yang serasi dan memuaskan dengan anak-
anaknya dan sebaya (terpenuhi)
3. Meningkatkan keakraban pasangan (belum terpenuhi)
Tahap : Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
perkembangan yang
belum terpenuhi

Riwayat keluarga : Ny. D saat ini tinggal bersama anak dan cucunya keluhan yang dirasakan
inti saat ini adalah pusing dan badan terasa sakit semua.
Riwayat keluarga : Keluarga Ny. J adalah keluarga asli Suku Jawa. Ny. D mengatakan bahwa
sebelumnya orang tuanya memiliki riwayat penyakit hipertensi. 4 tahun yang lalu Ny. D
sempat mengalami kondisi dimana kadar kolesterol dalam tubuhnya tinggi. 6
bulan yang lalu Ny. d mengalami keluhan kesehatan pusing disertai badan
lemas dan tersa tidak enak. Pasien berobat ke Puskesmas Mojolangu dan di
diagnosa Hipertensi oleh dokter. Kemudian 1 hari yang lalu Ny. D ke
Puskesmas Mojolangu untuk memeriksakan Riwayat penyakit yang telah di
derita hingga saat ini.

3. DATA LINGKUNGAN
Karakteristik rumah
Ny. D tingga di perumahan dengan deskripsi berikut :
Jenis rumah : Permanen
Luas bangunan : 8 x 9 m2
Luas penerangan : 70 % dari luas rumah
Status rumah : Milik pribadi
Atap rumah : Genteng
Ventilasi rumah : Ada, > 10% luas lantai
Cahaya dapat masuk rumah pada siang hari
Penerangan : Listrik
Lantai : Keramik
Kebersihan rumah keseluruhan : Bersih
t
Denahe rumah
r
a
s Tangga
Toilet

R. tamuKamar 1 Kamar 2Dapur

Keluarga memiliki tempat pembuangan sampah


Cara pengelolaan sampah rumah tangga : Diambil petugas
Sumber air yang digunakan : PDAM
Jamban keluarga : Ada, jenis jampan : leher angsa
Jarak antara sumber air dan jamban : > 10 m
Keluarga memiliki saluran pembuangan limbah dan kondisinya baik
Terdapat perkumpulan sosial di masyarakat setempat : Ada, pengajian dan
arisan RT ibu-ibu.
Fasilitas pelayanan Kesehatan masyarakat : Klinik, Puskesmas, dan rumah
sakit
Keluarga memanfaat fasilitas Kesehatan yaitu Puskesmas
Fasilitas Kesehatan yang ada dapat dijangkau oleh keluarga dengan sepeda
motor.

Karakteristik Keluarga tinggal di rumah milik pribadi dengan keadaan lingkungan yang
lingkungan padat penduduk. Keluarga mengakan berhubungan baik dan rukun dengan
tetangga sekitar. Ny. D mengatakan anggota keluarga aktif dalam kegiatan
perkumpulan masyarakat, sering mengikuti pengajian yang dilaksanakan di
masyarakat. Tempat tinggal Ny. D dekat dengan pelayanan kesehatan dan
tempat ibadah.

4. STRUKTUR KELUARGA
Pola komunikasi Komunikasi antar anggota keluarga akrab dan hal tersebut terjadi sepanjang
hari.

Struktur kekuasaan Antar anggota keluarga saling mendukung satu sama lain dan ketika terdapat
keluarga anggota keluarga yang memiliki masalah, anggota keluarga lain pasti
membantu. Pengambil keputusan utama adalah Ny. D sebagai kepala
keluarga.

Struktur peran Peran Ibu : Membantu mencari nafkah dan sebagai ibu rumah tangga
Peran anak : Membantu orang tua mencari nafkah dan membantu
membersihkan rumah

Struktur nilai Nilai dan norma budaya yang dianut adalah dari Jawa

5. FUNGSI KELUARGA
Fungsi afektif Diantara anggota keluarga saling menyanyangi, saling membantu, dan
memiliki.

Fungsi sosialisasi Pasien mengatakan bahwa ia dan keluarga memiliki hubungan yang baik
dengan tetangga dan masyarakat sekitar.

Fungsi perawatan Keluarga memiliki jaminan kesehatan yaitu BPJS Kesehatan


keluarga 5 tugas Kesehatan keluarga
1. Apakah keluarga mengenal masalah (Ya)
2. Apakah keluarga mampu mengambil keputusan (Ya)
3. Apkah keluarga mampu merawat anggota yang sakit (Ya)
4. Apakah keluarga mampu memodifikasi lingkungan (Ya)
5. Apakah keluarga menggunakan layanan kesehatan (Ya)

Fungsi reproduksi Ny. D mengalami menopause mulai umur 49 tahun


Ny. I mengalami menarche pada usia 12 tahun
Ny. M mengalami menarche pada usia 15 tahun
6. STRESS DAN KOPING KELUARGA
Kondisi stress dan Jangka pendek : tidak ada
koping keluarga Jangka Panjang : tidak ada

Usaha keluarga untuk mempertahankan kesehatan yaitu dengan mengosumsi makanan bergizi
seimbang. Ny. D sering mengotrolkan tekanan darahnya secara berkala dan meminum obat hipertensi
secara rutin sesuai anjuran dokter.
PEMERIKSAAN FISIK
Hasil pemeriksaan fisik : Normal

Semua anggota keluarga dilakukan pemeriksaan fisik

PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : Cukup
B. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Ny. D :
Tekanan darah : 131/86 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Rr : 18 x / menit
Suhu : 36, 6˚C

Ny. M
Tekanan darah : 110/70
Nadi : 70 x / menit
Rr : 19 x / menit
Suhu : 36,4 °C

C. Pemeriksaan Wajah
Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata ( + / - ), Kelopak mata/palpebra oedem ( + / - ), ptosis/dalam
kondisi tidak sadar mata tetap membuka ( + / - ), peradangan ( + / - ), luka ( + / - ), benjolan ( + / - ),
Bulu mata tidak rontok, Konjuntiva dan sclera perubahan warna (anemis / an anemis), Warna iris
(hitam, hijau, biru), Reaksi pupil terhadap cahaya (miosis/midriasis), Pupil (isokor / an isokor),
Warna Kornea hitam
Hidung
Inspeksi dan palpasi : Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (tidak ada pembengakakan).
Amati meatus : perdarahan ( + / - ), Kotoran ( + / - ), Pembengkakan ( + / - ), pembesaran / polip ( + /
-)
Mulut
Amati bibir : tidak terdapat kelainan konginetal ( labioscisis, palatoscisis, atau labiopalatoscisis),
warna bibir kemerahan, lesi ( + / - ), Bibir pecah (+ / - ), Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries ( + /
- ), Kotoran (+/- ), Gigi palsu (+ / - ), Gingivitis ( + / - ), Warna lidah, Perdarahan (+ / - ) dan abses (+
/ - ).
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut, Benda asing : ( ada / tidak )
Telinga
Amati bagian telinga luar: Bentuk simetris Ukuran normal Warna coklat, lesi ( + / - ), nyeri tekan ( +
/ -), peradangan ( + / - ), penumpukan serumen ( + / - ). Dengan otoskop periksa membran tympany
amati, warna coklat muda, transparansi normal , perdarahan ( + / - ), perforasi ( + / - ).

D. Pemeriksaan Kepala Dan Leher


Kepala
Inspeksi : bentuk kepala (dolicephalus/lonjong, Brakhiocephalus/ bulat), kesimetrisan (+/- ).
Hidrochepalus ( + / - ), Luka ( + / - ), darah ( +/-), Trepanasi ( + / - ).
Palpasi : Nyeri tekan ( + / - ), fontanella / pada bayi (cekung / tidak)

Leher
Inspeksi : Bentuk leher (simetris atau asimetris), peradangan ( + / - ), jaringan parut ( + / - ),
perubahan warna ( + / - ), massa ( + / - ). Palpasi : pembesaran kelenjar limfe ( + / -), pembesaran
kelenjar tiroid ( + / - ), posisi trakea (simetris/tidak simetris), pembesaran Vena jugularis ( + / - )

E. Pemeriksaan Thoraks/dada
PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
- Bentuk torak (Normal chest / Pigeon chest / Funnel chest / Barrel chest),
- Susunan ruas tulang belakang (Kyposis / Scoliosis / Lordosis),
- Bentuk dada (simetris / asimetris),
- keadaan kulit ? normal
- Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( + / - ), retraksi suprasternal ( + / - ),
Sternomastoid ( + / - ), pernafasan cuping hidung ( + / - ).
- Pola nafas : (Eupnea / Takipneu / Bradipnea / Apnea / Chene Stokes / Biot’s / Kusmaul)
- Amati : cianosis ( + / - ), batuk (produktif / kering / darah ).
PALPASI
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama / tidak sama).
PERKUSI
Area paru : ( sonor / Hipersonor / dullnes )
AUSKULTASI
- Suara nafas Area Vesikuler : ( bersih / halus / kasar ) , Area Bronchial : ( bersih / halus /
kasar ) Area Bronkovesikuler ( bersih / halus / kasar )
- Suara Ucapan Terdengar : Bronkophoni ( + / - ), Egophoni ( + / - ), Pectoriloqui ( + / - )
- Suara tambahan Terdengar : Rales ( + / - ), Ronchi ( + / - ), Wheezing ( + / - ), Pleural
fricion rub ( + / - ), tidak ada bunyi tambahan
Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru : tidak ada

F. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
Bentuk abdomen : (cembung/cekung/datar ), Massa/Benjolan (+/- ), Kesimetrisan ( + / - ),
Bayangan pembuluh darah vena (+ /-)
AUSKULTASI
Frekuensi peristaltic usus 12 x/menit ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi ( + / - )
Palpasi Hepar : diskripsikan :Nyeri tekan ( + / - ), pembesaran ( + / - ), perabaan (keras / lunak),
permukaan (halus / berbenjol-benjol), tepi hepar (tumpul / tajam) . ( N = hepar tidak teraba).
Palpasi Appendik : Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney. nyeri tekan ( + / - ),
nyeri lepas ( + / - ), nyeri menjalar kontralateral ( + / - ).
Palpasi Ginjal : Bimanual diskripsikan : nyeri tekan( + / - ), pembesaran ( + / - ). (N = ginjal tidak
teraba).
PERKUSI
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Abdomen : tidak ada
G. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal
Genetalia Pria
Inspeksi :
Rambut pubis (bersih / tidak bersih ), lesi ( + / - ), benjolan ( + / - ) Lubang uretra : penyumbatan ( + /
- ), Hipospadia ( + / - ), Epispadia ( + / - )
Palpasi
Penis : nyeri tekan ( + / - ), benjolan ( + / - ), Scrotum dan testis : beniolan ( + / - ), nyeri tekan (+/ -),
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Hidrochele ( + / - ), Scrotal Hernia ( + / - ), Spermatochele ( + / - ) Epididimal Mass/Nodularyti ( + / -
) Epididimitis ( + / - ), Torsi pada saluran sperma ( + / - ), Tumor testiscular ( + / - )
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Inguinal hernia ( + / - ), femoral hernia ( + / - ), pembengkakan ( + / - )

H. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang


Tidak ada lesi pada kulit punggung, pasien mengalami kifosis, tidak terdapat deformitas pada tulang
belakang, tidak terdapat fraktur, tidak terdapat nyeri tekan

I. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), deformitas (+ / -), fraktur (+ /-) terpasang Gib ( + /
- ), Traksi ( + / - )
Palpasi
Oedem : Tidak ada
Lingkar lengan : 23,5 cm (normal)
Lakukan uji kekuatan otot : 4 4
4 4

J. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penghidu/tengorokan


Uji ketajaman pendengaran :Tes bisik, Dengan arloji, Uji weber : seimbang / lateralisasi
kanan / lateralisasi kiri, Uji rinne : hantaran tulang lebih keras / lemah / sama dibanding dengan
hantaran udara, Uji swabach : memanjang / memendek / sama
Uji Ketajaman Penciuman dengan menggunakan rangsang bau-bauan. : klien dapat mencium bau
dengan baik
Pemeriksaan tenggorokan: lakukan pemeriksaan tonsil, tidak ada nyeri telan.
K. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
Mata simetris dan lengkap. Tidak ada odem pada palpebra. Tidak ptosis. Bulu mata tidak rontok.
Pupil isokor 3 mm. Bentuk hidung simetris, tidak ada perdarahan, tidak ada benjolan, tidak ada polip.

L. Pemeriksaan Fungsi Neurologis


Neourologis pasien normal dan berfungsi dengan baik

M. Pemeriksaan Kulit/Integument
Elastisitas kulit pasien normal tidak terdapat cyanosis

 Analisa Data

Data Problem Etiologi

Ds : Ny. D mengatakan bahwa ia


mersa badannya lemas dan kepala Risiko perfusi miokard tidak Hipertensi
terasa pusing efektif

Do : Tekanan darah Ny. D = 131/36


dan Ny. D tampak lemas

Ds : Ny. D mengatakan bahwa saat Kesiapan peningkatan Hipertensi


makan ia menghidari makanan yang koping keluarga
mengandung kadar garam yang tinggi

Do : Ny. D mengonsumsi makanan


yang mengandung garam sebanyak < 1
sendok/ hari

 Prioritas Diagnosa

Kriteria Subkriteria Nilai Bobot Skor


Sifat masalah Aktual 3 1
Resiko tinggi 2
Potensial 1
Kemungkinan masalah Mudah 2 2
untuk di ubah
Sebagian 1
Tidak dapat 0
Potensi masalah untuk Tinggi 3 1
dicegah
Cukup 2
Rendah 1
Menonjolnya masalah Segera diatasi 2 1
Tidak segera diatasi 1
Tidak dirasakan ada 0
masalah

1. Risiko perfusi miokard tidak efektif


Skoring :
Sifat masalah : 2/3 x 1 = 2/3 = 0, 67
Kemungkinan masalah untuk diubah : 0/2 x 2 = 0
Potensi masalah untuk dicegah : 2/3 x 1 = 2/3 = 0, 67
Menojolnya masalah : 2/2 x 1 = 1
Total = 2,34

2. Kesiapan peningkatan koping keluarga


Skoring :
Sifat masalah : 3/3 x 1 = 1
Kemungkinan masalah untuk diubah : 1/2 x 2 = 0,25
Potensi masalah untuk dicegah : 3/3 x 1 = 1
Menonjolnya masalah : 2/2 x 1 = 1
Total : 3, 25
 Rencana Keperawatan

