Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR


MENGENAI PENYAKIT HYPERTENSI DAN PENGENDALIANNYA

NAMA : DEBBY NATALIA GIRI


NIM : 2111080004
MATA KULIAH : EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK
MENULAR
SEMESTER : II (DUA)
PROGRAM STUDI : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

TAHUN 2022
A. PENGERTIAN

Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling
tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap mengalami hipertensi
apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Elizabeth dalam
Ardiansyah M., 2012). Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah
dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hipertensi
dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti usia, jenis
kelamin dan genetik/keturunan, maupun yang bersifat eksogen seperti obesitas,
konsumsi garam, rokok dan kopi.Menurut American Heart Association atau AHA
dalam Kemenkes (2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat
bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan penyakit lain.
Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung
berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdengung atau tinnitus dan
mimisan. Seseorang dapat dikatakan hipertensi atau tekanan darah tinggi apabila
tekanan darah meningkat dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan jarak waktu
lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (Kemenkes RI,2017).

B. ETIOLOGI PENYEBAB HIPERTENSI

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Ardiansyah M., 2012) :

 Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetensi yang 90% tidak diketahui
penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya
hipertensi esensial diantaranya :

a) Genetik

Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi


mendapatkan penyakit hipertensi.

2
b) Jenis Kelamin Dan Usia

Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause berisiko tinggi
mengalami penyakit hipertensi.

c) Konsumsi Tinggi Garam Atau Kandungan Lemak


Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan
lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit
hipertensi.

d) Berat Badan Obesitas

Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.

e) Gaya Hidup Merokok Dan Konsumsi Alkohol

Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya


hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya.

 Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya. Hipertensi
sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit, yaitu :

1. Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi


beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyembitan pada aorta
tersebut dapat menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan
darah diatas area kontriksi.
2. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan penyakit utama
penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan
penyempitan

3. satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal.
Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi disebabkan oleh
aterosklerosis atau fibrous dyplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous).
Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan
struktur serta fungsi ginjal.

3
4. Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi secara oral yang
memiliki kandungan esterogen dapat menyebabkan terjadinya hipertensi melalui
mekanisme renin-aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini,
tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa bulan penghentian oral
kontrasepsi.
5. Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal- mediate hypertension disebabkan
kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin
6. Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
7. Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah untuk sementara
waktu.
8. Kehamilan
9. Luka bakar

10. Merokok.

Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan


katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung
serta menyebabkan vasokortison yang kemudian menyebabkan kenaikan tekanan
darah.

C. Tanda Dan Gejala


Manifestasi Klinis Terjadinya Hipertensi Adalah Menurut Tambayong (dalam Nurarif
A.H., & Kusuma H., 2016), tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah
tidak teratur.

2. Gejala yang lazim

4
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

 Mengeluh sakit kepala, pusing


 Lemas, kelelahan
 Sesak nafas
 Gelisah
 Mual
 Muntah
 Epitaksis
 Kesadaran menurun

D. PATOGENESIS

Pada dasarnya hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang timbul akibat


berbagai interaksi faktor-faktor resiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang mendorong
timbulnya kenaikan. Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah kapiler, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah kapiler.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan

5
steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua
faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi.

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer.

Pada dasarnya, tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer.
Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer akan
mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor genetik, stres,
obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung dan tahanan perifer sebenarnya tekanan
darah dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium kanan, tetapi tidak mempunyai banyak
pengaruh. Dalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan
darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang.

Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari


sistem yang bereaksi dengan cepat misalnya reflek kardiovaskuler melalui sistem
saraf, reflek kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari
atrium, arteri pulmonalis otot polos. Dari sistem pengendalian yang bereaksi sangat
cepat diikuti oleh sistem pengendalian yang bereaksi kurang cepat, misalnya
perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol
hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem yang poten dan
berlangsung dalam jangka panjang misalnya kestabilan tekanan darah dalam jangka
panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang
6
melibatkan berbagai organ. Peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer
dipengaruhi oleh beberapa faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal
dan membran sel, aktivitas saraf simpatis dan renin, angiotensin yang mempengaruhi
keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme natrium dalam ginjal serta
obesitas dan faktor endotel. Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara
lain penyempitan arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini disebabkan
karena jaringan otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan atau pecahnya
pembuluh darah otak dan akan mengakibatkan kematian pada bagian otak yang
kemudian dapat menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit ketika berjalan
kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ mata yang dapat mengakibatkan
kebutaan, sakit kepala, Jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras
atau mengangkat beban kerja, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah,
hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari telingga berdering
(tinnitus) dan dunia terasa berputar.

E. KLASIFIKASI TEKANAN DARAH

Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur ≥ 18 tahun)
berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih

kunjungan klinis2 (Tabel 2). Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan
nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) < 120 mm Hg dan tekanan darah
diastolik (TDD) < 80 mm Hg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit
tetapi mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan darahnya cendrung meningkat ke
klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi ,
dan semua pasien pada kategori ini harus diberi terapi obat.

7
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Untuk Dewasa Umur > 18 Tahun Menurut JNC 7

F. FAKTOR-FAKTOR RISIKO TERJADINYA HIPERTENSI

Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

1) Faktor yang tidak dapat diubah adalah :

a) Riwayat Keluarga
Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak kandung/saudara
kandung, kakek dan nenek dengan hipertensi lebih berisiko untuk terkena hipertensi.

b)  Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki
meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat pada usia
lebih dari 55 tahun.

c)  Jenis Kelamin
Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada wanita.

d)  Ras/etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri hipertensi banyak
ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.

8
2) Faktor yang dapat diubah
Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi antara lain yaitu :

a)  Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi karena dalam rokok
terdapat kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-
paru dan diedarkan ke otak. Di dalam otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar
adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh
darah dan memaksa jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi
(Murni dalam Andrea, G.Y., 2013).

b)  Kurang Aktifitas Fisik


Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang
memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas fisik merupakan faktor risiko
independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan dapat
menyebabkan kematian secara global (Iswahyuni, S., 2017).

c)  Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu dapat
meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental dan jantung dipaksa
memompa darah lebih kuat lagi agar darah sampai ke jaringan mencukupi (Komaling,
J.K., Suba, B., Wongkar, D., 2013). Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi alkohol
dapat meningkatkan tekanan darah.

d)  Kebiasaan Minum Kopi


Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner, termasuk peningkatan
tekanan darah dan kadar kolesterol darah karena kopi mempunyai kandungan
polifenol, kalium, dan kafein. Salah satu zat yang dikatakan meningkatkan tekanan
darah adalah kafein. Kafein didalam tubuh manusia bekerja dengan cara memicu
produksi hormon adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa didalam sel saraf yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pengaruh dari konsumsi kafein dapat
dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam (Indriyani dalam Bistara
D.N., & Kartini Y., 2018).

9
e)  Kebiasaan Konsumsi Makanan Banyak Mengandung Garam Garam Merupakan
bumbu dapur yang biasa digunakan untuk memasak. Konsumsi garam secara berlebih
dapat meningkatkan tekanan darah. Menurut Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari,
M.D., Kiha, R.R. (2018), natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler
tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan. Natrium yang berlebih dapat
mengganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga menyebabkan edema atau asites,
dan hipertensi.

f) Kebiasaan Konsumsi Makanan Lemak

Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A., Rattu A.J.M., Punuh M.I, 2016), lemak
didalam makanan atau hidangan memberikan kecenderungan meningkatkan
kholesterol darah, terutama lemak hewani yang mengandung lemak jenuh. Kolesterol
yang tinggi bertalian dengan peningkatan prevalensi penyakit hipertensi.

G. UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah
tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan
hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan
perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan tekanan darah
dapat terlihat pada tabel 4 sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII. Disamping
menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya
hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-
pasien dengan tekanan darah prehipertensi.

Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah
mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola
makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan
kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja.
Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi
satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan
pasien dari menggunakan obat. Program diet yang mudah diterima adalah yang
didisain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang

10
gemuk dan obes disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini
diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril.

Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien mengerti


rasionalitas intervensi diet :

1. Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan
berat badan ideal
2. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight)
3. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat menurunkan
tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk
4. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor
dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe
2, dislipidemia, dan selanjutnya ke penyakit kardiovaskular
5. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat
menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi.

6. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam,


kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan
pembatasan natrium.

JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan buah, sayur,
dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak jenuh berkurang.
Natrium yang direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari.
Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur
paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien.
Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan
menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah. Keuntungan ini dapat terjadi
walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Pasien harus konsultasi dengan dokter
untuk mengetahui jenis olah-raga mana yang terbaik terutama untuk pasien dengan
kerusakan organ target.
Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular.
Pasien hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain
yang dapat diakibatkan oleh merokok.

11
Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup Untuk Mengontrol Hipertensi

 Promotif Melakukan penyuluhan / KIE


 Membantu mempromosikan program CERDIK dan PATUH kepada
masyarakat.
 Preventif Melakukan deteksi dini faktor risiko PTM dan Melakukan
Kemitraan
 Kuratif dan rehabilitatif Penemuan dan tatalaksana kasus HT dan
Melakukan Rujukan

12
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI.2018.Manajemen Program Pencegahan Dan Pengendalian Hipertensi


Dan Perhitungan Pencapaian Smp Hipertensi.

Ditjen Bina Kefarmasian Depkes RI.2006.Pharmaceutical Care Untuk Penyakit


Hipertensi

Syafika Alaydrus.2019.Pola Penggunaan Obat Hipertensi Pada Pasien Geriatrik.Jurnal


Mandala Pharmakon Indoensia Vol.5 No.2.Palu

Nurfitriani.2020.Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Faktor Risiko Di


Puskesmas Tanete Kecamatan Bulukumba Periode 2019-2020.Universitas
Hassanudin Fakultas Kedokteran.

13
14

Anda mungkin juga menyukai