Anda di halaman 1dari 13

KEBENCANAAN DI INDONESIA

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebencanaan dan Penanggulangan
Bencana yang dibina oleh Bapak Drs. I Wayan Sumberartha, M. Si dan

Bapak Agung Mulyo Setiawan, S. Pd., M. Si

Oleh Kelompok 7 :

1. Elok Lailatus.S 170351616517


2. Narinda Wahyu.M 170351616570
3. Novi Wulandari 170351616585

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

AGUSTUS 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana alam merupakan ciri khas yang dimiliki oleh sebagian besar
wilayah di Indonesia. Bencana alam dapat terjadi akibat ketidakstabilan iklim,
geologi, geomorfologi, tanah, dan hidrologi yang kemudian menjadikan
Indonesia sebagai negara rawan bencana, sedangkan kondisi sosial, ekonomi,
budaya, serta kondisi fisik Indonesia berpengaruh terhadap tingkat risiko
bencana non alam.
Upaya dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah kesiapsiagaan yang
merupakan kegiatan untuk menunjukkan respons terhadap bencana. Faktor
yang berperan dalam kesiapsiagaan bencana termasuk diantaranya adalah
masyarakat dan pihak pemegang kebijakan. Masyarakat memiliki
pengetahuan, sikap, dan perilaku untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan.
Kesiapsiagaan adalah bagian yang penting dari suatu pembangunan
berkelanjutan.
Partisipasi masyarakat dalam upaya pengurangan dampak bencana alam
dapat diwujudkan dengan pendidikan kebencanaan yang digalakkan oleh
pemerintah. Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana dapat siap
siaga dalam menghadapi bencana melalui pendidikan kebencanaan.
Penerapan pemahaman konsep-konsep kebencanaan dapat berupa upaya
pengambilan sikap saat, sebelum, dan atau setelah terjadi bencana. Pendidikan
kebencanaan dilakukan melalui kegiatan pendidikan formal maupun informal.
Sekolah sebagai institusi pendidikan formal memfasilitasi masyarakat dalam
mengurangi risiko bencana melalui pembelajaran yang dimasukkan dalam
kurikulum pendidikan. Pendidikan kebencanaan di sekolah bisa dilaksanakan
dengan memadukan pembelajaran kebencanaan saat kegiatan intra kurikuler
maupun ekstra kurikuler

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan macam-macam bencana?
2. Bagaimana permasalahan kebencanaan di Indonesia?
3. Bagaimana potensi kebencanaan di Indonesia?
4. Bagaimana penanggulangan bencana di Indonesia?
5. Bagaimana tindakan kesehatan pada pra-saat-pasca bencana di
Indonesia?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dan macam-macam bencana
2. Memahami permasalahan kebencanaan di Indonesia.
3. Memahami potensi kebencanaan di Indonesia.
4. Memahami cara penanggulangan bencana di Indonesia.
5. Memahami tindakan kesehatan yang dilakukan pada pra-saat-pasca
bencana di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebencanaan dan Macam-Macam Bencana


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana memiliki arti yang
menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan.
Sedangkan bencana alam ialah bencana yang disebabkan oleh alam
(Purwadarminta, 2006).
Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, bencana alam ialah
suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan dapat
mengganggu kehidupan serta penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam ataupun faktor non alam dapat pula disebabkan oleh
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana
merupakan pertemuan dari tiga unsur, diantaranya adalah ancaman,
kerentanan, dan kemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian. Undang-
undang pula mengklasifikasikan bencana menjadi tiga kelas, diantaranya:
a. Bencana alam

Bencana alam ialah bencana yang disebabkan oleh suatu peristiwa


atau serangkaian peristiwa yang disebabkan alam, antara lain : gempab
bumi, kekeringan, tsunami, angin topan, gunung meletus, tanah longsor,
dan banjir.

b. Bencana non alam

Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh karena


suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa akibat non alam, antara lain :
gagal teknologi, epidemi, gagal modernisasi, dan wabah penyakit.

c. Bencana sosial

Bencana sosial adalah bencana yang disebabkan oleh karena suatu


peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan manusia, dapat
meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas, dan teror.

Pada Penyusunan Program Penanganan Bencana Alam Bidang


Penataan Ruang pengelompokkan bencana dapat berdasarkan
penyebabnya dan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu bencana alam, bencana
akibat ulah manusia, dan bencana kombinasi.
1. Bencana Alam (natural disaster)
Bencana alam merupakan fenomena alam yang disebabkan
oleh aktivitas geologi, biologis, seismis, hidrologis atau oleh karena
suatu proses dalam lingkungan alam yang dapat mengancam
kehidupan, struktur dan perekonomian masyarakat serta
menimbulkan kerugian. Bencana yang dikategorikan bencana alam
antara lain : tsunami , hama dan penyakit tanaman, banjir, gempa
bumi , erosi, letusan gunung berapi, angin taufan, tanah longsor,
badai tropis, kekeringan, dan kebakaran hutan.
2. Bencana Akibat Ulah Manusia (man-madedisaster)
Bencana karena ulah manusia ialah fenomena yang terjadi
akibat adanya proses teknologi, interaksi manusia terhadap
lingkungannya serta interaksi antara manusia itu sendiri yang
memiliki dampak negatif terhadap kehidupan dan penghidupan
masyarakat. Bencana karena ulah manusia tersebut diantaranya :
perang, peristiwa kerusuhan/konflik penduduk, kebakaran, ledakan
industri/instalasi listrik, pencemaran lingkungan, dan kecelakaan.
3. Bencana Kombinasi
Bencana ini diakibatkan ulah manusia ataupun alam. Bencana
ini dapat disebabkan oleh keadaan geologi, biologis, seismis,
hidrologis atau disebabkan karena suatu proses yang terjadi dalam
lingkungan alam dan teknologi, interaksi manusia terhadap
lingkungannya serta interaksi antara manusia itu sendiri. Contoh dari
bencana yang mungkin timbul dari kombinasi ini ialah banjir,
kebakaran hutan, longsor, erosi, dan abrasi (Muta’ali, 2014).
B. Permasalahan Kebencanaan di Indonesia

Menurut Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI)-BNPB, dapat


dilihat bahwa dari lebih dari 1.800 kejadian bencana dalam periode tahun
2005 hingga 2015 lebih dari 78% (11.648) kejadian bencana merupakan
bencana hidrometeorologi dan sekitar 22% (3.810) diantaranya merupakan
bencana geologi. Kejadian bencana kelompok hidrome-teorologi dapat
berupa kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan
hutan, kekeringan, dan cuaca esktrim. Sedangkan untuk kelompok bencana
geologi yang sering terjadi dan memiliki dampak besar adalah gempa bumi,
tsunami, letusan gunung api, dan tanah longsor.
Jumlah kejadian bencana secara total untuk kedua jenis kelompok
cenderung terus meningkat. Perubahan iklim justru turut memberikan
kontribusi dalam peningkatan kejadian bencana hidrometeorologi. Dengan
frekuensi kejadian yang tinggi, kelompok bencana ini juga memberikan
dampak besar terutama pada bidang ekonomi maupun lingkungan, baik
dampak langsung kejadian bencana maupun dampak yang tidak langsung.
Aktivitas manusia pun turut memperburuk kondisi lingkungan, seperti
perambahan hutan untuk perkebunan dan permukiman atau aktivitas
pembangunan yang dapat memengaruhi ekosistem serta ekologi di daerah
penyangga. Jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor geologis
tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan jumlah kejadian bencana
yang disebabkan oleh faktor hidrometeorologis. Meskipun demikian,
bencana geologis, khususnya gempa bumi dan tsunami ialah bencana yang
banyak menimbulkan dampak cukup besar yakni korban jiwa dan kerugian
materi (Kamadhis. 2007).

(BNPB, 2016).
C. Potensi Bencana Alam di Indonesia

Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki cakupan wilayah


yang sangat luas dan terletak pada posisi silang antara dua benua besar dan dua
samudera besar serta Indonesia juga berada di atas 3 lempeng teknonik yang
masih aktif yaitu lempeng Eurasia, lempeng pasifik dan lempeng Indo-
Australia. Lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik termasuk lempeng
yang masih aktif bergerak. Rata-rata pergerakannya sebesar 3-4 sentimeter per
tahun. Hal ini ah yang menjadi penyebab Indonesia memiliki sabuk vulkanik
(volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera – Jawa – Nusa Tenggara
– Sulawesi. Disamping itu, kondisi tersebut telah memberikan potensi sumber
daya alam yang melimpah namun juga dapat memberikan kerawanan terhadap
bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan
tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia termasuk ke dalam salah
satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, yakni lebih
dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Negara Amerika Serikat (Arnold,
1986).

Berdasarkan penuturan BAKORNAS PBP dalam "Arahan Kebijakan


Mitigasi Bencana Perkotaan di Indonesia", dilihat dari potensi bencana yang
ada Indonesia, Indonesia merupakan negara dengan potensi bencana (hazard
potency) yang sangat tinggi dibandingkan negara lain. Beberapa potensi
bencana yang kemungkinan dapat terjadi adalah bencana alam seperti gempa
bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor, dan lain-lain. Potensi bencana
yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu
potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral
hazard).

Potensi bahaya utama (main hazard potency) dapat dilihat pada peta
potensi bencana gempa yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah
dengan zona-zona yang rawan bencana, diantara bencana tersebut adalah
bencana tanah longsor, bencana letusan gunung api, bencana tsunami, bencana
banjir, dan lain-lain. Dari indikator-indikator diatas dapat disimpulkan bahwa
Negara Indonesia memiliki potensi bahaya utama (main hazard potency) yang
tinggi. Hal ini tentunya sangat tidak menguntungkan bagi negara Indonesia
(Djauhari. 2014).

D. Penanggulangan Bencana di Indonesia

Prinsip-prinsip penanggulangan bencana yang diatur di dalam Undang-


Undang Nomor 24 tahun 2007 meliputi :

1. Cepat dan Tepat


Pada prinsip cepat dan tepat yang dimaksud yaitu dalam penanggulangan
bencana harus dilaksanakan dengan cepat dan tepat untuk meminimalisir
korban-korban jiwa,maupun kerusakan.
2. Prioritas
Prinsip prioritas disini yaitu saat penanggulangan bencana harus
memahami mana yang diprioritaskan dalam proses penanggulangan,dan
yang diutamakan atau didahulukan yaitu penyelamatan nyawa manusia
dibandingangkan untuk penyelamatan harta benda korban.
3. Koordinasi dan Keterpaduan
Merupakan bentuk usaha yang sinkron antara pemerintah dan
masyarakat,agar dalam pelaksanaan penanggulangan bencana
menghasilkan tindakan yang seragam dalam pelaksanaan penanggulangan
ini dan pemerintah dan masyarakat harus melakukan hubungan yang baik
dan saling mendukung .
4. Berdaya Guna dan Hasil Guna
Dalam penanganan bencana harus mampu mendatangkan hasil dan
manfaat,agar tindakan yang kita lakukan membuahkan hasil dan tidak sia-
sia.
5. Transparasi dan Akuntabilitas
Pada prinsip ini bahwa semua bentuk penangguangan harus bersifat
terbuka dan dapat mempertanggungjawabkan atau menjelaskan terhadap
tiap-tiap tindakan,kondisi yang dialami ataupun keputusan.
6. Kemitraan
Di dalam penanggulangan bencana pemerintah dan masyarakat harus
menjalin hubungan dan kebersamaan yang sinergis dengan cara
membentuk sosialisai penanggulangan bencana pada tiap-tiap daerah
sekitar
7. Pemberdayaan
Pemberdayaan yaitu bentuk peningkatan dan pemahaman kepada
masyarakat dalam bentuk sosialisai non resmi(mengadakan kuliah tamu
/seminar)dan sosialisasi bentuk resmi yang berupa pelatihan-pelatihan ang
dilakukan oleh dinas sosisal,RT,RW ypada kawasan rawan bencana.
8. Nondiskriminatif

Pada prinsip ini untuk penanggulangan bencana tidak mengenal atau tidak
membeda-bedakan RAS,suku,agama dan budaya,jadi dalam upaya
penanggulangan bencana dilakukan secara merata dan adil

9. Non-Proletisi

Merupakan larangan pemanfaatan penanggulangan bencana atau dalam


keadaan darurat dalam pemberian bantuan yang bertujuan untuk
kepentingan pribadi.

Didalam Undang-Undang No.24 Tahun 2007 yang berisikan tentang


penanggulangan bencana pada pasal 3 ayat 1 bahwa asas-asas
penanggulangan bencana meliputi : kemanusiaan,keadilan,kesamaan
kedudukan dalam hukum dan pemerintah,keseimbangan,keselarasan,dan
keserasian,ketertiban dan kepasrtian hukum.Dan terdapat tiga tahap
penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi :

E. Tindakan Kesehatan pada Pra-Saat-Pasca Bencana di Indonesia


1. Tahap Pra-Bencana
a. Pencegahan (Prevension)
Upaya untuk mengurangi kemungkinan timbulnya bencana, contoh:
melakukan penanaman di daerah lereng bukit untuk menghindari
terjadinya bencana banjir.
b. Mitigasi Bencana (Mitigation)
Serangkaian Upaya untuk mengurangi resiko bencana yang akan
terjadi,Misal ;Melakukan pembangunan fisik atau penyadaran dan
meningkatkan dalam menghadapi bencana
c. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Upaya untuk mengantisispasi terjadi-nya bencana melalui
memeperrencanakan perkiraan kebutuhan dalam keadaan darura.
d. Peringatan Dini (Early Warning)
Upaya peringatan awal kepada masyarakat saat kemungkingan akan
terjadinya suatu bencana yang di sampaikan oleh lembaga yang
berwenang (BMKG) (Rijanti,2014 ).

2. Saat Terjadi Bencana


a. Tahap Tanggap Darurat
Upaya ini dilakukan pada saat sewaktu-waktu terjadi bencana dengan
cara respon cepat dan tepat.Misalnya seperti saat terjadi bencana harus
tau akan berlindung/lari ke arah mana, kegiatan search and rescue
(SAR).
b. Bantuan Darurat
Merupakan upaya memberi bantuan yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk korban bencana pada saat
keadaan darurat.Misalnya : Memberi bantuan makanan,pakaian,obat-
obatan,dan tempat tinggal sementara.
3. Pasca Bencana
Cara ini dilakukan oleh para ahli yang telah paham atau memiliki
keahlihan pengetahuan dasar tentang penggulangan bencana.dan pada
upaya yang dilakukan ini berupa rehabilitasi,Pemulihan,dan rekonstruksi.
a. Rehabilitasi
Merupakan upaya perbaikan /memulihkan agar wilayah atau tempat
dapat dipergunakan kembali seperti semula atau difungsikan kembali
yang sifatnya hanya sementara/jangka pendek,Seperti memberi tempat
tinggal sementara untuk para korban bencana alam.
b. Pemulihan
Merupakan upaya yang dilakukan yang bertujuan agar kebutuhan
pokok para korban bencana dapat terpenuhi
c. Rekonstruksi
Merupakan upaya dalam bentuk pembengunan atau perbaikan sarana
dan prasarana yang bersifat permanen yang bertujuan untuk
pengembalian wilayah saat terjadi pasca bencana,Seperti;kelembagaan
terpenting,kegiatan perekonomian,akses jalan,perbaikan
rumah,pelayanan kesehatan,dll.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Bencana alam merupakan dampak dari kombinasi aktivitas alami (suatu


fenomena fisik, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor) dan
aktivitas manusia. Karena ketidaksiapan manusia, akibat kurang baiknya
manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam hal materiil
maupun immateriil, bahkan kematian. Dampak bencana tergantung pada
kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana (kesiapsiagaan).

Macam - macam bencana alam yang ada di sekitar kita


a) Pemanasan Global
b) Gempa bumi
c) Gunung meletus
d) Kebakaran liar
e) Banjir
f) Tsunami
g) Tornado
h) Kemarau

Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam di Indonesia


berdampak pada kerusakan dan kerugian yang harus dialami bersama dengan
datangnya bencana itu. Harta benda dan manusia terpaksa harus direlakan, dan itu
semua bukan masalah yang mudah. Dan juga terhambatnya laju perekonomian
daerah tersebut.

Saran
Pendidikan mengenai kesiapsiagaan bencana sangat penting diaplikasikan
dalam pendidikan di Indonesia. Sebagai masyarakat, hendaknya kita ikut serta
berperan dalam membudayakan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang
berkaitan dengan siap siaga bencana.
DAFTAR RUJUKAN

Arnold, Hugh J., dan Danield C. Feldman. 1986. Individual in Organizations.


New York: McGraw Hill, Series in Management.

BNPB. 2016. RisikoBencana Indonesia. Jakarta.


Djauhari, Noor. 2014. Pengantar Mitigasi Bencana Geologi. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Kamadhis. 2007. Eka-Cita Bersatu dalam Dharma. Yogyakarta : Buletin
Kamadhis UGM.
Muta’ali, L. 2014. Perencanaan Pengembangan Wilayah Berbasis Pengurangan
Risiko Bencana. Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Geografi.

Poerwadarminta. W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta :


BalaiPustaka.
Rijanta. 2014. Modal Sosial dalam Manajemen Bencana. Yogyakarta: UGM.

Widayatun dan Zainal Fatoni. 2013. Permasalahan Kesehatan Dalam Kondisi


Bencana: Peran Petugas Kesehatan Dan Partisipasi Masyarakat. Jurnal
Kependudukan Indonesia, 8(1), 37-52

Anda mungkin juga menyukai