Anda di halaman 1dari 12

STUDI KASUS FARMAKOTERAPI I

“HIV,SALURAN CERNA,SALURAN KEMIH, DAN SALURAN


PERNAFASAN BAWAH”

DOSEN PEMBIMBING:
JULIA TOTONG, SSI, M. FARM, APT

DISUSUN OLEH:
1)
IMELDA MATRUTY (16190000005)
2)
PRUDENTISIMA OKI (16190000001)
3)
PUTRI YOGI SELVIANA (16190000004)
4)
WIDI MIFTAHUL JANAH (161900000012)
5)
MARIANA RENA (16190000016)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INDONESIA MAJU (STIKIM)
Jalan Harapan No. 50 Rt 7 Lenteng Agung Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta
Telp (012) 78894043
2021
1. Study Kasus HIV
Ny. XY (29) perempuan, seorang pelayan diskotik dibawa ke rumah sakit oleh teman-
temannya dengan keluhan utama batuk berdahak lebih dari 3 bulan disertai darah. Dalam
seminggu terakhir demam dan berkeringat dingin terutama malam hari, malaise, dada
terasa nyeri saat batuk. Berat badan pasien menurun drastis dalam setahun terakhir. Sudah
pernah dibawa periksa ke dokter terdekat dengan diagnosa bronkitis kronik dan
mendapatkan terapi antibiotika tetap tidak ada perbaikan kondisi. Pasien juga seorang
pengguna narkotika jenis morfin suntik dan pernah MRS dengan diagnosa hepatitis B.
Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan kesadaran compose mentis, GCS E4.M6.V5.
Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 110x/menit; suhu tubuh 39.6 ℃ , RR 25x/ menit.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan imunokromatografi (+); ELISA I (+) dan
ELISA II (+), CD4 250; Hb 9,5 g/dL; leukosit 350,000; trombosit 550,000; GDS 75
mg/dL; SGOT 55g/dL ; SGPT 75 g/dL; BUN 35 mg/dL; kreatinin serum 1,97 mg/dL; uji
BTA (+); pemeriksaan foto thorax menunjukkan nodular di segmen apikal dan posterior
lobus atas alveoli dan segmen superior lobus bawah bayangan bercak millier dan efusi
pleura unilateral.
1. Bagaiamann SOAP
Jawab:
Subjek:
Nama: Ny.XY
Usia: 29 thn
Jenis.k: wanita
Keluhan utama: batuk berdahak lebih dari 3 bulan disertai darah, demam dan berkeringat
dingin terutama malam hari, malaise, dada terasa nyeri saat batuk
R.p.terdahulu: bronkitis kronik
Riwayat.p: batuk berdahak disertai darah, bronkitis kronik
R.p keluar: -
R.alergi: -
Diagnosa: hepatitis B.
Objektif:
GCS E4.M6.V5. Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 110x/menit; suhu tubuh 39.6
℃ , RR 25x/ menit. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan imunokromatografi
(+); ELISA I (+) dan ELISA II (+), CD4 250; Hb 9,5 g/dL; leukosit 350,000; trombosit
550,000; GDS 75 mg/dL; SGOT 55g/dL ; SGPT 75 g/dL; BUN 35 mg/dL; kreatinin
serum 1,97 mg/dL; uji BTA (+); pemeriksaan foto thorax menunjukkan nodular di
segmen apikal dan posterior lobus atas alveoli dan segmen superior lobus bawah
bayangan bercak millier dan efusi pleura unilateral.

Assesment:
 ARV yang digunakan untuk pasien ko-infeksi HIV/TB yaitu berasal dari lini pertama
yaitu AZT atau TDF + 3TC (FTC) + EFV . Dalam hal ini direkomendasikan penggunaan
TDF + 3TC + EFV. Untuk terapi infeksi oportunistik (IO) seperti TB, ARV diberikan
setidaknya 2 minggu setelah pasien mendapatkan pengobatan infeksi opportunistik.
 Dosis EFV (Efavirenz) dalam bentuk tablet 600mg 1x/ sehari
 Dosis TDF (Tenofovir) dalam bentuk tablet 300 mg 1x/ sehari
 Dosis 3TC (Lamivudine) dalam tablet 300 mg setiap 24 jam
 Untuk TB digunakan INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol selama 2 bulan (fase
intensif) tiap hari lalu selanjutnya (fase lanjutan) dengan INH dan Rifampisin 3x
seminggu (2HRZE/4H3R3) (Isofarter,2008)
 Untuk terapi hepatitis B obatnya sama dengan 3TC. Hepatitis B dan HIV mempunyai
beberapa kemiripan karakter, di antaranya adalah merupakan blood-borne disease,
membutuhkan pengobatan seumur hidup, mudah terjadi resisten terutama jika digunakan
monoterapi dan menggunakan obat yang sama yaitu Tenofovir, lamivudine dan
emtricitabine.

Plan:
 Pasien harus mendapatkan KIE mengenai penyakit HIV
 Istirahat yang cukup dan tidak terlalu kecapean/lelah
 Tidak bekerja terlalu berat
2. Adakah rekomendasi untuk pasien ini
Jawab:
 Pasien harus dirawat inap di rumah sakit karena batuknya berdarah dan status TB
parunya milier dan apabila tidak dirawat di rumah sakit dikhawatirkan akan
mengancam keselamatan jiwa.
 Dilakukan pembedahan apabila semua penderita yang telah mendapat OAT adekuat
tetapi dahak tetap positif, penderita batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan
cara konservatif dan penderita dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak
dapat diatasi secara konservatif .
 Menghentikan penggunaan narkoba jarum suntik.
 Merehabilitasi diri untuk menghentikan ketergantungan morfin.

2. Studi kasus saluran cerna


Seorang wanita dewasa datang ke RS dengan keluhan sering merasa nyeri di ulu
hati lebih kurang 2 jam setelah makan, mual kadang BAB encer berwarna hitam. Dua
bulan terakhir BB turun 3 kg. Setahun yang lalu pasien mengalami stress karena masalah
keluarga sehingga makan sering tidak teratur. Kadang sulit tidur dan sering sakit kepala.
Untuk mengurangi sakit kepala dia biasanya minum obat sakit kepala seperti panadol.
Pasien bekerja sebagai PNS di sebuah instansi pemerintahan. Hasil pemeriksaan fisik :
umur 49 tahun, TB 158 cm, BB 46 Kg, pucat,lemah ada melena. Pemeriksaan
laboratorium : Hb 10,2 g% , test Benzidin + . Anamnesa diet pasien tidak suka apel dan
telur. Pasien dianjurkan dirawat. Rencanakanlah NCP untuk pasien ini.
Proses Asuhan Nutrisi ( NCP )
A. Gambaran Umum Pasien
Nama : Ny. Desi
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : PNS
B. Proses Asuhan Gizi Terstandar
a. Pengkajian Gizi
Hasil recall 24 jam pasien :
1. Asuhan energi = 1565,8 gr
2. Asuhan protein = 60,9 gr
3. Asuhan lemak = 50,8 gr
4. Asuhan KH = 219,6 gr
b. Assement Gizi
a) Data antropometri
BB = 46 Kg
TB = 158 cm
46
IMT = = 18,42 kg/m²
1, 58²
Penilaian = IMT Menurun

b) Data Biokimia

Jenis Hasil Nilai normal Keterangan


pemeriksaan pemeriksaan
HB 10,29 g/dl 12-13 g/dl Anemia
Benzidint + - + ada pendarahan
di saluran cerna

Penilain : pasien mengalami anemia karena HB menurun dan terdapat


pendarahan yang tidak terlihat di saluran cerna akibat infeksi.
c) Data klinik
1. Nyeri di ulu hati ± 2 jam setelah makan
2. Mula
3. BAB encer berwarna hitam /melena
4. Sakit kepala
5. Pucat
6. Lemah
Penilaian : gejala ulkus peptikum, mual, pucat, sakit kepala, badan lemah.
d) Data dietery
1. Malas makan karena selalu merasa kenyang
2. Tidak suka makan telur dan apel
3. Kurang suka sayur
4. Saupan enrgi 72%
5. Asupan protein 106%
6. Asupan lemak 84%
7. Asupan KH 67%
Penilain : asupan enrgi tidak mencukupi, asupan KH tidak mencukupi,
kelebihan asupan protein, konsumsi obat pereda sakit kepala.
e) Data riwayat personal
Riwayat penyakit :
Penyakit dulu : -
Penyakit sekarang : ulkus peptida

c. Diagnosa Gizi
Matriks pengkajian gizi
Assesment Parameter Kemungkinan diagnosa
FH - Asupan energi tidak NI 1.4 ; NI .2 ; NI 2.1 ; NI 1.6 ;
mencukupi NI 5.3 ; NC 3.1
- Variasi makanan NI 2.1 ; NB 3.2
terbatas
- Asupan KH tidak NI 5.8.1
mencukupi
- Kelebihan asupan
protein
AD - Penurunan BB NI 1.6 ; NB 3.3 ; NB 2.2 ; NC
- IMT Menurun 3.1
NI 5.2 ; NB 1.5 ; NI 2.6 ; NB
3.2 ;NB 3.3
BD - Hb menurun NI 5.10.1 ; NC 2.1
CD - Obat sakit, lemah, NI 3.2 ; NC 3.4 ; NB 1.5 ; NC
kejang, mual 1.1 ; NB 2.2 ; NI 2.5 ; NI 2.6 ;
NI 5.5 ; NC 1.4 ; NI 2.8 ; NI
3.2 ; NI 5.8.6 NB 3.1
- Sakit kepala NI 3.2 ; NI 5.9.2
Riwayat - Infeksi NI 2.1 ; NB 3.1 ; NI 5.3 ; NI
personal 5.8.2

