Dosen pengampu :
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi
Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si.
Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD
Disusun oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU GIZI
2019
DAFTAR ISI
I. LATAR BELAKANG..................................................................................................................1
II. SKRINING (DATA UMUM)......................................................................................................2
2.1 Pemilihan metode skrining................................................................................................2
2.2 Pengisian kuesioner...........................................................................................................3
2.3 Kesimpulan kuisioner.......................................................................................................4
III. ASESMEN (PENGKAJIAN) GIZI...........................................................................................5
3.1 Pengkajian data riwayat pasien (CH)................................................................................5
3.2 Pengkajian riwayat terkait gizi/makanan (FH).................................................................6
3.3 Pengkajian antropometri (AD)..........................................................................................8
3.4 Pengkajian data biokimia (BD).........................................................................................9
3.5 Pengkajian data klinis/ fisik (PD).....................................................................................9
3.6 Comparative standar.......................................................................................................10
IV. DIAGNOSIS GIZI...................................................................................................................11
V. INTERVENSI GIZI...................................................................................................................12
5.1 Tujuan Intervensi Gizi.....................................................................................................12
5.2 Perencanaan (Planning)..................................................................................................12
5.3 Implementasi...................................................................................................................14
VI. PERENCANAAN MONITORING – EVALUASI GIZI........................................................16
6.1 Antropometri (AD)......................................................................................................16
6.2 Biokimia (BD).............................................................................................................16
6.3 Klinis/ fisik (PD).........................................................................................................16
6.4 Asupan makanan (FH).................................................................................................17
VII. PEMBAHASAN KASUS......................................................................................................18
VIII. PENUTUP/ KESIMPULAN.................................................................................................24
IX. LAMPIRAN............................................................................................................................25
9.1 PERHITUNGAN KEBUTUHAN ZAT GIZI.................................................................25
9.2 HASIL RECALL............................................................................................................28
9.3 LEAFLET.......................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................31
I. LATAR BELAKANG
Lambung sebagai reservoir makanan berfungsi menerima makanan/minuman, mengiling,
mencampur, dan mengosongkan makanan ke dalam duodenum. Lambung yang selalu
berhubungan dengan semua jenis makanan, minuman dan obat-obatan akan mengalami iritasi
kronik. Lambung sebenarnya terlindungi oleh lapisan mukus, tetapi oleh karena beberapa faktor
iritan seperti makanan, minuman dan obat-obatan anti-inflamasi non-steroid (NSAID), dan
alkohol yang dapat menimbulkan defek lapisan mukosa sehingga timbul tukak peptik. Dengan
ditemukannya kuman Helicobacter pylori pada kelainan saluran cerna, saat ini dianggap
Helicobacter pylorimerupakan penyebab utama tukak peptik, disamping NSAID, alkohol, dan
sindrom Zollinger Ellison. Organisme ini melekat pada epitel lambung dan merusak lapisan
mukosa pelindung dan meninggalkan daerah-daerah epitel yang rusak.7
Ny N berusia 68 yang dikategorikan sebagai Usia Lanjut menurut WHO, memiliki keluhan mual,
lemas, bab berwarna hitam, bahkan transfusi rutin dilakukan sejak 6 tahun lalu karena kadar Hb
rendah. Ny N didiagnosis anemia mikrositik dan gastritis disertai ulkus lambung. Semenjak
masuk RS, Ny N telah mendapat 2 kantong transfusi darah. Pasien memiliki panjang ulna 22 cm
dan Lila 25,4 cm. Ny N belum pernah mendapat konseling gizi sebelumnya. Sehari hari, Ny N
berperan sebagai ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SD, dan hidup bersama anak,
menantu, dan cucu perempuannya Ny N memiliki riwayat penyakit maag karena sering
melewatkan waktu makan dan tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarga. Sehari –hari
lebih banyak beristirahat karena mudah lelah (bedrest).
Ny N terbiasa makan nasi 2/hari 1 ctg, tahu 2x/hari @ 1 ptg sedang, tempe 1 ptg/hari @ 1 ptg
sedang, ayam 3x/minggu @ 1 ptg sedang 1x, telur 3x/minggu @ 1 butir, daging sapi 1x/bulan @
1 ptg sedang 1x, bandeng presto goreng telur 2x/minggu @ 1 ptg sedang 1x, tumis sawi 2x/hari
@ 1 sendok sayur, labu siam 1x/hari @ 1 sendok sayur, pisang 2x/hari @ 1 bh, apel 3x/minggu
@ 1 bh 1x, roti 2 lembar/hari, teh manis 3 gelas/hari, susu 1x/bulan 1 gelas. Air mineral 6
gelas/hari. Ny N lebih suka lauk yang digoreng daripada direbus.
Saat di RS, Ny N minum susu 3 gelas susu isokal dengan takaran 2 sendok setiap kali penyajian.
Tekanan darah 110/70 mmHg,RR 20x/menit, nadi 72x/menit, suhu 36,4°C.
Hasil lab menunjukkan eritrosit 3,16 Juta/ul, Hb 7,5 g/dl, hematokrit 23,5%, MCV 74,4 fl, MCH
23,7 pg, trombosit 629 ribu/ul, GDS 120 mg/dl. Ny. N mendapatkan terapi medis NaCl 20 tpm,
omeprazole 40 mg dan asam tranexamat 50 mg injeksi.
1
II. SKRINING (DATA UMUM)
2.1 Pemilihan metode skrining
Skrining gizi bertujuan untuk memprediksi outcome yang berkaitan dengan faktor
gizi dan mengetahui pengaruh dari intervensi sehingga mencegah timbulnya malnutrisi
dan mempercepat proses penyembuhan. Dengan adanya skrining dietisien dapat
memberikan rencana tindak lanjut kepada pasien. Skrining gizi dilakukan dalam kurun
waktu 24 jam dari kedatangan pasien di rumah sakit dan dilakukan oleh tenaga medis
maupun non medis.
Menilai status gizi pada lansia memerlukan metode pengukuran yang sesuai
dengan perubahan yang terjadi pada struktur tubuh, komposisi tubuh, serta penurunan
fungsi organ-organ tubuh. Metode yang tepat untuk dijadikan alat pengukuran status gizi
Ny. N yaitu metode skrining Mini Nutritional Assesment (MNA), dikarenakan Ny. N
berusia 68 tahun yang dikategorikan kedalam daur lansia. Mini Nutritional Assesment
adalah alat skrining gizi yang telah direkomendasikan oleh organisasi internasional
ESPEN, karena alat ini sangat spesifik, reliabel, dan sudah divalidasi sebagai alat
skrining untuk digunakan untuk geritatri atau kaum lansia. Alat skrining MNA ini
merupakan alat yang sederhana, tidak invasif, murah dan mudah untuk digunakan oleh
berbagai tenaga kesehatan. Selain itu, alat skrining gizi MNA juga dikembangkan sebagai
alat diagnostik dan juga prognostik. Bentuk MNA terbaru yaitu MNA-short- form (MNA-
SF), merupakan instrumen terpilih karena cukup sederhana, cepat tetapi lengkap dalam
menilai faktor-faktor yang mungkin berperan pada status nutrisi, dan validitasnya sudah
banyak diuji oleh berbagai studi di berbagai negara dan pada berbagai kondisi.1
Mini Nutritional Assesment merupakan instrumen atau alat yang digunakan untuk
mendeteksi adanya risiko malnutrisi maupun malnutrisi. Apabila subyek mempunyai
masalah malnutrisi, maka perlu dilakukan intervensi gizi, dan pemantauan serta evaluasi
penatalaksanaan gizi.
2
2.2 Pengisian kuesioner
SKRINING SKOR
A. Apakah terjadi penurunan asupan makan selama 3 bulan terakhir berkaitan
dengan penurunan nafsu makam gangguan saluran cerna,
kesulitan mengunyah atau kesulitan menelan?
0 = asupan makan sangat berkurang
0
1 = asupan makan agak berkurang
2 = asupan makan tidak berkurang
C. Mobilitas
0 = hanya diatas kasur atau di kursi roda
1=dapat beranjak dari kursi/kasur, namun tidak mampu beraktifitas normal 1
2 = mampu beraktifitas normal
E. Gangguan neuropsikologis
F. Indeks Massa Tubuh (IMT) (berat dalam kilogram) / (tinggi dalam m2) 2
TOTAL SKOR 6
3
2.3SKOR SKRINING KETERANGAN
Skor 12-14 Status Gizi Normal
Skor 8 – 11 Beresiko Malnutrisi
Skor 0 – 7 Malnutrisi
Kesimpulan kuisioner
4
III. ASESMEN (PENGKAJIAN) GIZI
3.1 Pengkajian data riwayat pasien (CH)
Kesimpulan :
5
3.2 Pengkajian riwayat terkait gizi/makanan (FH)
Asupan Ny. N sebelum masuk rumah sakit memiliki asupan makan yang kurang pada
energi, karbohidrat, dann protein. Dan sangat berlebih pada asupan lemak. Zat besi dan
magnesium sudah baik, namun pada Mikronutrient Vitamin C, tiamin, kalsium, dan zinc
masih kurang.
6
Total energy intake
FH-1.2.2.1 Susu Isocal 3 gls
Amount of food dengan takaran 2 sdm
setiap kali penyajian
FH-1.2.2.5 Susu Isocal Susu yang biasanya
Food Variety digunakan oleh
pasien rumah sakit
untuk pemulihan
FH-1.5.1.1 13,5 gram 41,95 g 32,2%
Total fat
FH-1.5.2.1 13,5 gram 56,63 g 23,8%
Total protein
FH-1.5.3.1 51 gram 226,55 22,5%
Total carbohydrate
FH-3.1.1 NaCl 20tpm Omeprazole untuk
Prescription Omeprazole 40 mg x 2 menurunkan kadar
medication use Asam tranexamat 50 mg asam lambung, dan
injeksi asam tranexamat
untuk menghentikan
pendarahan yg
terjadi pada
lambung.
Kesimpulan :
Asupan Ny N setelah masuk rumah sakit sangat kurang, ditandai dengan persen
kecukupan energi, karbohidrat, lemak, dan protein dibawah 50%. Hal ini disebabkan karena
nafsu makan Ny N menurun karena penyakit yang dideritanya. Asupan Ny N yang kurang
menyebabkan Ny N mengalami lemas tidak bertenaga
7
AD-1.1.2 49,6 kg Perkiraan berat
Weight badan
AD-1.1.5 2 Rumus BMI Normal
21,5 kg/m
BMI menurut lila
AD-1.1.7.1 36% % lemak tubuh = 20 Obese
Body fat percentage – 25%
AD-1.1.7.1 25,4 cm Normal >23,5 cm Normal
Mid-arm muscle
circumference
Kesimpulan : Ny. N memiliki status gizi yang baik atau normal.
22 cm = 1,52 m
BB = IMT x TB2
= 21,5 x (1,52)2 = 49,6 kg
% lemak tubuh = (1,2 x IMT) + (0,23 x umur) – (10,8 x G(F =0, M=1) – 5,4
= 36 %
LILA ( pengukuran)
% LILA = x 100
LILA standar
25,4
= x 100 = 89.1 (90% - 110% = Status gizi normal)
28,5
8
Domain Data Normal Keterangan
BD-1.5.2 120 mg/dl 80-180 mg/dl Normal
Glucose, casual
BD-1.10.1 7,5 g/dl 13-18 g/dl Rendah
Hemoglobin
BD-1.10.2 23,5 % 40% - 50% Rendah
Hematrocit
BD-1.10.3 74,4 fl 80 – 100 fl Rendah
MCV
MCH 23,7 pg 28 – 34 pg/sel Rendah
Eritrosit 3,16 juta/ul 3,8 – 5,0 x 106/ul Rendah
Trombosit 629 ribu/ul 170 – 380 ribu/ul Tinggi
Kesimpulan :
Kesimpulan:
Ny N mengalami lemas dan masalah pada pencernaan seperti BAB berwarna
hitam dan ulkus pada lambung yang mengakibatkan penurunan nafsu makan. Tekanan
darah dan nadi normal.
9
3.6 Comparative standar
10
IV. DIAGNOSIS GIZI
1. Inadequate Oral Intake (NI-2.1) berkaitan dengan penurunan nafsu makan ditandai
dengan rasa nyeri pada perut saat makan dan mual
2. Altered GI function (NC-1.4) berkaitan dengan ulkus pada lambung ditandai dengan
BAB berwarna hitam.
3. Food and Nutrition Related Knowledge Deficit (NB-1.1) berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan tentang pentingnya makan ditandai dengan kebiasaan makan yang sering
telat.
11
V. INTERVENSI GIZI
5.1 Tujuan Intervensi Gizi
1. Mencukupi kebutuhan zat gizi sesuai kebutuhan pasien agar status gizi optimal
dengan mencukupi asupan minimal 80% dari total energi secara bertahap dengan
menu seimbang.
3. Menaikkan jumlah hemoglobin, hematokrit, MCV, MCH, dan eritrosit sampai batas
normal diimbangi dengan asupan zat besi.
4. Memberikan edukasi dan konseling mengenai pola makan seimbang dengan makan
makanan yang beragam dan pola hidup sehat bagi pasien yang menderita anemia dan
ulkus dilambung untuk meningkatkan kesehatan. Serta memperhatikan kebutuhan
gizi pasien dengan keinginan pribadi dan kesiapan untuk berubah.
12
8. Makanan tidak berbumbu yang merangsang
13
kesehatan
mendapatkan informasi terkait diagnosis Menemukan Dokter
medis pasien dan perkembangan kondisi diagnosis dan
klinis pasien. intervensi gizi secara
tepat
Pemantauan perkembangan kondisi fisik Pengecekan dan Perawat
dan klinis pasien catatan medis
Menyajikan makanan sesuai dengan Menyajikan Pramusaji
preskripsi diet pada jam yang sesuai makanan
5.3 Implementasi
14
10.00 Pisang Pisang 1 ptg sdg 75 58
Siang Nasi tim Beras putih 1 gls 115 g 219,5
Semur daging Daging sapi 1 ptg 50 g 215
Tumis buncis Bayam ¼ gls 25 g 12,5
tauge tauge ¼ gls 50 g 12,5
Buah Melon 2 ptg 50 g 87,5
Air putih
16.00 Puding maizena Puding 1ptg 40g 50
Malam Nasi tim Beras putih 1 gls 115 g 219,5
Ayam kalasan ayam 1 ptg 50 g 157
Tumis sayur Kangkung ¾ gls 75 g 37,5
Buah Pear 1 ptg 85 66,4
Air putih
20.00 Semangka Semangka 1 ptg 90 g 25
Total energi 1416 kkal
15
VI. PERENCANAAN MONITORING – EVALUASI GIZI
16
6.4 Asupan makanan (FH)
Intervensi Monitoring Evaluasi
1. Energi diberikan sebesar
1636,18 kkal secara
bertahap.
2. Lemak dibatasi dengan
pemberian hanya 15 % Tidak ada sisa makanan
dari total energi, yaitu pasien, dan di hari
Memantau melalui food
41,9 gram selanjutnya mampu
recall 24 jam dan
3. Karbohidrat diberikan meningkatkan asupan yang
pengukuran comstock
sesuai dengan diberikan sedikit demi
perhitungan, yaitu sedikit
226,55 gram
4. Protein diberikan 25%,
yaitu 56,6 gram
17
VII. PEMBAHASAN KASUS
A. Skrining
Pada kasus Ny N digunakan skrining MNA (Mini Nutritional Assessment) yang sudah
terkenal dikalangan ahli kesehatan dalam mengetahui kondisi kesehatan lansia. Salah satu
keuntungannya adalah identifikasi risiko malnutrisi sebelum terjadi perubahan klinis dan
tidak memerlukan tes laboratorium1. Selain itu, MNA mudah digunakan, valid, tidak mahal,
dan sudah terpercaya bagi tenaga kesehatan sejak tahun 1994.
Hasil skrining Ny N diketahui bahwa Ny N mengalami malnutrisi karena skor yang
dihasilkan adalah 6 yang termasuk dalam kategori malnutrisi. Ny N perlu mendapatkan
penanganan gizi lebih lanjut yaitu asesmen.
B. Asesmen
Ny N adalah seorang ibu rumah tangga berusia 68 tahun yang selama 6 tahun terakhir
melakukan transfusi darah karena menderita anemia mikrositik hipokrom berdasarkan hasil
laboratorium. Anemia mikrositik hipokrom adalah gangguan pada bentuk sel darah merah
yang lebih kecil daripada normal dan rendahnya konsentrasi hemoglobin dalam sel darah
merah.2 Ny N selalu merasa lemas dan tidak kuat untuk melakukan aktivitas terlalu banyak
sehingga menyebabkan Ny N lebih sering bedrest.
1. Antropometri
Berdasarkan hasil perhitungan, IMT Ny N termasuk dalam kategori normal yaitu
21,35 kg/m2 dengan batas normal 18-23 kg/m2. Rumus yang digunakan untuk mencari
Perkiraan TB menurut ulna memakai Tabel berikut8 :
18
Rumus yang digunakan untuk mencari status gizi ny. N menggunakan Lila dibagi
Lila Standar x 100 % didapatkan nilai 89% yang dapat dikategorikan sebagai status gizi
baik atau normal.
Selain itu persen lemak tubuh Ny N dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Setelah Perhitungan persen lemak tubuh Ny N didapatkan nilai sebesar 36% yang
dikategorikan sebagai obesitas. Untuk mencegah obesitas, maka Ny N perlu menjaga
asupan lemak. Menjaga asupan lemak juga penting untuk meringankan kerja lambung.
2. Biokimia
Hasil laboratorium Ny N menunjukkan bahwa nilai MCV, MCH, hemoglobin,
hematokrit yang rendah dan trombosit yang tinggi. MCV sebagai indikator ukuran sel
darah merah dan MCH sebagai indikator kandungan hemoglobin dalam sel darah
merah. Ny N mengalami anemia mikrositik hipokrom yaitu gangguan bentuk sel darah
merah yang lebih kecil dari normal serta kandungan hemoglobin yang lebih sedikit dari
seharusnya. Anemia defisiensi besi juga terjadi karena peradangan saluran cerna
menyebabkan absorpsi besi dan vitamin B12 terganggu. Hal ini menyebabkan kelelahan
dan kulit pucat pada Ny N, untuk itu Ny N menjalani transfusi darah 2. Selain itu Ulkus
pada lambung dapat menyebabkan kekurangan darah karena terjadi perdarahan.
Sedangkan kadar trombosit Ny N yang tinggi mengindikasikan adanya perdarahan di
dalam tubuh karena trombosit berperan untuk menghentikan perdarahan.7
2. Fisik
Hasil pemeriksaan secara fisik diketahui bahwa Ny N terlihat sangat pucat dan
lemas. Selain itu Ny N menderita nyeri pada lambung saat mengkonsumsi makanan
dengan riwayat maag dan kebiasaan makan telat. Kemudian diketahui bahwa terdapat
ulkus pada lambung dan BAB Ny N berwarna hitam. Hal ini mengindikasikan Ny N
19
mengalami ulkus peptikum. Ulkus peptikum terjadi karena adanya luka yang dalam
pada dinding lambung.3 Luka ini menyebabkan terjadinya perdarahan didalam lambung
kemudian terbawa menuju usus dan tercampur dengan feses sehingga menyebabkan
warna feses hitam atau yang disebut melena.4
Tanda vital Ny N yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, RR 20x/menit, nadi
72x/menit, dan suhu tubuh 36,4ºC termasuk dalam kategori normal.
3. Riwayat Asupan
Pada data asupan MRS Ny N diketahui bahwa hanya 21,5% energi yang tercukupi
dari kebutuhan, 22,5% karbohidrat yang tercukupi dari kebutuhan, 32,2% lemak
tercukupi dari kebutuhan, 23,8% protein yang tercukupi dari kebutuhan, dan 40% cairan
yang tercukupi dari kebutuhan. Asupan MRS sangat kurang untuk memenuhi
kebutuhan asupan Ny N dalam sehari. Asupan Lemak baik untuk cadangan energi,
namun perlu dibatasi agar tidak memberatkan kerja lambung. Asupan Protein harus
ditingkatkan karena untuk pemulihan jaringan lambung yang rusak. Bentuk makanan
yang diberikan kepada Ny N menyesuaikan terhadap kondisi dan keadaan Ny N, yakni
makanan lunak yang mudah dikunyah dan ditelan.
Kebiasaan makan Ny N terbiasa makan nasi 2/hari 1 ctg, tahu 2x/hari @ 1 ptg
sedang, tempe 1 ptg/hari @ 1 ptg sedang, ayam 3x/minggu @ 1 ptg sedang 1x, telur
3x/minggu @ 1 butir, daging sapi 1x/bulan @ 1 ptg sedang 1x, bandeng presto goreng
telur 2x/minggu @ 1 ptg sedang 1x, tumis sawi 2x/hari @ 1 sendok sayur, labu siam
1x/hari @ 1 sendok sayur, pisang 2x/hari @ 1 bh, apel 3x/minggu @ 1 bh 1x, roti 2
lembar/hari, teh manis 3 gelas/hari, susu 1x/bulan 1 gelas. Air mineral 6 gelas/hari. Ny
N lebih suka lauk yang digoreng daripada direbus. Kebiasaan konsumsi teh yang cukup
banyak sangat tidak disarankan karena teh mengandung kafein yang akan merangsang
lambung sehingga menyebabkan nyeri.5 Kegemaran Ny N mengonsumsi makanan yang
digoreng menyebabkan asupan lemak pada Ny N berbelebih, sehingga menyebabkan
persen lemak tubuh Ny N dikategorikan kedalam obesitas dikarenakan mencapai lebih
dari 30%. Kurangnya Asupan sumber Zat besi, dan Vitamin C membuat Ny N
mengalami Anemia.
4. Riwayat Pasien
20
Ny N merupakan ibu rumah tangga yang berusis 68 tahun. Ny N adalah seorang
lulusan sekolah dasar dan memiliki riwayat maag. Selama 6 tahun terakhir Ny N
melakukan transfusi darah untuk mengatasi anemia mikrositik hipokrom yang
dideritanya. Tidak ada keluarga Ny N yang memiliki riwayat penyakit maag atau
pencernaan lainnya. Ny N diberikan obat NaCl 20 tpm untuk menjaga cairan dan
elektrolit Ny N, omeprazole 40 mgx 2 untuk menurunkan asam lambung yang
diproduksi, dan asam tranexamat 50 mg injeksi untuk mengurangi perdarahan yang
terjadi. Ny N memiliki pendidikan terakhir SD, dimana Ny N kurang memiliki edukasi
terkait penyakit yang dideritanya, sehingga Ny N tidak menerapkan pola makan yang
teratur dan sering telat makan.
5. Perhitungan Kebutuhan
Kebutuhan Ny N dihitung menggunakan rumus Mifflin dengan faktor aktivitas 1,2
karena Ny N bedrest dan faktor stress ringan 1,4 karena Ny N dalam kondisi
peradangan saluran cerna, lalu dikurang 10% dari BMR karena usia Ny N 68 tahun
yang memasuki 2 dekade. Perhitungan menurut rumus Perkeni, TEE dikurang 5% tiap 1
dekade detelah 50 tahun untuk lansia. Kemudian didapatkan hasil energi sebesar 1434,5
kkal dengan persentase kecukupan sebesar 49,6 dengan karbohidrat 219 gram, lemak
24,3 gram, dan protein 91,25. Kebutuhan Ny N hanya terpenuhi sebesar 6% yang
dikarenakan asupan MRS sangat kurang karena Penyakit yang diderita oleh Ny N, yang
menyebabkan rasa mual dan tidak nafsu makan. Selama dirumah sakit Ny N hanya
mengonsumsi susu isocal. Sehingga asupan MRS Ny N jauh dari target kebutuhan.
C. Diagnosis
Inadequate Oral Intake (NI-2.1) berkaitan dengan penurunan nafsu makan ditandai
dengan rasa nyeri pada perut saat makan dan mual. Penurunan nafsu makan yang terjadi
karena nyeri perut dan mual menyebabkan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh
hanya sedikit sehingga asupan tidak memenuhi kebutuhan.
Altered GI function (NC-1.4) berkaitan dengan ulkus pada lambung ditandai dengan
feses berwarna hitam. Feses berwarna hitam dapat diakibatkan karena ulkus peptikum yang
diderita pasien, terdapat perdarahan didalam tubuh yaitu ulkus di lambung yang termasuk
dalam gangguan fungsi saluran pencernaan.
Food and Nutrition Related Knowledge Deficit (NB-1.1) berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan tentang pentingnya makan ditandai dengan kebiasaan makan yang tidak teratur
dan sering telat. Kebiasaan makan pasien dapat menyebabkan berbagai penyakit bagi tubuh
21
untuk itu penting untuk memiliki pengetahuan mengenai makanan bergizi seimbang, agar
memiliki pola makan yang teratur sehingga mengurangi resiko kekambuhan.
D. Intervensi
1. Perencanaan
a. Tujuan
Intervensi dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pasien dengan
menetapkan tujuan-tujuan yang akan dicapai selama intervensi. Pada Ny N tujuan
yang akan dicapai yaitu memberikan makanan yang seimbang sesuai keadaan dan
daya terima, mengurangi rasa mual dan muntah, menjaga kerja lambung,
menormalkan nilai laboratorium, dan perubahan perilaku Ny N dalam memilih
makanan.
b. Preskripsi Diet
2. Implementasi
Makanan yang diberikan secara bertahap baik dalam segi tekstur dan kandungan
energi. Jenis karbohidrat yang diberikan dalam bentuk serat rendah seperti nasi putih,
macaroni, kentang. Jenis protein yang rendah lemak diutamakan seperti ikan laut dalam,
tahu, tempe, daging tanpa lemak. Jenis lemak yang dihindari adalah lemak jenuh tinggi
seperti gajih, telur puyuh, jeroan. Sayur dan buah yang dipilih adalah yang rendah serat
seperi bayam, buncis, wortel, papaya. Cairan yang diberikan cukup dan ditambah
apabila pasien muntah. Makanan untuk Ny N dihindari dengan pengolahan digoreng.
22
Edukasi dan konseling yang dilakukan pada pasien bertujuan untuk menambah
pengetahuan pasien, memberi motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik,
memberikan dukungan untuk menghadapi penyakit yang diderita, dan merencanakan
tujuan-tujuan yang akan dicapai bersama pasien.
Pada Monitoring dan Evaluasi Antropometri, dietisien mengontrol agar tetap menjaga
asupan lemak pasien, serta menyarankan aktifitas fisik ringan agar persen lemak tubuh
pasien menjadi kembali normal berkisar 20-25%.
Pada monitoring dan evaluasi biokimia, Pemberian kombinasi menu diet tinggi zat besi
dan diet lambung dengan menu diet yang sesuai dengan keadaan mual pasien untuk
mencapai pemeriksaan biokimia kembali normal, yakni pada kadar hemoglobin, hematocrit,
MCV, MCH, dan tromobosit pasien menjadi normal.
Pada monitoring dan evaluasi fisik dan klinis, Menjaga asupan pasien, kalori serta
memberikan suplemen Fe agar menghilangnya tanda-tanda klinis anemia, selain itu perlu
pemantauan warna BAB Ny N agar mengetahui terjadi pendarahan yang berulang atau
sudah berhenti.
Pada monitoring dan evaluasi asupan makanan, perlu Memantau melalui food recall 24
jam dan pengukuran comstock, untuk mencapai tidak ada sisa makanan pasien, dan di hari
selanjutnya mampu meningkatkan asupan yang diberikan sedikit demi sedikit.
23
VIII. PENUTUP/ KESIMPULAN
Berdasarkan keluhan yang diajukan Ny. K maka dilakukan skrinning gizi untuk
menunjukkan apakah Ny. K membutuhkan proses asuhan, kemudian dilakukan assessment
yang nantinya akan digunakan untuk mendiagnosis masalah gizi yang dialami. Setelah
diagnosis dipaparkan maka akan dibuat intervensi gizi berupa diet yang disesuaikan dengan
masalah gizi pasien yaitu modifikasi diet lambung I, II dan III serta pengontrolan zat – zat
makrontrien, asupan cairan, serat serta mikronutrient tertentu yang berhubungan dengan
penyakit pasien. Intervensi yang dilakukan selain melalui asupan adalah pemberian edukasi
dan konseling. Monitoring dilaksanakan untuk mengontrol pasien apakah sesuai dengan diet
yang diberikan dan untuk memantau perkembangan pada pasien.
24
IX. LAMPIRAN
22 cm = 1,52 m
BB = IMT x TB2
= 21,5 x (1,52)2 = 49,6 kg
LILA ( pengukuran)
% LILA = x 100
LILA standar
25,4
= x 100 = 89.1 (90% - 110% = Status gizi normal)
28,5
% lemak tubuh = (1,2 x IMT) + (0,23 x umur) – (10,8 x G(F =0, M=1) – 5,4
= 46,8 %
25
AdBW = 0,25 x (ABW – IBW)+IBW
SMRS
1153,9
Interpretasi = x 100
1636,18
= 82,8%
1636,18 x 15
Lemak =
9
= 27,2 gr
32.8
Interpretasi = x 100
27,2
= 120%
1636,18 x 25
Protein =
4
= 102,25 gr
39,6
Interpretasi = x 100
102,25
= 38,8%
26
1636,18 x 60
KH =
4
= 245,4gr
177,9
Interpretasi = x 100
245,4
= 69%
MRS
750
Interpretasi ¿ x 100
1434.5
= 49,6%
1434.5 x 15
Lemak ¿
9
= 41,95 g
27
Interpretasi ¿ x 100 %
41,95
= 64,2 %
1434.5 x 25
Protein ¿
4
= 56,63 g
27
Interpretasi ¿ x 100
56,63
= 48,2 %
27
1434.5 x 60
Karbohidrat ¿
4
= 226,55 g
13,50
Interpretasi ¿ x 100
226,55
= 45 %
Cairan = 30 ml/Kg BB
= 30 x 45,5
= 1365 ml
28
9.2 HASIL RECALL
PROTEIN NABATI
1ptg
Tahu 2 50 50 2 100
sdg
1ptgsd
Tempe 1 25 25 1 25
g
SAYURAN
1 sd
Sawi 2 15 15 2 30
sayur
1 sd
Labu siam 1 15 15 1 15
sayur
BUAH-BUAHAN
SERBA SERBI
Minyak
1 15 1 15
kelapa
CAIRAN
LAINNYA
2
Roti 1 70 1 70
lembar
29
=====================================================================
Analysis of the diet plan
=====================================================================
Food Amount energy carbohydr.
______________________________________________________________________________
nasi putih 300 g 390,1 kcal 85,8 g
tahu 100 g 76,0 kcal 1,9 g
tempeh, soybean, mold process 25 g 49,8 kcal 4,3 g
daging ayam 25 g 71,2 kcal 0,0 g
telur ayam 23 g 35,7 kcal 0,3 g
daging sapi 1g 2,7 kcal 0,0 g
ikan bandeng 11 g 9,2 kcal 0,0 g
sawi putih mentah 30 g 4,5 kcal 0,6 g
labu siam mentah 15 g 3,0 kcal 0,6 g
pisang ambon 100 g 92,0 kcal 23,4 g
apel 36 g 21,3 kcal 5,5 g
minyak kelapa sawit 15 g 129,3 kcal 0,0 g
teh manis 600 g 77,4 kcal 19,2 g
roti tawar 70 g 191,7 kcal 36,3 g
=====================================================================
Result
=====================================================================
Nutrient analysed recommended percentage
value value/day fulfillment
______________________________________________________________________________
energy 1153,9 kcal 2198,9 kcal 52 %
PUFA 6,4 g - -
cholesterol 124,4 mg - -
protein 39,6 g(14%) 50,0 g(12 %) 79 %
fat 32,8 g - -
carbohydr. 177,9 g - -
dietary fiber 8,6 g - -
retinol 54,8 µg - -
phytic acid 906,8 mg - -
calcium 207,7 mg 800,0 mg 26 %
magnesium 239,3 mg 280,0 mg 85 %
niacineequiv. 0,0 mg 13,0 mg 0%
zinc 4,2 mg 12,0 mg 35 %
iron 8,4 mg 10,0 mg 84 %
Vit. B1 0,4 mg 1,0 mg 39 %
Vit. B2 0,5 mg 1,2 mg 42 %
niacine 5,6 mg - -
Vit. B6 1,0 mg 1,6 mg 65 %
pantoth. acid 2,6 mg - -
tot. fol.acid 113,0 µg - -
Vit. B12 0,7 µg 2,0 µg 34 %
Vit. C 19,7 mg 60,0 mg 33 %
Vit. A 910,1 µg 800,0 µg 114 %
30
9.3 LEAFLET
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Lozoya RM, Alzamora NM, Marin GC, Goris SJAG, Diego RMF. Predictive ability of
the Mini Nutritional Assessment Short Form (MNA-SF) in a free-living elderly
population: a cross-sectional study. PeerJ. 2017.
2. Oehadian A. Pendekatan klinis dan diagnosis anemia. Continuing Medical Education.
2012;39(6):407-412
3. Wahyuninsih R. Penatalaksanaan diet pada pasien. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2013. p. 95-
98
4. Almi DU. Hematemesis melena et causa gastritis erosif dengan riwayat penggunaan obat
NSAID pada pasien laki-laki lanjut usia. Medula. 2013;1(1):72-78
5. Perkebunan Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Kandungan senyawa
kimia pada daun teh. 2013;19(3):12-16
32
7. Purbawati, Diyah. Evaluasi Penggunaan Obat Tukak Peptik Pada Pasien Tukak Peptik
(Peptic Ulcer Disease) Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Surakarta. 2010.
8. Bintanah S, Kusuma HS, Setiawati YN, Mulyati T. 2016. Perhitungan Kebutuhan Gizi
Individu. NextBook, Semarang. Halaman 16.
33