NO DIAGNOSA Luaran Intervensi Implementasi


KEPERAWATAN

1. D. 0090 Kesiapan L. 09086 status I. 01011 1. Mengdentifi


koping keluarga koping Observasi : kasi respon
berhubungan Setelah diberikan 1. Identifikasi emosional
dengan keluarga Tindakan respon terhadap
memiliki riwayat keperawatan emosional kodisi saat
hipertensi selama 1x24 jam terhadap ini
dibuktikan dengan pada pasien kondisi saat 2. Mendengark
pasien mengatakan dengan kriteria ini an masalah,
saat makan ia hasil : 2. Identifikasi perasaan,
menghidari Perilaku koping beban dan
makanan yang adaptif : 5 prognosis pertanyaan
mengandung kadar (meningkat) secara keluarga
garam yang tinggi Perilaku asertif : 5 psikologis 3. Mendiskusi
(meningkat) Terapeutik kan rencana
Kemampuan 3. Dengarkan medis dan
memenuhi peran masalah, perwatan
sesuai usia : 5 perasaan dan bersama
(meningkat) pertanyaan keluarga
keluarga 4. Menghargai
4. Diskusikan mekanisme
rencana medis koping yang
dan perawatan dilih oleh
5. Hargai dan keluarga
dukung 5. Menginform
mekanisme asikan
koping adaptif kemajuan
yang pasien
digunakan secara
Edukasi berkala
6. Informasikan
kemajuan
pasien secara
berkala
7. Informasikan
fasilitas
perwaatan
kesehatan
yang tersedia
Kolaborasi
8. Rujuk untuk
terapi
keluarga, jika
perlu
6. D. 0015 Risiko L. 05045 Pola I. 2060 Pemantauan 1. Memonitor
perfusi miokard tidur tanda vital tekanan
tidak efektif Setelah dilakukan Observasi : darah
berhubungan tidaka 1. Monitor 2. Memonitor
dengan hipertensi keperawatan 1 x tekanan darah nadi
dibuktikan dengan 24 jam pada pasien 2. Monitor nadi 3. Memonitor
mengatakan bahwa dengan kriteria (freuensi, pernapasan
ia mersa badannya hasil sebagai kekuatan, 4. Memonitr
lemas dan kepala berikut : irama) tenakan nadi
terasa pusing Keluhan sulit tidur 3. Monitor 5. Negidektifik
: 5 (menurun) pernapasan asi
Keluhan tidak puas (frekuensi, penyebab
tidur : 5 (menurun) kedalaman) perubahan
Keluhan pola tidur 4. Monitor tanda vital
berubah : 5 tekanan nadi 6. Menjelaska
(menurun) (selisih TDS n tujuan dan
Keluhan istirahat dan TDD) prosedur
tidak cukup : 5 5. Identifikasi pemantauan
(menurun) penyebab 7. Mendokume
perubahan ntasikan
tanda vital hasil
Terapeutik : pemantauan
6. Dokumentasik
an hasil
pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantaua
n
2. Informasi
kan hasil
pemantaua
n

Ecomap

Tempat
bekerja

Jamaah
Tetangga pengajian
sekitar

Rekan
kerja
S O A P I E
Pasien Pasien Kesiapan koping I. 01011 S : Pasien
mengatakan saat mengonsumsi keluarga Observasi : 1. Mengdentifikasi mengatakan mersa
makan ia makanan yang berhubungan 1. Identifikasi respon emosional senang karena bisa
menghidari mengandung dengan keluarga respon terhadap kodisi saat mendapatkan
makanan yang garam sebanyak < memiliki riwayat emosional ini edukasi
mengandung kadar 1 sendok/ hari hipertensi terhadap kondisi 2. Mendengarkan O : Pasien tampak
garam yang tinggi dibuktikan dengan saat ini masalah, perasaan, memperhatikan
pasien mengatakan 2. Identifikasi dan pertanyaan ketika diberikan
saat makan ia beban prognosis keluarga edukasi dan pasien
menghidari secara 3. Mendiskusikan A : Masalah teratasi
makanan yang psikologis rencana medis dan P : Hentikan
mengandung kadar Terapeutik perwatan bersama implementasi
garam yang tinggi 3. Dengarkan keluarga
masalah, 4. Menghargai
perasaan dan mekanisme koping
pertanyaan yang dilih oleh
keluarga keluarga
4. Diskusikan 5. Menginformasikan
rencana medis kemajuan pasien
dan perawatan secara berkala
5. Hargai dan
dukung
mekanisme
koping adaptif
yang digunakan
Edukasi
6. Informasikan
kemajuan pasien
secara berkala
7. Informasikan
fasilitas
perwaatan
kesehatan yang
tersedia
Kolaborasi
8. Rujuk untuk
terapi keluarga,
jika perlu
Pasien Td : 131/36 mmHg Risiko perfusi I. 2060 Pemantauan 1. Memonitor tekanan S : Pasien
mengatakan N : 88 x/menit miokard tidak tanda vital darah mengatakan bahwa
bahwa ia mersa S : 36 °C efektif Observasi : 2. Memonitor nadi sering merasa
badannya lemas Rr : 18 x/menit berhubungan 1. Monitor tekanan 3. Memonitor pusing
dan kepala terasa Pasien tampak dengan hipertensi darah pernapasan O:
pusing lemas dibuktikan dengan 2. Monitor nadi 4. Memonitr tenakan Td : 130/80
mengatakan bahwa (freuensi, nadi N : 85 x/menit
ia mersa badannya kekuatan, irama) 5. Negidektifikasi S : 36,5 °C
lemas dan kepala 3. Monitor penyebab perubahan Rr : 18 x/menit
terasa pusing pernapasan tanda vital A : Masalah teratasi
(frekuensi, 6. Menjelaskan tujuan sebagian
kedalaman) dan prosedur P : - Kolaborasi
4. Monitor tekanan pemantauan medis
nadi (selisih 7. Mendokumentasikan - Lanjutkan
TDS dan TDD) hasil pemantauan implementasi
5. Identifikasi
penyebab
perubahan tanda
vital
Terapeutik :
6. Dokumentasika
n hasil
pemantauan
Edukasi :
7. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
8. Informasikan
hasil
pemantauan
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIET HIPERTENSI