Diagnosa Gizi
1. Domain intake
NI 2.1 : asupan oral inadekuat berkaitan dengan ulkus peptikum ditandai dengan
malas makan karena perut terasa kenyang.
2. Damain klinik
NC 3.1 : penurunan berat badan berkaitan dengan penurunan badan sejak 2 bulan
terkahir ditandai dengan penurunan berat badan 3 kg
3. Damain behavior
NB 1.5 : gangguan pola makan berkaitan dengan kebiasaan makan kurang baik
ditandai dengan kurang suka sayur dan apel
d. Intervensi
1) Tujuan diet
 Menormalkan asupan oral
 Menigkatkan konsumsi makanan agar BB naik
 Memperbaiki pola makan pasien
2) Prinsip dan syarat diet
 Energi dan zat gizi lain cukup
 Porsi kecil tapi sering diberikan
 Hindari makanan yang bumbu merangsang
 Berikan lemak tidak jenuh
3) Perhitungan kebutuhan
BB ideal = (TB – 100)-10%(TB-100)
= (158-100)-0,1(158-100)
=58-5,8
52,2 Kg
a. Energi
REE = 10W+6,25H-5A-161
= 10 x 52,2 + 6,25 x 158 – 5 x 49 -161 =1103,5 kkal
SF = 10% x 1103,5 kkal = 110,35 kkal
AV = 20% x 1103,5 kkal

¿ 220,3 kkal+ ¿ ¿
143,55 kkal
SDA = 10% x1434,55 kkal

¿ 143,46 kkal+ ¿ ¿
TEE 1578,01 kkal
b. Protein
15% x 1578,01 kkal : 4 = 59,17 gr
c. Lemak
25% x 1578,01 kkal : 9 = 43,83 gr
d. KH
60% x 1578,01 kkal : 4 = 236,7 gr

4) Preskripsi diet
Diet : diet lambung 1
BM : Makanan cair
Pemberian : oral
Frekuensi : 3 jam sekali

5) Implementasi
a. Pemberian asupan energi =1578,01 kkal
b. Pemberian asupan protein = 59,17 gr
c. Pemberian asupan lemak = 43,83 gr
d. Pemberian asupan KH = 236,7 gr

6) Edukasi
Metode : konseling gizi
Materi : diet lambung 1
Tujuan : menjelaskan diet lambung 1, menjelaskan makanan
yang boleh dan tidak boleh di konsumsi
Media : leaflet
Tempat : ruang inap pasien
Waktu : 30 menit
Sasaran : pasien dan keluarga
7) Monitoring dan Evaluasi

Monitoring Waktu Evaluasi


Asupan makanan Setiap hari Asupan makanan pasien
menjadi adekuat
Berat badan Setiap hari BB pasien menjadi ideal
Hb Setiap minggu Membandingkan Hb
pasien dengan Hb
sebelum masuk RS
Keluhan pasien (mual, Setiap hari Menghilangkan mual
sakit kepala) pasien

3. Study kasus saluran kemih

Nama pasien Tn. AT usia 67 th, jenis kelamin laki-laki pasien mengeluhkan
penyakit tidak bisa kencing dan nyeri , nyeri terdapat pada bagian bawah diatas
kemaluan , pasien menyangkal kencing keluar pasir, kencing merah dan rasa seperti
ingin (BAK) , badan lemah dan keluar BAB sedikit. Suhu 36°c , 36°c , 36°c, 36,5°c ,
36°c , 36,2°c, 36°c, 36,2°c , 36°c, 36,4°c parameter lab : WBC (4-10,10) = 19,3 , 18,0 ,
15,1 Leukosit = 20,5 , 4-6 dan 8-10 Eritrosit = 3,5

