NIM : PO713251181086
Kelas.Tingkat : B.II
A. PENGERTIAN EKSTRAK
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya
matahari langsung (Farmakope edisi III. Hal 9).
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Farmakope Edisi V. Hal 47).
B. JENIS-JENIS EKSTRAK
Berdasarkan konsistensinya, yaitu :
1. Ekstrak Cair (Extracta fluida (Liquida)
2. Ekstrak Semisolid (Extracta spissa)
3. Ekstrak Kering (Extracta sicca)
1. Ekstrak murni
Merupakan ekstrak yang tidak mengandung pelarut maupun bahan tambahan
lainnya dan biasanya merupakan produk antara, bersifat higroskopis serta
memerlukan proses selanjutnya untuk menjadi sediaan ekstrak.
2. Sediaan ekstrak
Merupakan sediaan ekstrak herbal hasil pengolahan lebih lanjut dari ekstrak
murni.
1. Standardised extracts
Merupakan ekstrak yang diperoleh dengan cara menambahkan zat aktif yang
aktivitas terapeutiknya telah diketahui untuk mencapai komposisi yang
dipersyaratkan.
2. Quantified extract
Merupakan ekstrak yang diperoleh dengan cara mengatur kadar senyawa yang
telah diketahui aktivitas farmakologisnya agar memiliki khasiat yang sama.
3. Other extract
Merupakan ekstrak yang diperoleh dengan cara mengatur proses produksi
serta spesifikasinya. Dalam hal ini kandungan senyawa yang bertanggung jawab
terhadap efek farmakologisnya belum diketahui. Contoh: Cratageus dan passiflora
incarnate.
D. EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari bagian tanaman obat
yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdpat dalam bagian tanaman
obat tersebut.
E. PRINSIP EKSTRAKSI
Pemisahan suatu zat berdasarkan perbandingan distribusi zat yang terlarut
dalam dua pelarut yang tidak saling melarutkan. Dimana isi sel akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan
yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
F. TUJUAN EKSTRAKSI
Adapun tujuan daripada ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen
kimia yang terdapat didalam simplisia. Basic daripada ekstraksi ini adalah
perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai
terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
G. METODE EKSTRAKSI
1. Ekstraksi secara dingin
Ekstraksi secara dingin ini bertujuan untuk mengekstrak senyawa senyawa yang
terdapat dalam simplisia yang tidak tahan terhadap panas atau bersifat termolabil.
Metode ini meliputi : Maserasi dan perkolasi.
2. Ekstraksi secara panas
Ekstraksi Metode Panas digunakan apabila senyawa-senyawa yang terkandung
dalam simlisia sudah dipastikan tahan panas.
Metode ini meliputi : Seduhan, Coque (Penggodokan), Infusa, Digestasi, Dekokta,
Refluks dan Soxhletasi.
H. PELARUT EKSTRAKSI
1. Air
Pada suhu kamar, air merupakan pelarut yang baik untuk melarutkan berbagai
macam zat seperti : garam - garam alkaloid, glikosida, asam tumbuh-tumbuhan, zat
warna dan garam mineral lainnya.
2. Etanol
Etanol hanya dapat melarutkan zat zat tertentu saja seperti alkaloid, glikosid,
damar damar dan minyak atsiri. Etanol tidak bias digunakan untuk mengekstraksi
bahan dari jenis-jenis gom, gula dan albumin.
3. Gliserin
Gliserin digunakan sebagai pelarut terutama untuk menarik zat aktif dari
simplisia yang mengandung zat samak. Disamping itu juga glisein merupakan
pelarut yang baik untuk golongan tannin dan hasil hasil oksidannya, berbagai jenis
gom dan albumin.
4. Eter
Eter merupakan pelarut yang sangat mudah menguap sehingga tidak
dianjurkan untuk pembuatan sediaan obat yang akan disimpan dalam jangka wakt
yang lama.
5. Heksan
Heksana merupakan pelarut yang baik untuk lemak dan minyak. Pelarut ini
biasanya dipergunakan untuk menghilangkan lemak pengotor dari simplisia
sebelum simplisia tersebut dibuat seiaan galenik.
6. Chloroform
Chloroform tidak dipergunakan untuk sediaan dalam, karena secara
farmakologi, chloroform mempunyai efek toksik. Chloroform biasanya digunakan
untuk menarik bahan bahan yang mengandung basa alkaloid, damar, minyak
lemak dan minyak atsiri.
7. Aceton
Aceton memiliki kemampuan hamper sama dengan heksan dimana aceton
mampu melarutkan dengan baik berbagai macam lemak, minyak atsiri dan damar.
Akan tetapi, aceton tidak dipergunakan untuk sediaan galenik untuk pemakaian
dalam. Selain itu bau dari aceton kurang enak dan sukar hilang dari sediaan.