Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

Dosen Pengampu : Sri Siska M, S.Kep., Ns. M. Kep

Disusun Oleh :

Nama : Aurora Sinta Sabila

NIM : 122020030154

Kelas : D

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Dasar Hipertensi


A. Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang
(Kemenkes.RI, 2014).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian / mortalitas (Trianto, 2014).
Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah berada di atas normal
sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas maupun mortalitas, tekanan
sistolik 140 mmHg menunjukan darah sedang dipompa oleh jantung dan tekanan
diastolik 90 mmHg menunjukakn darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2015).
B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan ;
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. Namun ada
beberapa faktor yang mempengaruhi hipertensi primer yaitu : factor genetic, jenis
kelamin dan usia, serta diet tinggi garam atau kandungan lemak.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya diketahui. Beberapa
gejala atau penyakit yang menyebabkan hipertensi jenis ini antara lain : Coarction
aorta, penyakit parenkim dan vascular ginjal, penggunaan kontrasepsi hormonal
(estrogen), gangguan endokrin, kegemukan (obesitas), stress, kehamilan, luka bakar,
peningkatan volume intravascular, dan merokok.
C. Manifestasi Klinis
Sebagian manifestasi klinis timbul setelah penderita mengalami hipertensi selama
bertahun-tahun. Gejalanya berupa :
1. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual muntah.
2. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina dampak dari hipertensi.
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan saraf pusat
4. Nokturia (sering berkemih di malam hari) karena adanya peningkatan aliran darah
ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami pasien antara lain sakit kepala, palpitasi,
kelelahan, nausea, muntah-muntah, kegugupan, keringat berlebih, tremor otot, nyeri
dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga mendenging), serta
kesulitan tidur.

D. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen
yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah
menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
1. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat
dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler
akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya,
volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
2. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk pasien hipertensi sebenarnya cukup dengan menggunakan
tensi meter tetapi untuk melihat komplikasi akibat hipertensi, maka diperlukan
pemeriksaan penunjang antara lain :
a. Hemoglobin/Hematokrit : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Urea Nitrogen (BUN)/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi
ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemi (Diabetus Millitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada Diabetus
Millitus.
e. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
f. Foto thorak : pembesaran jantung.
G. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Obat-obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam pegobatan, antara lain obat-
obatan golongan :
a. Diuretik. Mengonsumsi diuretik akan terjadi pengurangan jumlah cairan dalam
pembuluh darah dan menurunkan tekanan pada dinding pembuluh darah. Beta
bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam memompa darah dan
mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung.
b. ACE-inhibitor dapat mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan menurunkan
tekanan darah dan mencegah penyempitan dinding pembuluh darah.
c. Ca bloker dapat merileks kan pembuluh darah dan mengurangi kecepatan denyut
jantung.
2. Nonfarmakologi
Langkah awal biasanya dengan mengubah pola hidup penderita, yakni dengan cara:
a. Menurunkan berat badan sampai batas ideal
b. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau kadar kolesterol
darah tinggi
c. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram
natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan
kalium yang cukup)
d. Mengurangi konsumsi alcohol dan berhenti merokok.
e. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat
ASUHAN KEPERAWATAN