Riwayat penyakit dahulu :


 penyakit ginjal
 penyakit jantung
 penyakit diabetes melitus sejak 2 bulan lalu
 memiliki riwayat post OP batu ureter / prostat BPH
Riwayat pengobatan
 Glibencamide
 Metformin
 Nopferten 10 mg (1x1 pagi hari)
 Spironolakton
1. Bagaiamann SOAP
Jawab:
Subjek:
Nama: Tn. AT
Usia: 67 th
Jenis.k: Laki-laki
Tidak bisa kencing dan nyeri , nyeri terdapat pada bagian bawah diatas kemaluan,
kencing merah dan rasa seperti ingin (BAK)
Riwayat.p: penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit diabetes melitus dan memiliki
riwayat post OP batu ureter /prostat BPH
R.p keluar: -
R.alergi: -
Diagnosa: infeksi saluran kemih
Objektif:
Suhu = 36°c , 36°c , 36°c, 36,5°c , 36°c , 36,2°c, 36°c, 36,2°c , 36°c, 36,4°c
parameter lab : WBC (4-10,10) = 19,3 , 18,0 , 15,1
Leukosit = 20,5 , 4-6 dan 8-10
Eritrosit = 3,5
Assesment:
 Starquin 400mg ( cipofrolaxin)
indikasi antibiotik ISK
(tidak ada DRP)
 Monuril 3gram ( fosfomisin trometamol)
indikasi antibiotik ISK bawah
(tidak ada DRP)
 Terfacef 2x 1gram ( ceftriaxone )
indikasi antibiotik untuk ISK
(tidak ada DRP)
 Cefadroxil 500mg (3x1)
indikasi antibiotik ISK
(tidak ada DRP)
Plan:
 Antibiotik Cefadroxil tab 500 mg 3x1 yang diresepkan dokter saat KSR harus
habis.
 Methioson tablet yang diresepkan dokter saat KSR harus diminum, dimana
tabletMethioson untuk mencegah terjadinya gangguan fungsi liver seperti
hepatotoksik daninfeksi.
 Konseling pasien untuk meningkatkan kepatuhan dalam minum obat dan
mengedukasi pasien pentingnya kepatuhan untuk menghindarkan komplikasi dari
penyakit kualitas hidup pasien.
Monitoring:
 Efektivitas obat, dengan parameter: suhu tubuh, WBC, leukosit.Efek
 Samping Obat:
Ceftriaxone : gangguan fungsi ginjal ( peningkatan BUN dan kreatinin),
gangguanfungsi liver (peningkatan SGOT/SGPT), renal stone.
Interaksi: tidak ditemukan interaksi
Riwayat penyakit dahulu: DM dengan monitoring gula darah. DM dapat
meningkatkan resiko terjadinya ISK (karena DM dapat menyebabkan kadar
glukosa dalam urin yang lebih tinggi dari normal sehingga dapat mengubah
mekanisme dari pertahananan antibiotik).
Analysis :
Pasien Tn. AT telah memiliki riwayat penyakit Benign Prostatic Hyperplasia
(BPH) sejak tahun 2008 dimana pasien juga dengan riwayat pasca operasi batu ureter.
Berdasarkan guideline DIPIRO manajemen terapi untuk Infeksi Saluran Kemih
(ISK)untuk pasien dewasa pria adalah trimethoprim-sulfamethosazole atau quinolone.
Pada pasien Tn. AT dokter memberikan terapi Ciprofloxacin (antibiotik golongan
quinolone),tetapi pasien mengalami alergi saat pemberian ciprofloxacin pada 5 menit
pertama ( Rash paada kulit sekitar jarum infus) dimana sebelumnya sudah dilakukan tes
alergi dibawa kulittetapi tidak menunjukkan rash. Pada saat itu juga ciprofloxacin
langsung dihentikan pemberiannya.
Setelah itu Tn. AT mendapat terapi Monuril 3 gram dosis tunggal, karena Tn.
ATtermasuk pasien Uncomplicated UTI (berdasarkan DIPIRO). Dimana setelah
pengobatan Monuril, pasien dievaluasi selama 3 hari untuk dilihat efektivitas obat
dengan melihat parameter WBC. Dari hasil evaluasi terdapat perbaikan kondisi klinis
pasien dengan pemberian antibiotik, terlihat dari WBC pasien turun dari 19.300/mm
Menjadi 18.000/mm. Kemudian pasien mendapat antibiotik golongan sefalosporin
(Ceftriaxone) selama 7 hari(berdasarkan guideline DIPIRO).
Dari hasil pemeriksaan laboratorium terdapat perbaikan kondisi klinis pasien
dengan melihat nilai WBC yang mulai turun pada tanggal 19 Jul isebesar 13.900/mm.
Pada saat pasien KRS, dokter memberikan antibiotik Cefadroxil 500 mg untuk
pengobatan selma 7 hari karena WBC pasien belum mencapai target normalnya
4.000/mm -10.000/mm dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengobatan ISK pada
Tn. AT tidak ditemukan adanya DRP.
Pemberian Sohobion dan Methioson ditujukan sebagai terapi simptomatik. Tablet
Sohobion sebagai vitamin neurotropik (kandungannya vitamin B1, B6, B12). Sedangkan
tablet Methioson ditujukan untuk mencegah gangguan fungsi liver seperti hepatotoksik
dan infeksi dan dengan demikian tidak ditemukan DRP pada kedua obat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai