Anda di halaman 1dari 21

MPK KOMUNITAS

PROBLEM BASED LEARNING (PBL) II


MANAJEMEN PELAYANAN RESEP

Oleh:
Semuel Torokano, S. Farm. 178115102
Jerry, S. Farm. 178115107
Aquina Nino Ramadhanti Dewita, S. Farm. 178115112
Erica Kusuma Rahayu Sudarsono, S. Farm. 178115117
Meliana, S. Farm. 178115129
Tiffany Gunawan, S. Farm. 178115150
Stefanie Amelia Dimpudus, S. Farm 178115157
Maria Euphrasia Yolanda Mane, S. Farm 178115117

Kelas / Kelompok: A / 2

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
I. PENDAHULUAN
a. Kasus
Seorang ibu datang ke apotek dan akan menebus obat untuk anaknya berdasarkan resep.
Setelah Apoteker menerima resep tersebut,dilakukan skrining. Hasil tanya jawab Apoteker
dan ibu pasien diperoleh informasi bahwa Anak Alendra termasuk keluarga tidak mampu.
Setelah menunggu 60 menit, Apoteker memberikan obat (salah satu disubstitusi) dan
memberikan KIE. Resep sebagai berikut :
dr. Hanna Farida Pasya, SpA
SIP. 889812/2017
Jalan Mangga Raya 25 A Yogyakarta
08980755565
Tanggal : 5/3/2018

R/ Cefspan mg 30
Ryvel tab 1/5
Sirplus original 1/3
mf dtd no. X
S 2 dd 1

R/ Rhinofed tab 1/3


Ketricin 10 mg 1/3
Sirplus original 1/3
mf dtd no. XV
S 2 dd 1

R/ Lasal syr 60 cc
Bisolvon elixir 30 cc
Mf syr
S 3 dd cth 1

Pro: Anak Alexandra


Alamat : Jalan Jambu no.2 Semarang
Hasil diagnosa dokter terhadap Anak Alexandra yang berusia 3 tahun 4 bulan yaitu flu,
batuk dan sesak. Dokter penulis resep bersedia untuk berdialog dengan apoteker dan
memperoleh adanya penggantian obat disertai dengan bukti yang mendukung.

b. Identifikasi Masalah :

Pertanyaan pemicu :
1. Bagaimana Anda melakukan pelayanan resep tersebut (berdasarkan masalah yang
ditemui dan solusi yang dilakukan) ?

Permasalahan :
1. Apakah pemberian antibiotik (Cefspan) sudah tepat ?
2. Apakah Antibiotik (Cefspan) dapat diracik bersamaan dengan obat non-antibiotik
atau obat simptomatis (Ryvel) ?
3. Bagaimana cara berkomunikasi dengan dokter penulis resep terkait dengan
pemberian obat yang diresepkan ?
4. Bagaimana cara melakukan KIE terkait pengobatan pasien kepada ibu pasien oleh
apoteker?
5. Bagaimana cara melayani resep yang tidak mampu ditebus sepenuhnya ?

c. Tujuan
1. Dapat mengambil keputusan terkait dengan pemberian antibiotik (Cefspan) yang
tepat dan rasional kepada pasien.
2. Mengetahui mengenai aturan peracikan obat yang tepat.
3. Mengetahui cara berkomunikasi dengan dokter peulis resep terkait dengan
pemberian obat-obat yang diresepkan.
4. Mengetahui cara melakukan KIE terkait dengan pengobatan pasien kepada ibu
pasien oleh apoteker.
5. Mengetahui cara pelayanan resep yang tidak mampu ditebus sepenuhnya.
II. SKRINING RESEP

Skrining resep berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan No. 73 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu

1. Administratif (Kelengkapan Resep)

PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter 
2 SIP dokter 

3 Alamat dokter

4 Nomor telepon 
5 Tempat penulisan resep dan 
Tanggal penulisan resep 

Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan resep 
(R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat 

8 Kekuatan obat 

9 Jumlah obat 

Signatura
10 Nama pasien 

11 Jenis kelamin (dianggap ada) 

12 Umur pasien 

13 Barat badan (dianggap ada) 

14 Alamat pasien 


15 Aturan pakai obat 
PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
16 Iter/tanda lain 

Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter 

Kesimpulan:
Resep tersebut lengkap / tidak lengkap.

2. Kesesuaian Farmasetis

PERMASALAHAN
NO. URAIAN KETERANGAN
YA TIDAK
1 Bentuk sediaan Sedian yang tersedia 
125 ml, sedangkan
yang dibutuhkan
diresep 30 cc
2 Kekuatan sediaan Ketricin tidak 
terdapat kekuatan 10
mg
3 Stabilitas Sesuai 

4 Kompatibilitas Sesuai 

Penjelasan :
a. Bentuk Dan Kekuatan Sediaan;
Pada resep tersebut bentuk dan kekuatan sediaan sudah tepat pada R1 dan R3,
sedangkan R2 dengan resep ketricin 10 mg merupakan kesalahan penulisan kekuatan
obat. Ketricin mengandung triamcinolone dengan dosis 4 mg, namun dalam resep
ditulis 10 mg. oleh karena itu perlu dikonfirmasi kembali ke dokter, tentang obat dan
kekuatan yang dimaksudkan.
b. Stabilitas;
Umumnya obat pada R1, R2 dan R3 stabil pada suhu ruang. Namun perlu diperhatikan
pada R3 yang merupakan resep sirup racikan, jika sudah diracik hanya bertahan
maksimal 2 minggu. Setelah itu, jika terdapat pemisahan atau perubahan warna, dapat
diketahui terdapat ketidakstabilan.
c. Kompatibilitas (Ketercampuran Obat) :
Semua obat pada R1, R2 dan R3 dapat tercampur jika diracik. Pada R1 perlu
diperhatikan karena Ryvel merupakan obat dengan tablet salut film. Ketika diracik perlu
dipastikan bahwa salut yang digunakan juga digerus secara homogen sehingga
mengurangi resiko ketidakcampuran. Selain itu juga obat antibiotik pada R1 digabung
dengan obat simptomatik (cetirizine), sehingga perlu adanya konfirmasi kembali ke
dokter untuk peracikannya tidak secara bersamaan

3. Dosis
DOSIS
Nama Dosis Resep Dosis Literatur Kesimpulan Rekomendasi
Obat
Cefspan 2x sehari 30 mg 50–100 mg 2x/hari Sesuai -
= 60 mg/hari
Ryvel (1/5 tab x 10 mg) Sesuai -
2x sehari 2 mg 2,5 – 5 mg/hari
=4 mg/hari
Sirplus (1/3 tab x 100 mg) Campur 1 bagian Sesuai -
original 2x sehari 13,33mg bubuk sirplus
= 66,67 mg/hari dengan 3 bagian
obat
Anak 2- 6 tahun
2mg/5ml=24 mg/60 ml
1-2 mg 2-3 kali
sehari
Dosis/5ml :
(5ml/90ml)x4mg=1,34
Lasal syr 2 x ( 1 mg-2 mg) Sesuai -
mg
= 2mg – 4 mg
Dosis perHari :
3 x ( 1mg – 2 mg)
1,34 mg x 3 = 4 mg
= 3 mg-6 mg
Perlu
4mg/5ml=24 mg/30 ml
dilakukan
Anak 2-5 tahun: 5 penyesuaian
Dosis /5 ml :
mL sirup 2 kali dosis.
Bisolvon 5ml/90ml)x24mg=1,34 Under dose
sehari. Mendiskusikan
elixir mg
kepada dokter
2 x 4 mg = 8 mg terkait
Dosis perHari :
penyesuaian
1,34 mg x 3 = 4 mg
dosis.
(1/3 tab x 4 mg) =1,3 mg 4-16 mg/hari dapat
disesuaikan
Ketricin Sesuai -
Dosis perhari tergantung
2x1,3 mg = 2,6 mg/hari diagnosis
3 x 1 cth (15
pseudoefedrin, 20
2x10 mg = 20 mg/hari mg terfenadine)
Rhinofed (pseudoefedrin)  perhari 3x15 Sesuai -
2x26,7 mg = 53 mg/hari mg = 45 mg
3x20 mg = 60
mg/hari

4. Pertimbangan Klinis

PERMASALAHAN
No. URAIAN KETERANGAN
YA TIDAK
1 Tepat indikasi Tidak tersedia informasi anak  
mengalami radang dan demam, (R1) (R2,R3)
namun diberikan resep antibiotik
(cefspan)
2 Aturan, cara, lama Sesuai 
pengobatan
3 Duplikasi/polifarmasi Ryvel dan rhinofed memiliki 
indikasi yang sama, namun
berbeda cara penggunaannya
4 Reaksi obat yang Pemberian cefspan dapat 
tidak diinginkan menyebabkan diare.
Pemberian Ryvel dapat
menyebabkan kantuk.
5 kontraindikasi Tidak ada KI 
6 Interaksi Ada interaksi 

Pertimbangan klinis meliputi:


a. Ketepatan Indikasi Dan Dosis Obat :
Obat cefspan berisi antibiotik cefixime diindikasikan untuk infeksi. Pasien tersebut
tidak ada indikasi adanya infeksi sehingga cefspan tergolong obat tanpa indikasi..
b. Aturan, Cara Dan Lama Penggunaan Obat :
Pada resep sudah jelas tertera aturan, cara dan lama penggunaan obat. Perlu ditekankan
informasi yang perlu diberikan apoteker yaitu penggunaan antibiotik harus sampai
habis, juga untuk obat simptomatik pada R2 dan R3 jika gejala flu dan sesak sudah
tidak dialami, tidak perlu melanjutkan pengobatan.
c. Duplikasi Dan/Atau Polifarmasi :
Adanya duplikasi pada R1 dan R2. Dimana Ryvel pada R1 berisi cetirizine dan
Rhinofed pada R2 berisi terfenadine yang merupakan golongan antihistamin. Apoteker
kemudian dapat berkonsultasi dengan dokter dan dapat mempertimbangkan pemberian
kedua obat tersebut.
d. Reaksi Obat Yang Tidak Diinginkan :
Tidak ada catatan alergi obat dari pasien, sehingga untuk penggunaan semua obat masih
tergolong aman. Adanya yang perlu diperhatikan adalah pemberian cefspan dapat
menyebabkan diare dan ryvel dapat menyebabkan kantuk.
e. Kontra Indikasi :
Pasien tidak mengalami kondisi dimana pengobatan ini kontraindikasi, sehingga untuk
penggunaan semua obat masih tergolong aman.
f. Interaksi :
Terdapat interaksi antara terfenadine dan salbutamol, salbutamol dan pseudoefedrin,
kandungan alkohol di dalam bisolvon dapat berinteraksi dengan Ryvel®(Cetirizine)
namun tergolong interaksi minor, sehingga pengatasannya dapat dilakukan monitoring
tanda-tanda interaksi yang mungkin terjadi.

III. PENATALAKSANAAN TERAPI

A. Batuk
Batuk adalah suatu mekanisme tubuh dalam merespon iritan yang masuk ke dalam
tenggorokan dan saluran pernapasan berupa dorongan udara yang kuat dalam paru untuk
mengelurkan iritan tersebut. Batuk dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Iritan yang terhirup (asap atau debu)
2. Semua gangguan yang menyebabkan radang, penyempitan dan penekanan saluran
pernapasan
3. Alergi (udara dingin, sebu, dan bulu hewan)
4. Penyakit tertentu seperti asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), TBC, kanker
paru dan gagal jantung
5. Penggunaan obat tertentu seperti obat tekanan darah tinggi golongan angiotensin
converting enzyme (captopril dan enalapril)
Secara umum batuk dibedakan menjadi dua macam, yaitu batuk kering/non-produktif dan
batuk berdahak/produktif. Batuk kering disebabkan karena adanya alergi terhadap benda
tertentu, makanan, udara, dan obat-obatan. Batuk kering dapat dikenali dari suaranya yang
nyaring. Batuk berdahak disebabkan adanya infeksi mikroorganisme, seperti bakteri atau
virus. Berdasarkan suaranya, batuk berdahak memiliki suara yang lebih berat (Djunarko
dan Hendrawati, 2011).
Pemilihan obat dilakukan berdarsakan pada jenis batuk yang dialami, apakah
berdahak atau tidak. Pada batuk berdahak menggunakan obat golongan mukolitik
(pengencer dahak) dan ekspektoran (mengeluarkan dahak), sedangkan untuk batuk kering
menggunakan obat golongan antitusif (penekan batuk). Beberapa contoh obat batuk, yaitu:
1. Bromhexin
Bromhexin termasuk golongan mukolitik yang bekerja mengencerkan dahak sehingga
memudahkan pengeluaran dahak. Dosis bromhexin untuk dewasa adalah 8 mg diminum
3x sehari 1 tablet, sementera anak 5-10 tahun dengan dosis 4 mg diminum 2x sehar,
apabila perlu/batuk.
2. Gliseril guaiakolat
Gliseril guaikolat atau guaifenesin termasuk golongan ekspektoran. Obat ini bekerja
dengan merangsang batuk sehingga dahak dapat dikeluarkan dari saluran pernapasan.
Dosis gliseril guaikolat untuk dewasa adalah 100 mg diminum 3x sehari, untuk anak 6-
12 tahun dengan dosis 50-100 mg diminum 3x sehari, dan untuk anak 2-6 tahun dengan
dosis 50 mg diminum 3x sehari.
3. Dektrometorphan HBr
Dektrometorphan HBr merupakan golongan antitusif yang bekerja dengan menekan
pusat batuk di otak. Sehingga membantu meringankan batuk kering. Dosis
dektrometorphan HBr untuk dewasa 10-20 mg diminum 3x sehari 1 tablet jika perlu dan
untuk anak 6-12 tahun 5-10 mg diminum 3x sehari jika perlu.
Hal-hal yang dilakuka untuk membantu meringankan batuk, yaitu:
1. Minum banyak cairan (air putih atau sari buah), tidak mengkonsumsi soda atau kopi
terlebih dahulu
2. Hindari makanan yang merangsang batuk (berminyak atau dingin)
3. Hindari penyebab-penyebab alergi
4. Tutup dengan tisu atau sapu tangan apabila batuk

B. Flu
Influenza atau flu adalah gangguan pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh
infeksi virus. Penyakit ditandai dengan beberapa gejala antara lain demam, batuk, pilek,
dan hidung tersumbat, sakit kepala, dan nyeri sendi. Flu merupakan penyakit yang bersifat
self-limitting disease, atau penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan meningkatnya daya
tahan tubuh. Namun, sering kali gejala yang muncul saat flu yang menyebabkan
penderitanya sulit beraktivitas dan beristirahat, maka dibutuhkan obat flu untuk mengatasi
gejalanya. Flu biasa dijumpai pada masa pergantian musim, serangan virus influenza, daya
tahan tubuh sedang menurun yang disebabkan cuaca yang tidak stabil, kelelahan, dan stres.
Obat yang dapat diberikan yaitu kombinasi obat batuk, pilek dan antihistamin (untuk
batuk pilek tanpa demam dan nyeri) atau kombinasi obat batuk, pilek, antihistamin dan
parasetamol (untuk batuk pilek disertai demam dan nyeri). Hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh sehingga mempercepat masa penyembuhan dan mencegah
flu, yaitu:
1. Istirahat cukup dan berolahraga rutin saat sehat
2. Menghentikan aktivitas berat untuk sementara waktu
3. Memperbanyak minum air putih terutama yang hangat
4. Mengkonsumsi makanan yang sehat terutama buah dan sayur
5. Tutup dengan tisu atau sapu tangan apabila bersin atau batuk
(Djunarko dan Hendrawati, 2011).
C. Sesak
Sesak napas atau dispnea digambarkan sebagai perapasan yang lebih cepat dan disertai
sensasi kekurangan oksigen dan tidak bisa bernapas secara mendalam. Pada anak-anak,
penyebab paling umum yang menyebabkan sesak adalah asma, infeksi paru-paru, dan
obstruksi saluran napas bagian atas. Hal yang perlu diperhatikan pada anak-anak yaitu,
adanya paparan benda asing, croup/laringotrakeobronkitis, dan bronkiolitis yang
disebabkan oleh virus (Zoorob dan Campbell, 2003).

(Zoorob dan Campbell, 2003).


(Dipiro et al., 2015)

1. Anak cukup rawat jalan.


2. Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk dengan obat yang aman, seperti minuman
hangat manis.
3. Redakan demam yang tinggi (≥ 39º C) dengan parasetamol, apabila demam
menyebabkan distres pada anak.
4. Bersihkan sekret/lendir hidung anak dengan lap basah yang dipelintir menyerupai
sumbu, sebelum memberi makan.
5. Jika anak mengalami sesak napas atau bernapas cepat, berikan bronkodilator kerja-cepat
dengan salah satu cara berikut:
- Salbutamol nebulisasi
- Salbutamol dengan MDI (metered dose inhaler) dengan spacer
- Jika kedua cara tidak tersedia, beri suntikan epinefrin (adrenalin) secara subkutan.
6. Jangan memberi:
- Antibiotik (tidak efektif dan tidak mencegah pneumonia)
- Obat yang mengandung atropin, kodein atau derivatnya, atau alkohol (obat ini
mungkin membahayakan)
- Obat tetes hidung.
7. Tindak Lanjut Anjurkan Untuk Keluarga Pasien :
- Memberi makan/minum anak
- Memperhatikan dan mengawasi adanya napas cepat atau kesulitan bernapas dan
segera kembali, jika terdapat gejala tersebut.
- Harus kembali jika keadaan anak makin parah, atau tidak bisa minum atau menyusu.
IV. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

A. Standar Prosedur Operasional


Menurut PERMENKES No. 74 Tahun 2016, SOP Pelayanan Resep memiliki prosedur:
1. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama dokter,
nomor ijin praktek, alamat, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf
dokter serta nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu bentuk sediaan, dosis,
frekuensi, kekuatan, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian obat
3. Mengkaji aspek klinis dengan cara melakukan patient assessment kepada
pasien yaitu adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi,
jumlah obat dan kondisi khusus lainnya), keluhan pasien dan hal lain yang
terkait dengan kajian aspek klinis. Instruksi kerja : patient assessment terlampir
(contoh: menggunakan metode 3 prime question)
4. Menetapkan ada tidaknya masalah terkait obat (drug related problem = DRP)
dan membuat keputusan profesi (komunikasi dengan dokter, merujuk pasien ke
sarana kesehatan terkait dan sebagainya)
5. Mengkomunikasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan
6. Membuat kartu/catatan pengobatan pasien (patient medication record)

SOP Penyiapan dan penyerahan resep racikan memiliki prosedur :


1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep
2. Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimum
3. Mengambil obat dan pembawanya dengan menggunakan sarung tangan/alat/
spatula/sendok
4. Menutup kembali wadah obat setelah pengambilan dan mengembalikan ke
tempat semula (untuk tablet dalam kaleng)
5. Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok
6. Bahan baku obat ditimbang pada timbangan yang sesuai (jika ada)
7. Untuk bahan obat yang jumlahnya lebih kecil dari 30 mg maka harus dibuat
pengenceran dengan zat netral
8. Jika memungkinkan selalu dibuat bobotnya 0.5 gram
9. Dengan memperhatikan faktor inkompatibilas obat, lakukan penggerusan dan
campur hingga homogen
10. Serbuk dibagi-bagi menurut penglihatan, sebanyak-banyaknya 10 bungkus.
Untuk serbuk yang akan dibagi dalam jumlah lebih dari 10 bungkus, serbuk
dibagi dengan jalan menimbang dalam sekian bagian, sehingga dari setiap
bagian sebanyak-banyaknya dapat dibuat 10 bungkus serbuk. Penimbangan
satu persatu diperlukan jika pasien memperoleh dosis yang lebih dari 80 %
takaran maksimum untuk sekali atau dalam 24 jam.
11. Serbuk dikemas dengan kertas perkamen, kapsul atau kemasan plastik lekat.
12. Menyiapkan etiket warna putih.

B. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017


Pada kasus ini, pasien hanya membawa uang sebanyak Rp 75.000,00 dan tidak
mampu untuk menebus Resep yang diberikan, sehingga apoteker dapat mengganti obat
setelah berkonsultasi dengan dokter penulis Resep atau dapat mengganti obat merek
dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya mengacu pada Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek, pasal 21, ayat (2) dan (3).
Isi peraturan tersebut adalah sebagai berikut :
- Ayat (2) Dalam hal obat yang diresepkan terdapat obat merek dagang, maka
Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama
komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau
pasien.
- Ayat (3) Dalam hal obat yang diresepkan tidak tersedia di Apotek atau pasien tidak
mampu menebus obat yang tertulis di dalam Resep, Apoteker dapat mengganti obat
setelah berkonsultasi dengan dokter penulis Resep untuk pemilihan obat lain.

V. MASALAH DAN SOLUSI

a. Pemberian Antibiotik (Cefspan®)

Masalah :
- Menurut tatalaksana flu batuk sesak pada anak tidak memerlukan terapi antibiotik.
- Antibiotik Cefspan® (Antibiotik) diracik dengan obat non-antibiotik yaitu obat
simptomatik Ryvel® (Cetirizine)
Solusi : Melakukan diskusi terlebih dahulu dengan dokter untuk menghilangkan
Antibiotik dengan konfrimasi kedokter.
Pertimbangan :
- Pasien diasumsikan baru mengalami batuk, flu dan sesak. Sehingga menurut American
Academy of pediatrics tahun 2013 yang tidak menganjurkan untuk penggunaan
antibiotik pada anak-anak dimana batuk masih kurang dari 14 hari. Antibiotik hanya
boleh diberikan ketika batuk dan flu yang dialami terjadi akibat adanya infeksi bakteri,
namun pada kasus ini pasein baru saja mengalami batuk dan flu yang belum terbukti
karena adanya infeksi bakteri.

- Ada 2 situasi mengapa antibiotik digunakan, yaitu untuk mengobati infeksi bakteri
(proven/suspect bacteria) dan untuk mencegah infeksi bakteri pada prosedur yang
memiliki risiko tinggi terjadi infeksi. Antibiotik digunakan juga tergantung pada efikasi,
keamanan, harga, dan potensial resistensinya (National Drugs and Therapeutics
Subcommitee, 2011). Menurut WHO, tatalaksana flu, batuk, sesak pada anak tidak
perlu menggunakan antibiotik kecuali diindikasikan adanya infeksi.

Harga antibiotik pun sangat beragam. Harga antibiotik dengan kandungan yang sama
bisa berbeda hingga 100 kali lebih mahal dibanding generiknya. Peresepan antibiotik
yang mahal, dengan harga di luar batas kemampuan keuangan pasien akan berdampak
pada tidak terbelinya antibiotik oleh pasien, sehingga mengakibatkan terjadinya
kegagalan terapi. Setepat apa pun antibiotik yang diresepkan apabila jauh dari tingkat
kemampuan keuangan pasien tentu tidak akan bermanfaat (Kemenkes, 2011).

- Pemberian antibiotik secara bersamaan dengan antibiotik lain, obat lain atau makanan
dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan. Efek dari interaksi yang dapat terjadi
cukup beragam mulai dari yang ringan seperti penurunan absorpsi obat atau penundaan
absorpsi hingga meningkatkan efek toksik obat lainnya (Kemenkes, 2011). Pada kasus
ini antibiotik di racik bersamaan dengan obat simptomatik. Jika meracik obat antibiotik
bersamaan dengan obat simptomatik, peracikkan harus dipisah karena perbedaan aturan
pakai dari kedua jenis obat ini. Penggunaan obat antibiotik wajib diminum hingga habis,
sedangkan obat simptomatis dapat dihentikan apabila gejala sudah teratasi. Menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006), untuk antibiotik tidak disarankan
dicampur dalam sediaan puyer bersamaan dengan non-antibiotik.

b. Pemberian Ryvel®

Masalah :
- Terdapat obat bersalut film yaitu Ryvel® (Cetirizine) yang digerus.
- Terdapat indikasi yang sama dengan Rhinofed® namun berbeda cara penggunaannya.
Solusi : Melakukan diskusi terlebih dahulu dengan dokter untuk menghilangkan Obat
Ryvel® dengan konfrimasi kedokter.
Pertimbangan :
- Ryvel merupakan obat salut film, jika digerus maka akan menyebabkan penurunan
fungsi salut film untuk menutupi bau dan dan rasa yang tidak enak dari bahan aktif dan
pada saat digerus menjadi tidak homogen (Gloria, 2016).
- Ryvel® memiliki indikasi yang sama dengan kandungan Terfenadin pada obat
Rhinofed® sehingga lebih baik Ryvel® tidak perlu diberikan karena sudah diberikan
obat Rhinofed®.

c. Permintaan Bisolvon Elixir 30 Cc


Masalah :
- Bisolvon elixir yang tersedia di apotek hanya kemasan 125mL
- Terdapat interaksi obat Ryvel® dengan kandungan alkohol pada bisolvon yang dapat
meningkatkan efek samping ke sistem syaraf pusat seperti pusing, mengantuk, dan sulit
berkonsentrasi.
Solusi : Melakukan diskusi terlebih dahulu dengan dokter untuk mengganti Obat
Bisolvon elixir diganti Ambroxol dengan konfrimasi kedokter.

Pertimbangan :
- Bisolvon elixir setiap 5 mL mengandung bromhexine hydrochloride 4 mg dan ethyl
alcohol 3,72%. Kandungan alkohol di dalam bisolvon bisa berinteraksi dengan Ryvel®
(Cetirizine) yang dapat meningkatkan efek samping ke sistem syaraf pusat seperti
pusing, mengantuk, dan sulit berkonsentrasi.

- Perimbangan Bisolvon diganti ambroxol adalah kondisi ekonomi dari pasien. Pasien
merupakan pasien tidak mampu. Harga Bisolvon elixir adalah Rp. 61.900,- per botol
sedangkan harga Ambroxol tablet adalah Rp. 328,-/tablet.

d. Pemberian Ketricin® 10 Mg 1/3 tab


Masalah : Efek samping Ketricin® yang merugikan untuk balita
Solusi : Melakukan diskusi terlebih dahulu dengan dokter untuk menghilangkan Obat
Ketricin dengan konfrimasi kedokter.
Pertimbangan :

- Ketricin® merupakan obat dengan kandungan zat aktif Triamcinolon yang merupakan
obat golongan corticosteroid yang mencegah pelepasan substansi pada tubuh penyebab
inflamasi. Obat ini digunakan untuk mengobati beberapa kondisi seperti alergi,
ulcerative colitis, arthritis, lupus, psoriasis atau breathing disorder. Bentuk sediaan
yang dipasaran adalah 4 mg. Dosis ketricin untuk orang dewasa adalah 4-48mg/hari.
Dosis anak umur 3 tahun dihitung dengan rumus young:

Dosis yang ditulis pada resep adalah 1/3 tablet 10 mg untuk sekali penggunaan,
sehingga dosis untuk sehari adalah 6,66mg tetap bisa digunakan menurut perhitungan
rumus young. Namun, penggunaan Triamcinolon memiliki efek yang dapat
melemahkan sistem imun sehingga semakin mudah terkena infeksi dan jangka panjang
obat ini dapat menyebabkan gangguan syaraf, glaucoma dan infeksi anafilaksis yang
tidak disarankan untuk balita. Pasien juga sudah menerima obat untuk mengatasi alergi
dan sesak nafas sehingga penggunaan Ketricin® tidak terlalu dibutuhkan, sehingga
lebih baik tidak digunakan.

VI. BIAYA
1. HARGA MENURUT RESEP

Sediaan Jumlah yang Harga satuan Harga


dibutuhkan
R/ 1
Cefspan kapsul 100 mg 3 cap Rp 16.800 Rp 50.400
Ryvel 10 mg 2 tab Rp 2.750 Rp 5.500
Sirplus original 4 butir Rp 165 Rp 660
Tuslah Rp 3.000
Embalase Rp 1.000
Sub Total Rp 60.560
R/ 2
Rhinofed 5 tab Rp 1.300 Rp 6.500
Ketricin 5 tab Rp 2.650 Rp 13.250
Sirplus original 4 butir Rp 165 Rp 660
Tuslah Rp 3.000
Embalase Rp 1.500
Sub Total Rp 25.510
R/ 3
Lasal syrup 100 mL 1 botol Rp 16.000 Rp 16.000
Bisolvon elixir 125 mL 1 botol Rp 61.900 Rp 61.900
Tuslah Rp 3.000
Embalase Rp 1.500
Sub Total Rp 82.400
Total Rp 168.470
2. HARGA DARI RESEP YANG DIUSULKAN

Sediaan Jumlah yang Harga satuan Harga


dibutuhkan
R/ 1
Rhinofed 5 tablet Rp 1.300 Rp 6.500
Sirplus original 4 butir Rp 165 Rp 660
Tuslah Rp 3.000
Embalase Rp 1.500
Sub Total Rp 11.660
R/ 2
Ambroxol tablet 5 tablet Rp 328 Rp 1.640
Lasal syrup 100 mL 1 botol Rp 16.000 Rp 16.000
Tuslah Rp 3.000
Embalase Rp 1.500
Sub Total Rp 22.140
Total Rp 33.800

VII. KOMUNIKASI , INFORMASI DAN EDUKASI

a. Komunikasi Dan Informasi Terkait Kasus Kepada Dokter

1. Pasein terkendala kondisi ekonomi.


2. Meminta persetujuan dokter untuk menghilangkan Antibiotik dan Ryvel dengan
pertimbangan:
- Jika anak hanya mengalami batuk dan flu biasa, tidak perlu diberikan antibiotik
(Edukia, 2013).
- Obat antibiotik (Cefspan) dan obat simptomatis (Ryvel) tidak boleh diracik
bersamaan. Tidak mencampur antibiotik di dalam sediaan puyer (DepKes, 2006).
- Ryvel dan rhinofed memiliki indikasi yang sama, namun berbeda cara penggunaannya
(MIMS, 2018). Sebaiknya memilih satu obat saja yang akan digunakan dengan
memilih menghilangkan Ryvel.
- Pertimbangan lain menghilangkan Ryvel karena merupakan obat salut film, jika
digerus maka akan menyebabkan penurunan fungsi salut film untuk menutupi bau dan
dan rasa yang tidak enak dari bahan aktif dan pada saat digerus menjadi tidak
homogen.
3. Mengkonfirmasi kepada dokter terkait efek ketricin yang dapat menurunkan sistem
imun yang dapat memudahkan terkena infeksi sehingga tidak disarankan untuk balita
dan sedian ketricin 10mg yang dimana kekuatan obat tersebut tidak tersedia dipasaran.
4. Meminta persetujuan dokter untuk mengganti Bisolvon Elixir dengan Ambroxol
karena:
- Bisolvon elixir yang tersedia di apotek hanya yang 125 ml dengan harga Rp. 61.900,-
per botol. Pertimbangan dengan kondisi ekonomi pasien yang merupakan pasien tidak
mampu. Sehingga Bisolvon diganti dengan obat yang lebih ekonomis dengan indikasi
yang sama seperti Ambroxol. Menurut PERMENKES No.9 Tahun 2017 Ayat (3) yaitu
“Dalam hal obat yang diresepkan tidak tersedia di Apotek atau pasien tidak mampu
menebus obat yang tertulis di dalam Resep, Apoteker dapat mengganti obat setelah
berkonsultasi dengan dokter penulis Resep untuk pemilihan obat lain”. Sehingga
Apoteker dapat mengganti obat merek dagang/obat paten dengan obat generik dengan
zat aktif lainnya atas persetujuan dokter dan/atau pasien.
- Bisolvon elixir mengandung alkohol sehingga tidak dianjurkan untuk anak-anak
(Edukia, 2013).
b. Komunikasi Dan Informasi Terkait Kasus Kepada Pasien
1. Memberitahukan dan menjelaskan harga obat pada resep awal.
2. Memberikan informasi dan konfirmasi terkait perubahan obat yang diterima oleh
pasien dengan menunjukan resep yang sudah diubah dengan persetujuan dokter.
dr. Hanna Farida Pasya, SpA
SIP. 889812/2017
Jalan Mangga Raya 25 A Yogyakarta
08980755565
Tanggal : 5/3/2018
R/ Rhinofed tab 1/3
Sirplus original 1/3
mf dtd no. XV
S 2 dd 1

R/ Lasal syr 60 cc
Ambroxol 30mg 5 tab
Mf syr
S 3 dd cth 1

Pro: Anak Alexandra


Alamat : Jalan Jambu no.2 Semarang

Lalu memberitahu dan menjelaskan harga obat setelah perubahan yang telah
didiskusikan dengan dokter dan dikonfrimasi oleh dokter. Setelah menjelaskan apoteker
meminta persetujuan pasien mengenai perubahan obat. Setelah mendapat persetujuan
pasien dapat dilakukan peracikan.
3. Memberikan informasi cara penggunaan, penyimpanan, dan pemusnahan obat.
-Penjelasan penggunaan obat sembari menunjukkan etiket obat agar dapat
mempermudah pemahaman dalam penyampaian informasi ke keluarga pasien.

