Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MANDIRI

MANAJEMEN KEBENCANAAN
MENGENAI PERAN PEMERINTAH DALAM PENANGANAN
TERJADINYA BENCANA

NAMA : DEBBY NATALIA GIRI


NIM : 2111080004
MATA KULIAH : MANAJEMEN KEBENCANAAN
SEMESTER : II (DUA)
PROGRAM STUDI : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG


TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Bencana merupakan kejadian yang disebabkan oleh alam maupun oleh kelalaian
manusia. Tanah longsor, gempa bumi, puting beliung, tsunami, banjir dan tanah
longsor, letusan gunung merapi, kekeringan serta gelombang pasang adalah bencana
yang disebabkan oleh alam. Sementara itu aksi teror, konflik, kecelakaan industri,
kecelakaan transportasi, dan kebakaran hutan merupakan bencana akibat kelalaian
manusia. Bencana yang disebabkan oleh alam dan kelalaian manusia sama-sama
menimbulkan kerugian terhadap lingkungan dan perekonomian.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengklasifikasikan kerugian


bencana menjadi korban meninggal, hilang, mengungsi, luka-luka, menderita,
kerusakan rumah, kerusakan fasilitas kesehatan dan sekolah, kerusakan jalan, dan
kerusakan lahan. Rasmussen (2004) membagi kerugian bencana menjadi empat yaitu
jumlah kejadian berdasarkan wilayah, jumlah kejadian berdasarkan populasi, jumlah
kejadian berdasarkan total populasi, dan kerusakan berdasarkan GDP. Sedangkan
Pelling et al (2002) mengklasifikasikan kerugian berdasarkan direct damages dan
indirect damages.

Wilayah Indonesia secara geologi terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif
yaitu lempeng Indo-Australia dibagian selatan, lempeng Eurasia dibagian utara dan
lempeng pasifik dibagian timur. Ketiga lempeng saling berbenturan dan bergerak.
Lempeng Indo-Australia bergerak ke utara dan lempeng Eurasia ke selatan.
Pergerakan ini menimbulkan jalur gempa, rangkaian gunung merapi aktif dan patahan.
Kondisi ini membuat kawasan Indonesia menjadi rawan bencana. Gempa bumi dan
letusan gunung merapi senantiasa dapat terjadi kapanpun (BNPB, 2011).

Berdasarkan data BNPB terdapat 10.021 bencana yang terjadi di Indonesia tahun
1990-2010 pada 33 provinsi. Bencana dikategorikan menjadi 17 yaitu aksi teror,
banjir, banjir dan tanah longsor, gelombang pasang, tsunami, gempa bumi, gempa

2
bumi dan tsunami, kejadian luar biasa (KLB), tanah longsor, kecelakaan industri,
kecelakaan transportaasi, kebakaran hutan, hama tanaman, konflik, kekeringan, puting
beliung, dan letusan gunung merapi. Lima bencana yang sering terjadi di Indonesia
adalah banjir, kekeringan, puting beliung, tanah longsor, dan gempa bumi. Sementara
itu bencana terbanyak terjadi pada tahun 2008 yaitu 1849.

Provinsi yang mengalami bencana terbanyak adalah Jawa Tengah yaitu sebanyak
1.954 bencana. Posisi kedua adalah provinsi Jawa Barat dengan jumlah bencana
1.580. Posisi ketiga oleh provinsi Jawa Timur dengan jumlah bencana 915 bencana.
Posisi keempat dan kelima oleh provinsi Aceh dan Nusa Tenggara Timur (NTT)
dengan jumlah bencana bertuurt-turut 516 dan 504 bencana. Sementara itu provinsi
yang menempati posisi terbawah adalah Kepulauan Riau dengan jumlah 9 bencana.
Hal ini menjadi perhatian dan fokus dari pemerintah, baik itu pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah dalam menangani bencana yang terjadi di Indonesia.

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana, maka penyelenggaraan penanggulangan bencana
diharapkan akan semakin baik, karena pemerintahan dan pemerintah daerah menjadi
penanggungjawab dalam penyelenggaraan dalam penanggulangan bencana.
Penanggulangan bencana dilakukan secara terarah mulai prabencana, saat tanggap
darurat dan pascabencana.

Tanggung jawab pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana


meliputi penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana
sesuai dengan standar pelayanan minimum, perlindungan masyarakat dari dampak
bencana, pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana
dengan program pembangunan, dan pengalokasian dana penanggulangan bencana
dalam Provinsi dan kabupaten/kota mulai mengembangkan kebijakan, strategi, dan
operasi penanggulangan bencana sesuai dengan arah pengembangan kebijakan di
tingkat nasional. Upaya penanggulangan bencana di daerah perlu dimulai dengan
adanya kebijakan daerah yang bertujuan menanggulangi bencana sesuai dengan
peraturan yang ada.

Strategi yang ditetapkan daerah dalam menanggulangi bencana perlu disesuaikan


dengan kondisi daerah. Operasi penanggulangan bencana secara nasional harus

3
dipastikan berjalan efektif, efisien dan berkelanjutan. Untuk mendukung
pengembangan sistem penanggulangan bencana yang mencakup kebijakan, strategi
dan operasi secara nasional mencakup pemerintah pusat dan daerah maka perlu
dimulai dengan mengetahui sejauh mana penerapan peraturan terkait dengan
penanggulangan bencana di daerah serta perlu mengetahui bagaimana respon
masyarakat terhadap strategi pemerintah dalam menanggulangi bencana alam.

II. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena bencana yang terjadi maka dalam makalah ini terdapat
rumusan masalah yaitu :
Bagaimana peran pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
dalam menangani terjadinya bencana di Indonesia ?

III. Tujuan

Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar peran pemerintah di
Indonesia dalam menangani fenomena bencana yang terjadi serta untuk mengetahui
usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani bencana tersebut.

IV. Manfaat
Makalah ini berisi pembahasan mengenai peran pemerintah dalam menangani
bencana di salah satu daerah di Indoensia sehingga dapat berguna bagi para pembaca
baik dari mahasiswa, pengajar maupun masyarakat.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bencana

Bencana dapat didefinisikan dalam berbagai arti baik secara normatif maupun
pendapat para ahli. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda
dan dampak psikologis.

Pengertian bencana dalam Kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kesra/x/95 adalah


sebagai berikut : Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam, manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan
korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan,
kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2001), definisi bencana adalah peristiwa


atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi,
kerugian kehidupan manusia, serta memburuknya kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak
luar.

Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO (2002) adalah setiap


kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa
manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada
skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah
yang terkena.

Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa pengertian bencana diatas, bahwa


pada dasarnya pengertian bencana secara umum yaitu suatu kejadian atau

5
peristiwa yang menyebabkan kerusakan berupa sarana prasana maupun
struktur sosial yang sifatnya mengganggu kelangsungan hidup masyarakat.

B. Jenis-Jenis Dan Faktor Penyebab Bencana

Menurut Undang-undang No. 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau


rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.

1) Jenis-Jenis Bencana

Jenis-jenis bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007


tentang penanggulangan bencana, yaitu :

a)  Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah longsor;

b)  Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi,gagal
modernisasi. dan wabah penyakit;

c)  Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat.

d)  Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan


oleh kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan, manusia
dalam penggunaan teknologi dan atau insdustriyang menyebabkan
pencemaran, kerusakan bangunan, korban jiwa, dan kerusakan lainnya.

6
2) Faktor Penyebab Terjadinya Bencana

Terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu :

(1) Faktor alam : (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada
campur tangan manusia.

(2) Faktor non-alam (nonnatural disaster) yaitu bukan karena fenomena


alam dan juga bukan akibat perbuatan manusia, dan

(3) Faktor sosial/manusia (man-made disaster) yang murni akibat perbuatan


manusia, misalnya konflik horizontal, konflik vertikal, dan terorisme.

Secara umum faktor penyebab terjadinya bencana adalah karena adanya


interaksi antara ancaman (hazard) dan kerentanan (vulnerability). Ancaman
bencana menurut Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 adalah “Suatu
kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana”. Kerentanan
terhadap dampak atau risiko bencana adalah “Kondisi atau karateristik
biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu
masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi
kemampuan masyarakat untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan,
dan menanggapi dampak bahaya tertentu” (MPBI,2004).

C. Penanggulangan Bencana

Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang


meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Penanggulangan bencana alam atau mitigasi adalah upaya berkelanjutan untuk
mengurangi dampak bencana terhadap manusia dan harta benda. Bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia, kerusakan lingkungan

7
kerugian harta benda, dan dampak psikologis serta memerlukan bantuan luar
dalam penanganannya (Giri Wiarto, 2017:16).

Secara garis besar upaya penanggulangan bencana meliputi :

a.Kesiapsiagaan : keadaan siap setiap saat bagi setiap orang, petugas serta
institusis pelayanan (termasuk pelayanan kesehatan) untuk melakukan
tindakan dan cara-cara menghadapi bencana baik sebelum, sedang, maupun
sesudah bencana.

b.Penanggulangan : upaya untuk menanggulangi bencana, baik yang


ditimbulkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk dampak kerusuhan
yang meliputi kegiatan pencegahan, penyelamatan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi.

Tujuan dari upaya penanggulangan bencana ialah menggurangi jumlah


kesakitan, resiko kecacatan dan kematian pada saat terjadi bencana; mencegah
atau mengurangi resiko munculnya penyakit menular dan penyebarannya; dan
mencegah atau mengurangi resiko dan mengatasi dampak kesehatan
lingkungan akibat bencana.

Menurut Giri Wiarto (2017:18-21), penanggulangan bencana meliputi tiga


fase yaitu :
1). Sebelum bencana : yaitu tahap kesiapsiagaan, tahap Mitgasi.

2)Saat bencana : penyelamatan dan evakuasi korban maupun harta benda,


pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan dan pengurusan pengungsi.

3)Pasca bencana (recovery) : yaitu tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.

8
D. Peran Pemerintah

A. Peran Pemerintah Pusat

Tanggung jawab pemerintah pusat dalam penanggulangan bencana Berikut


ini tanggung jawab pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana sesuai UU tersebut, meliputi:
1. Pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko
bencana dengan program pembangunan.
2. Perlindungan masyarakat dari dampak bencana. 
3. Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena
bencana secara adil dan sesuai dengan standar pelayanan minimum. 
4. Pemulihan kondisi dari dampak bencana
5. Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang memadai.
6. Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk dana
siap pakai.
7. Pemeliharaan arsip atau dokumen otentik dan kredibel dari ancaman
dan dampak bencana.

Wewenang pemerintah pusat dalam penanggulangan bencana


Pemerintah pusat mempunyai wewenang dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana, meliputi:

1. Penetapan kebijakan penanggulangan bencana selaras dengan


kebijakan pembangunan nasional.
2. Pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-
unsur kebijakan penanggulangan bencana.
3. Penetapan status dan tingkatan bencana nasional dan daerah. 
4. Penentuan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana
dengan negara lain, badan-badan atau pihak-pihak internasional lain. 
5. Perumusan kebijakan tentang penggunaan teknologi yang berpotensi
sebagai sumber ancaman atau bahaya bencana. 

9
6. Perumusan kebijakan mencegah penguasaan dan pengurasan sumber
daya alam yang melebihi kemampuan alam untuk melakukan
pemulihan.
7. Pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang
berskala nasional.

Penetapan Status Bencana 


Dalam menetapkan status dan tingkat bencana nasional dan daerah, pemerintah
menggunakan indikator sebagai berikut :
 Jumlah Korban
 Kerugian Harta Benda
 Kerusakan Prasarana Dan Sarana
 Cakupan Luas Wilayah Yang Terkena Bencana

B. Peran Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Bencana. Menurut


Solway (2004), tujuan pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana
melalui pembentukan BPBD meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi orang dan wilayah yang rentan bencana dalam lingkup


kabupaten.
2. Memastikan bahwa semua anggota masyarakat menyadari potensi
dampak bencana alam.
3. Membagikan saran dan panduan praktik yang baik kepada masyarakat
untuk mitigasi bencana.
4. Menjaga hubungan dengan para pejabat yang bertanggung jawab dalam
perencanaan, kesehatan, dan kesejahteraan dengan mengeluarkan
peringatan atau sistem pengendalian massa dan kebakaran.
5. Memastikan bahwa anggota masyarakat menerima pelatihan first aid
atau pertolongan pertama yang sesuai.
6. Melaksanakan program pendidikan dan penyadaran masyarakat melalui
kegiatan yang bekerja sama dengan sekolah-sekolah setempat.
7. Mengidentifikasi rute evakuasi dan lokasi tempat yang aman serta lokasi
pengungsi.

10
Merujuk pada pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa pemerintah daerah
bertanggung jawab sekaligus mempunyai wewenang dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana di wilayahnya. Bupati/walikota merupakan penanggung
jawab utama dan gubernur berfungsi memberikan dukungan perkuatan. Beberapa
tanggung jawab yang diemban pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana
antara lain yaitu: mengalokasikan dana penanggulangan bencana; memadukan
penanggulangan bencana dalam pembangunan daerah; melindungi masyarakat dari
ancaman bencana; melaksanakan tanggap darurat; serta melakukan pemulihan pasca
bencana.

Sehubungan dengan tanggung jawab tersebut, pemerintah daerah memiliki


wewenang dalam penanggulangan bencana sebagai berikut :

1. Merumuskan kebijakan penanggulangan bencana di wilayahnya.


2. Menentukan status dan tingkat keadaan darurat.
3. Mengerahkan potensi sumber daya di wilayahnya.
4. Menjalin kerjasama dengan daerah lain.
5. Mengatur dan mengawasi penggunaan teknologi yang berpotensi menimbulkan
bencana.
6. Mencegah dan mengendalikan penggunaan sumber daya alam yang berlebihan.
7. Menunjuk komandan penanganan darurat bencana.
8. Melakukan pengendalian bantuan bencana.
9. Menyusun perencanaan, pedoman dan prosedur penyelenggaraan penanggulangan
bencana.
a) Aspek legislasi, dimana pemerintah daerah diharuskan membuat : Peraturan
Daerah tentang Penanggulangan Bencana; Peraturan Daerah tentang Pembentukan
BPBD; pedoman teknis standar kebutuhan minimum penanganan bencana;
prosedur tetap; prosedur operasi; serta peraturan lainnya.
b) Aspek kelembagaan, dimana pemerintah daerah harus: membentuk BPBD;
menyiapkan personil profesional ahli; menyiapkan prasarana dan sarana peralatan
serta logistik; dan mendirikan pusat pengendali operasi serta pusat data, informasi
dan komunikasi.
c) Aspek perencanaan, dimana pemerintah daerah harus: memasukkan
penanggulangan bencana dalam Rencana Pembangunan (RPJP , RPJM dan RKP
Daerah); membuat perencanaan penanggulangan bencana; membuat rencana

11
penanggulangan bencana; membuat rencana kontijensi; membuat rencana operasi
darurat; membuat rencana pemulihan; serta memadukan rencana penanggulangan
bencana dengan rencana tata ruang wilayah.

d) Aspek pendanaan, dimana pemerintah daerah harus mengalokasikan anggaran


penanggulangan bencana dalam bentuk: dana rutin dan operasional melalui DIPA;
dana kontijensi dan siap pakai untuk tanggap darurat; dana pemulihan rehabilitasi
dan rekonstruksi; serta menggalang dan mengawasi pengumpulan dana yang
berasal dari masyarakat
e) Aspek pengembangan kapasitas, yang meliputi: pengembangan SDM melalui
pendidikan, baik formal, informal, maupun non formal; pelatihan (manajerial dan
teknis) serta latihan (drill, simulasi dan gladi); pengembangan kelembagaan
berupa pusat operasi pusat data dan media center; dan pengembangan
infrastruktur berupa peralatan informatika dan komunikasi.

Kelima aspek peran pemerintah daerah tersebut diketahui sangat penting dan
mutlak diperlukan keberadaanya dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana. Dengan kata lain, kelemahan menyangkut aspek-aspek tersebut akan
mengganggu atau menghambat optimalisasi penanggulangan bencana. Beberapa
penelitian dan kajian tentang penanggulangan bencana telah membuktikan
pentingnya kelima aspek peran pemerintah daerah tersebut.

E. Studi Kasus Peran Pemerintah Dalam Tangani Bencana


Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, maka penyelenggaraan penanggulangan bencana
diharapkan akan semakin baik, karena pemerintahan dan pemerintah daerah
menjadi penanggungjawab dalam penyelenggaraan dalam penanggulangan
bencana. Penanggulangan bencana dilakukan secara terarah mulai prabencana,
saat tanggap darurat dan pascabencana.
Tanggung jawab pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana meliputi penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang
terkena bencana sesuai dengan standar pelayanan minimum, perlindungan
masyarakat dari dampak bencana, pengurangan risiko bencana dan pemaduan
pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan, dan pengalokasian
dana penanggulangan bencana dalam Provinsi dan kabupaten/kota mulai
12
mengembangkan kebijakan, strategi, dan operasi penanggulangan bencana sesuai
dengan arah pengembangan kebijakan di tingkat nasional. Upaya penanggulangan
bencana di daerah perlu dimulai dengan adanya kebijakan daerah yang bertujuan
menanggulangi bencana sesuai dengan peraturan yang ada.
Strategi yang ditetapkan daerah dalam menanggulangi bencana perlu disesuaikan
dengan kondisi daerah. Operasi penanggulangan bencana secara nasional harus
dipastikan berjalan efektif, efisien dan berkelanjutan. Untuk mendukung
pengembangan sistem penanggulangan bencana yang mencakup kebijakan,
strategi dan operasi secara nasional mencakup pemerintah pusat dan daerah maka
perlu dimulai dengan mengetahui sejauh mana penerapan peraturan terkait
dengan penanggulangan bencana di daerah serta perlu mengetahui bagaimana
respon masyarakat terhadap strategi pemerintah dalam menanggulangi bencana
alam.

 Peran Pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana alam


gunung api karangetang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro, Provinsi Sulawesi Utara :

Di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terdapat salah satu


gunung berapi aktif di Indonesia yaitu gunung api karangetang. Dapat
dipantau gunung api karangetang setiap tahunnya akan melakukan
aktivitas mengeluarkan abu vulkanik ataupun lahar. Karena itu perlu
adanya tanggapan serius dari pemerintah dalam bagaimana
penanggulangan bencana alam tersebut agar tidak terjadi banyak kerugian.
Pemerintah daerah mestinya selalu sigap dalam melakukan
penanggulangan bencana , tetapi dari yang penulis lihat untuk kejadian
beberapa tahun yang lalu pemerintah daerah belum mengoptimalkan
petunjuk petunjuk mengenai jalur evakuasi dan daerah yang menjadi
kawasan rawan bencana dan kurangnya sosialisasi secara menyeluruh ke
masyarakat sehingga mengakibatkan resiko tinggi dalam terjadinya
kejadian bencana alam gunung api karangetang, serta pemerintah daerah
terbilang lambat karena melaksanakan penanggulangan bencana ketika
sudah adanya kerugian baik kerusakan infrastruktur bangunan, jalan,
jembatan serta sudah memakan korban jiwa.

13
Hasil penelitian menggunakan teori dari Giri Wiarto 2017 : 18-21,
menjelaskan dalam penanggulangan bencana meliputi tiga fase yaitu
sebelum bencana, saat bencana, dan pasca bencana dengan penjelasan
sebagai berikut :Sebelum bencana : pada saat sebelum terjadi bencana
kegiatan yang harus dilakukan pertama adalah kesiapsiagaan yang
mencakup penyusunan rencana pengembangan sistem peringatan,
pemeliharaan persediaan dan pelatihan personil. Kedua, mitigasi
mencakup semua langkah yang di ambil untuk mengurangi skala bencana
dimasa mendatang.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengumpulan data yang telah di


lakukan pada saat fase sebelum bencana pemerintah daerah telah
melaksanakan program atau kegiatan guna upaya kesiapsiagaan maupun
mitigasi. Program yang telah dilaksanakan adalah pembentukan
desa/kelurahan tangguh bencana, jemaat tangguh bencana, dan sekolah
tangguh bencana dengan tujuan kegiatan tersebut dapat membuat
masyarakat menjadi bisa mandiri dalam penanggulangan bencana agar
resiko dari bencana bisa berkurang.

Karena mengingat dari kejadian yang terjadi beberapa tahun yang lalu ada
satu keluarga yang tidak di temukan sampai sekarang karena warga
masyarakat masih belum paham betul dalam melakukan penanggulangan
bencana mandiri dan belum optimalnya sosialisasi mengenai jalur
evakuasi sehingga membuat masyarakat bukan lari ke tempat aman
melainkan pergi ke pusat dari terjadinya bencana.

Tujuan dari pembentukan desa/kelurahan tangguh bencana adalah untuk


melindungi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bahaya dari
dampak- dampak yang merugikan karena bencana. meningkatkan peran
serta masyarakat khususnya kelompok rentan dalam pengelolaan sumber
daya dalam rangka mengurangi resiko bencana dan meningatkan kapasitas
kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pemeliharaan
kearifan lokal untuk pengurangan resiko bencana Maka dari itu bpk. J.
Palandung selaku wakil bupati mengatakan tetap mengedukasi masyarakat
untuk sigap dalam menghadapi bencana dan rencana strategi dari badan
14
penanggulangan bencana daerah lebih fokus ke pencegahan sehingga
mengutamakan program sosialisasi, pelatihan desa/kelurahan tangguh, dan
forum penggurangan resiko bencana hal tersebut dikatakan oleh Plt
Kepala BPBD, bpk. CH. Bob Wuaten, ST. Untuk menunjang
terlaksananya program dalam fase sebelum terjadi bencana yang di
dalamnya ada kesiapsiagaan dan mitigasi, pemerintah daerah tetap
mendanai penanggulangan bencana hingga ke desa/kelurahan, terlebih
yang ada di seputaran gunung karangetang maupun yang rawan bencana.
hampir di setiap kampung yang rawan bencana sudah ada peta rawan
bencana kampung, dan di kampung sudah ada sirine untuk memberikan
tanda bagi masyarakat apabila ada bencana terjadi, dan alat
telekomunikasi berupa HT yang setiap alat tersebut tersambung langsung
di badan penanggulangan bencana daerah sehingga lebih memudahkan
untuk pemerintah daerah turun melakukan penanggulangan dan tepat
waktu.

Salah satu penunjang yang juga di dukung oleh pemerintah pusat adalah
dengan menghadirkan Pos pemantau gunung api, guna memantau
aktivitas dari gunung api karangetang untuk selanjutnya akan terus di
informasikan ke pemerintah daerah mengenai peningatkan aktivitas dari
gunung api karangetang. Saat bencana : meliputi kegiatan penyelamatan
dan evakuasi korban maupun harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, dan pengurusan pengungsi.

Pada penanggulangan bencana di fase saat terjadi bencana dalam hal


ditetapkan status keadaan darurat pemerintah daerah yang di disposisikan
ke kepala badan penanggulangan bencana daerah berwenang melakukan
dan/atau memnita pergerakan sumber daya dari lembaga terkait dan
masyarakat atau relawan yang dapat membantu dalam penanggulangan
bencana seperti pencarian dan penyelamatan korban; pertolongan darurat
dan evakuasi korban.

Pada saat terjadi bencana pemerintah daerah pun harus menyediakan


bantuan pemenuhan kebutuhan dasar seperti kebutuhan air bersih dan
sanitasi; sandang; pangan; pelayanan kesehatan; pelayanan priskologis
15
dan penampungan atau tempat hunian. Jadi dalam hal ini dari hasil
wawancara yang penulis lakukan Pemerintah daerah tentang
penanggulangan bencana bertanggung jawab ke pemerintahan,
masyarakat dan dunia usaha. Ketika terjadi bencana dan mendapat laporan
yang sudah terverifikasi maka pemerintah akan siap untuk pergi ke lokasi
terjadinya bencana yang kemudian akan mengarahkan masyarakat untuk
membantu bekerja sama dalam melaksanakan penanggulangan bencana.

untuk Kabupaten Sitaro sendiri berdasarkan hasil wawancara dengan


kepala badan penanggulangan bencana daerah, pemerintah akan dengan
cepat melakukan penanggulangan bencana, 1x6jam harus sudah ada di
lokasi kejadian setelah informasi terverivikasi tapi untuk wilayah siau
karena memang jangkauan wilayah masih kecil maka pemerintah
berusaha 1 jam setelah laporan terverivikasi maka petugas yang akan
melaksanakan penanggulangan bencana sudah ada di lokasi terjadinya
bencana.

Akan tetapi dari hasil penelitian yang dilakukan pemerintah daerah yang
pada kejadian bencana Gunung api Karangetang beberapa tahun yang lalu
di kecamatan Siau Barat Utara tepatnya Kampung Kinali Pemerintah
daerah tidak mengantisipasi mengenai petunjuk jalur evakuasi dan
kurangnya sosialisasi ke masyarakat mengenai penanggulangan bencana
mandiri sehingga membuat 1 keluarga menjadi korban dan dinyatakan
hilang tidak di temukan sampai sekarang.

Penanggulangan bencana mandiri benar sangat penting dikarenakan


bencana alam gunung api karangetang ini tidak bisa di perkirakan maka
diperlukan penanganan secara mandiri ketika bencana terjadi secara tiba-
tiba. Pasca bencana : melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi. Yang
dimaksud dengan rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua
aspek. Sedangkan rekonstruksi adalah pembangunan kembali sarana dan
prasarana.

Dalam penyelenggaran rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana


berdasarkan hasil wawancara dengan bpk Ch. Bob Wuaten, ST selaku plt

16
kepala BPBD mengatakan bahwa pada pascabencana bukan hanya
bangunan dan infrastruktur lainnya yang perlu di rehabilitasi atau untuk di
bangun kembali tapi adapun mental psikologi dari masyarakat yang
terkena maupun yang mengalami dampak dari kejadian bencana harus di
pulihkan agar tidak terjadi traumatis.

Penyelenggaran rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana adalah


pemerintah daerah bersama masyarakat, dan dunia usaha bertanggung
jawab dalam penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi. Pendanaan
penanggulangan bencana tahap pascabencana digunakan untuk kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi sarana dan prasarana fisik dan non fisik yang
terkena dampak langsung maupun tidak langsung. Mengarah kepada
pencapaian kemandirian masyarakat, dilaksanakan tepat waktu secara
terencana, terpadu, koordinatif, dan berkesinambungan dengan
perencanaan pembangunan daerah, dan mendahulukan kepentingan
kelompok rentan seperti lansia, perempuan, anak-anak, dan penyandang
cacat serta mengedepankan keadilan dan kesetaraan gender.

Pada fase pascabencana sangat diperlukan dukungan dan partisipasi dari


tiap lembaga atau organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat
guna menunjang kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi.

Dari kasus diatas dapat dilihat bahwa terdapat kendala-kendala yang


dialami oleh pemerintah daerah saat menangulangi bencana yang terjadi :
mengakibatkan Koordinasi antar lembaga terkait mengenai
penanggulangan bencana masih belum cukup baik masih banyak
hambatan yang sering terjadi ketika melakukan koordinasi, sumber daya
manusia pun masih kurang dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan
bencana. dan anggaran guna pemakaian untuk pelaksanaan
penanggulangan bencana masih kecil. Serta jangkauan untuk pergi ke
lokasi kejadian masih sering terhambat di karenakan masih ada beberapa
kampung yang hanya bisa dilalui dengan mengunakan perahu motor dan
untuk perjalanan di darat kondisi jalan yang ada di beberapa kampung pun
masih belum terlalu baik untuk dilalui dikarenakan ruas jalan yang kecil,
banyak kerikil dan lubang. Jadi dari hambatan tersebut masih bisa
17
membuat kinerja dari pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas
penanggulangan bencana daerah bisa terlambat dan menjadi kurang dalam
pelayanan terhadap masyarakat. Kesimpulan : penanggulangan Bencana
di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro mengenai peran
pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana alam gunung api
karangetang maka dapat di simpulkan bahawa ,pemerintah daerah pada
fase sebelum terjadi bencana telah melakukan program – program
mencakup kesiapsiagaan dan mitigasi walaupun program – program
tersebut belum terealisasi di semua kelurahan/desa di Kabupaten Sitaro.
Dan pada saat terjadi bencana pemerintah daerah telah mengupayakan
untuk pengoptimalan dalam pelayanan ke masyarakat terlebih dalam
penanggulangan bencana meski pendanaan masih terbilang kecil dan
koordinasi antara pemerintah daerah dan lembaga terkait masih belum
terkordinir dengan baik sehingga membuat sumber daya kurang dalam
pelaksanaan penanggulangan bencana. Sementara dalam fase
pascabencana pemerintah daerah telah memfasilitasi dalam tahap
rekonstruksi dan rehabilitasi terhadap korban namun ketika masalah
bencana telah selesai pemerintah daerah sudah tidak memperhatikan apa
yang menjadi hak dari masyarakat korban bencana, hal ini penulis dapati
pada saat mewawancarai salah satu masyarakat yang terkena dampak
Bencana alam gunung api karangetang, Sulawesi Utara.

18
BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan

Bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang menyebabkan kerusakan


berupa sarana prasana maupun struktur sosial yang sifatnya mengganggu
kelangsungan hidup masyarakat.

Tahap penanggulangan bencana secara umum yaitu Sebelum bencana (tahap


kesiapsiagaan, tahap Mitgasi), Saat bencana (tahap penyelamatan dan evakuasi
korban maupun harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan dan
pengurusan pengungsi) dan Pasca bencana (recovery) : yaitu tahap rehabilitasi
dan rekonstruksi

Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah memegang peran dalam sistem


penanggulangan bencana. Peran tersebut meliputi 5 (lima) aspek yaitu Aspek
legislasi, aspek kelembagaan, aspek perencanaan, aspek pendanaan dan
pengembangan kapasitas.

Pemerintah menerbitkan UU RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang


penanggulangan bencana. Undang-undang ini diundangkan sebagai salah satu
cara untuk mengatasi kelemahan koordinasi antar sektor dan menyediakan
landasan hukum yang kuat dalam penanganan masalah bencana, yang dalam
aplikasinya diharapkan bisa terwujud penanganan bencana yang sistematis,
terpadu dan terkoordinasi. Dimana salah satunya adalah mengatur tentang
mitigasi bencana yang merupakan langkah awal penanggulangan bencana
untuk mengurangi dampak negatif bencana dengan beberapa upaya seperti:
membuat peta rawan bencana, penghijauan hutan dan penanaman pohon
bakau, pembangunan bangunan tahan gempa dan memberikan penyuluhan
guna meningkatkan kesadaran masyarakat.

19
Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah memilki peranan yang sangat
penting dalam menangani bencana yang terjadi. Kurangnya koordinasi yang
baik antar Lembaga ini serta kurang nya SDM yang memadai menjadi salah
satu faktor penyebab kegagalan dalam penanganan bencana.

II. Saran

Diharapkan agar pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dapat lebih


tanggap dan mampu berkoordinasi dengan baik lagi sehingga bencana yang
terjadi dapat meminimalkan adanya korban bencana di suatu daerah.

Dapat mengoptimalkan kerja sama yang baik antar organisasi kemasyaraktan,


lembaga terkait dan masyarakat guna meningkatan koordinasi untuk
melakukan penanggulangan bencana. Perencanaan yang baik dan matang
misalnya dalam pemberian bantuan bagi korban bencana harusnya disesuaikan
dengan kemampuan keuangan yang ada

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24. Tahun 2007 Tentang


Penanggulangan Bencana.

BPKP. 2008. Standard Operating Procedures Penanggulangan Bencana.

BNPB.2020.Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2020-2024.Jakarta

Jessica Intansari,dkk.2019. Peran Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Bencana


Alam Gunung Api Karangetang Di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Jurnal
Jurusan Ilmu Pemerintahan Volume 3 No. 3 Tahun 2019.Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Sam Ratulangi

Sri Heryati.2020. Peran Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Bencana. Jurnal


Pemerintahan Dan Keamanan Publik (Jp Dan Kp) Vol. 2, No. 2, Agustus 2020, 139-146
.ISSN 2686-1836 (Print), Issn 2716-0742 (Online). Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

Vidia Reski.2015. Peran Pemerintah Dalam Menanggulangi Resiko Bencana Banjir Di


Kabupaten Kolaka Utara. Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Wiarto. G. 2017. Tanggap Darurat Bencana Alam. Yogyakarta : Gosyen Publishing

21

Anda mungkin juga menyukai