Pembimbing :
Ns. ASPIANNUR. SST
Ns. ANDRIANI S.Kep
Di Susun Oleh :
B. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada
beberapa factor yang memengaruhi terjadinya hipertensi :
1. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transport Na.
2. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
3. Stress karena lingkungan.
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh
darah.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
a) Hipertensi Primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. Diderita oleh seitar
95% orang. Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan lebih ditunukan bagi penderita
esensial.
Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini :
1) Faktor Keturunan
2) Ciri Perseorangan
3) Kebiasaan Hidup
b) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh hipertensi sekunder
adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat
bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah
ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan
pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan darah
tekanan darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi
natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di
angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma, yaitu tumor penghasil
epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan
volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan volume sekuncup
akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis
aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya) dan hipertensi
yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder (Aspiani,
2016).
C. Manifestasi Klinis
Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan. Keluhan yang dapat
muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri
dada, mudah lelah, lemas dan impotensi. Nyeri kepala umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri
khas nyeri regio oksipital terutama pada pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit
jantung, penyebab sekunder hipertensi, komplikasi kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.
Perbedaan Hipertensi Esensial dan sekunder Evaluasi jenis hipertensi dibutuhkan untuk
mengetahui penyebab. Peningkatan tekanan darah yang berasosiasi dengan peningkatan berat
badan, faktor gaya hidup (perubahan pekerjaan menyebabkan penderita bepergian dan makan di
luar rumah), penurunan frekuensi atau intensitas aktivitas fisik, atau usia tua pada pasien dengan
riwayat keluarga dengan hipertensi kemungkinan besar mengarah ke hipertensi esensial. Labilitas
tekanan darah, mendengkur, prostatisme, kram otot, kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi,
intoleransi panas, edema, gangguan berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral, wajah
membulat, mudah memar, penggunaan obat-obatan atau zat terlarang, dan tidak adanya riwayat
hipertensi pada keluarga mengarah pada hipertensi sekunder (Adrian, 2019).
D. Komplikasi
Komplikasi hipertensi menurut (Trianto, 2014) :
1. Penyakit Jantung
2. Ginjal
3. Otak
4. Mata
5. Kerusakan pada pembuluh darah arteri
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang
bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre
ganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung
menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016).
F. Penatalaksanaan Medik
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit
kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai
dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan distolik dibawah 90
mmHg dan mengontrol factor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja,
atau dengan obat antihipertensi (Aspiani, 2016).
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara non-farmakologis, antara
lain :
1. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau dengan obat-obatan yang
menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan :
a) Rendah garam
b) Diet tinggi kalium
c) Diet kaya buah dan sayur
d) Diet rendah kolestrol
2. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat badan mengurangi
tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup.
Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan
hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk
menurunkan tekanan darah.
3. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk menurunkan
tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk mengurangi efek jangka
panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ
dan dapat meningkatkan kerja jantung.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler srebral dan iskemia
c. Kelebihan volume cairan
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit yang
diderita.
3). Rencana Asuhan Keperawatan
Edukasi
Keterangan 1.9 Anjurkan Latihan fisik secara bertahap dan sesuai
1 memburuk toleransi
2 cukup memburuk
3 sedang Kolaborasi
4 cukup mebaik 1.11 kolaborasi pemberian terapi antiaritmia
5 membaik
2. Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I. 08238)
Definisi: Setelah dilakukan tindakan Tindakan
Pengalaman sensorik atau keperawatan selama … x 4 jam Observasi
emosiaonal yang berkaitan diharapkan tingkat nyeri membaik 2.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
dengan kerusakan jaringan aktual dengan kriteria hasil: dan intensitas nyeri
atau fungsional, dengan onset 2.2 Identifikasi skala nyeri
mendadak atau lambat dan Kriteria Dikaji Tujuan 2.3 Identifikasi respons nyeri non verbal
berintensitas ringan hingga berat Keluhan nyeri 4 5 2.4 Idnetifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
yang berlangsung kurang dari 3 Gelisah 4 5 nyeri
bulan Tekanan darah 4 5
Meringis 4 5 Terapeutik
2.5 Fasilitasi istirahat dan tidur
Keterangan 2.6 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
1 memburuk strategi meredakan nyeri
2 cukup memburuk
3 sedang Edukasi
4 cukup membaik 2.6 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
5 membaik 2.7 Jelaskan strategi meredakan nyeri
2.8 Ajarkan teknik farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2.13 kolaborasi pemberian analgetic, jika perlu
3 Hipervolemia (D.0022) Keseimbangan cairan (L. 03020) Edukasi Proses Penyakit (I. 12444)
Definisi: Setelah dilakukan tindakan Tindakan:
Peningkatan retensi cairan keperawatan selama … x 4 jam Observasi
intravaskuler, interstisial, diharapkan keseimbangan cairan 3.1 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
dan/atau intraseluler menurun dengan kriteria hasil:
Kriteria Dikaji Tujuan Terapeutik
Edema 4 5 3.2 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Tekanan darah 4 5 3.3 Berikan kesempatan untuk bertanya
Frekuensi nadi 4 5
Berat badan 4 5 Edukasi
3.4 Jelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit
Keterangan :
1 meningkat 3.5 Jelaskan proses patofisiologi munculnya penyakit
2 cukup meninkat 3.6 Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit
3 sedang
4 cukup menurun 3.7 Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi
5 menurun 3.8 Ajarkan cara meredakan atau mengatasi gejala yang
dirasakan
DAFTAR PUSTAKA
Sari, N.2020.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi Yang Di Rawat Di Rumah
Sakit.Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.Samarinda.
Trianto, (2014). Pelayanan Peperawatan Pagi Penderita Hipertensi.Jakarta: Bumi Aksara.
Kemenkes.RI. (2014). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1-7.
https://doi.org/10.1177/109019817400200403
Aspiani, R. yuli. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.
Adrian, S. J. (2019). Hipertensi Esensial: Diagnosa Dan Tatalaksana Terbaru Pada Dewasa,
46(3), 172-178.
PPNI.2018.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator Diagnostik, Edisi
1.Jakarta: DPP PPNI.
PPNI.2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI
PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisii Dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI