Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN HIPERTENSI

Tugas Mandiri
Praktek Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pembimbing:

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN
JAKARTA 2021-2022
1. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu
periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg.
(Aspiani, 2014)
2. Etiologi
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer. Namun ada faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi berdasarkan
penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut (Aspiani, 2014) :
A. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena
tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu : (Aspiani, 2014).
1. Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi untuk
mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki
riwayat keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.
2. Jenis kelamin dan usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi untuk
mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah 11 meningkat faktor ini
tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada perempuan.
3. Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan berkembangnya
hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya,
jika garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan
menahan cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya
cairan yang tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang
dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra
yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding pembuluh darah dan
menyebabkan tekanan darah meningkat.
4. Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam keadaan
normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya
peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
5. Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat dengan
menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan
jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung
rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol
yang sering, atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien
sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk 12 menghindari
alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat
penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.

B. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu contoh hipertensi
sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat stenosi arteri renalis.
Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis.stenosis arteri renalis
menurunkan aliran darah ke ginjalsehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal,
perangsangan pelepasn renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara
langsung meningkatkan tekanan darahdan secara tidak langsung meningkatkan sintesis
andosteron danreabsorbsi natrium. Apabiladapat dilakukan perbaikan pada stenosis,atau
apabila ginjal yang terkena diangkat,tekanan darah akan kembalike normal (Aspiani,
2014).
3. Patofosiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung)
dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian antara
stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan tahanan perifer
dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang
berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri,
pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskular
(Udjianti, 2010).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini bermula pada saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Padila, 2013).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi (Padila, 2013). Meski etiologi hipertensi masih belum jelas, banyak
faktor diduga memegang peranan dalam genesis hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan
dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal, jantung pembuluh darah, kortikosteroid,
katekolamin, angiotensin, sodium, dan air (Syamsudin, 2011).
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah (Padila, 2013).
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cendrung mencetuskan keadaan hipertensi (Padila, 2013).
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.
A. Sakit kepala
B. Pusing / migraine
C. Rasa berat ditengkuk
D. Penyempitan pembuluh darah
E. Sukar tidur
F. Lemah dan lelah
G. Nokturia (buang air kecil berlebih pada malam hari)
H. Azotemia (kelainan biokimia)
I. Sulit bernafas saat beraktivitas
Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi mengalami nyeri
kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat dari
vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan vasculer
cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada klien
hipertensi.
5. Klasifikasi
Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah sistolik
kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg. Seseorang
yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg.

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer dan


hipertensi sekunder (Aspiani, 2014). Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan darah
yang tidak diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi merupakan hipertensi
primer. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer
adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat badan, gaya hidup. Hipertensi sekunder
adalah peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti
penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Dari 10% kasus hipertensi merupakan hipertensi
sekunder. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan
kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan volume intravaskular, luka bakar dan stres
(Aspiani, 2014).
6. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
A. Terapi nonfarmakologi atau tanpa Obat : Terapi tanpa obat digunakan sebagai
tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi
sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1. Diet (tinggi kalium,rendah kolesterol, rendah asam lemak jenuh, dan restraksi
garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr)
2. Penurunan berat badan (mengurangi beban kerja jantung dan voume sekuncup)
3. Penurunan asupan etanol
4. Menghentikan merokok
5. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung.. olahraga isotonik
dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin perifer, dan mengurangi
katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam
satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga
meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis
akibat hipertensi.
B. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT
NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF
HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 2016) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor b.

Step 2

Alternatif yang bisa diberikan :


1). Dosis obat pertama dinaikkan
2). Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3). Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh


1). Obat ke-2 diganti
2). Ditambah obat ke-3 jenis lain

d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya


1). Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2). Re-evaluasi dan konsultasi
3). Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi
yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan
petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan
darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya.
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun
bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya
tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat
diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeterPenderita tidak boleh
menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahuluSedapat mungkin tindakan
terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita Ikutsertakan keluarga penderita
dalam proses terapi
e. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga
dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
f. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari
atau 2 x sehari
g. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping
dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
h. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
i. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
j. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
k. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan
sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan
hipertensi
7.
Komplikasi
Tekanan darah tinggi bisa merusak pembuluh darah dan organ-organ lain dalam
tubuh. Jika dibiarkan dan tidak segera diobati, tekanan darah tinggi bisa menimbulkan
penyakit-penyakit serius, seperti:
A. Aterosklerosis. Tekanan darah tinggi memicu pengerasan arteri, yang kemudian
disertai dengan penimbunan lemak di dinding pembuluh darah. Kondisi ini disebut
aterosklerosis. Aterosklerosis ini dapat menimbulkan serangan jantung, stroke, dan
penyakit arteri perifer.
B. Kehilangan penglihatan. Kondisi ini terjadi karena penebalan dan penyempitan
pembuluh darah di mata.
C. Diseksi aorta, atau robeknya lapisan dinding dalam aorta. Diseksi aorta adalah
kondisi gawat darurat yang bisa mengancam nyawa.
D. Terbentuk aneurisma. Tingginya tekanan darah bisa memicu pembuluh darah
melemah dan melebar. Jika kondisi ini terus berlanjut, pembuluh darah bisa pecah
dan menyebabkan kematian. Aneurisma bisa terbentuk di aorta (aneurisma aorta) atau
di arteri yang ada di otak (aneurisma otak).
E. Gagal ginjal. Tekanan darah tinggi bisa memicu penyempitan pembuluh darah di
ginjal. Bila tidak segera diobati, kerusakan ginjal bisa mencapai stadium akhir.
F. Gagal jantung. Tingginya tekanan darah membuat jantung bekerja lebih keras untuk
memompa darah ke seluruh tubuh.
G. Demensia vaskuler. Hipertensi bisa menyebabkan gangguan pada aliran darah ke
otak.
8.
Umur Jenis kelamin Gaya hidup obesitas

Elastisitas , arteriosklerosis

hipertensi

Perubahan status kesehatan

Kerusakan vaskuler pembuluh darah


Ansietas

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak ginjal Pembuluh darah Retina

Suplai O2 Vasokonstriksi Spasme arteriole


otak pembuluh darah sistemik koroner
menurun ginjal
diplopia
vasokonstriksi Iskemi
Blood flow miocard
aliran darah
Nyeri Gangguan menurun Afterload meningkat Resti injuri
kepala pola tidur Nyeri dada
sinkop Respon RAA

Rangsang penurunan Fatique


Gangguan aldosteron curah
perfusi jantung
Intoleransi aktifitas
jaringan
Retensi Na

edema

Resiko Hipotermia
9.
WOC (Web Of Caution

Resistensi
pembulu darah
meningkat
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
Tanyakan tentang identitas pasien dan penanggung jawab pasien.
2. Riwayat kesehatan :
• Keluhan Utama
Alasan utama pasien datang ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan.
• Riwayat Penyakit Sekarang
10.
Keluhan pasien yang dirasakan saat melakukan pengkajian.
• Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya penyakit hipertensi adalah penyakit yang sudah lama dialami oleh
pasien dan biasanya dilakukan pengkajian tentang riwayat minum obat klien.
• Riwayat Penyakit Keluarga
Mengkaji riwayat keluarga apakah ada yang menderita riwayat penyakit yang
sama.

3. Pengkajian pola fungsional gordon


• Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : penjelasan megenai status
kesehatan pasien
• Pola nutrisi : komponen pengkajian nutrisi
• Pola eliminasi : kebiasaan pola BAK dan BAB
• Pola istirahat dan tidur : kebiasaan tidur sehari-hari, lama waktu tidur
• Pola aktivitas dan latihan : aktivitas yang dilakukan setiap hari
• Pola manajemen kesehatan : kebiasaan dalam mengatasi masalah kesehatan
• Pola konsep diri : penampilan atau keadan sosial
• Pola hubungan dan peran : gambaran yang berkaitan dengan peran keluarga
• Pola seksual dan reproduksi : masalah atau problem seksual
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Hipovolemia berhubungan dengan tidak beraktivitas ditandai dengan kurang
mobilitas fisik.
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur ditandai dengan
kecemasan.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan gangguan
metabolik.
4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan penyakit
neurologis.
11.
11. Intervensi Keperawatan dan Rasional
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1 Resiko Setelah dilakukan Manajemen Hipovelemia 1. Mengetahui keadaan