Materi penyuluhan : Diet Hipertensi


Pokok bahasan : Diet Hipertensi
Sasaran : keluarga Ny. D
Hari/ Tanggal : Sabtu, 7 Januari 2023
Waktu : 40 menit
Tempat : Rumah Ny. D

I. Latar Belakang
Asuhan keperawatan kesehatan komunitas dilaksanakan dalam lima
tahapan sistematis, dimulai dari pengkajian, penegakan diagnosa
komunitas, penyusunan intervensi, implementasi, serta evaluasi. Perawat
harus mampu menjadikan masyarakat sebagai elemen yang turut serta
dalam setiap proses keperawatan yang dilaksanakan. Pengkajian menjadi
inti utama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas, karena
dalam pengkajian terdapat cukup banyak aspek- aspek yang harus dikaji
secara mendalam, mulai dari inti, subsistem, dan persepsi masyarakat.
Perawat komunitas memberikan gambaran situasi dan kondisi yang
terjadi di komunitas baik secara individu, keluarga, agregat, dan
komunitas.
Permasalahan kesehatan dan program keperawatan kesehatan komunitas
berbeda- beda pada setiap agregat. Untuk itu, asuhan keperawatan yang
akan dilakukan kepada masyarakat harus disesuaikan dengan agregat
usianya. Pada agregat dewasa permasalahan kesehatan yang dijumpai di
komunitas biasanya berhubungan dengn penyakit yang dikbibatkan oleh
perilaku hidup, seperti diabetes, hipertensi. Sebagai perawat komunitas,
kita harus mampu memahami berbagai permasalahan yang ada, agar
intervensi yang akan kita lakukan tepat sasaran.
Masyarakat penderita hipertensi cenderung lebih tinggi pada usia dewasa
muda dibandingkan dengan usia lansia, dapat menjadi masalah kesehatan
yang serius karena dapat mengganggu aktivitas dan dapat mengakibatkan
komplikasi yang

berbahaya jika tidak terkendali dan tidak diupayakannya pencegahan dini.


Gejala penyakit lanjutan yang dapat terjadi seperti stroke, kerusakan
mata, sakit pembesaran otot jantung, otak (pening), dan ginjal. Selain itu,
masyarakat yang menderita hipertensi cenderung lebih memilih cara
pengobatan dengan membeli obat sakit kepala di warung karena jarak
dari rumah ke puskesmas cukup jauh.
Hipertensi merupakan salah satu penyebab terbesar morbiditas di dunia,
sering disebut sebagai pembunuh diam-diam. Data World Health
Organization (WHO) 2015 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di
dunia mencapai sekitar 1,13 miliar individu, artinya 1 dari 3 orang di
dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penderita hipertensi diperkirakan
akan terus meningkat mencapai 1,5 miliar individu pada tahun 2025,
dengan kematian mencapai 9,4 juta individu.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menghasilkan prevalensi


hipertensi pada usia ≥ 18 tahun di Indonesia mencapai 25,8%, yang
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau memiliki riwayat minum obat
hanya 9,5%, menunjukkan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di
masyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau oleh tim pelayanan
kesehatan.

Pada data laporan kunjungan pasien per 31 Mei 2022 di puskesmas


lubuk kilangan, dari 1884 orang pengunjung, 253 diantaranya di diagnosa
dengan hipertensi. Dan 144 orang di antaranya terdapat di kelurahan
Tarantang.

Masyarakat penderita hipertensi cenderung lebih tinggi pada usia


dewasa muda dibandingkan dengan usia lansia, dapat menjadi masalah
kesehatan yang serius karena dapat mengganggu aktivitas dan dapat
mengakibatkan komplikasi yang berbahaya jika tidak terkendali dan tidak
diupayakannya pencegahan dini. Gejala penyakit lanjutan yang dapat
terjadi seperti stroke, kerusakan mata, sakit pembesaran otot jantung, otak
(pening), dan ginjal. Selain itu, masyarakat yang menderita hipertensi
cenderung lebih memilih cara pengobatan dengan membeli obat sakit
kepala di warung karena jarak dari rumah ke puskesmas cukup jauh.

II. Tujuan

a. Tujuan umum

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien atau keluarga yang


mengikuti penyuluhan dapat mengetahui dan memahami mengenai
diet untuk penderita hipertensi.

b. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan


keluarga pasien dapat mengetahui tentang:
1. Tujuan diet pada penderita hipertensi
2. Contoh menu sehari-hari yang bagus untuk penderita hipertensi
3. Cara mengatur diet hipertensi
4. Strategi makan untuk penderita hipertensi
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan
6. Pengaturan makanan diet hipertensi
III. Rencana Kegiatan
a. Metode : Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
b. Media dan Alat Bantu : Leaflet dan Lembar Balik
c. Tempat dan Waktu
a) Tempat Kegiatan : Rumah Ny. D
b) Hari/Tanggal : Sabtu, 7 Januari 2023
d. Materi dan Pemateri : Hipertensi disampaikana Utari Indah Hernani
e. Peserta : Keluarga Ny. D
f. Waktu : 40 menit ( 11.00 - selesai )
IV. Kegiatan Penyuluhan
Tahap
Kegiatan Pemateri Kegiatan klien Media
Kegiatan
1. Salam pembuka 1. Menjawab salam
Pembukaan Ceramah
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
(5 menit) Tanya jawab
3. Menjelaskan maksud dan keterangan penyaji
tujuan penyuluhan 3. Menyampaikan
4. Menggali pengetahuan pengetahuan tentang
peserta tentang materi yang materi yang
akan disampaikan disampaikan
1. Menggali pengetahuan 1. Memperhatikan Ceramah
Penyajian
peserta diet hipertensi penyampaian materi
dan diskusi Demonstrasi
2. Menjelaskan tujuan diet penyuluhan
(30 menit) Tanya jawab
pada penderita hipertensi 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan contoh menu keterangan penyaji Leaflet
sehari-hari yang bagus 3. Mengajukan
untuk penderita hipertensi pertanyaan jika ada
4. Menjelaskan cara mengatur penjelasan yang tidak
diet hipertensi dipahami
5. Menjelaskan strategi makan
untuk penderita hipertensi
6. Menjelaskan hal-hal yang
perlu diperhatikan
7. Menjelaskan pengaturan
makanan diet hipertensi
1. Mengevaluasi atau 1. Peserta menjawab
Penutup Tanya jawab
menanyakan kembali pertanyaan,
(5 menit)
materi yang telah memperhatikan dan
disampaikan pada peserta menjawab salam
2. Menyimpulkan kembali
materi yang telah
Evaluasi Terstruktur 1. Adanya koordinasi antara pemateri, peserta
penyuluhan dan panitia penyelenggara selama
acara penyuluhan berlangsung
2. Persiapan acara penyuluhan dapat dilakukan
dengan baik, misalnya dalam penyiapan alat,
lembar balik dan leaflet
3. Sebelum penyuluhan telah dilakukan
koordinasi dengan pihak Puskesmas Lubuk
Kilangan dan Pihak Kelurahan Tarantang
Evaluasi Proses 1. Peserta aktif mendengarkan dan menyimak
acara penyuluhan
2. Peserta aktif bertanya tentang topik yang
dibahas pada sesi tanya jawab
3. Peserta mampu merespon pertanyaan yang
diberikan pemateri
4. Pemateri mampu mencairkan suasana dan
mengajak peserta aktif dalam penyuluhan
Evaluasi Hasil 1. Peserta mampu menjelaskan kembali materi
yang telah disampaikan dengan benar melalui
pertanyaan lisan (75%)

VI. Materi Penyuluhan

A. Pengertian
Diet pada Hipertensi adalah mengelola diet pada Hipertensi
dengan cara melakukan diet makanan dan memperhatikan pola
makanan.

B. Tujuan
1. Untuk menghilangkan garam/air dalam jaringan tubuh dan
menurunkan tekanan darah pada penyakit Hipertensi.
2. Pemberian diet rendah garam bertujuan membantu
menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh
dan menurunkan tekanan darah pada hipertensi. Diet ini
bertujuan untuk pasien dengan edema ( bengkak ) dan atau
hipertensi.
3. Mengatur tentang makanan sehat yang dapat mengontrol
tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakiit
kardiovaskuler.
4. Untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan
keadaan tekanan darah.
5. Mencapai berat badan yang diinginkan dengan tetap
mempertahanka n status gizi yang optimal
6. Meningkatkan kesehatan dan kebugaran

C. Syarat-syarat Diet Rendah Garam


Diet rendah garam dapat dilakukan jika memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
1. Cukup kalori, protein mineral dan vitamin
2. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit.
3. Jumlah natrium yang diperbolehkan disesuaikan dengan
berat atau tidaknya retensi garam atau hipertensi

D. Prinsip Diet Hipertensi


Prinsip Diet yang berhubungan dengan pencegahan hipertensi, mencakup:
1. Upaya mempertahankan berat badan yang ideal / normal
menurut tinggi badan dengan IMT yang tidak melebihi 22
dan lingkaran perut yang tidak lebh dari 90 cm pada laki-
laki serta 80 cm pada perempuan.
2. Penerapan diit DASH yang kaya akan serat pangan dan
mineral tertentu disamping diit rendah garam, kolestrol,
lemak terbatas serta diit kalori seimbang menurut penyakit
penyertanya (hipertensi, DM).
3. Membatasi asupan garam dapir hingga 3gr/hari, dengan
memperhatikan pemberian mineral seperti kalsium dan
magnesium menurut AKG.
a. Untuk pengurangan konsumsi natrium (biscuit, roti
susu, keju, sosis, kecap dll), karena pembatasan natrium
akan memberikan efek yang menguntungkan dalam
meningkatkan efektifitas terapi anti hipertensi.
b. Asupan kalium yang memadai (singkong, kentang
daging ayam, kacang hijau, apel, duku, bayam,
kembang kol, dll), karena asupan kalium yang memadai
sangat penting untuk mempertahankan tekanan darah
yang rendah. Masalah ini menjadi penting khususnya
jika pasien mendapatkan dieuretic yang meningkatkan
ekskresi kalium. Pasien harus diajnurkan untuk
mengkonsumsi makanan dengan kandungan kalium
yang memadai , sehingga kadar serum yang normal
dapat dipertahankan.
c. Asupan kalium/hari menurut AKG : 800 mg/hari untuk
laki-laki dan 1000 mg/hari untuk wanita.
4. Membatasi bahan aditif pangan yang kaya akan natrium
(MSG, sodium bilkarbonat, nitrit, sodium benzoat) termasuk
makanan 7 S (Snack, Saus, {saus tomat, kecap asin, taoco},
Sup yang dikalengkan
, Salted meat/fish {ham bologna, ikan asin}, Smoked meat/fish
{ikan/daging asap}, Seasoning {berbagai bumbu yang kaya
akan MSG} dan Saverkraut {acar dan sayur asin})
5. Olahraga aerobik secara teratur dan terukur minimal 3 kali
semingg u.

E. Rasa Makanan Pengganti Garam Dapur


Berikut adalah beberapa cara mudah untuk membuat
makanan terasa asin meski tanpa garam:
1. Air lemon atau cuka
Air lemon atau cuka memiliki rasa yang berbeda yang bisa
menebus kekurangan garam. Anda dapat menggunakan
kedua bahan ini dalam saus, salad, bumbu-bumbu, dan
sayuran saat memasak. Tapi pastikan Anda membaca label
cuka ntuk memastikan cuka tersebut rendah sodium.
2. Minyak zaitun
Minyak zaitun tidak hanya menambah rasa enak pada
makanan Anda, tetapi juga merupakan pilihan yang sehat.
Anda dapat menggunakan minyak zaitun untuk memasak
sayuran atau daging atau salad.
3. Lada hitam
Setelah garam, lada hitam adalah bumbu yang paling umum
berikutnya, yang digunakan untuk menambah rasa pada
makanan. Jika Anda mencoba untuk menghilangkan asupan
garam Anda, tambahkan lebih banyak lada hitam dalam
makanan untuk membuat rasa yang lebih enak.
4. Tingkatkan penggunaan herbal
Anda dapat juga menambahkan sayuran, daging, dan salad
dengan herbal segar atau kering. Misalnya menggunakan
tumbuh-tumbuhan seperti kemangi, oregano, thyme atau
daun salam, dan menggunakannya untuk memberi rasa
makanan Anda. Ketika Anda menghilangkan garam,
tingkatkan jumlah bumbu lainnya sehingga makanan Anda
tidak terasa hambar.

5. Bawang merah dan bawang putih


Menggunakan bawang dan bawang putih bersama-sama
atau secara individual dapat menambah rasa pada makanan
Anda ketika Anda diet makanan rendah garam. Anda dapat
menambahkannya ke sayuran, daging dan salad. Anda juga
dapat memberi bawang putih dalam nasi, pasta atau kentang
pada piring Anda ketika Anda lupa membubuhkan garam
dalam masakan.
6. Rempah-rempah
Rempah-rempah yang hanya membuat masakan menjadi
kaya rasa. Namun rempah-rempah juga memiliki fungsi
alami untuk memberikan rasa asin pada masakan Anda.
Bonusnya, rempah- rempah seperti daun mint, kunyit,
lengkuas, dan segala macam jenisnya memiliki manfaat
obat di dalamnya sehingga dapat menyehatkan tubuh Anda
secara keseluruhan.
7. Bawang putih dan jahe
Kombinasi bawang putih dan jahe memberikan rasa khusus
pada masakan Anda. Selain itu kombinasi dari dua bahan
alami ini mampu meredakan peradangan sebab keduanya
kaya akan sifat anti inflamasi.

F. Indikasi Pemberian Diet Hipertensi


1. Diet rendah garam I
Dalam pemasakan tidak ditambahkan garam dasar
sama sekali. Makanan ini diberikan pada penderita
hipertensi berat (diastole
>114 mmHG). Jumlah natrium sekitar 200 – 400 mg dan
indikasi pemberian pada penderita dengan Edema, asites
dan hipertensi berat Contoh menu :
a. Pagi
Nasi 1 gelas belimbing (70 gr)
Telur 1 butir (50 gr)
Sayuran ½ gelas belimbing (50 gr)
Minyak ½ sendok makan (5 gr)

Gula pasir 1 sendok makan (10 gr)

b. Siang dan sore


Nasi 2 gelas belimbing (140 gr)
Daging 2 potong (50 gr)
Sayuran ¼ gelas belimbing (50 gr)
Buah 1 buah pisang (75 gr)
Minyak 1 sendok makan (10 gr)

2. Diet Rendah Garam II


Pemberian makanan sehari sama dengan diit rendah
garam I. Dalam pemasakan dibolehkan menggunakan ¼ the
sendok garam dapur. Makanan ini diberikan untuk penderita
hipertensi sedang (diastole 100-114 mmHg). Jumlah
natrium sekitar 600 – 800 mg dan indikasi pemberian pada
penderita dengan Edema, asites dan hipertensi sedang
Contoh menu:
Pagi Nasi, telur dadar, tumis kac
ang panajng, sayur lodeh, p
epaya
Siang Nasi, ikan acar, telur, bace
m, pisang
Sore Nasi, daging, tempe kering,
sayur

3. Diet Rendah Garam III


Pemberian makanan sehari sama dengan diit rendah
garam I. Dalam pemasakan dibolehkan menggunakan ½ the
sendok garam dapur. Makanan ini diberikan untuk penderita
hipertensi ringan (diastole <100 mmHg). Jumlah natrium
sekitar 1000 – 1200 mg dan indikasi pemberian pada
penderita dengan Edema, asites dan hipertensi ringan.

G. Pengaturan Makanan

Bahan makanan y 1. Sumber karbohidrat: nasi, bubur, roti gandum, jagung,


ang dianjurkan kentang, ubi talas.

2. Sumber protein hewani: daging tanpa lemak, ayam tan


pa kulit, ikan, putih telur, susu.

3. Sumber protein nabati: tempe, tahu, kacang hijau, ked


elai.

4. Sayuran: bayam, buncis, labu kuning, kacang panjan


g, wortel, kangkung, ketimun, tomat, toge.

5. Buah-buahan: jeruk, apel, pepaya, melon, pisang, alpu


kat, mangga.
Bahan makanan y 1. Sumber karbohidrat: mie, roti putih, ketan, kue-kue, c
ang dibatasi ake, biskuit.

2. Sumber protein hewani:daging tanpa lemak 1x per m


g, ayam 3x per mg, bebek, makanan kaleng, kuning tel
ur 1x per mg.

3. Sumber protein nabati: kacang tanah, kavang bogor, m


aks 25 gr
Bahan makanan y 1. Sumer protein hewani: daging berlemak, sosis, daging
ang dihindari asap, gajih, otak, kepiting, kerang, kejo, susu full crea
m.

2. Sumber protein nabati: kacang merah, oncom, kacang


mente.

3. Sayuran: sayuran yang dapat menimbulkan gas: kol, k


embang kol, lobak, sawi nangka muda, sayuran menta
h.

4. Buah-buahan: buah yang dapat menimbulkan gas dan


tinggi lemak seperti durian, nangka, cempedak, dan bu
ah yang
H. Contoh Menu Sehari

Pagi Siang Malam


Roti baka, telut rebus, j Nasi, pepes ikan, tumis te Kentang panggang, semu
us wortel dan pepaya mpe, sayur asam, lalapan, r ayam, perkedel, tahun p
dan sambal jambu biji anggang setup, brokoli, w
ortel, buncis, mangga.
Selingan: Selingan:
Selingan:
 apel, susu rendah  Pisang kukus, teh
l taw ar  susu
emak
I. Strategi Diet

1. Jangan makan sambil tiduran

2. Minum air putih sebelum makan

3. Dikumah >20 x sebelum makan

4. Gunakan piring kecil

5. Jangan makan cemilan berlebihan

6. Jangan makan diatas jam 19.00 wib. Bila terasa lapar makanlah buah

Leaflet

Anda mungkin juga menyukai