Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GEL

Dosen Pembimbing : APT. linda suryani S.Farm

DISUSUN OLEH :

2)
Miftahul Janah (16190000012)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2021
KATA PENGATAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna
atas berkat dan rahmat Nya kami di beri kemudahan dalam menyusun makalah ini dan Mampu
menyelesaikan dengan tepat waktu dengan isi makalah tentang GEL Dalam penyusunan
makalah ini penulis berterima kasih kepada ibu Linda Ssi, M.farm,Apt. karena telah
membimbing sehingga ilmu yang diberikan dapat diterapkan dan digunakan dalam pembuatan
makalah ini.

Sehingga para pembaca dapat memperdalam ilmu mengenai materi tersebut lebih baik
lagi. Apabila ada kesalahan dalam penulisan, kritik dan saran sangat membantu dan akan
ditampung untuk memperbaiki makalah ini kembali.

Jakarta, 15 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I.....................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN .................................................................................................................................5
A. Latar Belakang .........................................................................................................................5
B. Tujuan .......................................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................7
A. Definisi Gel ................................................................................................................................7
B. Sifat dan karateristik sediaan gel ............................................................................................7
C. Hal – hal yang perlu di perhatikan dalam formulasi .............................................................9
D. Syarat Sediaan Gel ...................................................................................................................9
E. Kelebihan Sediaan Gel ...........................................................................................................10
F. Kekurangan Gel .....................................................................................................................10
G. Penggolongan Gel ...............................................................................................................11
H. Komponen Gel ....................................................................................................................11
I. Formulasi Sediaan Gel ...........................................................................................................13
BAB III................................................................................................................................................16
PENUTUP ...........................................................................................................................................16
A. Kesimpulan .............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu
cairan. Sediaan dalam bentuk gel mempunyai kelebihan yaitu kemampuan
penyebarannya baik pada kulit, efek dingin di kulit yang ditimbulkan akibat lambatnya
penguapan air pada kulit, tidak menyumbat pori-pori kulit dan dapat berpenetrasi pada
kulit, sehingga memberikan efek penyembuhan yang lebih cepat (Ansel, 2005). Pada
formulasi sediaan gel salah satu faktor kritis yang dapat mempengaruhi sifat dan
stabilitas fisik gel yang dihasilkan terutama dapat meningkatkan viskositas, daya lekat,
dan daya sebar yaitu thickening agent.
Thickening agent merupakan bahan pengental digunakan dalam sediaan
semipadat agar diperoleh struktur yang lebih kental (meningkatkan viskositas) sehingga
diharapkan dapat memperbaiki daya lekatnya (Sulaiman dan Kuswahyuning, 2008).
Terdapat beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai thickening agent seperti
gliserin, petrolatum, polietilen, xanthan gum, isopropil myristat, asam stearat, minyak
mineral, karbomer, dan propilen glikol (Yahendri, 2012). Propilen glikol merupakan zat
tambahan yang selain dapat melembabkan kulit atau sebagai humektan, propilen glikol
juga dapat meningkatkan penetrasi bahan obat kedalam kulit, menjaga stabilitas sediaan
dengan cara meningkatkan dibanding thickening agent lain dan stabil pada pH 3-6.
Propilenglikol digunakan untuk formulasi sediaan topikal sebagai thickening agent
dengan kosentrasi ≈15% (Rowe dkk, 2009).
Thickening agent berpengaruh terhadap efektifitas zat aktif, dimana zat aktif
tersebut dapat bertahan lama di kulit saat pengaplikasian, sehingga efek terapi dari zat
aktif dapat tercapai secara maksimal. Namun belum pernah dilakukan variasi
konsentrasi pada suatu penelitian, sehingga untuk mengetahui optimasi propilen glikol
sebagai thickening agent dibuat sediaan gel
dengan variasi konsentrasi 5%, 10%, 15%. Kualitas fisik sediaan gel dipengaruhi oleh
komposisi bahan tambahan yang digunakan. Gelling agent dan thickening agent
merupakan bagian yang sangat berpengaruh terhadap kualitas fisik dari sediaan gel.
Gelling agent akan membentuk jaringan struktural yang merupakan faktor yang sangat
penting dalam sistem gel contohnya CMC-Na (Zath dan Kushla, 1996). Sebagai gelling
agent, CMC-Na akan meberikan viskositas yang stabil. CMC-Na akan membentuk
massa gel, meningkatkan viskositas, dan membentuk sifat alir sediaan. Dalam
sediaan gel, propilen glikol digunakan sebagai humektan, penahan lembab,
memungkinkan kelembutan dan daya sebar yang tinggi dari sediaan serta melindungi
gel dari pengeringan (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).
Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat dengan kulit menjadi
luas, sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung menyebabkan kontak antara obat
dengan kulit menjadi luas, sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung cepat
(Rachmalia et al., 2016). Salah satu zat aktif yang bisa di digunakan sebagai obat dalam
sediaan gel adalah Natrium Diklofenak.

B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui optimasi propilenglikol sebagai thickening agent terhadap daya
lekat gel Natrium diklofenak
2. Untuk mengetahui konsentrasi propilen glikol yang paling efektif terhadap daya
lekat gel Natrium diklofen
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Gel
Gel merupakan sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung
zat aktif,merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh
jaringan yangsaling berikatan pada fase terdispersi. Dalam industri farmasi, sediaan gel
banyak digunakan pada produk obat-obatan, kosmetik dan makanan. Polimer yang biasa
digunakan untuk membuatgel-gel farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin,
karagen, agar, asam alginat, serta bahan- bahan sintetis dan semisintetis seperti metil
selulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa,dan karbopol yang merupakan
polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi.
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, gel kadang-kadang disebut jeli,
merupakan sistemsemipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekulorganik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Menurut
Formularium Nasional, gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang
dibuat dari zarah kecil senyawa anorganik atau makromolekul senyawa organik,
masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan. Menurut Ansel, gel
didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri darisuatu dispersi yang
tersusun baik dari partikel anorganik yang terkecil atau molekul organik yang besar dan
saling diresapi cairan.
Gel Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Gel sistem fase tunggal Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik
yangtersebar sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya
ikatanantara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat
dibuatdari makromolekul sintetik misalnya karboner atau dari gom alam
misanyatragakan.
b. Gel sistem dua fase Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari faseterdispersi
relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magmamisalnya magma
bentonit. Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik,membentuk semipadat
jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaanharus dikocok dahulu
sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas.

B. Sifat dan karateristik sediaan gel


1. SwellingGel
dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi
larutansehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara
matriks gel danterjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang
sempurna bilaterjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat
menyebabkankelarutan komponen gel berkurang.
2. Sineresis.
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan
yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu
pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang
tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat
adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada
ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga
memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada
hidrogel maupun organogel.
3. Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperaturtapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu
tertentu. Polimerseparti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin
membentuk larutan yang kental.Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk
gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh
pemanasan disebut thermogelation.
4. Efek elektrolit.
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik
dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan
koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi
elektrolit kecilakan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk
menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera
mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena
terjadinya pengendapan parsial darialginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut.
5. Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama
transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan
peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap
perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat
bermacam-macamt ergantung dari komponen pembentuk gel.
6. Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi
memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran non
Newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.

C. Hal – hal yang perlu di perhatikan dalam formulasi


1. Penampilan gel transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi,
dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang
mempunyai struktur tiga dimensi.
2. Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada
kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat
anionik (terjadi inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).
3. Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam formulasi.
4. Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida
bersifatrentan terhadap mikroba .
5. Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid tapi sifat
soliditas tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat
penggunaan topical.
6. Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan
viskositas saat disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol.
7. Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan
dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis
(airmengambang diatas permukaan gel).
8. Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar
pelarutdan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak.

D. Syarat Sediaan Gel


1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi ialah inert,aman dan tidak
bereaksi dengan komponen lain.
2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik
selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau
daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol,pemerasan tube, atau selama
penggunaan topikal.
3. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang
diharapkan.
4. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar
dapat menghasilkan gel yang sulit untuk menyebar dan penetrasi obat di dalam kulit.
5. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel
terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC
dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental
dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.
6. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan
disebut thermogelation
7. Sediaan gel harus memiliki daya lekat yang besar pada tempat yang diobati karena
sediaan tidak mudah lepas sehingga dapat menghasilkan efek yang diinginkan
(Lachman, 2008).
E. Kelebihan Sediaan Gel
Kelebihan Gel
Sediaan gel mempunyai kelebihan diantaranya adalah memiliki viskositas
dan daya lekat tinggi sehingga tidak mudah mengalir pada permukaan kulit, memiliki
sifat tiksotropi sehingga mudah merata bila dioles, tidak meninggalkan bekas, hanya
berupa lapisan tipis seperti film saat pemakaian, mudah tercucikan dengan air, dan
memberikan sensasi dingin setelah digunakan, mampu berpenetrasi lebih jauh dari krim,
sangat baik dipakai untuk area berambut dan lebih disukai secara kosmetika, gel segera
mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan dan absorpsinya pada
kulit lebih baik daripada krim, memiliki daya lekat yang tinggi yang tidak menyumbat
pori sehingga pernapasan pori tidak terganggu(Sharma, 2008).

F. Kekurangan Gel
1. Untuk hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih
pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau
hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan
iritasi dan harga lebih mahal
2. Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk
mencapai kejernihan yang tinggi
3. Untuk hidroalkoholik: gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat
menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk opada kulit bila
terkena pemaparan cahya matahari, alkohol akan menguapa dengan cepat dan
meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area
tertutupi atau kontak dengan zat aktif.
G. Penggolongan Gel
Penggolongan gel dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
Berdasarkan sifat fasa koloid (Lieberman, 1998)
1. Gel anorganik, contoh : bentonit magma.
2. Gel organik, pembentuk gel berupa polimer.

H. Komponen Gel
Gelling Agents (Pustaka : Dysperse System, vol. II, page 499-504)
Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur berbentuk jaringan yang
merupakan bagian penting dari sistem gel. Termasuk dalam kelompok ini adalah gum
alam, turunanselulosa, dan karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam
media air, selain itu ada yang membentuk gel dalam cairan nonpolar. Beberapa partikel
padat koloidal dapat berperilaku sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi
partikel. Konsentrasi yang tinggidari beberapa surfaktan nonionik dapat digunakan
untuk menghasilkan gel yang jernih di dalam sistem yang mengandung sampai 15%
minyak mineral. Berikut ini adalah beberapa contoh gelling agent :
Polimer (gel organik)
a. Gum alam (natural gums)
Umumnya bersifat anionik (bermuatan negatif dalam larutan atau
dispersi dalam air), meskipun dalam jumlah kecil ada yang bermuatan netral,
seperti guar gum. Karena komponen yang membangun struktur kimianya, maka
natural gum mudah terurai secara mikrobiologi dan menunjang pertumbuhan
mikroba. Oleh karena itu, sistemcair yang mengandung gum harus mengandung
pengawet dengan konsentrasi yangcukup. Pengawet yang bersifat kationik
inkompatibel dengan gum yang bersifatanionik sehingga penggunaannya harus
dihindari. Beberapa contoh gum alam :
1. Natrium alginate
Merupakan polisakarida, terdiri dari berbagai proporsi asam D-
mannuronik dan asam L-guluronik yang didapatkan dari rumput laut
coklat dalam bentuk garam monovalen dan divalen. Natrium alginat
1,5-2% digunakan sebagai lubrikan, dan 5-10% digunakan sebagai
pembawa.
Garam kalsium dapat ditambahkan untuk meningkatkan
viskositas dan kebanyakan formulasi mengandung gliserol sebagai
pendispers tersedia dalam bebrapa grade sesuai dengan viskositas
yang terstandardisasi yang merupakan kelebihan natrium alginat
dibandingkan dengan tragakan.
2. Karagenan
Hidrokoloid yang diekstrak dari beberapa alga merah yang
merupakan suatu campuran tidak tetap dari natrium, kalium,
amonium, kalsium, dan ester-ester magnesium sulfat dari polimer
galaktosa, dan 3,6-anhidrogalaktosa.
Jenis kopolimer utama ialah kappa, iota, dan lambda karagenan.
Fraksikappa dan iota membentuk gel yang reversibel terhadap
pengaruh panas.
Semua karagenan adalah anionik. Gel kappa yang cenderung
getas,merupakan gel yang terkuat dengan keberadaan ion K. Gel iota
bersifat elastis dan tetap jernih dengan keberadaan ion K.
3. Tragakan
Menurut NF, didefinisikan sebagai ekstrak gum kering dari
Astragalus gummifer Labillardie, atau spesies Asia dari Astragalus.
Material kompleks yang sebagian besar tersusun atas asam
polisakaridayang terdiri dari kalsium, magnesium, dan kalium.
Sisanya adalah polisakaridanetral, tragakantin. Gum ini
mengembang di dalam air.
Digunakan sebanyak 2-3% sebagai lubrikan, dan 5% sebagai
pembawa. Tragakan kurang begitu populer karena mempunyai
viskositas yang bervariasi. Viskositas akan menurun dengan cepat di
luar range pH 4,5-7, rentanterhadap degradasi oleh mikroba.
Formula mengandung alkohol dan/atau gliserol dan/atau volatile oil
untukmendispersikan gum dan mencegah pengentalan ketika
penambahan air.
4. Pektin
Polisakarida yang diekstrak dari kulit sebelah dalam buah citrus
yang banyak digunakan dalam makanan. Merupakan gelling agent
untuk produk yang bersifat asam dan digunakan bersama gliserol
sebagai pendispersi dan humektan.
Gel yang dihasilkan harus disimpan dalam wadah yang tertutup
rapatkarena air dapat menguap secara cepat sehingga meningkatkan
kemungkinanterjadinya proses sineresis.
Gel terbentuk pada pH asam dalam larutan air yang mengandung
kalsiumdan kemungkinan zat lain yang befungsi menghidrasi gum.

I. Formulasi Sediaan Gel


Formulasi adalah menggabungkan bersama komponen dalam hubungan
yang sesuai dengan formula yang ada. Formulasi merupakan tahapan lanjutan dari
kegiatan praformulasi. Dalam kegiatan formulasi harus diperhatikan tahapan tahapan
dalam menggabungkan tiap komponen yang tertera pada formula yang telah dibuat
(Siregar, 2010). Formulasi merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan sediaan
dimana menitikberatkan pada kegiatan merancang komposisi bahan baik bahan aktif
maupun bahan tambahan yang diperlukan untuk membuat sediaan tertentu yang
meliputi nama dan takaran bahan.Pembuatan formulasi dilakukan setelah tahapan
praformulasi.
1. Spesifikasi Bahan
Berikut adalah spesifikasi bahan penyusun formulasi sediaan gel:
2. Bahan Berkhasiat
Bahan berkhasiat adalah bahan obat yang digunakan untuk tujuan pengobatan sehingga
dapat memberikan efek terapi yang diharapkan, bahan berkhasiat yang digunakan
adalah Natrium Diklofenak yang dapat meredakan rasa nyeri dengan cara menghambat
enzim cyclooxygenase (COX) sehingga prosuksi prostaglandin di seluruh tubuh akan
menurun. Bahan berkhasiat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan aktif
yang agak sukar larut dalam air sehingga efektif meredakan rasa nyeri dengan dibuat
sediaan gel. Dosis Natrium Diklofenak untuk meredakan rasa nyeri dalam sediaan
topikal adalah 1%.
a. Basis Gel
Pemilihan basis gel tergantung sifat obat, OTT, absorpsi, sifat kulit dan jenis luka.
Pertimbangan pemilihan basis gel dipengaruhi oleh sifat zat berkhasiat yang digunakan
dan konsistensi sediaan yang diharapkan. Sifat basis yang perlu diperhatikan adalah
tidak berkhasiat, tidak mengiritasi dan menghidrasi, bersatu dengan zat aktif secara
fisika dan kimia, dan stabil secara kimia dan fisika. Basis gel yang digunakan dalam
penelitian adalah CMC-Na (natriumkarboksimetilselulosa). Penggunaan basis gel
CMC-Na karena selain mudah diperoleh, dapat disebarkan dengan baik serta stabil
dalam penyimpanan waktu yang lama. Natrium karboksimetilselulosa (CMC-NA,
Ultraquellcellulosc, Zellin, Tylosc C, Tylosc CB Natriumselulosaglikolat) merupakan
garam natrium dari asam selulosa glikol dan dengan demikian berkarakter ionik
Larutannya dalam air praktis bereaksi netral dan tidak memiliki aktivits permukaan.
Kadar CMC-Na sebagai gelling agent adalah 3-6%
3. Bahan Tambahan
a. Bahan pengawet
Bahan pengawet merupakan zat yang digunakan untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme (Ansel, 1989). Kriteria pengawet yang digunakan
antara lain, tidak toksik dan tidak mengiritasi, lebih memiliki daya bakterisid
dari pada bakteriostatik, efektif pada konsentrasi rendah untuk spektrum luas,
stabil pada kondisi penyimpanan, tidak berbau dan tidak berasa, tidak
mempengaruhi atau dapat bercampur dengan bahan lain dalam formula,
harganya murah. Metil paraben (Nipagin) dan propil paraben (nipasol)
merupakan atimikroba spektrum luas dan dapat bekerja pada rentang pH yang
luas. Kombinasi dari keduanya dapat meningkatkan efektivitas antimikrobanya.
Contoh bahan pengawet yang sering digunakan adalah nipagin 0,12-0,18 % dan
nipasol 0,02-0,05% (Anief, 1997).
b. Bahan Pelembab
Pelembab adalah zat yang digunakan untuk mencegah keringnya
preparat karena berhubungan dengan kemampuan sediaan untuk menahan
lembab. Dengan adanya pelembab, maka penguapan air oleh sediaan dapat
diminimalisir sehingga sediaan tidak kering saat penyimpanan maupun saat
pengaplikasian. Contoh: pelembab adalah gliserin, propilen glikol, sorbitol
(Ansel,1989).
c. Thickening agent
Thickening agent adalah zat yang digunakan sebagai pengental sediaan,
dan dapat meningkatkan penetrasi obat kedalam kulit. Dengan thickening agent
maka dapat memperbaiki daya sebarnya dan penetrasi obat ke dalam kulit
sehingga diperoleh sediaan yang memiliki daya lekat yang baik dan juga
penetrasi obat yang lebih baik dibandingkan tanpa menggunakan thickening
agent (Paye, Barel, and Maibach, 2006).
Contoh thickening agent adalah : propilenglikol, gliserin, polietilen, minyak
mineral, lanolin dan derivatnya dll. Dalam penelitian ini thickening agent yang
digunakan adalah propilen glikol.

J. Metode Pembuatan Gel


Berikut adalah metode pembuatan sediaan gel secara umum
1. Semua komponen gel dipanaskan (terkecuali dengan air), kurang lebih sekitar 90oC
2. Air dipanaskan pada suhu 90oC, lalu CMC-Na di kembangkan dengan air panas.
3. Air ditambahkan ke fase minyak, diaduk terus. Pengadukan kuat sebaikinya
dihindari karena dapat menimbulkan gelembung. (Marriot,John Fc.,et al., 2010)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gel merupakan sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung
zataktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh
jaringanyang saling berikatan pada fase terdispersi.
Keuntungan sediaan gel yaitu efek pendinginan pada kulit saat digunakan
penampilans sediaan yang jernih dan elegan; pada pemakaian di kulit setelah kering
meninggalkan film tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak
menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak terganggu, mudah dicuci dengan
air, pelepasan obatnya baik dan kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
Kekurangan sediaan gel yaitu harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam
air Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk
mencapai kejernihan yang tinggi, gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat
menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila
terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan
meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area
tertutupi atau kontak dengan zat aktif

DAFTAR PUSTAKA
1. http://apotecherry.blogspot.co.id/2011/05/sediaan-gel_3072.
2. htmlhttps://chulpetals.wordpress.com/2013/12/13/makalah-gel-
lengkap-dengan-literatur/
3. https://chulpetals.wordpress.com/2013/12/13/makalah-gel-lengkap-
dengan-literatur/

Anda mungkin juga menyukai