-Penjelasan mengenai penyimpanan obat kepada pasien. Jika memiliki kotak obat dapat
disimpan di kotak obat atau dapat disimpan di tempat dengan suhu ruangan, tidak
lembab, tidak terkena paparan sinar matahari langsung dan jauh dari jangkauan anak-
anak.
-Penjelasan mengenai pemusnahan obat sedian puyer dengan cara dilarutkan dalam air
lalu dibuang sedangkan untuk sediaan sirup yaitu dengan diencerkan atau dicampur
dengan air dan botolnya harus dihancurkan.
4. Memberitahukan kepada pasien bahwa obat yang diberikan merupakan obat
simptomatis yang penggunaanya dapat dihentikan jika keluhan yang dialami pasien
sudah sembuh.
5. Menjelaskan Terapi non-farmakologi untuk menunjang terapi:
Hal-hal yang dilakukan untuk membantu meringankan batuk, yaitu:
- Minum banyak cairan (air putih atau sari buah)
- Hindari makanan yang merangsang batuk (berminyak atau dingin)
- Hindari penyebab-penyebab alergi
- Tutup dengan tisu atau sapu tangan apabila batuk
Hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga
mempercepat masa penyembuhan dan mencegah flu, yaitu:
- Istirahat cukup
- Mengurangi aktivitas yang dapat menyebabkan kelelahan pada anak
- Memperbanyak minum air putih terutama yang hangat
- Mengkonsumsi makanan yang sehat terutama buah dan sayur
- Tutup dengan tisu atau sapu tangan apabila bersin atau batuk
Jika anak mengalami sesak nafas, dianjurkan keluarga paisen untuk :
- Memberi makan/minum anak
- Memperhatikan dan mengawasi adanya napas cepat atau kesulitan bernapas dan
segera kembali, jika terdapat gejala tersebut
- Harus kembali jika keadaan anak makin parah, atau tidak bisa minum
6. Jika selama 3 hari pengobatan dan tak kunjung sembuh, pasien disarankan untuk
kembali mengonsultasikan kembali ke dokter.

VIII. KESIMPULAN

1. Obat antibiotik Cefspan pada pasien ini dihentikan penggunaannya karena tidak sesuai
dengan indikasi pasien pada kasus ini.
2. Jika terdapat obat antibiotik yang diracik bersama obat simtomatik maka peracikan
kedua obat tersebut harus di pisah.
3. Berdasarkan hasil studi literatur dan analisis, apoteker memberikan rekomendasi
kepada dokter penulis resep terkait penghentian obat antibiotik cefspan dan ketricin
karena tidak sesuai dengan indikasi serta pemilihan alternatif pengobatan lain yang
dapat dijangkau oleh pasien yaitu penggantian bisolvon menjadi ambroxol.
4. Menyampaikan KIE kepada ibu pasien terkait penggunaan secara tepat dari obat
Rhinofed dan kombinasi Lasal dan Ambroxol yang diberikan kepada pasien.
5. Pertimbangan kondisi ekonomi pasien dalam pelayanan obat di apotek dapat
meningkatkan kapabilitas pasien dalam menebus obat.
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of pediatrics, 2013. Antibiotics for a sore throat,cough, or runny nose. An
initiative of the ABIM Foundation. Pp. 1-2
Departemen Kesehatan RI, 2006. Pedoman Pelaynan Kefarmasian di Puskesmas. Departemen
Kesehatan RI, 16,31.
Dipiro, J.T., Wells, B.T., Schwinghammer, T.L., dan Dipiro, C.V., 2015. Pharmacotherapy
Handbook, 9th Edition. McGrawHill, 824.
Djunarko, I., dan Hendrawati, Y.D., 2011. Swamedikasi. Citra Aji Parama, 34-44.
Edukia. 2013. Materi Pembelajaran Kesehatan Ibu dan Anak.
http://www.edukia.org/web/kbanak/start5/ diakses tanggal 6 Maret 2018.
Gloria, M., 2016. Farmasetika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 56.
Kementerian Kesehatan RI, 2011. Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Medscape, 2018. Pseudoefedrine, https://reference.medscape.com/drug/suprax-cefixime-
342503 diakses tanggal 6 Maret 2018.
Medscape, 2018. Triamcinolone, https://reference.medscape.com/drug/zyrtec-cetirizine-
343384 diakses tanggal 6 Maret 2018.
MIMS, 2018. Ryvel. http://www.mims.com/indonesia/drug/info/ryvel/ diakses tanggal 6
Maret 2018.
MIMS, 2018. Rhinofed. http://www.mims.com/indonesia/drug/info/Rhinofed diakses tanggal
6 Maret 2018.
MIMS, 2018. Triamcinolone. http://www.mims.com/indonesia/drug/info/ryvel/ diakses
tanggal 6 Maret 2018.
MIMS, 2018. Sirplus. http://www.mims.com/indonesia/drug/info/sirplus diakses tanggal 6
Maret 2018.
National Drugs and Therapeutics Subcommitee, 2011. Antibiotics Guidelines. 3rd edition,
National Drugs and Therapeutics Subcommitee.
Peraturan Menteri Kesehatan No.9 tahun 2017 tentang Apotek
PIO, 2018. Pseudoefedrine, http://pionas.pom.go.id/monografi/pseudoefedrin-hidroklorida
diakses tanggal 6 Maret 2018.
Zoorob, R.J., dan Campbell, J.S., 2003. Acute Dypsnea in The Office. American Family
Physician, 1803-1807.

Anda mungkin juga menyukai