Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN HIPERTENSI

RSU PURI RAHARJA

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Ni Wayan Kesari Dharmapatni, S.Kep., MNS

Oleh :
Ni Putu Shintya Cahya Dewi
1914201119

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2022
A. Tinjauan Teori
1. Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah distolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal dan pembulu darah dan makin tinggi tekanan darah makin besar resikonya.
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
1. Hipertensi Primer (esensial) Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak
diketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik,
lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan
peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko :
obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia.
2. Hipertensi Sekunder Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan
/atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubaha
perubahan pada:
1. Elastisitas dinding aorta menurun.
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
3. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme

(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur

tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di

hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan

diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,

angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang

memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua

aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik

(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar

pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan

volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang

diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan

tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan

ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian


intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya

akan meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks

adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan

penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,

aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara

mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan

diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan

ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan

tekanan darah.

4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume (viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia. Cairan.
- BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
- Glucosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
- Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
2. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. EKG: Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal, perbaikan ginjal.
5. Photo dada: Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
6. Penatalaksanaan
Penanganan hipertensi menurut JNC VII bertujuan untuk mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovakuler dan ginjal. fokus utama dalam
penatalaksanaan hipertensi adalah pencapaian tekanan sistolik target kurang dari
140/90 mmHg. Pada pasien dengan hipertensi dan diabetes atau panyakit ginjal, target
tekanan darahnya adalah kurang dari 130/80 mmHg. Pencapaian tekanan darah target
secara umum dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut:
a. Non Farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan merokok,
menurunkan berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan garam dan
asupan lemak, latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
- Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih: peningkatan berat badan di usia
dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya. Oleh karena itu,
manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.
- Meningkatkan aktifitas fisik: orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena
hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-
45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.
- Mengurangi asupan natrium.
- Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol: kafein dapat memacu jantung bekerja
lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko
hipertensi.
b. Terapi Farmakologi:
Terapi farmakologis yaitu obat anti hipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu
diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta blocker,
calcium chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/
blocker (ARB) diuretik tiazid (misalnya bendroflumetiazid). Adapun contoh-contoh
obat anti hipertensi antaralain yaitu:
a. beta‐bloker, (misalnya propanolol, atenolol)
b. penghambat angiotensin converting enzymes (misalnya captopril, enalapril)
c. antagonis angiotensin II (misalnya candesartan, losartan)
d. calcium channel blocker (misalnya amlodipin, nifedipin) dan
e. alpha‐blocker (misalnya doksasozin).

7. Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal
jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah
yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi
yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Mortalitas pada pasien hipertensi
lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke
beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung
dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal. Komplikasi yang terjadi pada
hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada.
 Data Subjektif
Data subjektif adalah data subjektif diperoleh dari hasil pengkajian terhadap
pasien dengan teknik wawancara, keluarga, konsultan, dan tenaga kesehatan
lainnya serta riwayat keperawatan. Data ini berupa keluhan atau persepsi subjektif
pasien terhadap status kesehatannya.

 Data Objektif
Data objektif adalah informasi data objektif diperoleh dari hasil observasi,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang dan hasil laboratorium. Fokus
dari pengkajian data objektif berupa status kesehatan, pola koping, fungsi status
respons pasien terhadap terapi, risiko untuk masalah potensial, dukungan terhadap
pasien.

2. Pola Kebiasaan
Pola bernafas : menggambarkan tentang bagaimana pola nafas pasien.
Pola makan dan minum : menggambarkan bagaimana pola makan dan minum pasien
Pola eliminasi : menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
dan buang air kecil.
Pola gerak dan aktivitas : menggambarkan pola aktivitas pasien sehari- hari.
Pola istirahat dan tidur : menggambarkan bagaimana pola istirahat dan tidur pasien
Pola kebersihan : menggambarkan pola kebersihan diri pasien.
Pola pengaturan suhu tubuh : menggambarkan suhu tubuh pasien.
Pola rasa nyaman : menggambarkan tentang rasa nyaman pasien.
Pola rasa aman : menggambarkan tentang keamanan pasien.
Pola data social : menggambarkan tentang kehidupan social dari pasien.
Pola prestasi dan produktivitas : menggambarkan tentang bagaimana prestasi dan
produktivitas pasien.
Pola rekreasi : menggambarkan tentang bagaimana pola rekreasi dari pasien.
Pola belajar : menggambarkan tentang bagaimana pola belajar dari pasien.
Pola ibadah : menggambarkan tentang kegiatan ibadah pasien
3. Pemeriksaan Fisik
Ispeksi
1) Mata
- Konjungtiva : tidak anemis
- Sklera : tidak ikterik
2) mulut
- lidah dan mulut : bersih
- gigi dan geraham : tidak karies/berlubang
3) payudara
- bentuk :simetris
- puting susu : menonjol
- pengeluaran : tidak ada
- pembengkakan : tidak ada
- retraksi : tidak ada
- areola : hiperpigmentasi
4) abdomen
- pembesaran : Sesuai usia kehamilan
- pembengkakan : tidak ada
- bekas luka operasi: tidak ada
- konsistensi : keras
- kandung kemih : tidak teraba
5) ekstermitas atas dan bawah
- oedema : tidak ada
- Kekakuan otot/sendi : tidak ada
- kemerahan : tidak ada
- varises : tidak ada
4. Diagnosa
Diagnosa Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik yang berlangsung
aktual maupun potensial.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien hipertensi yaitu:
a. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia.
c. Kelebihan volume cairan.
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
e. Ketidakefektifan koping.
f. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak.
g. Resiko cidera.
h. Defisiensi pengetahuan.
i. Ansietas
5. Intervensi
a. Prioritas Masalah
1. Nyeri akut
Dx Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan Observasi Observasi
tindakan keperawatan - Untuk mengetahui
- Identifikasi lokasi,
selama 1 x 30 menit lokasi, karakteristik,
diharapkan nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, durasi, frekuensi,
menurun dengan kriteria kualitas, intensitas
kualitas, intensitas nyeri.
hasil: nyeri
1. Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri. - Untuk mengetahui
menurun skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non
2. Kualitas tidur cukup - Untuk mengetahui
3. Pasien tidak gelisah verbal. respons nyeri non
verbal
_ Identifikasi faktor yang - Untuk mengetahui
memperberat dan memperingan faktor yang
nyeri memperberat dan
- Identifikasi pengetahuan dan memperingan nyeri
keyaninan tentang nyeri - Untuk mengetahui
pengetahuan dan
- Identifikasi pengaruh budaya
keyaninan tentang
terhadap respon nyeri nyeri
- Untuk mengetahui
- Identifikasi pengaruh nyeri
pengaruh budaya
pada kualitas hidup terhadap respon
nyeri
- Monitor keberhasilan terapi
- Untuk mengetahui
komplementer yang sudah pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
diberikan
- Untuk mengetahui
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan.

Terapeutik Terapeutik
- Berikan teknik - Untuk mengetahui
nonfarmakologis untuk pemberian teknik
mengurangi rasa nyeri (mis. nonfarmakologis
TENS, hipnosis, akupresur, untuk mengurangi
terapi musik, biofeedback, rasa nyeri (mis.
terapi pijat, aromaterapi, teknik TENS, hipnosis,
imajinasi terbimbing, kompres akupresur, terapi
hangat/dingin, terapi bermain) musik, biofeedback,
- Kontrol lingkungan yang terapi pijat,
memperberat rasa nyeri (mis. aromaterapi, teknik
suhu ruangan, pencahayaan, imajinasi,
kebisingan) terbimbing, kompres
- Fasilitasi Istirahat dan tidur hangat/dingin, terapi
- Pertimbangkan jenis dan bermain).
sumber nyeri dalam pemilihan - Unutk mengetahui
strategi meredakan nyeri. lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Untuk mengetahui
fasilitas istirahat dan
tidur
- Untuk mengetahui
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
-Jelaskan penyebab, periode, dan Edukasi
- Untuk mengetahui
pemicu nyeri penyebab, periode,
-Jelaskan strategi meredakan dan pemicu nyeri
- Untuk mengetahui
nyeri strategi meredakan
-Anjurkan memonitor nyeri nyeri
- Untuk mengetahui
secara mandiri monitor nyeri secara
- Ajarkan teknik mandiri
- Untuk mengetahi
nonfarmakologis untuk teknik
mengurangi rasa nyeri nonfarmakologis
untuk mengurangi
Kolaborasi rasa nyeri
- Kolaborasi dengan tim
Kolaborasi
medis lain dalam pemberian - Untuk mengetahui
obat pereda rasa nyeri obat apa saja yang
diberikan untuk
pereda rasa nyeri
6. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. dengan rencana keperawatan
yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat, intervensi diharapkan dapat mencapai
tujuan dah hasil yang diinginkan untuk medukung dan meningkatkan status kesehatan
klien. Implementasi keperawatan merupakan bentuk penanganan yang dilakukan oleh
perawat berdasarkan pertimbangan dan pengetahuan klinis yan bertujuan meningkatkan
asuhan keperawatan klien. Dalam tahap pelaksanaan ada tiga tindakan yaitu, tindakan
mandiri, delegatif, dan tindakan kolaborasi.
7. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara obyektif
pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakn sebelumnya. Evaluasi dalam
keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindaka keperawatan yang telah
ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan. Evaluasi dalam keperawatan adalah kegiatan
dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai