REVIEW ARTIKEL
Oleh :
2
Kesehatan mental dan penyakit mental tidak berada pada bagian yang berbeda namun
berkorelasi satu sama lain. Ide bunuh diri dan kesehatan mental positif terjadi bersamaan.
3
Positive Mental Health: dinilai dengan nine-item Positive Mental Health Scale (PMH
Scale)
Analisis Data
Semua analisis statistik dilakukan menggunakan statistic program analisis R 3.3.2. Analisis
korelasi awal adalah dilakukan untuk mengeksplorasi hubungan antara variabel kunci.
Perubahan variabel studi dari baseline (T1) ke follow up (T2) dianalisis menggunakan t-tes
sampel tergantung.
F. Kesimpulan
Pada orang dengan kesehatan mental yang positif yang tinggi, tingkat ide bunuh diri
mereka tidak meningkat secara signifikan bahkan ketika tingkat gejala depresinya tinggi. Hal
4
ini dikarenakan adanya emosi postif yang bertindak sebagai pertahanan. Kesejahteraan yang
dinilai dengan skala PMH, sangat relevan dengan fungsi psikologis positif. skala PMH berperan
penting sebagai prediktor untuk remisi ide bunuh diri.
Terdapat keterbatasan dalam penelitian ini yakni : 1) , Ide bunuh diri hanya dinilai dengan
SBQ-R tanpa ada metode yang lebih komprehensif untuk menilai ide bunuh diri; 2) generalisasi
dari hasil ke kelompok usia atau masyarakat lain selain universitas siswa tidak mungkin, karena
penelitian hanya terfokus pada populasi berpendidikan tinggi ini; 3) Pada sampel non-klinis
dipelajari, tingkat depresi agak rendah, sehingga tidak dapat memastikan sampai sejauh mana
hasilnya akan digeneralisasikan untuk sampel klinis. Oleh karena itu, mempelajari kualitas
penyangga dari mental positif kesehatan dalam sampel klinis sangat diperlukan.
CRITICAL THINKING
Saya tertarik dengan penelitian ini karena pada penelitian ini penulis menjelaskan terkait
hubungan antara depresi dengan munculnya ide untuk melakukan bunuh diri dan juga bagaimana
perilaku bunuh diri itu bisa muncul pada seseorang yang sedang mengalami masalah mental dan
depresi. Tingginya angka kejadian bunuh diri di Indonesia maupun di dunia menjadi salah satu
faktor yang membuat saya tertarik pada jurnal ini. Orang yang memiliki ide atau gagasan untuk
bunuh diri biasanya sedang mengalami depresi atau tekanan yang berlebihan baik dari keluarga,
lingkungan kerja maupun masyarakat. Ketika seseorang mengalami depresi berat, pemikiran
untuk menyakiti diri sendiri paling sering muncul dipikiran dan juga menyebabkan peningkatan
keinginan melakukan percobaan bunuh diri.
Depresi dapat mempengaruhi tiap orang berbeda dengan range mulai dari ringan, sedang
sampai berat ketika didiagnosa. Depresi ditandai oleh gejala signifikan seperti: kesedihan terus
menerus, kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari, gangguan tidur, perubahan pola makan,
mudah terganggu, peningkatan rasa marah, tidak dapat beristirahat, mengisolasi diri, menolak
untuk tampil didepan umum, sulit berkonsentrasi, tidak dapat mengambil keputusan, menangis
berkepanjangan, dan munculnya pemikiran untuk bunuh diri.
Faktor yang meningkatkan risiko menderita depresi atau memicu depresi yaitu:
Memiliki riwayat keluarga kelainan kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan, gangguan
makan, atau gangguan stres pascatrauma (PTSD)
Penyalahgunaan alhohol atau obat terlarang
5
Beberapa ciri kepribadian, seperti rendah diri, ketergantungan, kritis dengan diri sendiri atau
pesimistik
Penyakit kronis atau serius, seperti kanker, stroke, nyeri kronis, atau penyakit jantung
Kejadian traumatik atau yang dapat membuat stress, seperti kekerasan seksual, kematian, atau
kehilangan orang yang dicintai atau masalah keuangan
Memiliki hubungan darah dengan penderita depresi, gangguan bipolar, alkoholisme, atau
percobaan bunuh diri
Terapi yang dapat diberikan pada orang yang mengalami depresi dan cenderung melakukan
percobaan bunuh diri adalah:
1. Penggunaan Antidepresan.
Beberapa obat yang sering digunakan yaitu escitalopram, paroxetine, sertraline,
fluoxetine, dan citalopram. Obat-obat tersebut termasuk obat golongan selective serotonin
reuptake inhibitors (SSRIs). Antidepresan tidak menyebabkan kecanduan. Ketika sudah
tidak perlu antidepresan dan berhenti menggunakan antidepresan, tubuh tidak akan
mengalami ketergantungan. Namun demikian, penggunaan dan penghentian antidepresan
harus dalam pengawasan dokter. Penghentian yang mendadak dapat menyebabkan
perburukan gejala depresi. Selalu konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan
antidepresan.
2. Psikoterapi
Psikoterapi dilakukan dengan mengajari cara baru dalam berpikir dan berperilaku, dan
mengubah kebiasaan yang berperan dalam depresi. Terapi ini dapat membantu mengerti
serta melewati hubungan yang penuh masalah atau situasi yang menyebabkan depresi atau
bahkan memperburuknya.
Terapi perilaku kognitif (CBT): Bertujuan untuk membantu pasien mengembangkan pola
pikir dan gaya hidup baru melalui analisis pemikiran. Periode pengobatan biasanya
bersifat singkat dengan target terapeutik yang telah ditentukan sebelumnya.
Terapi Psikoanalitik Terapi Psikodinamik) : Bertujuan untuk membantu pasien
memahami alam bawah sadar yang memengaruhi emosi dan perilaku saat ini dengan
menganalisis pengalaman dan pemikiran di masa lalu. Terapi ini merupakan proses terapi
intensif dan memiliki jangka waktu yang agak panjang.
6
3. Terapi Elektrokonvulsif.
Untuk depresi berat yang sulit diterapi atau tidak berespon pada obat-obatan atau
psikoterapi, kadang-kadang dilakukan terapi elektrokonvulsif (ECT) yang dilakukan di
bawah pengaruh obat bius. Walaupun dahulu ECT memiliki reputasi yang buruk, saat ini
ECT sudah mengalami peningkatan dan dapat menyembuhkan orang saat terapi lain tidak
bekerja. ECT dapat menyebabkan efek samping seperti bingung dan kehilangan memori.
Walaupun efek samping ini hanya sementara, terkadang efek tersebut juga bisa menempel
terus.
Beberapa cara mencegah depresi agar tidak terjadi adalah sebagai berikut:
1) Bersikap realistis terhadap apa yang kita harapkan dan apa yang bisa kita lakukan.
2) Tidak menyalahkan diri sendiri atau orang lain saat kita melakukan suatu kesalahan atau
mengalami kegagalan.
3) Tidak membanding-bandingkan diri dengan orang lain ataupun kehidupan orang lain.
4) Pikirkan untuk menyimpan keputusan besarsampai sembuh dari depresi, seperti menikah,
bercerai, tentang pekerjaan atau sekolah. Bicarakanlah dengan teman, professional
(psikolog, konselor atau psikiater)atau orang yang kita sayangi atau kita anggap mampu
membantu untuk melihat gambaran besarnya.
5) Dukungan keluarga, social dengan mengatakan jika kita mengalami masalah atau sedang
mengalami depresi.
6) Rutin lakukan olahraga dan kegiatan outdoor
7) Tidak terlalu menyesali suatu kejadian, bersikap tenang dan tidak mudah marah
8) Bangunlah harga diri dan mencoba bersikap dan berpikir positif.
9) Tidak menyendiri, menjauhi diri dari pergaulan, lebih bersosialisasi, melakukan aktivitas
dengan lingkungan sekitar
10) Lebih religious, mendekatkan diri kepada Tuhan YME
Penelitian dapat menjadi acuan dalam pembuatan rancangan promosi kesehatan, dengan
tahap yang dilakukan adalah:
1. Assesmen Kebutuhan
Apa masalah yang dibahas?
Hubungan antara tingkat depresi dan kesehatan mental dengan pola perilaku bunuh diri
dikalangan remaja
7
Seberapa penting promosi kesehatan perlu dilakukan?
Promosi kesehatan ini sagat penting karena mampu mengurangi dan mencegah
munculnya ide dan perilaku bunuh diri pada remaja
Bagaimana dampaknya?
Dampak yang diharapkan yakni: 1) mengurangi tingkat depresi; 2) mengurangi angka
kejadian bunuh diri; dan 3) meningkatkan kesadaran remaja terkait masalah kesehatan
mental
Apakah tujuan dan manfaat promosi kesehatan?
Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran remaja maupun masyarakat terkait pentingnya
menjaga kesehatan mental.
2. Sasaran
Masyarakat atau pelajar usia 15 tahun keatas yang mengalami masalah atau tidak mengalami
masalah depresi.
3. Metode
Memberikan penyuluhan dan edukasi tentang masalah mental dan resiko depresi dengan
menghadirkan narasumber seperti dokter, psikolog maupun tenaga kesehatan lain yang
memiliki kemampuan dan pengetahuan terkait depresi dan bunuh diri.
4. Rancangan Program Promosi Kesehatan
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober sebagai hari Kesehatan Mental Sedunia.
a. Para peserta diajak untuk mengenal diri sendiri dan mengidentifikasi perasaan saat ini
melalui test.
b. Penyampaian materi oleh Narasumber
Pengertian, faktor resiko dan gejala Depresi serta kaitannya dengan bunuh diri
Tanggapan sosial, agama maupun hukum terkait bunuh diri
Cara mencegah dan mengatasi terjadinya depresi
c. Sharing pengalaman dari peserta maupun narasumber