Hipovolemia tindakan keperawatan (I.03116) umum klien.
berhubungan
dengan tidak selama x 24 jam OBSERVASI 2. Menjamin
beraktivitas Resiko Hipovolemia 1. Periksa tanda dan keadekuatan darah
ditandai
teratasi dengan gejala yang tersedia untuk
dengan
kurang kriteria hasil: hipovolemia otak,
mobilitas 1. tekanan darah 3. Mengantisipasi sakit
fisik kepala secara
sistolik cukup TERAPEUTIK
mendadak Untuk
membaik (4) 2. Berikan posisi mengetahui Perkiraan
2. tekanan darah modified 4. banyak nya
kehilangan darah
diastolik cukup Trendelenburg
membaik (4)
3. akral cukup EDUKASI
membaik (4) 3. Anjurkan
4. kelemahan otot menghindari
perubahan posisi
cukup menurun mendadak
(4)
KOLABORASI
4. Kolaborasi
pemberian cairan
IV isotonik
2 Gangguan Setelah dilakukan asuhan Dukungan tidur 1. Mengetahui pola
Pola Tidur keperawatan selama x 24 (I.05174) tidur klien
berhubungan jam gangguan pola tidur OBSERVASI 2. Mengetahui faktor
dengan teratasi dengan kriteria 1. Identifikasi pola pengganggu pola
kurangnya hasil: tidur tidur klien
kontrol tidur 1. Verbalisasi 2. Identifikasi 3. Melakukan prosedur
kepulihan energi faktor untuk meningkatkan
ditandai
cukup pengganggu tidur kenyamanan klien
dengan 4. Mengajarkan cara
meningkat (4)
kecemasan 2. Sakit TERAPEUTIK teknik relaksasi atau
kepala teknik
3. Lakukan
cukup menurun
prosedur untuk nonfarmakologi
3. (4)
meningkatkan
Frekuesi nafas kenyamanan
cukup menurun
4. (4) EDUKASI
Pola 4. Ajarkan relaksasi
nafas otot autogenik
cukup membaik atau
(5) cara
nonfarmakologi
lainnya

KOLABORASI
-
3 Intoleransi Setelah dilakukan Manejemen energi 1. Mengidentifikasi
Aktivitas Tindakan keperawatan (I.05178) gangguan fungsi
berhubungan selama x 24 jam tubuh klien
dengan Intoleransi aktivitas 2. Memonitor pola dan
kelemahan teratasi dengan kriteria OBSERVASI jam tidur klien
ditandai hasil: 1. Identifikasi 3. Mengethui latihan
1. Frekuensi gangguan fungsi rentang gerak pasif
dengan
nadi cukup tubuh klien
gangguan 4. Mengetahui aktivitas
meningkat yang
metabolik (4) mengakibatkan distraksi klien
2. Saturasi oksigen kelelahan 5. Melakukan aktivitas
cukup meningkat 2. Monitor pola dan secara bertahap
(4) jam tidur 6. Memberikan
3. Tekanan darah TERAPEUTIK 7. kenyaman pada klien
cukup membaik 3. Lakukan latihan Mengetahui nutrisi
(4) rentang yang dibutuhkan oleh
4. Frekuensi napas gerak pasif klien
cukup membaik
dan/atau

(4) aktif
4. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan

EDUKASI
5. Anjurkan
aktivitas secara
bertahap
6. Anjurkan tirah
baring

KOLABORASI
7. Lakukan
kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan

4 Ansietas Setelah dilakukan asuhan Terapi 1. Mengetahui tingkat


berhubungan keperawatan selama x 24 relaksasi (I.09326) ansietas
dengan jam ansietas teratasi 2. Mengetahui respon
kurang dengan ktriteria hasil: OBSERVASI klien terhadap teknik
terpapar 1. Keluhan pusing 1. Periksa relaksasi
informasi cukup menurun ketegangan otot, 3. Mengetahui
(4) frekuensi nadi, lingkungan yang
ditandai
2. Frekuensi tekanan darah, nyaman untuk klien
dengan 4. Mengetahui tujuan
pernafasan cukup dan suhu sebelum
penyakit menurun (4) dan yang akan diberikan
neurologis 3. Frekuensi nadi sesudah tekink relaksasi
cukup membaik latihan 5. Memberikan rasa
(4) 2. Monitor respons nyaman pada klien
4. Tekanan darah terhadap teknik 6. Mengajarkan untuk
cukup membaik relaksasi mengulangi teknik
(4) relaksasi yang dipilih
TERAPEUTIK klien
3. Ciptakan
lingkungam
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan
suhu
ruang
nyaman,
jika
diperlukan

EDUKASI
4. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan,
dan jenis
relaksasi yang
tersedia
5. Anjurkan
mengambil posisi
yang nyaman
6. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik
yang dipilih

KOLABORASI
-
Daftar Pustaka

PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

DIAH NOVITA SARI (2018). Pengaruh Pemberian Ju, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,
2018. 8–29.

Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Obstetric. Yogyakarta: Nuha Medika

Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta,
EGC,Soeparman dkk,2077 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta

Smeljer,s.c Bare, B.G ,2016 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai