Anda di halaman 1dari 19

PENGKAJIAN DATA/ASUHAN GIZI

Kasus 3
Nn. NA, 18 tahun, seorang mahasiswa. 3HSMRS mengeluh sesak nafas semakin
memberat, sesak nafas dirasakan saat beraktivitas, sesak saat tidur terlentang (+), lebih
nyaman tidur kekanan, tidur dengan 2-3 bantal, terbangun saat malam hari karena sesak
dan batuk, kaki bengkak, perut terasa cepet penuh, mata terlihat kuning, muntah bila
batuk. BB turun 14 kg selama 6 bulan terakhir. RPD: Hipertensi, DM, setelah 3 bulan
setelah melahirkan merasa sesak nafas setelah beraktivitas. Diagnosis medis: CHF CF
III., congestive hepatopaty. Polamakan di rumah: MP 3x/hr (@1,5 centong) dan
selingan 2x/hr, LH: daging 2x/mgg, telur, ayam. LN: tempe dan tahu, sayur: bayam,
wortel, kangkung, buah : 2-3x/mgg. Selingan :mie ayam. Antropometri: LLA: 16 cm,
BB= 49,6 kg, RL: 84 cm. Hasil lab : Hb: 8,9, MCH: 29,3, Alb: 2,52, SGOT: 20, SGPT:
10, Asam urat: 15,7, BUN: 20,4, Na: 137, K: 31, Cl: 95. TD: 120/80 mmHg, RR:
24x/mnt, N: 72 x/mnt, suhu: 37,7°C. Susunlah asuhan gizi dan perencanaan
konselingnya!

A. Identitas Pasien
1. Data Personal (CH)

Kode IDNT Jenis Data Data Personal


CH.1.1 Nama Nn NA
CH.1.1.1 Umur 18 tahun
CH.1.1.2 Jenis Kelamin Perempuan
Diagnosis medis CHF CF III., congestive hepatopaty

2. Riwayat Penyakit (CH)

Kode IDNT Jenis Data Keterangan


CH.2.1 Keluhan utama Sesak nafas semakin memberat,
sesak nafas dirasakan saat
beraktivitas, sesak saat tidur
terlentang (+),lebih nyaman tidur
kekanan, tidur dengan 2-3 bantal,
terbangun saat malam hari karena
sesak dan batuk, kaki bengkak, perut
terasa cepet penuh, mata terlihat
kuning, muntah bila batuk.
Riwayat penyakit Hipertensi, DM, setelah 3 bulan
sekarang dan dahulu setelah melahirkan merasa sesak
nafas setelah beraktivitas.
Riwayat pengobatan
Nomor RM :
Ruang Perawatan :
Tanggal MRS :
Tanggal pengambilan kasus :

3. Riwayat Klien yang Lain

Kode IDNT Jenis Data Keterangan


CH.2.1.5 Gastrointestinal Tidak ada
CH.2.1.8 Imun Tidak ada
CH.2.2.1 Perawatan Tidak ada
CH.3.1.1 Riwayat sosial Tidak ada
CH.3.1.7 Agama Tidak ada
Kesimpulan : Tidak ada keterangan riwayat klien yang disebutkan.

B. Hasil Skrinning Gizi


Formulir Skrining NRS-2002
1. Skrining Awal
Jawaban
Kriteria
Ya Tidak

1 Apakah IMT < 20,5 atau LLA < 25 cm untuk wanita dan LLA 
< 26,5 untuk Pria?
2 Apakah pasien kehilangan BB dalam waktu 3 bulan terakhir? 

3 Apakah asupan makan pasien menurun 1 minggu terakhir? 

4 Apakah pasien dengan penyakit berat? (ICU) 

- Jika tidak untuk semua kriteria, skrining diulang 1 minggu kemudian


- Jika ada 1 atau lebih kriteria dengan jawaban ya, dilakukan skrining lanjut
2.Skrining Lanjut 1
Resiko Gizi Kriteria

Absen (Skor = 0) Status gizi normal

Ringan (Skor = Kehilangan BB > 5% dalam 3 bulan atau asupan 50 –


1) 75% dari kebutuhan

Sedang (skor = Kehilangan BB > 5% dalam 2 bulan atau asupan 25 –


2) 50% dari kebutuhan

Berat (skor = 3) Kehilangan BB > 5% dalam 1 (> 15% dalam 3 bulan)


atau asupan 0 – 25% dari kebutuhan

3.Skrining Lanjut 2
Resiko Gizi Kriteria

Absen (Skor = 0) Status gizi normal

Ringan (Skor = Fraktur, pasien kronis (sirosis hati, COPD, HD rutin, BM,
1) kanker)

Sedang (skor = Bedah mayor, stroke, pneumonia berat, kanker darah,


2) sepsis

Berat (skor = 3) Cedera kepala, transplantasi sumsum, pasien ICU

Skrining Lanjut 1 Skrining Lanjut 2 Usia > 70 thn Total Skor

SKOR 3 1 - 4

Kesimpulan : RESIKO MALNUTRISI/TIDAK RESIKO MALNUTRISI

Keterangan:
Skor ≥ 3 : resiko malnutrisi, perlu perencanaan gizi secara dini
Skor < 3 : tidak beresiko malnutrisi atau bisa dilakukan skrining seminggu kemudian
Kesimpulan : Pasien beresiko malnutrisi. Selain dari skor skrinning, pasien
mengalami penurunan berat badan sebanyak 22% dalam 6 bulan dan pasien
memiliki penyakit kronis CHF CF III., congestive hepatopaty.
C. Riwayat Makan (FH)
1. SFFQ

Kode
Jenis Data Keterangan
IDNT
FH.2.1 Riwayat Diet 1. Makanan pokok : 3x/hr @ 1,5 centong
(pola makan) 2. Lauk hewani : daging 2x/mgg, telur, dan
ayam
3. Lauk nabati : tempe dan tahu
4. Sayur : bayam, wortel, dan kangkung
5. Buah : 2-3x/mgg
Selingan : Mie ayam
FH.2.1.1 Pemesanan Diet
FH.2.1.2 Pengalaman Tidak ada
diet
FH.2.1.3 Lingkungan Tidak ada
makan
FH.4.1 Pengetahuan Tidak ada
tentang
makanan dan
gizi
Kesimpulan : dari hasil wawancara dengan keluarga, pasien tidak
memiliki alergi maupun pantangan makanan. Pasien masih mengonsumsi
gorengan setiap hari. Kebiaaan makan kurang baik karena konsumsi mie
ayam sebagai selingan.

SQFFQ : Tidak ada

Energi Protein Lemak KH Na


(kkal) (gram) (gram) (gram) (mg)
Asupan Oral - - - - -
Kebutuhan - - - - -
% Asupan - - - - -
Interpretasi - - - - -
Klasifikasi tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat
sebagai berikut (WNPG, 2004):
a. Kurang : <80% AKG
b. Baik : 80 – 110 % AKG
c. Lebih : >110% AKG
Kesimpulan : Tidak adanya data terhadap asupan konsumsi pasien
sehingga tidak dapat dilakuka intervensi terkait pemenuhan asupan
konsumsi pasien.
2. Recall 24 jam (FH.7.2.8)
Tanggal : Tidak ada
Makanan dari RS :.
Makanan dari luar RS :
Energi Protein Lemak KH Na
(kkal) (gram) (gram) (gram) (mg)
Asupan oral - - - - -
Kebutuhan - - - - -
% asupan - - - - -
Kategori - - - - -
Klasifikasi tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat
sebagai berikut (WNPG, 2004):
a. Kurang : <80%AKG
b. Baik : 80 – 110 % AKG
c. Lebih : >110% AKG
Kesimpulan : Tidak adanya data terhadap asupan konsumsi pasien
sehingga tidak dapat dilakuka intervensi terkait pemenuhan asupan
konsumsi pasien.

D. Standar Pembanding (CS)

Kode
Jenis Data Keterangan
IDNT
CS.1.1.1 Estimasi BEE = 655 + (9,6 x BBk) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
Kebutuhan BEE = 655 + (9,6 x 48,6) + (1,8 x 168) – (4,7 x
Energi 18)
BEE = 655 + 466,56 + 302,4 – 84,6
BEE = 1339,36 kkal
Kebutuhan kalori = BEE x F. Aktivitas x F stress
Kebutuhan kalori = 1339,36 kkal x 1,3 x 1,2
Kebutuhan kalori = 2089,40 kkal
CS.2.1.1 Estimasi 15% x Energi total
Kebutuhan 15% x 2089,40 kkal = 313,41 kkal : 4 = 78,35 g
Protein
CS.2.2.1 Estimasi 25% x Energi total
Kebutuhan 25% x 2089,40 kkal = 522,35 kkal : 9 = 58,03 g
Lemak
CS.2.3.1 Estimasi 60% x Energi Total
Kebutuhan 60% x 2089,40 kkal = 1253,64 kkal : 4 = 313,41 g
Karbohidrat
CS.5.1.1 Rekomendas IMT = BB (kg) : TB2 (m)
i BB/ IMT/ IMT = 48,6 kg : 1,682 m
pertumbuhan IMT = 17,22 (Kurang) (WHO, 2004)
BB adj = {(BBA – BBI) x 0,25} + BBI
= {(48,6 – 61,2) x 0,25} + 61,2
= 58,05 kg
E. Antropometri (AD.1.1)

Kode IDNT Jenis Data Keterangan


AD.1.1.1 Tinggi Badan 2RL = 168 cm (estimasi TB)
AD 1.1.2 Berat Badan 49,6 kg
AD 1.1.4 Perubahan Berat BB turun 14 kg selama 6 bulan terakhir
Badan
AD.1.1.5 IMT
LILA 16 cm
RL 84 cm
Kesimpulan :

Berdasarkan perhitungan menurut percentile LILA maka status gizi pasien

termasuk dalam kategori gizi buruk dengan hasil perhitungan < 70% yakni

hanya 62,01%.

F. Pemeriksaan Fisik/Klinis (PD.1.1)

Kode IDNT Data Biokimia Hasil


PD.1.1.1 Penampilan Keseluruhan Composmentis
PD.1.1.3 Cardiovascular- Sesak nafas
pulmonary
PD.1.1.2 Bahasa Tubuh Tidak ada
PD.1.1.6 Kepala dan mata Mata tampak kuning
PD.1.1.9 Vital sign
Nadi 72 x (Normal)
Suhu 37,7oC (Tinggi)
Respirasi 24 x (Cepat)
Tekanan darah 120/80 mmHg (Normal)
PD 1 Sistem Pencernaan Muntah bila batuk, perut terasa
cepat penuh.
Pemeriksaan Penunjang : Tidak ada

Kesimpulan : Berdasarkan pemeriksaan fisik/klinik diketahui bahwa pasien


dalam keadaan kaki bengkak dan mata tampak kuning. Tanda-tanda vital
menunjukkan tekanan darah dan nadi pasien normal, suhu sedikit tinggi,
sedangkan respirasi cepat. Pasien akan muntah apabila batuk dan perut terasa
cepat penuh.
G. Biokimia (BD)
Tanggal : Tidak Ada keterangan pada kasus

Kode Data
Hasil Nilai Rujukan Ket.
IDNT Biokimia
BD.1.10.1 Hb 8,9 g/dl 12-14 g/dl Rendah
MCH 29,3 pg 26-33 pg Normal
BD.1.11.1 Alb 2,52 g/dl 3,8 – 5,1 g/dl Rendah

BD.1.4 SGOT 20 U/l <37 U/l Normal


SGPT 10 U/l <42 U/l Normal
Asam urat 15,7 mg/dl 2,0-6,5 mg/dl Rendah
BD.1.2.1 BUN 20,4 mg/dl 6-20 mg/dl Tinggi
BD.1.2.5 Na 137 mEq/L 135-145 mEq/L Normal
BD.1.2.7 K 31 3.5 – 5.0 mEq/L Tinggi
Cl 95mmol/l 100-106mmol/l Rendah
Kesimpulan : Berdasarkan hasil pemeriksaan biokimia diketahui bahwa
kadar hemoglobin, albumin, asam urat, clorida menunjukkan hasil yang
rendah. SGOT, SGPT, dan natrium menunjukkan hasil yang normal,
sedangkan BUN dan kalium menunjukkan hasil yang tinggi.

H. Terapi Medis dan Fungsi

Kode Jenis Terapi Interaksi dengan


Fungsi
IDNT Medis makanan
FH.3.1 Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kesimpulan : Tidak ada terapi medis berbentuk oral maupun parenteral
sehingga tidak dapat dilakukan intervensi terhadap terapi medis yang
berinteraksi dengan makanan maupun yang mempengaruhi kebutuhan energy.
I. Diagnosis Gizi
1. Domain Intake
NI – 3.2 Kelebihan asupan cairan berkaitan dengan gagal jantung ditandai
dengan bengkak atau edema pada kaki.

DIAGNOSIS GIZI INTERVENSI


P NI – 3.2 Kelebihan asupan Membantu mengontrol pemenuhan
cairan kebutuan cairan pasien
E Gagal jantung Makanan tidak memberatkan
jantung
S Bengkak atau edema pada Mengurangi bengkak pada kaki
kaki

NI – 5.1 Peningkatan kebutuhan protein berkaitan dengan gangguan pada


hati ditandai dengan kadar albumin yang rendah yaitu 2,52 g/dl.

DIAGNOSIS GIZI INTERVENSI


P NI – 5.1 Peningkatan Membantu meningkatkan kebutuhan
kebutuhan protein protein melalui makanan
E Gangguan pada hati Makanan tidak memberatkan kerja
hati
S kadar albumin yang rendah Meningkatkan kadar albumin
yaitu 2,52 g/dl. melalui makanan.

2. Domain Klinik
NC – 2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi khusus berkaitan
dengan gangguan pada hati ditandai dengan hasil pemeriksan
laboratorium BUN yang tinggi yakni 20,4 mg/dl.

DIAGNOSIS GIZI INTERVENSI


P NC 2.2 Perubahan nilai Memberikan makanan sesuai
laboratorium kondisi pasien
E Gangguan pada hati Makanan tidak memberatkan
kerja hati
S Hasil pemeriksaan laboratorium Menurunkan kadar BUN dengan
BUN yang tinggi 20,4 mg/dl memberikan makanan rendah
protein
J. Intervensi Gizi
1. Tujuan
a. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung
b. Memperbaiki status gizi pasien
c. Meningkatkan kadar albumin dalam darah
d. Memberikan cairan yang cukup sesuai dengan kebutuhan untuk
mengurangi edema
2. Preskripsi Diet
Pemberian Makanan dan Selingan (ND.1)
a. Jenis diet : Diet Jantung III Rendah Garam
b. Bentuk : Lunak (ND 1.2.1. Modifikasi tekstur)
c. Route diet : Oral (ND.2.1.6)
d. Frekuensi makan : Pemberian makan: 3x makanan lunak dan 2 kali
selingan

Makan Snack Makan Snack Makan


pagi pagi siang sore malam
07.00 10.00 12.00 16.00 18.00
e. Energi : 2089,40 kkal
f. Protein : 78,35 g
g. Lemak : 58,03 g (25% dari kebutuhan energi total), dalam bentuk
mudah dicerna.
h. Karbohidrat : 313,41 g, utamakan KH komplek
i. Natrium : 1500 – 2000 mg
3. Implementasi Diet Rumah Sakit (Standar diet : Tim DJ III)

Energi Protein Lemak KH Na


(kcal) (g) (g) (g) (mg)
Standar Diet Tim RSPR 1921 59,2 49 310,8 -
Extra Enteral - - - - -
Infus - - - - -
Total 1921 59,2 49 310,8 -
Kebutuhan (Planning) 1853,3 60 51,5 291,9 700
% Standar /Kebutuhan 103,6% 98,7% 95,1% 106,5% -
Kesimpulan : secara perhitungan berdasarkan kebutuhan pasien, standar
RS dapat memenuhi target kebutuhan zat gizi pasien.
4. Rekomendasi Diet

Waktu Golongan Bahan Standar Diet RS Rekomendasi


Makan Makanan
Makan Tim 200 gram 200 gram
Pagi Lauk hewani 50 gram 50 gram
Sayur 100 gram 100 gram
Minyak 5 gram 5 gram
AKH AKH 200 cc 200 cc
Makan Tim 300 gram 300 gram
Siang Lauk hewani 50 gram 50 gram
Lauk nabati 50 gram 50 gram
Sayur 100 gram 100 gram
Minyak 5 gram 7,5 gram
Buah 100 gram 100 gram
Teh manis Teh manis + 1 gelas + 1 buah 1 gelas + 1 buah
+ snack snack
Makan Tim 300 gram 300 gram
malam Lauk hewani 50 gram 50 gram
Lauk nabati 50 gram 50 gram
Sayur 100 gram 100 gram
Minyak 5 gram 5 gram
Buah 100 gram 100 gram
Nilai Gizi Energi : 1662 kkal Energi : 1662 kkal
Protein : 60 gram Protein : 60 gram
Lemak : 40 gram Lemak : 40 gram
Karbohidrat : 271 Karbohidrat : 271
gram gram

5. Domain Konseling (C)


a. Tujuan
1) Pasien dan keluarga paham mengenai diet yang dijalani Nn NA.
2) Pasien dan keluarga mampu menerapkan diet Jantung III rendah
garam saat di rumah.
3) Keluarga paham mengenai pentingnya dukungan anggota keluarga
lain pada pasien dalam menjalani diet.
b. Preskripsi
1) Sasaran : pasien dan keluarga.
2) Tempat : kamar rawat inap pasien.
3) Waktu : 15-30 menit
4) Permasalahan : Diet Jantung III
5) Metode : konseling gizi, diskusi serta tanya jawab.
6) Media : leaflet , daftar bahan makanan penukar
7) Materi :
a) Tujuan diet DJ III, bahan makanan yang mengandung garam
natrium, bahan makanan yang boleh diberikan dan tidak boleh
diberikan.
b) Contoh menu sehari dalam diet DJ III 2089,40 kkal.
c) Bahan makanan berprotein tinggi untuk meningkatkan kadar
albumin
d) Pentingnya peran anggota keluarga lain pada pasien dalam
menjalani diet.

K. Kolaborasi (RC)

No Tenaga Kesehatan Koordinasi


1 Ahli gizi Diskusi mengenai pasien untuk
diambil menjadi studi kasus dan
rencana asuhan gizi
2 Pasien dan keluarga pasien Meminta persetujuan keluarga
pasien untuk melakukan intervensi
terhadap pola makan dan asupan
pasien selama dirawat di Rumah
Sakit, menanyakan kondisi pasien
setiap hari, memberikan konseling
dan edukasi terkait gizi.
3 Perawat ruangan Meminta izin untuk melihat rekam
medis atas nama Nn NA dan
menanyakan perkembangan pasien.
4 Tenaga pengolahan Melakukan rapat menu.
L. Rencana Monitoring

Anamnesis Yang diukur Pengukuran Evaluasi/Target


Antropometri Berat Badan Setiap hari Ada peningkatan
berat badan
Biokimia Kadar albumin 7 hari Normal (3,8 – 5,1
g/dl)
Klinis/fisik - - -
Dietary Asupan makanan Setiap hari Asupan dan daya
daya terima terima 80-110%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Monitoring dan evaluasi yang dilakukan pada tanggal 1 November – 2


November 2019. Aspek yang dimonitoring dan evaluasi yang dilakukan meliputi
antropometri, biokimia, dietary history dan lain-lain. Berikut hasil monitoring dan
evaluasi yang dilakukan :
A. Antropometri
Selama monitoring dan evaluasi dilakukan, antropometri pasien tidak
dapat dikaji sepenuhnya. Hal itu karena tidak terdapat data tinggi badan pada
kasus tersebut, sehingga kami melakukan perhitungan estimasi tinggi badan
dengan rumus 2RL. Diketahui berat badan badan actual pasien pada kasus
tersebut adalah 49,6 kg. Namun pada pasien terdapat edema pada kaki
sehingga perlu dilakukan perhitungan berat badan kering dan didapatkan hasil
48,6 kg. Pengukuran berat badan kering disesuaikan dengan kondisi pasien
yaitu tingkat edema ringan (bengkak pada kaki) dengan pengurangan edema 1
kg. Perhitungan Status Gizi didapatkan dari pengukuran lingkar lengan atas
pasien sebesar 16 cm dan didapatkan hasil perhitungan status gizi dengan
percentile LiLA adalah 62,01% atau Gizi Buruk. Sedangkan perhitungan IMT
dari perhitungan estimasi tinggi badan didapatkan hasil 17,22 kg/m2 atau
kurang.
Hubungan antara obesitas dan stroke tidak hanya bergantung pada
jumlah lemak tubuh, tetapi juga pada distribusinya terutama pada daerah
abdominal. (Tanne et al, 2005). Diketahui bahwa Bp RL memiliki status gizi
obesitas II dan distribusi lemak terbanyak pada daerah abdominal.
Tanne, et al (2005), melaporkan penelitiannya terhadap 9.151
penduduk Israel, setelah 23 tahun didapati 316 orang mati karena stroke.
RR=1,12 untuk menilai obesitas dengan penggunaan Subcapular Skin Fold
(SSF) yaitu pengukur distribusi lemak tubuh, sedangkan dengan Body Mass
Index didapati RR=1,17 (IK95% 1-1,23). Sehingga obesitas merupakan salah
satu faktor yang dapat memicu terjadinya stroke atau CVA (Cerebro-
Vascular-Accident) pada Bp RL.

B. Biokimia
Monitoring dan evaluasi data biokimia dilakukan sesuai pemeriksaan
laboratorium. Berdasarkan hasil pemeriksaan biokimia diketahui bahwa
kadar hemoglobin, albumin, asam urat, clorida menunjukkan hasil yang
rendah. SGOT, SGPT, dan natrium menunjukkan hasil yang normal,
sedangkan BUN dan kalium menunjukkan hasil yang tinggi.

A. Dietary History
Rencana dan implementasi diet yang dilakukan, yaitu menggunakan
standar diet Jantung III. Perhitungan kebutuhan energi selama hari mulai
kasus hingga saat intervensi sama, yaitu menggunakan Harris Benedict dengan
faktor aktivitas 1,3 dan faktor stress 1,2.
Untuk asupan makanan yang masuk tidak diketahui. Sedangkan, untuk
riwayat makan pasien selama di rumah adalah MP 3x/hr (@1,5 centong) dan
selingan 2x/hr, LH: daging 2x/mgg, telur, ayam. LN: tempe dan tahu, sayur:
bayam, wortel, kangkung, buah : 2-3x/mgg. Selingan :mie ayam.

B. Terapi Edukasi / Konseling Gizi


Terapi edukasi diberikan untuk mendukung terlaksananya terapi diet.
Diet yang diberikan pada pasien adalah diet jantung III. Pada edukasi ini
pasien dan keluarga dijelaskan mengenai makanan yang harus dihindari dan
makanan-makanan yang dianjurkan. Informasi tentang cara pengolahan
makanan yang dianjurkan bagi pasien juga disampaikan pada pasien dan
keluarga pasien.
Pasien juga dianjurkan untuk menghindari konsumsi bahan makanan
yang banyak mengandung lemak yaitu daging dengan kulit, . Berikut bahan
makanan yang tidak boleh diberikan :
1. Sumber karbohidrat : makanan yang mengandung gas atau alcohol,
seperti: ubi, singkong, tape singkong, dan tape ketan.
2. Sumber protein : daging sapi dan ayam yang berlemak; gajih, sosis, ham,
hati limpa, babat, otak kepeiting dan kerang-keranagan; keju, dan susu
penuh; kacang-kacangan kering yang mengandung lemak cukup tinggi
seperti kacang tanah, kacang mete, dan kacang bogor.
3. Sumber lemak : minyak kelapa dan minyak kelapa sawit; santan kental
4. Sayuran dan buah-buahan : Sayuran yang mengandung gas seperti kubis,
kol, lobak, sawi putih dan nangka muda. Buah-buahan segar yang
mengandung alcohol atau gas, seperti: durian dan nangka matang.
5. Bumbu dan minuman : Lombok, cabe rawit, dan bumbu-bumbu lain yang
tajam, the/kopi kental, minuman yang mengandung soda dan alcohol,
seperti bird an wiski.
Pengolahan makanan bisa dengan cara menggoreng, menumis atau
memanggang agar dapat meninggikan citarasa makanan. Namun karena
pasien memiliki riwayat hiperkolesterol maka lebih dianjurkan mengolah
makanan dengan cara menumis dan memanggang. Penggunaan minyak
dibatasi, minyak yang digunakan sebaiknya adalah minyak jagung. Dengan
memberikan pasien terapi edukasi diharapkan pasien dapat memperoleh
informasi dengan jelas dan dapat menaati diet yang disarankan.
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Hasil skrining (NRS 2002) didapatakan hasil skor 4 sehingga
menunjukkan pasien beresiko mengalami malnutrisi dan membutuhkan
asuhan gizi.
2. Dari hasil assesment menunjukkan bahwa pasien diagnosis medis pasien
adalah CHF CF III., congestive hepatopaty. Data antropometri yang
didapatkan yaitu berat badan aktual pasien adalah 49,6 kg. Namun pasien
mengalami bengkak pada kaki yang artinya terdapat edema sehingga perlu
dilakukan perhitungan berat badan kering dengan hasil 48,6 kg.
Sedangkan tinggi badan pasien tidak diketahui sehingga dilakukan
perhitungan dengan rumus 2RL dan didapatkan hasil 168 cm. Status gizi
pasien berdasarkan IMT adalah kurus. Data clinik/fisik pasien mengalami
sesak nafas dan muntah ketika batuk. Berdasarkan perhitungan kebutuhan
menggunakan Haris Benedict diperoleh energi 2089,40 kkal, protein 78,35
gram, lemak 58,03 gram dan karbohidrat 313,41 gram.
3. Diagnosis gizi
a. Kelebihan asupan cairan berkaitan dengan gagal jantung ditandai
dengan bengkak atau edema pada kaki.
b. Peningkatan kebutuhan protein berkaitan dengan gangguan pada hati
ditandai dengan kadar albumin yang rendah yaitu 2,52 g/dl.
B. Saran
Diharapkan pasien dapat menjalankan diet yang diberikan, dan
keluarga dapat memberikan motivasi untuk menjalankan diet tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Bauer, J., Capra, S., Ferguson, M. 2002. “Use of the Score Patient Generated
Global Assessment (PG-SGA) as A Nutritional Assessment Tool in Patient
with Cancer”. Eur J Clin Nutr ; 56: 779-785
Ekowati R, Sulistyowati T. Prevalensi hipertensi dan determinannya di
Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. 2009; 59(12)
Elvina Karyadi. 2006. Kiat Mengatasi Diabetes, Hiperkolesterolemia,
Stroke.Jakarta: PT. Intisari Mediatama. h. 53-57; 63-64.
Gibson, R. S. 2005. “Assessment of Protein Statu” dalam Principles of Nutritional
Assessment. New York : Oxford University Press.
Gustaviani, Reno. 2007. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam
(Sudoyo, Aru W; Bambang Setiyohadi; Idrus Alwi; Marcellus Simadibrata
K; Siti Setiadi. ed.). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 3, edisi 4. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Imu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hal 1857-1859.
Infodatin. Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
RI; 2014
Kuswardhani RAT. Penatalaksanaan hipertensi pada lanjut usia. Jurnal Penyakit
Dalam. 2006; 7(2):135-40
LeMone, P, & Burke.(2008). Medical surgical nursing : Critical thinking in client
care.( 4th ed). Pearson Prentice Hall : New Jersey
Harsono. ed. 2005. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Hayati, R. Pengaruh kepatuhan menjalani diet rendah garam terhadap kadar
tekanan darah. Jurnal Nutrire Diata. 2011; Vol 3(2): 131-132
Misda. Penurunan tekanan darah penderita hipertensi setelah penerapan pola
nutrisi diet rendah natrium III di kelurahan Tlogomas kota Malang. 2017;
Vol 2(3): 375
Pinzon, Renaldy., dkk. (2010). Awas Stroke. Yogyakarta : Andi Offset
Saver, JL., Eric E.S., Gregg C.F., Mathew J.R., Xin Z., DaiWai M.O., et al., 2010,
The “Golden Hour” and Acute Brain Ischemia Presenting Features and
Lytic Therapy in >30.000 Patients Arriving Within 60 Minutes of Stroke
Onset, Stroke, 41: 1431-1439.
Suryono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta : Balai
Penerbit FK UI.
Tanne, David, et al, 2005. Body Fat Distribution and Long-Term Risk of Stroke
Mortality. Stroke, 36: 1021-1025.
Travis, L. E. 1971. Handbook of Speech Patology and Audiology. New York :
Appleton Century.
Lampiran 1. Hasil SFFQ

Lampiran 2. Hasil Recall 24 jam pasien

Lampiran 3. Asupan Makan Pasien 24 Juli 2019

Lampiran 4. Asupan Makan Pasien 25 Juli 2019

Anda mungkin juga menyukai