PENDAHULUAN
yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.
yang rawan terhadap bencana alam baik yang berupa tanah longsor, gempa
bencana alam, akibat dari hasil pembangunan dan adanya sosiokultural yang
multidimensi. Indonesia juga rawan terhadap bencana non alam maupun sosial
industri dan kejadian luar biasa akibat wabah penyakit menular (BNPB, 2011).
yang bervariasi. Pada umumnya bencana alam meliputi gempa bumi, tsunami,
letusan gunung api, banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan, wabah
Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konflik antar manusia akibat
perebutan sumber daya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik.
(Perka 4, 2008).
Selama tahun 2019 dari bulan Januari sampai Juni terdapat 1.830 kejadian
terlihat bahwa jumlah bencana pada 2019 mencapai 1.830 peristiwa. 506
bencana banjir, 522 longsor, banjir dan tanah longsor 5 kejadian, 696 puting
mengungsi dan menderita, 22.599 unit rumah rusak dimana 3.448 rusak berat,
3.322 rusak sedang, 15.829 rusak ringan, rumah terendam sebanyak 141.925
Di wilayah Sumatera Barat, kejadian bencana alam yang sering terjadi pada
tahun 2017 yaitu banjir dan longsor. Kejadian ini diakibatkan karena adanya
cuaca ekstrim yang menyebabkan empat wilayah Kabupaten dan satu kota
sepanjang pulau Sumatera, dan dikelilingi oleh dua gunung berapi yaitu
ketinggian 909–941 meter di atas permukaan laut, dan memiliki hawa cukup
sejuk dengan suhu berkisar antara 16.1–24.9 °C. Sementara itu, dari total luas
wilayah Kota Bukittinggi saat ini (25,24 km²), 82,8% telah diperuntukkan
sebagainya. Selain itu, terdapat lembah yang dikenal dengan Ngarai Sianok
Bencana alam adalah kejadian sangat ditakuti di muka bumi karena bencana
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana, banyak korban jiwa dan rusaknya
sumber daya alam. Untuk meminimalisir dampak bencana tersebut kita perlu
tujuan bersama dan nilai bersama untuk mendorong pihak-pihak yang terlibat
utuk menyusun rencana dan menghadapi baik bencana potensial maupun
aktual.
kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi pelayanan keperawatan juga sangat
sangat dibutuhkan oleh perawat pada saat keadaan darurat. Hal ini diharapkan
menjadi bekal bagi perawat untuk bisa terjun memberikan pertolongan dalam
situasi bencana.
darurat bencana dalam fase prehospital dan hospital, hinggga tahap recovery.
2006 yang mana mendapatkan hasil bahwa diperlukan kesiapan dari tenaga
bencana dan dampaknya yang mungkin akan lebih besar pada masa
alam yang berpotensi didaerah yang rawan terjadi bencana. Dari Penelitian
pada siswa kelas xi Smk negeri 6 manado dengan mendapatkan hasil adanya
bencana tanah longsor pada siswa kelas XI SMK Negeri 6 Manado. Dan
dalam semua proses pada bencana, baik itu pada fase pra bencana, saat
dilakukan oleh penulis bersama pegawai kelurahan dan kader setempat tanggal
derajat 5 pada gempa bumi, derajat 4 pada longsor dan derajat 3 pada banjir.
memiliki tingkat luas bahaya sedang yaitu 9.54 dan luas bahaya tinggi pada
tanah longsor yaitu 19.17 dari total luas 28.71 dengan potensi penduduk
terpapar yaitu dengan luas bahaya sedang yaitu 604 jiwa dan luas bahaya
tinggi 121 jiwa. Potensi kerugian fisik pada luas bahaya sedang yaitu 1.208,24
dan luas bahaya tinggi yaitu 2.862,47 dari total kerugian fisik 4.070,71 dan ini
mengenai bencana, salah satunya mengenai bencana tanah longsor dan tidak
menghadapi bencana.
longsor seperti dipinggir tebing ngarai sianok. Dan ketika terjadi Tanah
Longsor pada tahun 2018 masyarakat mengatakan bahwa mereka cemas, takut
apabila terjadi pada daerah tempat mereka tinggal mengingat mereka tinggal
di tepi jurang ngarai sianok, sebagian dari mereka belum mengetahui apa saja
yang harus dilakukan jika terjadi bencana dan cara untuk meminimalisir agar
Maka dari itu penulis tertarik melakukan asuhan keperawatan bencana dengan
Bukittinggi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
asuhan keperawatan yang akan dituangkan dalam bentuk Karya Ilmiah Akhir Ners
1 Mampu menerapkan konsep dan teori bencana tanah longsor dan asuhan
Kota Bukittinggi.
Bukittinggi
based pada daerah rawan bencana tanah longsor di Kelurahan Kayu Kubu
Bukittinggi
Bukittinggi
1.4 MANFAAT
bencana
1.4.4. Bagi Penulis
TINJAUAN PUSTAKA
dan faktor non alam maupun faktor manusia yang mana hal tersebut dapat
adalah kejadian yang membutuhkan usaha ekstra keras, lebih dari respon
harta benda dan jiwa manusia, merusak struktur sosial masyarakat, serta
Bencana dapat terjadi secara alamiah maupun dibuat oleh manusia. Berapa
gempa bumi, banjir bandang, angin topan, tsunami, angin puting beliung,
Biasanya bencana alam disertai oleh adanya benda-benda yang secara kimia,
benda yang dimiliki manusia. Lahar dan awan panas dari letusan gunung
berapi, banjir, angin yang menyertai topan, gas-gas berbahaya yang muncul
dari tanah akibat gempa, asap beracun akibat kebakaran dan lain-lain adalah
Skema 2.1
krisis
(Rudi, 2016)
a. Non-Bencana
pada lokasi rawan bencana seperti daerah pantai atau pegunungan, daerah
b. Bencana
terjadinya bencana tetapi belum benar-benar terjadi) dan bencana (24 jam
ada tanda-tanda awal terjadinya bencana (seperti air yang meninggi, uap
panas dan butiran batu dari kawah gunung berapi), hingga 24 jam setelah
bencana.
Untuk itu yang dilakukan adalah mengingatkan masyarakat (peringatan,
siaga I-III), mobilisasi, dan evakuasi jika perlu. Setelah terjadinya bencana
individu atau masyarakat pada area yang terkena akan mengalami trauma
dan berada pada situasi krisis akibat perubahan yang terjadi secara tiba-
c. Pasca bencana
terjadinya krisis.
Bencana meninggalkan dampak psikologis yang bervariasi pada individu
individu yang menjadi korban. Ada 3 tahapan reaksi emosi yang dapat
d Lelah, bingung
f Merasa bersalah
Reaksi ini masih termasuk reaksi normal terhadap situasi yang abnormal
d Bersedih
e Reaksi positif yang masih dimiliki: berharap atau berfikir tentang masa
psikososial minimal
3 Lebih dari minggu ketiga setelah bencana. Reaksi yang diperlihatkan dapat
a. Kelelahan
b. Merasa panik
bencana, saat tahap tanggap darurat, dan pasca bencana yang masing-
undang ini memuat sanksi pidana dan perdata agar ditaati dan
menimbulkan efek jera bagi para pihak yang berbuat lalai atau sengaja
maka dua hal mendasar yang perlu menjadi fokus utama adalah mengenali
dan perilaku.
bayi, balita, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, penyandang cacat, dan
a. Kerentanan Fisik
c. Kerentanan Sosial
d. Kerentanan Lingkungan
Dilihat dari faktor resiko yang terjadi, maka penanggulangan bencana dari
bidang kesehatan bisa dibagi menjadi 2 aspek yaitu aspek medis dan aspek
program terkait.
Berikut ini beberapa ruang lingkup dalam pengendalian penyakit dan
a. Sanitasi Darurat
b. Pengendalian Vektor
pada kategori tidak ramah. Timbunan sampah dan genangan air yang
c. Pengendalian penyakit
d. Imunisasi Terbatas
orang tua, ibu hamil, bayi dan balita. Imunisasi campak perlu diberikan
pada bayi dan balita bila dalam catatan program daerah tersebut belum
makanan dan gizi, kesehatan jiwa, persediaan air dan sanitasi, kerusakan
Prinsip cepat dan tepat merupakan hal yang harus dilaksanakan dalam
b. Prioritas
koordinasi yang baik dan saling mendukung antar pihak yang ikut
terlibat.
berdaya guna.
besar maka dari itu harus dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan.
dipertanggungjawabkan.
f. Kemitraan
karena jika ada pihak yang tidak mendukung kegiatan maka akan
penanganan bencana.
g. Pemberdayaan
ketidakpercayaan masyarakat.
i. Nonproletisi
Ada beberapa hal yang sering dilanggar oleh suatu lembaga dalam
Ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh perawat dalam situsi
tanggap bencana:
b. Pemberian Bantuan
sebagainya.
Perawat bisa langsung memberikan bantuan dilokasi bencana dengan
cara mendirikan posko khusus perawat. Dalam kegiatan ini ada hal yang
dengan yang dibutuhkan oleh korban bencana, sehingga tidak ada lagi
anak mengingat sifat lahiriyah mereka adalah bermain maka bisa dengan
d. Pemberdayaan Masyarakat
skill keperawatan yang baik karena dengan skill itulah akan mampu
Manajemen yang baik adalah hal yang paling utama yang perlu
dibentuk agar segala tindakan yang dilakukan dapat efektif dan tidak
sia-sia.
(Rudi, 2016)
A. Pra Bencana
Pada fase pra bencana setiap lembaga atau jajaran pers dapat memainkan
perlu dengan cepat dan tepat untuk meminimalisasi korban serta kerusakan
bencana.
4 Pelestarian lingkungan.
1). Kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan pada fase pra bencana dapat
berupa:
dan komunikasi.
untuk penyelamatan.
Mensosialisasikan tentang kesiapan masing-masing keluarga: Yang perlu
masyarakat.
sirene)
Sepakati
Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang
jangkauan sangat jelas dan memiliki cakupan yang luas dan dalam.
dari bencana, kita tahu bahwa ada beberapa bencana tidak dapat
Kegiatan – kegiatan pra bencana ini dilakukan secara lintas sektor dan
koordinasi.
cepat dan tepat pada saat terjadinya bencana yang bertujuan untuk mencegah
dan menangani dampak buruk yang mungkin ditimbulkan. Tahap ini meliputi
kegiatan:
Perlindungan
Pengurusan pengungsi
pemulihan setelah terjadinya bencana. Pada kondisi ini dapat dilihat langkah
apa yang dilakukan oleh berbagai pihak terkait dalam hal upaya untuk
semula sebelum terjadinya bencana. Beberapa hal yang dapat dipelajari dalam
kondisi pasca bencana ini adalah kecepatan dan ketepatan terutama dalam
hal:
2. Livelyhood recovery
3. Pembangunan infrastruktur
4. Konseling trauma
6. Organisasi kelembagaan
bencana.
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan
operasional.
alat-alat, dan juga keperluan yang akan dibawa dan digunakan sesuai
ditempuh.
tahapan ini karena merupakan hal yang pokok dalam kegiatan siaga
c Evaluasi kegiatan
psikologi korban
3 kriteria utama:
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja
tanah secara tiba-tiba dalam jumlah besar yang umumnya terjadi di daerah
Tanah longsor adalah salah satu jenis gerakan masa tanah, batu-batuan,
Tanah longsor adalah suatu gerakan masa tanah atau batuan atau gabungan
tanah, batuan, atau material yang bergerak ke bawah atau menuruni lereng.
mulai berjatuhan.
1 Hujan
kembali.
tanah menjadi jenuh dalam waktu yang singkat. Hujan lebat pada awal
2 Lereng Terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya turunnya tanah.
Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan mata air, air sungai, air
datar.
3 Tanah yang Kurang Padat dan Tebal
Tanah liat atau tanah lempung memiliki potensi tinggi terjadi tanah
longsor karena tanah ini memiliki struktur yang kurang padat sehingga
apabila terkena air akan membuat tanah menjadi lunak dan mudah
terjadi pergerakan
Batuan yang berasal dari endapan gunung api dan sedimen yang
bercampur kerikil dan pasir memiliki struktur yang kurang kuat. Batuan
itu akan mudah menjadi tanah ketika mengalami proses pelapukan dan
sangat rentan terjadinya tanah longsor bila batuan tersebut berada pada
tanah menjadi lunak akibat adanya genangan air sehingga akan mudah
terajdinya longsor
6 Getaran
Getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin dan
Menurut (Cruden dan Varnes 1992, dalam Hary, 2006:15) tanah longsor
satu dengan yang lain, hal ini karena bencana gerakan tanah disebabkan
1. Jatuhan (falls)
Jatuhan (falls) adalah gerakan jatuh material pembentuk lereng baik tanah
maupun batuan. Jatuhan terjadi tanpa disertai bidang longsor dan banyak
terjadi pada lereng terjal atau tegak yang terdiri dari batuan yang
terjadi bila material mudah tererosi terletak di atas tanah yang lebih tahan
erosi, contohnya jika lapisan pasir bersih berada di atas lapisan lempung
lempung ini terjadi bila air hujan mengisi retakan di puncak dari lereng
terjal. Jatuhan yang disebabkan oleh retakan yang dalam umumnya runtuh
depan.
Jatuhan batuan dapat terjadi pada semua jenis batuan dan umumnya terjdi
2. Robohan (topples)
pada lereng batuan yang sangat terjal sampai tegak yang mempunyai
3. Longsoran (slides)
bidang longsor. Massa tanah yang bergerak bisa menyatu atau terpecah-
pecah.
regangan untuk mencapai kuat geser puncaknya dan pada tebal zona
melengkung ke atas, dan sering terjadi pada massa tanah yang bergerak
(translational slides).
bila bidang lemah tersebut sejajar dengan lereng yang ada. Longsoran
disebabkan oleh tekanan air pori yang tinggi dalam pasir atau lanau
tersebut.
b. Sebaran (spreads)
terkuat.
c. Aliran (flows)
mengalir seperti cairan kental. Aliran sering terjadi dalam bidang geser
relatif sempit. Material yang terbawa oleh aliran dapat terdiri dari
jiwa yang ditimbulkan juga akan sangat tinggi, karena bencana tanah
longsor itu sendiri terjadi secara tiba-tiba tanpa disadari dan diawali
1 Pencegahan Primer
daerah bencana
lereng gundul
Tanah longsor: tempat yang datar dan jauh dari lokasi bencana
Gunung meletus; tempat tinggi terlindung dari debu dan gas beracun
2 Pencegahan Sekunder
sebagainya
3 Pencegahan Sekunder
dibutuhkan
bencana
sebelumnya.
a) Sejarah
Terjadinya wilayah, perkembangan wilayah, sudah berapa lama
siapakah orang yang paling lama tinggal di daerah ini, bagaimana sejarah
b) Demografi
yang terbanyak dilihat (anak muda, lansia) apakah diwilayah tersebut ada
usia yang rentan bencana, orang yang tinggal sendirian, apakah populasi
kekerasan).
c) Etnis
peninggalan sejarah.
a) Lingkungan
keindahan alam, iklim, apakah ada peta wilayah dan berapa luas daerah
tersebut serta apakah ada resiko bencana di wilayah tersebut dari faktor
Jenis pelayanan kesehatan yang ada (rumah sakit, klinik, praktek bersama,
kesehatan dan social dan kepuasan dari pelayanan kesehatan dan sosial,
c) Ekonomi.
datang, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang beresiko, jumlah dan rata-
rata injury dan kesakitan akibat kerja, apakah terdapat industri, pertokoan,
d) Keamanan.
Jenis layanan perlindungan apa yang tersedia, jenis tindakan kriminal apa
yang dipantau?, jenis tindakan kriminal apa yang biasa terjadi, apakah
f) Komunikasi.
kepada masyarakat
g) Pendidikan.
bencana
h) Rekreasi.
Apakah ada sarana rekreasi yang beresiko untuk bencana pada masyarakat
rekreasi tersebut.
masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin
c. Symptom: tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.
Diagnosa keperawatan pada umumnya format standar :
a Batasan Karakteristik
atau masyarakat pada kondisi yang tidak sehat (mis, lingkungan, psikologis,
genetik).
bencana:
Pra bencana:
Saat Bencana
1). Sindrom pasca trauma berhubungan dengan ancaman serius pada diri
orang terdekat
a. Prevensi:
2) Sekunder: dilakukan pada saat bencana terjadi, dalam hal tanggap darurat,
ataupun lingkungan.
b. Strategi Intervensi
1) Proses Kelompok
c. Pendidikan Kesehatan
2004).
1) Pembinaan keluarga/Kelompok
Masyarakat, swasta)
e. Intervensi Profesional
2) Terapi komplementer
Kegiatan yang dapat dilakukan pada kasus bencana yaitu: Promosi kesehatan,
Sekunder Sekunder
2804: Kesiapan Domain VII : Komunitas
komunitas terhadap
bencana Kelas d: manajemen resiko
komunitas
280401 identifikasi tipe
bencana potensial 8840: Persiapan bencana di
Masyarakat
280436 rencana tertulis
untuk evakuasi Identifikasi tipe bencana
potensial yang ada didaerah
280437 rencana tertulis tersebut
untuk triase
Bekerjasama dengan instansi-
280411 keterlibatan instansi lain dalam rencanaan
lembaga penting dalam terkait dengan bencana
perencanaan
Kembangkan rencana sesuai
280427 pendidikan dengan tipe bencana tertentu
public tentang
peringatan bencana dan Kembangkan suatu jaringan
respon pemberitahuan adanya bencana
untuk dapat meningkatkan
personil
Identifikasi tempat-tempat
pertemuan alternative
Didik anggota-anggota
masyarakat mengenai
keselamatan, swadaya dan
langkah-langkah pertolongan
pertama
6484: Manajemen
lingkungan:Komunitas
Berkolaborasi dalam
mengembangkan program aksi
dikomunitas
menghadapi bencana dan mengurangi resiko dan kemungkinan hal yang tidak
diinginkan.
Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa dan anggota
1) Inovative
(Mubarak, 2009)
2) Integrated
3) Rasional
(Mubarak, 2009).
5) Ugem
6). Evaluasi
kuesioner, wawancara dan test. Hal tersebut dapat dilakukan sebelum dan
sesudah program/implemantasi.
Terdapat tiga tipe evaluasi yang menjelaskan apa yang perlu dievaluasi
layanan.
2) Evaluasi proses: tindakan keperawatan dalam setiap komponen proses
efisiensi.
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Gambar 3.1
1). Sejarah
sepanjang pulau Sumatera, dan dikelilingi oleh dua gunung berapi yaitu
kali terjadi bencana tanah longsor pada tahun 2018 tepat di jalan menuju
Kelurahan kayu kubu memiliki luas 116 Ha/m (0.910 Km2), jumlah rumah
sebanyak 2010 orang dan perempuan sebanyak 2098 orang. dan rata-rata
kepadatan penduduk per km2 yaitu 4514. Kayu kubu memiliki jumlah
Usia 0-4 tahun laki-laki sebanyak 197 orang, perempuan sebanyak 166
orang. Usia 5-9 tahun laki-laki sebanyak 222 orang, perempuan sebanyak
201 orang. Usia 10-14 tahun laki-laki sebanyak 174 orang, perempuan
sebanyak 176 orang. Usia 15-19 tahun laki-laki sebanyak 185 orang,
perempuan 232 orang. Usia 20-24 tahun laki-laki sebanyak 164 orang,
perempuan sebanyak 203 orang. Usia 25-29 tahun laki-laki sebanyak 176
sebanyak 138 orang, perempuan sebanyak 157 orang. Usia 35-39 tahun
laki-laki sebanyak 160 orang, perempuan sebanyak 184 orang. Usia 40-44
tahun laki-laki sebanyak 170 orang, perempuan sebanyak 162 orang. Usia
45-49 tahun laki-laki sebanyak 112 orang, perempuan sebanyak 119 orang.
Usia 50-54 tahun laki-laki sebanyak 101 orang, perempuan sebanyak 120
103 orang. Usia 60+ laki-laki sebanyak 122 orang dan perempuan
sebanyak 114 orang. Usia yang rentan dalam bencana adalah Bayi atau
Dari hasil pengkajian didapatkan etnis yang ada di wilayah sungai sariak
yaitu terdiri dari suku melayu, suku koto dan suku chaniago, sikumbang.
tanda-tanda yang muncul seperti keretakan pada tanah pada daerah yang
terjal atau pada lereng dan pada dinding rumah yang retak mereka percaya
4). Keyakinan
manusia.
1)Lingkungan
Kota ini berada pada ketinggian 909–941 meter di atas permukaan laut,
dan memiliki hawa cukup sejuk dengan suhu berkisar antara 16.1–24.9 °C.
Sementara itu, dari total luas wilayah Kota Bukittinggi saat ini (25,24
Kota bukittinggi ini memiliki tiga kecamatan yaitu kecamatan air birugo
Pasar Atas dan sebelah barat berbatas dengan Kelurahan Lambah/ Koto
pemukiman, persawahan dan juga dekat dengan tempat wisata yang ada di
Bukittinggi.
waspada mengingat pembatas itu sangat dekat sekali dengan lereng dan
juga masih banyak rumah warga yang berada dekat dengan lereng tersebut.
khususnya tentang bencana tanah longsor dan tidak ada program khusus
Tabel 3.1
Luas permukiman 59,24 ha/m2
2) Pelayanan kesehatan
3) Pendidikan
DiKelurahan Kayu Kubu Terdapat Yayasan PSM, VSM, SMP PSM, SMA
Bancah dan SMP Negeri 4 Bukittinggi. Pada tahun 2018 sudah ada
sosialisasi dan simulasi tentang bencana gempa bumi pada sekolah dasar
angkot, ojek, dan sepeda motor bahkan masyarakat ada yang mempunyai
mobil pribadi. Dan untuk keamanan dan keselamatan di Kayu Kubu sudah
cukup baik mengingat riwayat kejadian criminal sangat minim, maka dari
itu dengan keamanan yang memadai maka warga Kayu Kubud mempunyai
Kayu kubu sudah memiliki kampung siaga bencana yang mana ada
sebagian warga yang bertugas menjaga keamanan pada saat bencana dan
Daerah Bukittinggi.
bagus, hal ini ditandai dengan mudahnya akses berobat ke puskesmas dan
bencana.
7) Komunikasi
8) Rekreasi
Jepang yang berada tepat disamping tebing ngarai sianok yang berpotensi
Eka Dharma” Pada tahun 2018 terjadi tanah longsor dijalan menuju ngarai
sianok.
3.1.3. Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat
1) Aspek Pengetahuan
Tabel 3.3
Distribusi Frekuensi Pengetahuan masyarakat tentang Bencana di
Pengetahuan Total
No Baik Kurang
F %
F % F %
tentang bencana.
2) Aspek Sikap
Tabel 3.4
1 Siap 3 25%
Jumlah 12 100%
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi kesiapan masyarakat
kurang siap, 3 (25%) Sudah Siap, dan 3 (25%) tidak siap dalam
menghadapi bencana.
3) Aspek Keterampilan
Tabel 3.5
1 Baik 4 33.3%
2 Kurang 8 66.7%
Jumlah 12 100%
Kerentanan
Kerentanan
Kekeringan - - - Rendah
Kerentanan
Kebakaran Hutan
6,228.18 - 6,228.18 Tinggi 6,228.18 Tinggi
Dan Lahan
Kerentanan
Kapasitas
Kelas
Jenis Bahaya Kelas Ketahanan Kelas
Kelas Resiko
Daerah Kesiapsiagaan
NO DATA MASALAH
2 Data Wawancara
Data Observasi
perbuatan manusia).
3.4 Nursing Care Planning
Sekunder Sekunder
Identifikasi tempat-tempat
pertemuan alternative
Didik anggota-anggota
masyarakat mengenai
keselamatan, swadaya dan
langkah-langkah pertolongan
pertama
6484: Manajemen
lingkungan:Komunitas
Berkolaborasi dalam
mengembangkan program aksi
dikomunitas
Tersier
Tersier
Domain VII : Komunitas
2806; Respon komunitas
terhadap bencana Kelas C: Peningkatan kesehatan
komunitas
280613 pengoperasian
sistem komunikasi 8700: Pengembangan Program
280617 Pemberian Bentuk satuan petugas / satgas,
informasi pada public termasuk anggota masyarakat
terkait adanya bencana yang tepat, untuk memeriksa
kebutuhan prioritas atau masalah
280611 Triase untuk
individu yang cedera Identifikasi alternatif pendekatan
untuk mengatasi kebutuhan atau
280612 evakuasi
individu yang cedera masalah
PEMBAHASAN
tanah longsor pada tanggal 10 Mei 2019 pada masayarakat khususnya pada
Bukittinggi.
Pembahasan ini akan dibuat berdasarkan teori dan asuhan yang nyata, dalam
evaluasi.
4.1 Pengkajian
dengan masalah pada masyarakat dan sumber daya yang dimiliki komunitas
pengkajian pada tanggal 08-09 Mei 2019 di Kelurahan Kayu Kubu dan
didaerah tersebut karena pihak wilayah atau yang bertanggung jawab tidak
sebagian besar penulis sudah mendapatkan semua data yang diperlukan dalam
muncul pada daerah rawan bencana dapat dibagi menjadi tiga yaitu pada
resiko trauma, pada pasca bencana yaitu sindrom pasca trauma dan resiko
sindrom pasca trauma. Tetapi dari hasil pengkajian dan observasi yang telah
yang masih kurang baik, yang berhubungan dengan kurang informasi , kurang
4.3 Intervensi
langsung dan tidak langsung; yang ditujukan pada individu, keluarga atau
masyarakat; serta orang-orang yang dirujuk oleh perawat, dirujuk oleh dokter
oleh NANDA NIC NOC, dalam hal ini setiap rencana keperawatan
dikembangkan berdasarkan teori yang dapat diterima secara logis dan sesuai
intervensi yang dapat dilakukan ada dalam tiga tahap yaitu pra bencana,
terjadinya bencana, penulis hanya dapat melakukan intervensi pada tahap pra
beresiko tinggi dan rentang usia yang akan mendapat manfaat besar dari
Tentukan hambatan terhadap sistem dukungan yang tidak terpakai dan kurang
sikap peduli dan mendukung, dan Identifikasi sumber daya yang tersedia
intervensi keperawatan teoritis dan intervensi pada kasus. Dalam hal ini
berarti sama antara antara teori dan kasus, namun pada intervensi kasus
tanah longsor.
Longsor atau longsoran merupakan salah satu jenis gerakan masa tanah batu-
merupakan gerakan massa tanah atau batuan atau pula kombinasi keduanya
PB, 2007).
4.4 Implementasi
Secara garis besar, tindakan yang dilakukan hanya pada intervensi primer
tindakan pada fase pra bencana dan intervensi yang diberikan pada
dan rentang usia yang akan mendapat manfaat besar dari pendidikan
sumber daya yang tersedia terkait dengan dukungan pemberi perawatan yakni
bencana tanah longsor pada siswa kelas xi Smk negeri 6 manado dengan
43,5%, Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Hal ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khaira dan Chotimah bahwa
4.5 Evaluasi
masyarakat, maka hasilnya sudah dapat dilihat bahwa 70% masyarakat sudah
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penulisan karya ilmiah Akhir Ners setelah praktek
a. Penulis mampu menerapkan konsep dan teori bencana tanah longsor dan
bahaya pada kelas tinggi untuk bencana tanah longsor, kurangnya penanda
pada daerah yang berpotensi terjadi tanah longsor, dan masih banyak
rumah warga yang berada pada daerah yang berpotensi tanah longsor serta
menghadapi bencana.
Bukittinggi
d. Dari diagnosa yang didapat maka penulis merumuskan intervensi
intervensi pada tahap pra bencana yang secara besar intervensinya adalah
manfaat kesehatan positif yang langsung atau manfaat jangka pendek yang
longsor.
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait dengan karya
Setelah terlaksananya karya ilmiah akhir Ners ini diharapkan penulis dapat
Akiko Saka, 2007. Long-term nursing needs during the disaster that is different
dalam menghadapi bencana banjir dan longsor pada remaja usia 15-18
Kumiko Ii, 2007. Discovery and Assessment of the Nursing Needs (Community
Society, hlm.28
Tatsue Yamasaki, 2007. The nursing to people who need much support at
Kebencanaan.
Yuko Ushio, 2007. Care for victims of the disaster in revival period.Hiroko