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hipertensi


A. Pengkajian
Menurut Debora (2011) tahapan pengkajian sebagai berikut, yaitu :
1. Biodata Data lengkap dari pasien meliputi : nama lengkap, umur, jenis kelamin,
kawin/belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan
alamat, identitas penangung meliputi : nama lengkap, jenis kelamin, umur, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, hubungan dengan pasien dan alamat.
2. Keluhan utama
Keluhan hipertensi biasanya bermula dari nyeri kepala yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan aliran darah ke otak.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan yang didapatkan pada saat pengkajian misalnya pusing, jantung kadang
berdebar-debar, cepat lelah, palpitasi, kelainan pembuluh retina (hipertensi
retinopati), vertigo dan muka merah dan epistaksis spontan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan :
1) Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya.
Banyak factor yang mempengaruhi seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas,
susunan saraf simpatis dan factor-faktor yang meningkatkan resiko seperti :
obesitas, alcohol, merokok serta polisetemia.
2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebabnya seperti : penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular dan hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita daripada pria dan penyakit
ini sangat dipengaruhi oleh factor keturunan yaitu jika orang tua mempunyai
riwayat hipertensi maka anaknya memiliki resiko tinggi menderita penyakit
seperti orang tuanya.
4. Riwayat psikososial
Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah kronik, factor stress
multiple.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang
meledak, gerak tangan empati, muka tegang, gerak fisik, pernafasan menghela nafas,
penurunan pola bicara.
5. Riwayat spiritual
Pada riwayat spiritual bila dihubungkan dengan kasus hipertensi belum dapat
diuraikan lebih jauh, tergantung dari dan kepercayaan masing-masing individu.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : pasien nampak lemah
b. Tanda-tanda vital Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan dangkal dan nadi
juga cepat, tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan diastolic di atas 90
mmHg.
c. Review of sistem
1) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, atherosclerosis, penyakit jantung kongesti/katup
dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan tekanan darah
Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut.
Denyut apical : titik point of maksimum impuls, mungkin bergeser atau
sangat kuat.
Frekuensi/irama : takikardia, berbagai disritmia.
Bunyi jantung : tidak terdengar bunyi jantung I, pada dasar bunyi jantung II
dan bunyi jantung III.
Murmur stenosis valvular.
Distensi vena jugularis/kongesti vena.
Desiran vaskuler tidak terdengar di atas karotis, femoralis atau epigastrium
(stenosis arteri).
Ekstremitas : perubahan warana kulit, suhu dingin, pengisian kapiler mungkin
lambat atau tertunda.
2) Neurosensory
Gejala : Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala sub occipital.
Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan
dan episode statis staksis.
Tanda : Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi. Pola/isi bicara, afek,
proses pikir atau memori.
Respon motoric : penurunan kekuatan, genggaman tangan.
Perubahan retinal optic : sclerosis, penyempitan arteri ringan-mendatar,
edema, papiladema, exudat, hemoragi.
3) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri coroner/keterlibatan jantung). Nyeri tungkai
yang hilang timbul/klaudasi. Sakit kepala oxipital berat. Nyeri
abdomen/masa.
4) Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut dari
hipertensi menetap/berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja tachypnea, ortopnea,
dispnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
Tanda : Distress respirasi/pengunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas
tambahan, sianosis.
5) Keamanan
Keluhan : Gangguan koordinasi/cara berjalan.
Gejala : Episode parastesia unilateral transien, hipotensi postural.
6) Aktivitas sehari-hari
a. Aktivitas
Gejala : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Eliminasi
Gejala : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya : infeksi, obstruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).
c. Makanan dan cairan
Gejala : Makanan yang disukasi mencakup makanan tinggi garam, lemak,
kolesterol serta makanan dengan kandungan tinggi kalori.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema, kongesti vena,
distensi vena jugularis, glikosuria.

B. Diagnosis
Pada klien hipertensi, ada beberapa kemungkinan masalah yang muncul yaitu :
1. Adanya risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung yang berhubungan dengan
peningkatan beban kerja jantung (after load), vasokontriksi, iskemia miokardia, dan
hipertrofi/rigiditas (kekakuan) ventrikel.
2. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan umum, seperti
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepala, nyeri (akut) yang berhubungan dengan
penigkatan tekanan vaskuler serebral.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan
makanan yang berlebihan akibat kebutuhan metabolism, pola hidup yang monoton,
serta keyakinan budaya.
5. Kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi.
6. Infektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif,
harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
C. Intervensi

No Dx NOC NIC
1. Adanya risiko tinggi terhadap  Tujuan : setelah dilakukan tindakan Rencana Tindakan
penurunan curah jantung yang keperawatan diharapkan beban kerja jantung - Observasi tekanan darah
berhubungan dengan (after load) tidak meningkat, tidak terjadi - Catat keberadaan kualitas denyutan sentral dan
peningkatan beban kerja vasokontriksi, tidak terjadi iskemia miokardia, perifer
jantung (after load), dan tidak terjadi hipertrofi/rigiditas (kekakuan) - Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa
vasokontriksi, iskemia ventrikel. pengisian kapiler
miokardia, dan  Kriteria hasil : - Catat adanya demam umum / tertentu
hipertrofi/rigiditas (kekakuan) - Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang - Berikan lingkungan yang nyaman, tenang,
ventrikel. menurunkan tekanan darah, kurangi aktivitas / keributan lingkungan
- Mempertahankan tekanan darah dalam - Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal
rentang individu yang dapat diterima - Anjurkan teknik relaksasi
- Memperlihatkan norma dan frekwensi - Panduan imajinasi dan distraksi
jantung stabil dalam rentang normal pasien - Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
therapi anti hipertensi, diuretik.
2. Intoleransi aktivitas yang  Tujuan : mampu beraktivitas tanpa keluhan - Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan
berhubungan dengan yang berarti. menggunakan parameter : frekuensi nadi 20 per
kelemahan umum, seperti  Kriteria hasil : menit diatas frekwensi istirahat, catat
ketidakseimbangan antara - Melaporkan peningkatan dalam toleransi peningkatan Tekanan darah, dipsnea, atau nyeri
suplai dan kebutuhan oksigen. aktivitas yang dapat diukur. dada, kelelahan berat dan kelemahan,
 Data : - Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda berkeringat, pusing atau pingsan.
 DS : Laporan verbal intoleransi fisiologi. - Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas
tentang keletihan dan contohnya : penurunan kelemahan / kelelahan,
kelemahan. tekanan darah stabil, frekwensi nadi, peningkatan
 DO : Frekuensi jantung perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.
atau respond tekanan - Instruksikan pasien untuk menghemat energi,
darah terhadap aktivitas misalnya menggunakan kursi saat mandi atau
abnormal, Rasa tidak menyisir rambut serta melakukan aktivitas secara
nyaman saat bergerak atau perlahan-lahan.
dyspnea, dan perubahan- - Rencanakan perawatan dengan periode
perubahan EKG istirahat/tidur tanpa gangguan.
mencerminkan iskemia - Berikan dorongan kepada pasien untuk
atau disritmia. melakukan aktivitas atau perawatan diri secara
bertahap, jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan
kepada pasien sesuai kebutuhannya.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri :  Tujuan : Tekanan vaskuler selebral tidak - Pertahankan tirah baring selama fase akut,
sakit kepala, nyeri (akut) yang meningkat. - Beri tindakan non farmakologi untuk
berhubungan dengan  Kriteria hasil : menghilangkan sakit kepala, misalnya : kompres
penigkatan tekanan vaskuler - Mengurangi nyeri dan menurunkan tekanan dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta
serebral. pembuluh darah otak. teknik relaksasi.
 Data : - Mengungkapkan metode yang memberikan - Hilangkan atau minimalkan aktivitas
- DS : pasien pengurangan. vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit
melaporakan tentang - Mengikuti regimen farmakologi yang kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang, dan
adanya nyeri diresepkan. membungkuk.
berdenyut yang - Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
terletak pada region - Berikan cairan, makanan lunak. Biarkan klien
suboksipital. Nyeri ini istirahat selama 1 jam setelah makan.
muncul saat bangun - Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
dan akan hilang secara analgetik, anti ansietas, diazepam dan lain-lain.
spontan setelah pasien
berdiri selama
beberapa waktu.
- DO : pasien segan
untuk menggerakkan
kepala, menggaruk
kepala, menghindari
sinar terang dan
keributan,
mengerutkan kening
dan menggenggam
tangan. Pasien juga
melaporkan kekakuan
leher, pusing,
penglihatan kabur,
mual dan muntah.
4. Perubahan nutrisi lebih dari  Tujuan : masukan nutrisi tidak berlebihan dan - Kaji pemahaman pasien tentang hubungan
kebutuhan tubuh yang pola hidup tidak monoton. langsung antara hipertensi dengan kegemukan.
berhubungan dengan asupan  Kriteria Hasil : - Bicarakan pentingnya menurunkan masukan
makanan yang berlebihan - Mengidentifikasikan hubungan antara kalori dan batasi masukan lemak, garam dan gula
akibat kebutuhan metabolism, hipertensi dan kegemukan. sesuai indikasi.
pola hidup yang monoton, - Menunjukkan perubahan pola makan, missal - Tetapkan keinginan klien menurunkan berat
serta keyakinan budaya pilihan makanan, kuantitas dan sebagainya. badan. Kaji ulang masukan kalori harian dan
 Data : - Mempertahankan berat badan yang pilihan diet.
- DS : laporan verbal diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan - Tetapkan rencana penurunan berat badan yang
tentang pola makan secara optimal. realistis dengan pasien, Misalnya : penurunan
klien. - Melakukan atau mempertahankan program berat badan 0,5 kg per minggu.
- DO : berat badan 10- olahraga yang tepat secara individual. - Dorong pasien untuk mempertahankan masukan
20% lebih dari ideal makanan harian termasuk kapan dan dimana
untuk tinggi dan makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan
bentuk tubuh, lipatan sekitar saat makanan dimakan.
kulit trisep lebih besar - Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang
dari 15 mm pada pria tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak
dan 25 mm pada tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dan
wanita, pasien lain-lain) dan kolesterol (daging berlemak,
dilaporkan atau kuning telur, produk kalengan, jeroan).
teramati mengaami - Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi
disfungsi pola makan.
5. Kurang pengetahuan tentang  Tujuan : pasien terpenuhi dalam informasi - Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor
pengelolaan hipertensi. tentang hipertensi. resiko kardivaskuler yang dapat diubah, misalnya
 Kriteria Hasil : pasien memahami proses : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol,
penyakit dan penatalaksanaan, mampu pola hidup monoton, merokok, dan minum
mengidentifikasi efek samping obat, alkohol (lebih dari 60cc / hari dengan teratur)
komplikasi, serta mampu mempertahankan pola hidup penuh stress.
tekanan darah dalam rentan normal. - Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
termasuk orang terdekat.
- Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, pencegahan,
pengobatan, dan akibat lanjut.
- Jelaskan pada klien tentang proses penyakit
hipertensi (pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat
lanjut) melalui pemberian pendidikan kesehatan.
6. Infektif koping individu  Tujuan : diharapkan koping individu dapat - Kaji keefektipan strategi koping dengan
berhubungan dengan stabil dan tidak adanya gangguan pada koping. mengobservasi perilaku, Misalnya : kemampuan
mekanisme koping tidak  Kriteria Hasil : Mengidentifikasi perilaku menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
efektif, harapan yang tidak koping efektif dan konsekkuensinya, berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
terpenuhi, persepsi tidak menyatakan kesadaran kemampuan - Catat laporan gangguan tidur, peningkatan
realistic. koping/kekuatan pribadi, mengidentifikasi keletihan, kerusakan konsentrasi, peka
potensial situasi stress dan mengambil langkah rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala,
untuk menghindari dan mengubahnya. ketidak mampuan untuk
mengatasi/menyelesaikan masalah.
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor
spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasinya.
- Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan
dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam
rencana pengobatan.
- Dorong pasien untuk mengevaluasi
prioritas/tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan
seperti : apakah yang Anda lakukan merupakan
apa yang Anda inginkan ?.
- Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai
merencanakan perubahan hidup yang perlu.
- Bantu untuk menyesuaikan tujuan perubahan
hidup dari pada membatalkan tujuan
diri/keluarga.

-
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah untuk Mahasiswa. Jogjakarta: DIVA Press.

Bachrudin, M., Najib, Moh. 2016. Keperawatan Medical Bedah I. 6-11

ESA PUTRI NABELLA, ESSA PUTRI NABELLA, et al. Asuhan keperawatan pada
keluarga Bapak S khususnya pada bapak s dengan hipertensi dalam pemberian terapi
komplementer: perasan labu siam untuk menurunkan tekanan darah di Jorong Koto Gadang
Kec. Baso Kab. Agam tahun 2019. Diss. STIKes PERINTIS PADANG, 2019.

Sari, Puspita Novia. 2020. Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipertensi yang I Rawat di
Rumah Sakit.

Bano, Godeliva Priska. 2020. Stusi Kasus “Asuhan Keperawatan Pada Ny. D.A Dengan
Hipertensi Di Puskesmas Napan Kecamatan Bikomi Utara.”

Anda mungkin juga menyukai