Anda di halaman 1dari 28

Mata kuliah : Perencanaan dan Evaluasi Kebijakan Kesehatan

Dosen : Dr. Andi Rizki Amelia AP, SKM. M.Kes

PENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN (POACE) PADA PUSKESMAS

DISUSUN OLEH :

YULFIKASARI
0069.10.09.2018

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nyalah tugas ini dapat diselesaikan.
Tugas yang berjudul “Penerapan Fungsi Manajemen (POACE) pada Puskesmas” penulis
susun sebagai tugas mata kuliah Perencanaan dan Evaluasi Kebijakan Kesehatan.
Dalam penyusunan tugas ini, kami sangat menyadari sepenuhnya atas kekurangan tugas
ini, dan tidak mungkin akan terwujud tanpa partisipasi dan bantuan pihak lain dan kami yakin
tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami merasa wajib
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberi
masukan, saran maupun kritikan yang sangat berharga demi kelengkapan materi dan
kesempurnaan penyajian tugas ini dan juga teman-teman yang telah memberikan motivasi baik
moral maupun spiritual dalam usaha penyempurnaan tugas ini. Kami yakin tanpa bantuan Ibu
dosen maupun teman-teman makalah ini tidak akan selesai dengan sempurna.
Akhirnya harapan kami, betapa pun kecilnya, semoga makalah ini selalu
bermanfaat untuk semuanya.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….. ii

1. PLANNING ………………………………………………………………………… 1
2. ORGANIZING ……………………………………………………………………... 9
3. ACTUATING ………………………………………………………………………. 15
4. CONTROLING …………………………………………………………………….. 19

PENUTUP………………………………………………………………………………….. 30

ii
1. PLANNING

Perencanaan atau Planning Puskesmas adalah proses penyusunan kegiatan yang


sistematis untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah yang dihadapi dalam rangka
pencapaian tujuan Puskesmas dalam periode waktu tertentu.

Perencanaan adalah proses penyusunan rencana Puskesmas untuk mengatasi


masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Rencana Puskemas dibedakan atas dua
macam yaitu Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk kegiatan pada setahun mendatang
dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) pada tahun berjalan. Perencanaan
Puskesmas disusun meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pilihan dan upaya
inovatif baik terkait dengan pencapaian target maupun mutu Puskesmas. Istilah RUK
dan RPK merupakan istilah umum, adapun istilah/terminologi yang dipergunakan
dalam perencanaan disesuaikan dengan pedoman penganggaran di daerah.

Proses perencanaan Puskesmas harus disesuaikan dengan mekanisme


perencanaan yang ada baik perencanaan sektoral maupun lintas sektoral melalui
Musrenbang di setiap tingkatan administrasi.

a. Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

Rencana Usulan Kegiatan adalah perencanaan kegiatan Puskesmas untuk tahun


mendatang, sering disebut dengan istilah H+1. Perencanaan disusun dengan mengacu
pencapaian indikator Kecamatan Sehat dalam mewujudkan pencapaian indikator SPM.

b. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)/ Plan of Action (POA)

Rencana Pelaksanaan Kegiatan disusun setelah Puskesmas mendapatkan


alokasi anggaran. Penyusunan RPK berdasarkan RUK tahun yang lalu dengan
dilakukan penyesuaian (adjustment) terhadap target, sasaran dan sumberdaya. RPK
disusun dalam bentuk matrik Gantt Chart dan dilengkapi dengan pemetaan wilayah
(mapping).

1
Ada 6 program pokok puskesmas Kesehatan dasar (BASIC SIX) yaitu:

1) Promosi kesehatan.

2) Kesehatan lingkungan.

3) Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular


4) Kesehatan Keluarga dan Reproduksi
5) Perbaikan Gizi masyarakat
6) Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan

1) Promosi Kesehatan
a. Pengertian
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan, kelompok dan
masyarakat, dalam berbagai tatanan, dengan membuka jalur komunikasi,
menyediakan informasi, dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan prilaku, dengan melakukan advokasi, pembinaan suasana
dan gerakan pemberdayaan masyarakat untuk mengenali, menjaga/memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
b. Tujuan
Tercapainya perubahan prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara prilaku sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
c. Sasaran
 Pelaksanaan posyandu dan Pembinaan kader
 Penyuluhan Kesehatan
 Penyuluhan dalam gedung
 Penyuluhan luar gedung
Penyuluhan kelompok :
 Kelompok posyandu
 Penyuluhan masyarakat
 Anak sekolah
2
Penyuluhan perorangan : PHN
 Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
 Advokasi program kesehatan dan program prioritas. Kampanye program
prioritas antara lain: vitamin A, narkoba, P2M DBD, HIV, malaria, diare
 Promosi kesehatan tentang narkoba
 Promosi tentang kepesertaan jamkesmas
 Pembinaan dana sehat/jamkesmas

2) Kesehatan Lingkungan
a. Pengertian
Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang
pengaruhnya paling besar terhadap status kesehatan masyarakat di samping faktor
pelayanan kesehatan, faktor genetik dan faktor prilaku. Bahaya potensial terhadap
kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dapat bersifat fisik, kimia maupun biologi.
Sejalan dengan kebijaksanaan’Paradigma Sehat’ yang mengutamakan upaya-
upaya yang bersifat promotif, preventif dan protektif. Maka upaya
kesehatan lingkungan sangat penting.

Semua kegiatan kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh para staf Puskesmas
akan berhasil baik apabila masyarakat berperan serta dalam pelaksanaannya harus
mengikut sertakan masyarakat sejak perencanaan sampai pemeliharaan.

b. Tujuan

1. Meningkatkan mutu lingkungan yang dapat menjamin masyarakat mencapai


derajat kesehatan yang optimal
2. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dan keikut sertaan sektor lain yang
bersangkutan, serta bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan pelestarian
lingkungan hidup.
3. Terlaksananya peraturan perundangan tentang penyehatan lingkungan dan
permukiman yang berlaku.
4. Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna menunjang kegiatan dalam
peningkatan kesehatan lingkungan dan pemukiman.

3
5. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana sanitasi perumahan,
kelompok masyarakat, tempat pembuatan/penjualan makanan, perusahaan dan
tempat-tempat umum.
c. Kegiatan
Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakukan Puskesmas
meliputi:
1. Penyehatan air
2. Penyehatan makanan dan minuman
3. Pengawasan pembuangan kotoran mannusia
4. Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah
5. Penyehatan pemukiman
6. Pengawasan sanitasi tempat umum
7. Pengamanan polusi industri
8. Pengamanan pestisida
9. Klinik sanitasi
3) Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular
a. Pengertian
1. Penyakit Menular
Adalah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau toksinnya,
yang beraasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/
ditansmisikan kepada pejamu (host) yang rentan.
2. Kejadian Luar Biasa (KLB)
Adalah kejadian kesakitan atau kematian yang menarik perhatian umum
dan mungkin menimbulkan kehebohan/ketakutan di kalangan masyarakat, atau
menurut pengamatan epidemiologik dianggap adanya peningkatan yang berarti
(bermakna) dari kejadiankesakitan/kematian tersebut kepada kelompok
penduduk dalam kurun tertentu.
3. Wabah Penyakit Menular
Adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat mennnimbulkan
malapetaka (U.U. No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit yang mennular)

4
b. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular (P2M)

Penanggulangan KLB penyakit menular dilaksanakan dengan upaya-


upaya :
1. Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita, membangun pos-
pos kesehatan di tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan sarana obat
yang memadai termasuk rujukan.
2. Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya, abatisasi pada
KLB, DBD, Kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemar pada KLB diare,
dsb.
3. Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluha , pengamatan/pemantauan
(surveinlans ketat) dan logistik.

c. Program Pencegahan penyakit menular


Adalah mencegah agar penyakit menular tidak menyebar didalam masyarakat,
yang dilakukan antara lain dengan memberikan kekebalan kepada host melalui
kegiatan penyuluhan kesehatan dan imunisasi.
Program Pemberantasan Penyakit Menular
a. Program imunisasi
b. Program TB paru dengan kegiatan penemuan penderita TBC
c. Program malaria dengan angka insiden malaria (AMI)
d. Program ISPA dengan frekuensi penemuan dan penaggulangan pneumonia
e. Program diare meliputi frekuensi penanggulangan diare
f. Program rabies
g. Program Surveilans
h. Pemberantasan P2B2 demam berdarah

4) Kesehatan Keluarga dan Reproduksi


a. Pengertian
Kesehatan Keluarga adalah wujud keluarga sehat, kecil bahagia dan
sejahtra dari suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya (UU RI no 23 th
1992).

5
Kesehatan Reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh.
Bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.(WHO).

b. Tujuan
1. Peran serta aktif wanita dan keluarganya dalam mencegah dan memecahkan
masalah kesehatan keluarga dan masalah reproduksi
2. Memberikan informasi, edukasi terpadu mengenai seksualitas dan
kesehatan reproduksi, manfaat dan resiko dari: obat, alat, perawatan,
tindakan serta kemampuan memilih kontrasepsi dengan tepat
3. Melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
4. Melaksanakan pelayanan kontrasepsi yang aman dan efektif
5. Kehamilan dap persalinan yang direncanakan dan aman
6. Pencegahan dan penanganan pengguguran kandungan yang tidak
dikehendaki
7. Pelayanan infertilitas
8. Informasi secara menyeluruh tentang pengaruh defisiensi hormon di usia
lanjut pada usia lanjut penapisan masalah malignasi

Keluarga Berencana
a. Pengertian
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
kesehatan pasangan usia subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang
berkualitas. Prioritas pelayanan KB dewasa ini adalah meningkatkan derajat
kesehatan pasangan usia subur dan keluarganya dalam pengaturan kehamilan, baik
jumlah dan waktu kehamilan serta jarak antar kehamilan guna menurunkan angka
kelahiran nasional.

b. Tujuan
1. Memberikan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas dan KIE kepada
pasangan usia subur dan keluarganya

6
2. Memberikan pertolongan pertama/penanganan efek samping dan kegagalan
metode kontrasepsi serta merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati II)
sesuai dengan kebutuhan
3. Memantau cakupan pelayanan kontrasepsi dan kegagalan metoda
kontrasepsi
4. Meningkatkan kualitas pelayanan KB secara berkelanjutan
5. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat
dalam upaya
6. Memberikan pelayanan kesehatan pasangan usia subur, calon pasangan usia
subur, serta anggota keluarga yang lain dalam rangka meningkatkan kualitas
kesehatan fungsi reproduksinya
7. Melaksanakan penanganan infentaris pasangan usia subur yang berkualitas
dan merunjuk ke fasilitas rujukan primer sesuai dengan kebutuhan
8. Melaksanakan managemen terpadu pelayanan kontrasepsi yang datang
berobat ke fasilitas rawat jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan tindakan
lanjutnya
c. Sasaran
a. Sasaran pelayanan KB adalah pasangan usia subur
b. Calon pasangan usia subur
c. Pasangan usia subur dengan wanita yang akan memasuki masa menoupaus
d. Keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja Puskesmas
e. WUS yang datang pada pelayanan rawat jalan Puskesmas yang dalam fase
intervensi
f. pelayanan KB.

5) Perbaikan Gizi masyarakat


a. Pengertian
Adalah kegiatan untuk mengupayakan peningkatan status gizi masyarakat
dengan pengelolaan terkoordinasi dari berbagai profesi kesehatan serta dukungan
peran serta aktif masyarakat

7
b. Program
Upaya Perbaikan Gizi Puskesmas meliputi:
1. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
2. Upaya Perbaikan Gizi Institusi (UPGI)
3. Upaya Penanggulangan Kelainan Gizi Yang Terdiri Dari:
a. Pencegahan Dan Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY)
b. Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Besi (AGB)
c. Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Kalori Energi Protein (KEP)
Dan Kurang Energi Kronis (KEK)
d. Pencegahan Dan Penaggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)
e. Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Kekurangan Gizi Mikro Lain
f. Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Gizi Lebih
4. Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG)

c. Tujuan
1. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mewujudkan prilaku gizi yang baik dan
benarsesuai denagn gizi seimbang
2. Meningkatkan perhatian dan upaya peningkatan status gizi warga dari
berbagai institusi pemerintahan serta swasta.
3. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas gizi/petugas
Puskesmas lainnya dalam merencanakan, melaksanakan, membina,
memantau dan mengevaluasi upaya perbaikan gizi masyarakat
4. Terselenggaranya pelayanan gizi yang melibatkan partisipasi keluarga
terhadap pencegahan dan penanggulangan masalah kelainan gizi
5. Terwujudnya rangkaian kegiatan pencatatan/pelaporan masalah gizi dan
tersedianya informasi situasi pangan dan gizi.

8
d. Sasaran
Sasaran upaya perbaikan gizi adalah kelompok-kelompok yang beresiko
menderita kelainan gizi antara lain:
1. Bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak usia sekolah
2. Wanita Usia Subur (WUS) termasuk calon pengantin (cantin), ibu hamil,
ibu nifas, ibu menyusui, dan usia lanjut (usila)
3. Semua penduduk rawan gizi (endemik)
4. Semua anak dan dewasa mempunyai masalah gizi
5. Pekerja penghasilan rendah.

2. ORGANIZING
Menurut Endang S, Pengorganisasian Puskesmas adalah struktur organisasi dan
tata kerja Puskesmas yang merupakan perpaduan antara kegiatan dan tenaga pelaksanan
Puskesmas. Struktur organisasi puskesmas menetapkan bagaimana tugas akan dibagi,
siapa melapor siapa, dan mekanisme koordinasi formal serta pola interaksi yang akan
diikuti.
Adapun faktor-faktor yang menentukan perancangan struktur organisasi
Puskesmas adalah :
1. Strategi untuk mencapai tujuan Puskesmas. Strategi akan menjelaskan bagaimana
aliran wewenang dan saluran komunikasi dapat disusun diantara pimpinan dengan
pegawai Puskesmas.
2. Ukuran organisasi Puskesmas. Besarnya organisasi Puskesmas secara keseluruhan
maupun unit-unit kerja fungsional akan mempengaruhi struktur organisasi
Puskesmas.
3. Tingkat penggunaan teknologi, yaitu tingkat rutinitas penggunaan teknologi oleh
Puskesmas untuk memberikan jasa layanan kesehatan Puskesmas. Pada layanan
kesehatan dengan menggunakan teknologi tinggi akan memerlukan tingkat
standarisasi dan spesialisasi yang lebih tinggi dibanding dengan pelayanan
kesehatan dasar.
4. Tingkat ketidakpastian lingkungan organisasi Puskesmas.
5. Preferensi(kesukaan) yang menguntungkan pribadi dari individu atau kelompok
yang memegang kekuasaan dan kontrol dalam organisasi Puskesmas.
9
6. Pegawai dan stakeholder dalam organisasi Puskesmas. Kemampuan dan cara
berfikir para pegawai dan stakeholderPuskesmas serta kebutuhan mereka untuk
bekerjasama harus diperhatikan dalam merancang struktur organisasi Puskesmas.
Kebutuhan pegawai dan stakeholder Puskesmas dalam pembuatan keputusan akan
mempengaruhi saluran komunikasi, wewenang dan hubungan diantara unit-unit
kerja fungsional.(Endang S.2011)

Pengorganisasian tingkat Puskesmas didefinisikan sebagai proses penetapan


pekerjaan-pekerjaan pokok untuk dikerjakan, pengelompokan pekerjaan,
pendistribusian otoritas/wewenang dan pengintegrasian semua tugastugas dan sumber-
sumber daya untuk mencapai tujuan Puskesmas secara efektif dan efisien. Secara
aplikatif pengorganisasian tingkat Puskesmas adalah pengaturan pegawai Puskesmas
dengan mengisi struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) Puskesmas yang ditetapkan
oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota disertai dengan pembagian tugas dan tanggung
jawab serta uraian tugas pokok dan fungsi (Tupoksi), serta pengaturan dan
pengintegrasian tugas dan sumber daya Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan dan
program Puskesmas dalam rangka mencapai tujuan Puskesmas.
Berdasarkan definisi tersebut, fungsi pengorganisasian Puskesmas merupakan
alat untuk memadukan (sinkronisasi) dan mengatur semua kegiatan yang dihubungkan
dengan personil/pegawai, finansial, material, dan metode Puskesmas untuk mencapai
tujuan Puskesmas yang telah disepakati bersama antara pimpinan dan pegawai
Puskesmas. Pengorganisasian Puskesmas meliputi hal-hal berikut (Sulaeman, 2009):

1. Cara manajemen Puskesmas merancang struktur formal Puskesmas untuk


penggunaan sumber daya Puskesmas secara efisien,
2. Bagaimana Puskesmas mengelompokkan kegiatannya, dimana setiap
pengelompokkan diikuti penugasan seorang penanggung jawab program yang
diberi wewenang mengawasi stafnya.
3. Hubungan antara fungsi, jabatan, tugas, dan pegawai Puskesmas.
4. Cara pimpinan Puskesmas membagi tugas yang harus dilaksanakan dalam unit
kerja dan mendelegasikan wewenang untuk mengerjakan tugas tersebut.

10
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004,
bahwa untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas, perlu dilakukan
pengorganisasian. Ada dua macam pengorganisasian yang harus dilakukan.

Pertama, pengorganisasian berupa penentuan para penanggungjawab dan para


pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja. Dengan
perkataan lain, dilakukan pembagian habis seluruh program kerja dan seluruh wilayah
kerja kepada seluruh petugas puskesmas dengan mempertimbangkan kemampuan yang
dimilikinya.

Penentuan para penanggungjawab ini dilakukan melalui pertemuan penggalangan tim


pada awal tahun kegiatan.

Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara lintas sektoral.


Ada dua bentuk penggalangan kerjasama yang dapat dilakukan:

1. Penggalangan kerjasama dalam bentuk dua pihak, yakni antara dua sektor terkait,
misalnya antara puskesmas dengan sektor tenaga kerja pada waktu
menyelenggarakan upaya kesehatan kerja.
2. Penggalangan kerjasama dalam bentuk banyak pihak, yakni antar berbagai sektor
terkait, misalnya antara puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor agama, sektor
kecamatan pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan sekolah.

Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan:


1. Secara langsung yakni antar sektor-sektor terkait.
2. Secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi
kecamatan (Keputusan Menteri Kesehatan, 2004).

Ada 2 (dua) hal yang perlu pengorganisasian tingkat Puskesmas, yakni:


(1) Pengaturan berbagai kegiatan yang ada di dalam RO (Rancangan Operasional)
Puskesmas, sehingga membentuk satu kesatuan program yang terpadu dan sinergi
untuk mencapai tujuan Puskesmas.

11
(2) Pengorganisasian pegawai Puskesmas, yaitu pengaturan tugas dan tanggung
jawab setiap pegawai Puskesmas, sehingga setiap kegiatan dan program
mempunyai penanggung jawabnya.

Dengan memahami fungsi pengorganisasian Puskesmas akan lebih


memudahkan mempelajari fungsi penggerakan dan pelaksanaan (actuating/aktuasi)
dan akan diketahui gambaran pembimbingan dan pengarahan yang diperlukan oleh
pegawai Puskesmas sesuai dengan pembagian tugas dan tanggung jawab (Sulaeman,
2009).
Untuk kelancaran kegiatan SP2TP di Puskesmas, maka dibentuk
pengorganisasian yang terdiri dari: (Ahmad, 2005).

 Penanggung Jawab (Kepala Puskesmas)


Tugas penanggung jawab adalah memberikan bimbingan kepada koordinator
SP2TP dan para pelaksana kegiatan di Puskesmas.
 Koordinator (Petugas yang ditunjuk Kepala Puskesmas)
Koordinator SP2TP bertugas:
1. Mengumpulkan laporan dari masing-masing pelaksana kegiatan.
2. Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan bulanan SP2TP dan
mengirimkan laporan tersebut ke DInas Kesehatan Dati II paling lambat tanggal
10 bulan berikutnya.
3. Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan tahunan SP2TP dan
mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Dati II paling lambat 31 Januari tahun
berikutnya.
4. Menyimpan arsip laporan SP2TP dari masing-masing pelaksana kegiatan.
5. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan SP2TP kepada Kepala
Puskesmas.
6. Mempersiapkan pertemuan berkala setiap 3 bulan yang dipimpin oleh Kepala
Puskesmas dengan pelaksanaan kegiatan untuk menilai pelksanaan kegiatan
SP2TP.
 Anggota (Pelaksana Kegiatan di Puskesmas)
Pelaksana kegiatan SP2TP bertugas:

12
1. Mencatat setiap kegiatan pada kartu individu dan register yang ada.
2. Mengadakan bimbingan terhadap Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa.
3. Melakukan rekapitulasi data dari hasil pencatatan dan laporan Puskesmas
Pembantu serta Bidan di Desa menjadi laporan kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya. Hasil dari rekapitulasi ini merupakan bahan untuk mengisi/membuat
laporan SP2TP.
4. Setiap tanggal 5 mengisi/membuat laporan SP2TP dari hasil kegiatan masing-
masing dalam 2 rangkap dan disampaikan kepada coordinator SP2TP
Puskesmas. Dengan rincian satu rangkap untuk arsip coordinator SP2TP
Puskesmas dan satu rangkap oleh Koordinator SP2TP Puskesmas disampaikan
ke Dinas Kesehatan Dati II.
5. Mengolah dan memanfaatkan data hasil rekapitulasi untuk tindak lanjut yang
diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya.
6. Bertanggung jawab atas kebenaran isi laporan kegiatannya.

Pembuatan pola struktur organisasi Puskesmas dapat mengacu pada Kebijakan


Dasar Puskesmas (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.128/Menkes/SK/II/2004),
menetapkan pola struktur organisasi Puskesmas sebagai berikut :

Kepala Puskesmas, yaitu seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum


pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat. Struktur tergantung jenis kegiatan dan
beban kerja. Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala Puskesmas
dalam mengelola:

1. Data dan informasi


2. Perencanaan dan penilaian
3. Keuangan
4. Umum dan kepegawaian

Unit pelaksana teknis fungsional yaitu


1. Staf teknis untuk upaya kesehatan perorangan dan

13
2. Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan UKBM(Upaya Kesehatan
Bersumber daya Masyarakat)

Jaringan pelayanan, meliputi :

1) Puskesmas pembantu
Adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan bersifat menunjang dan
membantu melaksanakan kegiatan puskesmas yang ruang lingkupnya lebih kecil. Pustu
secara umum melaksanakan pelayanan di bawah puskesmas induk dengan wilayah
kerja antara 2-3 desa. Sasaran pelayanan kesehatan sekitar 2500 jiwa(untuk luar jawa),
dan 10.000 jiwa (untuk p.jawa dan bali)

2) Puskesmas keliling

Adalah salah satu kegiatan puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan


di wilayah kerjanya dengan memberikan pelayanan di daerah terpencil. Kegiatan
pusling, yaitu :

1. Melakukan penyelidikan kejadian luar biasa(KLB)


2. Sebagai alat transportasi penderita untuk rujukan.
3. Melakukan penyuluhan kesehatan menggunakan audio visual.

3) Bidan di Desa/komunitas.
Adalah salah satu kegiatan pelayanan kesehatan maupun penyuluhan di
desa/kelurahan oleh tenaga Bidan yang ditunjuk oleh Puskesmas Induk.

4) Posyandu
Merupakan kegiatan keterpaduan antara Puskesmas dan masyarakat di tingkat
desa yang diwujudkan dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu. Semula Posyandu adalah
pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan
KB dan kesehatan.
Dalam pengembangannya Posyandu dapat dibina menjadi forum komunikasi
dan pelayanan di masyarakat, antara sektor yang memadukan kegiatan pembangunan
sektoralnya dengan kegiatan masyarakat, untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memecahkan masalah melalui alih teknologi.

14
Satu Posyandu sebaiknya melayani sekitar 100 balita (120 kepala keluarga), atau sesuai
dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat.

3.ACTUATING

Setelah perencanaan dan perorganosasian selasai dilakukan,maka langkah


selanutnya yang perlu ditempuh dalam manajemen adalah mewujudkan rencana
tersebut dengan mempergunakan organisasi yang terbentuk. Langkah tersebut adalah
actuating yang secara harfiah diartikan sebagai memberi bimbingan namun istilah
tersebut lebih condong diartikan penggerak atau pelaksanaan.

Jadi actuating artinya menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan


sendirinya atau dengan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan
dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan.
Actuating adalah pelaksanaan untuk bekerja. Untuk melaksanakan secara fisik kegiatan
dan aktivitas tersebut, mnajer mengambil tindakan-tindakannya kearah itu. Seperti :
Leadership (pimpinan), perintah, komunikasi dan konseling (nasehat). Actuating
disebut juga “gerakan aksi” mencakup kegiatan yang dilakukan oleh seorang manager
untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur-unsur
perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai.

Pemimpin yang efektif cenderung mempunyai hubungan dengan bawahan yang


sifatnya mendukung (suportif) dan meningkatkan rasa percaya diri menggunakan
kelompok membuat keputusan. Keefektifan kepemimpinan menunjukkan pencapaian
tugas pada rata-rata kemajuan, keputusan kerja, moral kerja, dan kontribusi wujud
kerja. Prinsip utama dalam penggerakan adalah bahwa perilaku dapat diatur, dibentuk,
atau diubah dengan system imbalan yang positif yang dikendalikan dengan cermat.

Tujuan fungsi actuating (penggerakan) adalah

1. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien


2. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
3. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
4. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja staf
5. Membuat organisasi berkembang

Secara praktis fungsi actuating ini merupakan usaha menciptakan iklim kerjasama
diantara staf pelaksana program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif
dan efisien. Fungsi actuating tidak terlepas dari fungsi manjemen melalui bagian
dibawah ini :

15
1. Penentuan masalah
2. Penetapan tujuan
3. Penetapan tugas dan sumber daya penunjang
4. Menggerakkan dan mengarahkan
5. Memiliki keberhasilan SDM

Mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali


dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan
pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat dicapai.Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada 3 komponen yang saling berhubungan yaitu komponen
koordinasi, pengarahan dan pimpinan. Yang sejalan dengan penelitian Ridwan (2010),
yang dimana pimpinan selaku administrator memiliki tugas yaitu melakukan koordinasi
dan mengarahkan seluruh komponen manajemen agar tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan.

Pada ketiga komponen tersebut, yang memegang peran penting yakni pimpinan
(kepemimpinan). Dalam konteks manajemen kepemimpinan harus diartikan sebagai
kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain agar rela, mampu dan
mau mengikuti keinginan pemimpin demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya dengan efisien, efektif dan ekonomis.

Koordinasi dan pengarahan dilakukan bertujuan agar supaya semua komponen dapat
menjalankan tugas mereka sesuai dengan perannya masing-masing demi tercapainya
apa yang telah ditetapkan atau yang telah menjadi tujuan awal dari perencanaan
tersebut.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dasarnya suatu kegiatan
yang tanpa diikut sertakan dengan adanya koordinasi, komunikasi dan pengarahan
akan mengalami hambatan dalam hal pencapaian tujuan kegiatan yang telah
direncanakan sebelummnya. Baik itu pada bagian unit Gizi, KIA, UKS, dan lainnya
selalu mengutamakan 3 poin tersebut :

1. Menetapkan pembagian wilayah binaan


2. Menetapkan penanggung jawab dan pelaksana kegiatan
3. Menetapkan uraian tugas coordinator dan pelaksana puskesmas
4. Koordinasi lintas program dan lintas sectoral dari instsnsi terkait
5. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas puskesmas
6. Menggerakkan partisipasi masyarskat/peran serta masyarakat dan pembinaan
kader, dan wisma, dukun bayi, dll
7. Penyediaan kesempatan konsultasi kepada coordinator, pennggung jawab
daerah binaan atau pelaksana puskesmas
16
8. Pimpinan puskesmas melaksanakan bimbingan teknis kegiatan puskesmas
kepada coordinator dan penanggung jawab daerah binaan termasuk pelaksanaan
puskesmas. Penerapan proses keperawatan dapat meminta bantuan tim
penilaian atau kepada institusi pendidikan
9. Pengembangan kegiatan-kegiatan inovatif sesuai kemampuan
daerah/masyarakat.

Menurut Nawawi (2000) pelaksanaan atau penggerakan (actuating) yang


dilakukan setelah organisasi memiliki perencanaan dan melakukan pengorganisasian
dengan memiliki struktur organisasi termasuk tersedianya personil sebagai pelaksana
sesuai dengan kebutuhan unit atau satuan kerja yang dibentuk. Di antara kegiatan
pelaksanaan adalah melakukan pengarahan, bimbingan dan komunikasi termasuk
koordinasi.

Koordinasi sebagai proses pengintegrasian tujuan dan kegiatan pada satuan


kerja yang terpisah suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Tanpa koordinasasi, individu dan depetemen-depertemen akan kehilangan pegangan
atas peranan mereka dalam organisasi. Mereka mulai mengejar kepentingan diri sendiri
yang sering merugikan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.

Salah satu factor yang mendukung pelaksanaan puskesmas saat ini adalah
adanya ketersediaan sumber daya manusia bidang kesehatan . unsur SDM bidang
kesehatan merupakan salah satu unsur manajemen yang harus dipenuhi untuk
tercapainya secara efektif tujuan organisasi. Sebagai organisasi pemerintah, SDM
kesehatan merupakan pegawai atau aparatur pemerintah sehingga manajemen
personalia. Manajemen personalia memiliki tujuan untuk mengarahkan para karyawan
dalam pekerjaan atau hubungan kerja mereka.

Adapun manajemen sumber daya manusia (SDM) di puskesmas :

1. Pengusaha
Sebagai organisasi pemerintah yang mempunyai tujuan organisasi bersifat
pengabdian social, yang dipandang sebagai pengusaha disini adalah
pemerintah baik pemerintah pusat maupun PEMDA. Pemerintah menjamin
kelangsungan kegiatan pelayanan kesehatan yang dijalankan oleh
puskesmas . modal yang diinvestasikan pemerintah tadi dapat berupa
anggaran atau pembiayaan operasional kegiatan puskesmas, biaya subsidi
Jaminan Kesehatan Masyarakat miskin

17
2. Karyawan
Karyawan merupakan asset yang menentukan baik buruknya pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh puskesmas pada masyarakat. Kualitas dan
kuantitas karyawan sebanding dengan beragamnya keahlian/profesi yang
ada di Puskesmas. Semakin banyak karyawan maka pelayanan menjadi
lebih efisien dan efektif karena pelayanan menjadi cepat mudah ditemui
dan terarah. Selain itu beragam jenis pelayanan kesehatan juga dapat
diberikan.

3. Pimpinan ata manajer


Pimpinan yang ada di Puskesmas terdiri atas Kepala Puskesmas, kepala
unit program dan pengelola program kegiatan. Kepala Puskesmas
merupakan pejabat structural yang ditunjuk dan dilantik oleh pemerintah.
Seorang personalia kepala Pukesmas dipesyaratkan harus sarjana dibidang
kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan
masyarakat, Misalnya Dokter, Sarjana Kesehatan Masyarakat, Sarjana
Farmasi, Sarjana Keperawatan. Kepala Puskesmas merupakan penanggung
jawab pembangunan kesehatan di tingkat Kecematan. Sesuai tanggung
jawab tersebut dan besarnya peran kepala Puskesmas dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan di tingkat kecematan, menurut
Depkes RI (2006) maka jabatan Kepala Puskesmas setingkat dengan eselon
IIIB.

Kepala unit program dan pengelola program merupakan pejabat


fungsional yang diberikan tugas tambahan. Umumnya pejabat kepala unit
dan pengelola disesuaikan dengan jabatan funsional yang menjabat
sehingga keahlian yang dimiliki sesuai dengan tugas-tugas program yang
akan dijalankan.

Pengarahan karyawan Puskesmas ditentukan degan kebijakan Kepala


Puskesmas. Tiap karyawb akan diarahkan agar dapat bekerjasama dan
bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan
Puskesmas. Tiap karyawan diharuskan memiliki rencana kerja program
masing-masing dan langkah-langkah strategi untuk pencapaian rencana
kegiatan tersebut.

18
4. CONTROLLING

Pengawasan (controlling) sebagai elemen atau fungsi keempat manajemen ialah


mengamati dan mengalokasikan dengan tepat penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi.Bedasarkan hasil penelitian bahwa penilaian selalu dilakukan untuk mengetahui
bagaimana hasil dari pelaksanaan kegiatan tersebut. Selain itu, juga dapat mengarahkan
bawahan agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan benar sesuai dengan
maksud dan tujuan yang telah ditetapkan.

Controlling dalam manajemen puskesmas merupakan indikator keberhasilan


puskesmas yang meliputi 2 faktor yaitu menjadi indikator pencapaian sehat meliputi
lingkungan, perilaku masyarakat, layanan kesehatan dan status kesehatan mrliputi KEP
balita, insiden penyakit yang berbasis lingkungan dan kesehatna ibu dan anak. Selain
itu juga merupakan indicator penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
pemberdayaan masyarakat dan keluarga, pelayanan kesehatan tingkat I.

Kontrol kualitas Merupakan suatu upaya organisasi dalam menyediakan


pelayanan yang memenuhi standar professional dan dapat diterima oleh klien.

 Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat


memuaskan setiap pemakaian jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata – rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan
standar atau kode etik profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1996)
 Kriteria mutu pelayanan kesehatan
1. Struktur
Kriteria rumah sakit, unit keperawatan (LOD, visi dan misi, konsep
asuhan keperawatan)
2. Proses
Fungsi, proses interpersonal, metode pengorganisasian, perspektif
keperawatan proesional, praktek keperawatan professional

19
3. Tujuan
Tingkat kesehatan atau kesejahteraan, kemampuan fungsional,
kepuasan pasien, sumberpenggunaan/ pengeluaran efektif dan efisien,
kejadian dan proses yang tidak menyenangkan.
 Syarat pelayanan berkualitas
Efficacy
a) Efficacy (kamanjuran)
b) Appropriatennes (kepantasan)
c) Accebility (mudah dicapai)
d) Accepbility (diterima)
e) Effectiveness (keberhasilan)
f) Efficiency (ketepatan)
g) Continuity (terus - menerus)

Pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu:

1. Menetapkan masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan


2. Menetapkan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan
3. Menetapkan cara penyelesaian masalah mutu pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan
4. Menetapkan cara penyelesaian masalah mutu pelayanan kesehatanan.
5. Menyusun sasaran tudak lanjut untuk lebih memantapkan serta meningkatkan
mutu pelayanan.

Controlling adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan


tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan
kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Controlling is the process of measuring
performance and taking action to ensure desired results. Pengawasan adalah proses
untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.

20
Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar
pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk
membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk
menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil
tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya
perusahaan atau pemerintahan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna
mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan. Dari beberapa pendapat tersebut diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan merupakan hal penting dalam
menjalankan suatu perencanaan. Dengan adanya pengawasan maka perencanaan yang
diharapkan oleh manajemen dapat terpenuhi dan berjalan dengan baik.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya


kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai.
melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah
ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien.
Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan
penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan.
Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan
sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.

Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan


merupakan bagian dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai
bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di
bawahnya.” Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai tahapan
terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan mengandung makna
pula sebagai: “pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang
diperiksa untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai
dengan rencana dan peraturan.” atau “suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya
pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah
terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya.”

21
Sementara itu, dari segi hukum administrasi negara, pengawasan dimaknai sebagai
“proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau
diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan.”

Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat


kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang
muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikan
good governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan aspek
penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam
konteks ini, pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good governance
itu sendiri. Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah
satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja
pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif, baik
pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern (external control). Di
samping mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control).
Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas
rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:

1. Mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan;


2. Menyarankan agar ditekan adanya pemborosan;
3. Mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.

Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pengawasan Intern dan Ekstern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan
yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.” Pengawasan dalam
bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan
melekat (built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh inspektorat
jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada
di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah pengawasan Kementerian Dalam
Negeri.

22
Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan
yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di Indonesia adalah
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan lembaga tinggi negara yang
terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan tugasnya, BPK tidak
mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah,
sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya perlu terwujud harmonisasi dalam
proses pengawasan keuangan negara. Proses harmonisasi demikian tidak mengurangi
independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai secara obyektif aktivitas
pemerintah.

2. Pengawasan Preventif dan Represif

Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, “pengawasan yang


dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat
mencegah terjadinya penyimpangan.” Lazimnya, pengawasan ini dilakukan pemerintah
dengan maksud untuk menghindari adanya penyimpangan pelaksanaan keuangan
negara yang akan membebankan dan merugikan negara lebih besar. Di sisi lain,
pengawasan ini juga dimaksudkan agar sistem pelaksanaan anggaran dapat berjalan
sebagaimana yang dikehendaki. Pengawasan preventif akan lebih bermanfaat dan
bermakna jika dilakukan oleh atasan langsung, sehingga penyimpangan yang
kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal.

Di sisi lain, pengawasan represif adalah “pengawasan yang dilakukan terhadap


suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.” Pengawasan model ini lazimnya
dilakukan pada akhir tahun anggaran, di mana anggaran yang telah ditentukan
kemudian disampaikan laporannya. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan dan
pengawasannya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan.

3. Pengawasan Aktif dan Pasif

Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk “pengawasan yang


dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan.

23
”Hal ini berbeda dengan pengawasan jauh (pasif) yang melakukan pengawasan melalui
“penelitian dan pengujian terhadap surat-surat pertanggung jawaban yang disertai
dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran.”

Di sisi lain, pengawasan berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil menurut hak


(rechmatigheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan
peraturan, tidak kadaluarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya.” Sementara, hak
berdasarkan pemeriksaan kebenaran materil mengenai maksud tujuan pengeluaran
(doelmatigheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi
prinsip ekonomi, yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah
mungkin.”

4. Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan pemeriksaan


kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid).
Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara, pengawasan ditujukan untuk
menghindari terjadinya “korupsi, penyelewengan, dan pemborosan anggaran negara
yang tertuju pada aparatur atau pegawai negeri.” Dengan dijalankannya pengawasan
tersebut diharapkan pengelolaan dan pertanggung jawaban anggaran dan kebijakan
negara dapat berjalan sebagaimana direncanakan.

24
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Upaya kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas terdiri dari Upaya


Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan. Upaya Kesehatan Wajib
merupakan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh seluruh puskesmas di Indonesia
ini memberikan daya ungkit paling besar terhadap keberhasilan pembangunan
kesehatan melalui peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), serta merupakan
kesehatan global maupun nasional. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan wajib
dan upaya kesehatan pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan
puskesmas secara terpadu yaitu azas pertanggungjawaban wilayah, pemberdayaan
masyarakat, keterpaduan dan rujukan.
Agar upaya kesehatan terselenggara secara optimal, maka puskesmas harus
melaksanakan manajemen puskesmas yaitu dalam hal ini POACE (Planning,
Organizing, Actuating, Controlling, dan Evaluation). Dengan demikian kasus-kasus
dalam manajemen kesehatan dapat terwujud dan sesuai dengan prioritas masalah
kesehatan yang dihadapi.

B. SARAN
Adapun saran saya mengenai penerapan fungsi manajemen ini pada puskesmas yaitu:
1. Agar fungsi manajemen ini benar – benar dilaksanakan dengan baik agar tujuan dari
penerapan POACE tersebut dapat tercapai dengan baik.
2. Agar melakukan evaluasi secara berkala terhadap kegiatan yang telah
direncanakan, sehingga untuk kedepannya dapat lebih efektif lagi dalam hal
penyusunan perencanaan dan pencapaian tujuannya. Dan perlu adanya
pemahaman yang mendalam dalam hal penentuan masalah yang kemudian akan
menjadi inti darti pokok perencanaan itu sendiri.

25

Anda mungkin juga menyukai