Oleh:
YULINAR JUNIARSIH
Nomor Induk Mahasiswa : PO.71.31.1.13.045
ii
MOTTO
☺ Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu,
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.{ QS. Al-Baqarah (2) :
216}
☺ Sungguh bersama kesukaran ada keringanan. Karna itu bila kau telah
selesai (mengerjakan yang lain). Dan kepada Tuhan, berharaplah. (Q.S
Al Insyirah : 6-8)
HALAMAN PERSEMBAHAN
iii
ABSTRAK
YULINAR JUNIARSIH
GAMBARAN VARIASI MENU, DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT
ASUPAN ZAT GIZI SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAARUL HIKMAH
SUNGAI RENGIT KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2016
(xiii, 72 halaman, 8 tabel, 10 lampiran)
Kata Kunci: variasi menu, daya terima makanan, asupan zat gizi.
Daftar Pustaka : 36 (1992-2015)
iv
ABSTRACT
YULINAR JUNIARSIH
DESCRIPTION OF VARIATION MENU, ACCEPTABILITY OF FOOD AND THE
LEVELS OF NUTRIENT INTAKE STUDENTS IN DAARUL HIKMAH JUNIOR
HIGH SCHOOL BANYUASIN 2016
(xiii, 72 pages, 8 tables, 10 attachments)
v
KATA PENGANTAR
vi
7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 yang tercinta yang selalu
memberikan masukan dan motivasi. Serta semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
masih terdapat kekurangan. Sehubungan dengan itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak, guna
perbaikan dan sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini.
Harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................. ii
LEMBAR PANITIA SIDANG ............................................................... iii
LEMBAR PANITIA SIDANG UJIAN AKHIR PROGRAM.................... iv
MOTTO & HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................ v
ABSTRAK ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................. ........ x
DAFTAR TABEL ................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................... 1
B. Perumusan Masalah........................................................... 4
C. Tujuan Penelitian................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian.............................................................. 5
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan makanan institusi adalah penyelenggaraan
dan pelaksanaan makanan dalam jumlah yang besar. Pengelolaan
makanan perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan
makanan, pembelian bahan makanan, penerimaan dan pencatatan,
penyimpanan dan penyaluran bahan makanan, pengolahan bahan
makanan, penyajian makanan dan pelaporan (Mukrie, 1990).
Salah satu institusi yang menyelenggarakan penyelenggaraan
makanan yaitu pondok pesantren yang menyediakan makanan bagi
santri. Penyelenggaraan makanan di pondok pesantren adalah suatu
rangkaian kegiatan dari perencanaan menu sampai dengan
pendistribusian makanan pada santri dalam rangka pencapaian status
kesehatan yang optimal melalui pemberian makan pagi, siang dan
malam (Aritonang, 2012).
Pondok pesantren merupakan salah satu bentuk lembaga
pendidikan keagamaan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat
dan berperan penting dalam pengembangan sumber daya manusia
di Indonesia. Pada umumnya santri yang belajar di pondok pesantren
berusia 7-19 tahun dan di beberapa pondok pesantren lainnya
menampung santri berusia dewasa (Kemenkes RI, 2013).
Kelompok umur remaja menunjukkan fase pertumbuhan yang
pesat, yang disebut “adolescence growth spurt”. Pada fase
pertumbuhan ini, tubuh memerlukan asupan zat-zat gizi yang relatif
besar jumlahnya yang dapat dipenuhi dari konsumsi pangan sehari-
hari (Sediaoetama, 2008).
Masalah gizi pada remaja berkaitan dengan pola makan
kurang teratur yang disebabkan oleh banyaknya aktivitas terutama
dari kegiatan di sekolah. Selain itu, menurut Khumaidi (1994), ada
1
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
a. Umum
Diketahui gambaran variasi menu, daya terima makanan dan tingkat
asupan zat gizi Santri di Pondok Pesantren Daarul Hikmah.
b. Khusus
1. Diketahui gambaran variasi menu makanan dalam
penyelenggaraan makanan di pondok pesantren Daarul Hikmah.
5
D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Dapat menerapkan ilmu pengetahuan di bidang penelitian yang
telah didapat selama di bangku kuliah, memberikan pengalaman
secara langsung dalam penelitian dan meningkatkan pengalaman
penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
6
7
a. Variasi Menu
Menu adalah hidangan makanan yang disajikan dalam suatu
acara makan, baik makan pagi, makan siang maupun makan malam,
dengan atau tanpa selingan. Salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan penyelenggaraan makanan institusi adalah tersedianya
menu yang baik secara kualitas maupun kuantitas. Oleh sebab itu perlu
dibuat perencanaan menu yang baik (Moehyi, 1992).
Variasi menu adalah susunan golongan bahan makanan
terolah yang mengandung zat gizi seimbang (energi, protein,
lemak,karbohidrat, vitamin dan mineral) terdapat dalam satu hidangan
yang berbeda pada setiap kali penyajian yang terdiri dari makanan
9
pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah. Variasi menu dalam
menggunakan bahan makanan yang mengandung zat gizi seimbang,
bumbu, cara pengolahan, resep masakan, dan variasi makanan dalam
suatu hidangan. Bervariasi adalah tidak boleh terjadi pengulangan
hidangan yang sama dalam satu siklus menu atau tidak boleh terjadi
metode pemasakan yang sama dalam satu kali makan. Bervariasi
apabila tidak terjadi pengulangan jenis makanan dan teknik pengolahan
makanan dalam susunan menu (Moehyi, 1992).
Variasi menu yang ada di Indonesia umumnya adalah terdiri dari
berbagai hidangan sebagai berikut (Moehyi, 1992):
1. Hidangan makanan pokok
Makanan pokok sebagai sumber karbohidrat yang perlukan untuk
menghasilkan energi. Sumber karbohidrat dapat ditemukan dari
beras, roti, tepung terigu, mie, kentang. Makanan pokok yang biasa
dikonsumsi adalah nasi. Berbagai variasi hidangan makanan yang
biasa dibuat dari makanan pokok nasi sering digunakan dalam
berbagai hidangan, seperti nasi uduk, nasi kuning, nasi tim. Asupan
karbohidrat pada tubuh dapat digunakan untuk menghasilkan
sebagian besar energi yang diperlukan oleh tubuh. Jumlah atau
porsi makanan pokok antara lain: nasi 100 gram (¾ gelas), roti
tawar 80 gram (4 iris), mie instant 50 gram (1 gelas). Bahan
Makanan tersebut mengandung energi sebesar 175 kkal, 4 gram
protein dan 40 gram karbohidrat (Almatsier, 2010).
2. Hidangan lauk pauk
Hidangan Lauk-pauk sebagai sumber protein yang diperlukan
untuk tubuh fungsinya sebagai zat pembangun didalam tubuh.
Hidangan ini berupa masakan yang bervariasi yang terbuat dari
bahan makanan hewani atau nabati, atau gabungan keduanya,
bahan makanan hewani yang digunakan dapat berupa daging sapi,
ayam, ikan, telur, udang, atau berbagai jenis hasil laut. Lauk pauk
nabati biasanya berbahan dasar kacang-kacangan atau hasil
10
4. Hidangan buah-buahan
Hidangan buah-buahan sebagai sumber vitamin dan mineral yang
diperlukan untuk tubuh fungsinya sebagai zat pengatur didalam
tubuh. Buah biasanya disajikan dalam bentuk segar maupun sudah
diolah seperti setup dan sari buah. Jumlah atau porsi buah antara
lain: semangka 150 gram (1 potong besar), pisang 75 gram (1 buah
sedang), jeruk manis 100 gram (2 buah sedang), pepaya 100 gram
(1 potong sedang), apel 75 gram (1/2 buah sedang). Buah-buahan
tersebut mengandung energi sebesar 40 kkal, dan 10 gram
karbohidrat (Almatsier, 2010).
5. Hidangan snack
Hidangan snack biasanya di sajikan berbagai variasi bentuk dan
rasa, ada yang manis, asin dan gurih. Hidangan snack ini sebagaii
makanan selingan antara makan pagi dan makan siang atau makan
siang dan makan malam.
6. Minuman
Minuman mempunyai fungsi membantu proses metabolisme tubuh,
tiap jenis minuman berbeda-beda pada umumnya jumlah atau
ukurannya untuk air putih dalam sehari lima kali atau lebih per
gelas (2 liter perhari), sedangkan susu 1 gelas (200gram)
(PGS,2014)
Masakan harus bervariasi, suatu jenis masakan yang dihidangkan
berkali-kali dalam jangka waktu yang singkat akan membosankan
konsumen (Khotimah, 2004)
Pada pengolahan makanan berarti memasak makanan tersebut
dengan memanaskan makanan untuk merubah makanan tersebut
dalam struktur dan penampilan warna serta cita rasa yang baik dengan
tujuan agar mudah dicerna. Adapaun teknik pengolahan makanan
terbagi menjadi empat yaitu; teknik pengolahan dengan medium air
seperti merebus (boiling), mengukus (steaming), menyetup (steawing),
memasak cepat dengan air mendidih (blancing), cara memasak dengan
12
merebus bahan makanan dengan api kecil yang jumlahnya tidak terlalu
banyak hanya menutupi bahan makanan yang direbus, (poaching),
memasak bahan makanan dengan menggunakan 2 buah panci yang
berbeda ukuran dimana salah satu panci lebih kecil (Bain marie),
memasak dengan panci sistem temperatur dan tekanan tinggi yang
dapat mengurangi lama pemasakan, cara memasak hampir sama
dengan menyetup namun bahan makanan yang digunakan lebih besar
dari teknik menyetup, teknik pengolahan dengan medium minyak
seperti, memasak cepat supaya makanan menjadi coklat karena
minyak yang panas, menumis (sauteing), menggoreng (Deep Fat
Frying), memasak bahan makanan dalam sedikit minyak lalu ditambah
cairan (Braising), teknik memasak dengan oven seperti, memasak
dengan cara membentuk warna coklat dalam oven dengan grill atau
radiasi panas (Grilling), memasak dalam oven dengan menambahkan
minyak panas (Roasting), memasak makanan dengan bara api (gridle),
teknik pengolahan dengan energi elektromagnetik biasanya
menggunakan oven microwave.
Bahan-bahan makanan dapat diolah dengan menggunakan
teknik-teknik pengolahan tersebut asal dalam pengolahannya
diperhatikan waktunya agar bahan makanan yang diolah tidak terlalu
masak (overcook) yang bisa berakibat pada warna, tekstur dan cita
rasa makanan yang dihasilkan (Dewi, 2007).
diantaranya ialah rupa meliputi warna, bentuk, aroma, tekstur, dan rasa
(Mutmainnah, 2008)
Daya terima makanan juga dapat dinilai dari jawaban terhadap
pertanyaan yang berhubungan dengan pertanyaan yang berhubungan
dengan makanan yang dikonsumsi. Beberapa faktor penyebab yang
mempengaruhi daya terima seseorang terhadap makanan yang
disajikan berdasarkan Khumaidi (1994) dalam Mutmainnah (2008)
adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
kondisi dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi konsumsii
makanannya, seperti nafsu makan yang dipengaruhi oleh kondisi fisik
dan psikis seseorang misalnya sedih dan lelah, kebiasaan makan, dan
kebosanan yang muncul karena konsumsi makanan yang kurang
bervariasi. Faktor eksternal adalah faktor dari luar individu yang dapat
mempengaruhi konsumsi makanannya. Faktor-faktor tersebut antara
lain citarasa makanan, penampilan makanan, variasi menu, cara
penyajian, kebersihan makanan dan alat makan, dan pengaturan waktu
makan.
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada
proses penginderaan. Penginderaan dapat diartikan reaksi mental
(sensation), jika alat indera mendapat rangsangan. Reaksi atau kesan
yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk
menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan.
Rangsangan dapat bersifat mekanis (tekanan, tusukan), bersifat fisis
(dingin, panas, sinar, warna), bersifat kimia (bau, aroma, rasa).
Kemampuan memberikan kesan dapat dibedakan berdasarkan
kemampuan alat indera memberikan reaksi atas rangsangan yang
diterima. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan mendeteksi
(detection), membandingkan (scalling), dan kemampuan mengatakan
suka atau tidak suka (hedonik). Uji kesukaan atau disebut juga uji
hedonik. Pada uji hedonik, responden diminta memberikan tanggapan
tentang kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap suatu benda.
14
1. Warna makanan
Warna makanan adalah warna yang nampak dari makanan dan
dapat membuat seseorang terkesan sehingga akan timbul daya tarik
untuk mencobanya. Hal ini berkaitan dengan aspek psikologis manusia
yang tertarik pada warna – warna yang cerah, selera makanan dapat
menurun pada kondisi di mana warna makanan yang disajikan kurang
menarik, tidak cerah, dan tidak bervariasi. Oleh karenanya harus
diperhatikan dari segi warna makanan agar daya terima makanan
menjadi baik adalah dengan mengkombinasikan warna makanan yang
disajikan dan warna tiap-tiap hidangan harus kontras dengan hidangan
yang lainnya (Dewi, 2007).
2. Aroma Makanan
Aroma adalah bau yang berasal dari bahan makanan terolah
yang disajikan dan merangsang indera penciuman sehingga
memunculkan selera makan (Livianti, 2008).
Aroma dapat dikenali saat berbentuk uap dan menyentuh
reseptor pada indera penciuman. Manusia memiliki kemampuan untuk
mengenal bau kurang lebih sebanyak 16 juta jenis bau. Oleh karena itu,
manusia memiliki kemampuan yang baik dalam menentukan jenis bau
yang ada, perpaduan bau pada makanan harus bervariasi untuk
menambah selera makan seseorang (Winarno, 2002).
15
3. Rasa makanan
Rasa makanan adalah zat dalam makanan yang menimbulkan
rangsangan melalui indera pengecap pada makanan yang disajikan
(Winarno, 2002 ).
Rangsangan ini karena pada makanan tersebut terdapat
senyawa yang mampu merangsang reseptor – reseptor pada indera
pengecap yang mampu menangkap senyawa tersebut sehingga
konsumen dapat mengetahui dan menerima rasa makanan tersebut
(Winarno, 2002).
Faktor utama yang mempengaruhi daya penerimaan terhadap
makanan adalah rangsangan cita rasa yang ditimbulkan oleh makanan
tersebut. Cita rasa makanan mencakup dua aspek utama, yaitu
penampilan makanan sewaktu dihidangkan dan rasa makanan waktu
dimakan. Kedua aspek ini sama pentingnya untuk diperhatikan agar
betul-betul dapat menghasilkan makanan yang memuaskan.
Komponen-komponen yang berperan dalam menentukan rasa
makanan antara lain aroma, bumbu dan penyedap, keempukan,
kerenyahan, tingkat kematangan, serta temperatur makanan (Moehyi,
1992).
Dengan demikian makanan yang masuk ke dalam mulut akan
sangat mempengaruhi reaksi dari indera tersebut oleh karenanya
makanan yang disajikan harus mempunyai rasa yang baik, agar
rangsangan terhadap indera tersebut menjadi baik sehingga akan
menimbulkan selera makan yang baik dari konsumen (Livianti, 2008).
adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar sedangkan zat
gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil.
Zat gizi makro terdiri dari karbohidrat, lemak dan protein dan zat gizi
mikro terdiri dari vitamin dan mineral (Sulistyoningsih, 2011).
Tingkat konsumsi (cutt of point) zat gizi makro yang dibutuhkan
tubuh yang berperan dalam menjalankan fungsi normal tubuh yaitu
menurut WNPG (2013):
a. Baik, jika asupan zat gizi ≥ 80 % AKG (Angka Kecukupan Gizi).
b. Kurang, jika asupan zat gizi < 80 % AKG (Angka Kecukupan Gizi).
(LIPI,2004)
Tingkat konsumsi (cutt of point) zat gizi mikro yang dibutuhkan
tubuh yang berperan dalam menjalankan fungsi normal tubuh.
a. Baik, jika asupan zat gizi ≥100 % AKG (Angka Kecukupan Gizi).
b. Kurang, jika asupan zat gizi <100 % AKG (Angka Kecukupan Gizi).
(Matondang, 2007)
b. Protein
Protein adalah zat gizi makro yang terdiri dari karbon,
hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Protein merupakan bahan utama
dalam pembentukan sel jaringan, baik jaringan tubuh tumbuhan
18
maupun tubuh manusia dan hewan. Oleh sebab itu protein disebut
unsur atau zat pembangun (Moehji, 2007).
Protein dibedakan menjadi protein hewani dan protein nabati,
dimana protein hewani banyak berasal dari sumber makanan seperti
ikan, daging, susu, telur. Sedangkan protein nabati banyak berasal
dari jenis kacang-kacangan sperti tahu, tempe, dan lain-lain.
Protein dalam tubuh merupakan sumber asam amino esensial
yang diperlukan sebagai sumber energi, pertumbuhan dan
pemeliharaan, mengganti sel-sel yang sudah rusak, mengatur
keseimbangan air, mengangkut zat-zat gizi.
Protein sangat penting dalam masa pertumbuhan dan
perbaikan bagian dalam tubuh seseorang.
c. Lemak
Lemak merupakan zat gizi yang terdiri dari molekul karbon,
hidrogen dan oksigen yang mempunyai sifat dapat larut pada zat
tertentu, seperti etanol, eter, kloroform dan benzena (Almatsier, 2009).
Lemak dapat dikasifikasikan:
a. Menurut struktur kimiawinya terdiri dari lemak netral, phospolipid,
licithine, sphyngomeyline.
b. Menurut sumbernya terdiri dari lemak hewani dan lemak nabati.
c. Menurut konsistensinya terdiri dari lemak padat dan lemak cair.
d. Menurut ujudnya terdiri dari lemak tak terlihat (invisible fat) dan
lemak terlihat (visible fat).
Lemak nabati berasal dari makanan tumbuh-tumbuhan,
sedangkan lemak hewani berasal dari binatang, termasuk ikan, telur
dan susu. Kedua jenis lemak ini berbeda dalam jenis asam lemak
yang menyusunnya. Lemak nabati mengandung lebih banyak asam
lemak tak jenuh,yang menyebabkan titik cair yang lebih rendah, dan
dalam suhu kamar berbentuk cair disebut minyak. Lemak hewani
mengandung lebih banyak asam lemak jenuh, khususnya mempunyai
19
d. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi utama sebagai sumber energi
bagi tubuh. Karbohidrat terutama berasal dari dalam tumbuh-
tumbuhan seperti beras, gandum dan umbi-umbian, yang terdiri dari
20
e. Vitamin
Vitamin merupakan zat-zat organik yang dibutuhkan dalam
jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh
tubuh. Oleh karena itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin
termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan
kehidupan. Vitamin dibedakan menjadi dua kelompok: vitamin larut
lemak (A,D,E,K), dan vitamin larut air (B,C) (Almatsier, 2009).
21
1. Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan.
Secara luas, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan
semua retinoid dan prekursor/provitamin A karotenoid. Sumber
vitamin A dapat ditemukan pada hati, kuning telur, susu dan
mentega. Sumber karoten adalah sayuran bewarna hijau tua dan
buah-buahan dan sayuran bewarna kuning-jingga, seperti, pepaya,
wortel, tomat, mangga.
Di dalam tubuh vitamin A berperan dalam tubuh yaitu pada
penglihatan, dierensiasi sel, kekebalan tubuh, pertumbuhan dan
perkembangan, reproduksi.
Vitamin A essensial untuk pemeliharaan kesehatan dan
kelangsungan hidup. Beta-karoten dan vitamin A berfungsi sebagai
antioksidan yang mampu menyesuaikan fungsi kekebalan dan
sistem perlawanan tubuh terhadap mikroorgnisme atau proses
merusak lain. Hal ini berguna untuk pencegahan dan
penyembuhan penyakit jantung koroner dan kanker (Almatsier,
2009).
Defisiensi vitamin A bisa mengakibatkan perubahan pada mata
tanda awal buta senja, perubahan pada kulit menjadi kering dan
kasar, gangguan pertumbuhan. Defisiensi vitamin A juga
menyebabkan berkurangnya nafsu makan karena perubahan pada
jonjot rasa pada lidah (Almatsier, 2009).
2. Vitamin C
Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam
keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut,
vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara
(oksidasi) terutama bila terkena panas.
Sumber vitamin C pada umumnya hanya terdapat didalam pangan
nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk,
22
f. Mineral
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan
penting dalam pemeliharaan ungsi tubuh, baik pada tingkat sel,
jaringan, organ maupun fugsi tubuh secara keseluruhan. Kalsium,
fosfor dan magnesium adalah bagian dari tulang, besi dari hemoglobin
dalam sel darah merah. Disamping itu, mineral berperan dalam
berbagai tahap metabolisme, keseimbangan ion-ion mineral
diperlukan untuk pengaturan pekerjaan enzim-enzim, pemeliharaan
keseimbangan asam-basa, dan pemeliharaan kepekaan otot dan
saraf terhadap rangsangan. Mineral digolongkan ke dalam mineral
makro ( Ca, K, Mg, Na, P, S, Cl) dan mineral mikro (Fe, Zn, I, Se, Mn,
F) (Almatsier, 2009).
23
1. Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh.Kalsium mepunyai fungsi di dalam tubuh dalam pembentukan
tulang dan gigi. Dalam pembentukan tulang, kalsium di dalam
tulang mempunyai dua fungsi yaitu sebagai bagian integral dari
struktur tulang dan sebagai tempat menyimpan kalsium. Di dalam
pembentukan gigi, kalsium membentuk email dan dentin yang
merupakan bagian tengah dan luar dari gigi. kalsium dan mineral
lain seperti magnesium dan fosfor memberi kekuatan dan bentuk
pada tulang dan gigi. Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil
susu seprti keju. Ikan, serealia, sayura hijau, kacang-kacangan
termasuk produk olahannya tahu dan tempe meupakan sumber
kalsium yang baik juga (Almatsier, 2009).
2. Magnesium
Magnesium adalah kation nomor dua paling banyak setelah natrium
didalam cairan intraseluler. Magnesium didalam alam merupakan
bagian dari klorofil daun. Magnesium memegang peranan penting
dalam lebih dari tiga ratus juta jenis sistem enzim didalam tubuh.
Magnesium bertindak didalam sel jaringan lunak sebagai katalisator
reaksi-reaksi biologik termasuk reaksi-reaksi yang berkaitan
dengan metabolisme energi, karbohidrat, lipida, protein dan asam
nukleat. Didalam sel, magnesium berperan dalam tranmisi saraf,
kontraksi otot dan pembekuan darah, da mencegah kerusakan gigi.
Sumber utama magnesium adalah sayuran hijau, serealia tumbuk,
biji-bijian dan kacang-kacangan. Daging, susu dan hasil olahannya
merupakan sumber magnesium yang baik. (Almatsier, 2009).
3. Besi (Fe)
Besi (Fe) merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat
didalam tubuh manusia yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh
manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di
dalam tubuh sebagai, alat angkut oksigen dari paru-paru ke
24
Kerangka Teori
Penyelenggaraan Makanan
Institusi
Tujuan Penyelenggaraan
Makanan Institusi
Penyelenggaraan Makanan di
Pondok Pesantren
Faktor Eksternal
1. Variasi Menu
2. Penampilan Makanan
a. Warna Makanan
b. Bentuk Makanan
c. Aroma Makanan
d. Rasa Makanan
e. Bumbu Makanan
f. Tekstur Makanan
g. Suhu Makanan
Kerangka Konsep
Makanan Pokok
Lauk-pauk
Sayuran
Buah-buahan
Tingkat Asupan
Zat Gizi Santri
Aroma Makanan
Warna Makanan
Rasa Makanan
28
D. Variabel Penelitian
a. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi yaitu Tingkat
Asupan Zat Gizi Santri
b. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi yaitu variasi
menu, daya terima makanan pada santri di Pondok Pesantren
Daarul Hikmah.
E. Definisi Operasional
a. Variasi menu
Variasi menu adalah susunan golongan bahan makanan terolah
yang mengandung zat gizi seimbang (energi, protein,
lemak,karbohidrat, vitamin dan mineral) terdapat dalam satu
hidangan yang berbeda pada setiap kali penyajian yang terdiri dari
makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah.
(Moehyi, 1992)
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuisioner variasi menu
Hasil ukur :
1. Tidak Bervariasi : apabila ada pengulangan jenis
makanan dan teknik pengolahan makanan yang
digunakan, persentase jumlah <80% (skor : 3)
2. Bervariasi : apabila tidak ada pengulangan
jenis makanan dan teknik pengolahan makanan
yang digunakan, persentase jumlah skor ≥ 80%
(skor : 4)
(Rijani, 2012)
2. Rasa Makanan
Rasa makanan adalah zat dalam makanan yang menimbulkan
rangsangan melalui indera pengecap responden pada makanan
yang disajikan di Pondok Pesantren Darul Hikmah (Winarno, 2002).
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Uji Hedonik/organoleptik
Hasil Ukur :
a. Sangat suka : (skor : 4)
b. Suka : (skor : 3)
c. Tidak suka : (skor : 2)
d. Sangat tidak suka : (skor : 1)
(Sutyawan, 2013).
30
3. Aroma Makanan
Aroma adalah bau yang berasal dari bahan makanan terolah yang
disajikan di Pondok Pesantren Darul Hikmah dan merangsang
indera penciuman responden sehingga memunculkan selera makan
(Livianti, 2008).
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Uji Hedonik/organoleptik
Hasil Ukur :
a. Sangat suka : (skor : 4)
b. Suka : (skor : 3)
c. Tidak suka : (skor : 2)
d. Sangat tidak suka : (skor : 1)
(Sutyawan, 2013)
Skala Ukur : Ordinal
Hasil ukur :
1. Baik : jika asupan energi ≥80 % AKG
2. Kurang : jika asupan energi <80 % AKG
(LIPI, 2004)
Skala ukur : Ordinal
b. Asupan Protein
Asupan protein adalah jumlah protein yang dikonsumsi oleh oleh
responden dengan satuan gram didapat dengan cara metode recall
1 x 24 jam yang lalu selama 3 hari kemudian dirata-ratakan dan
dianalisis menggunakan nutrisurvey serta dikonversikan ke dalam
persen AKG 2013.
Cara ukur : wawancara langsung
Alat ukur : form recall
Hasil ukur :
1. Baik : jika asupan protein ≥80 % AKG
2. Kurang : jika asupan protein <80 % AKG
(LIPI, 2004)
Skala ukur : Ordinal
c. Asupan Lemak
Asupan Lemak adalah jumlah lemak yang dikonsumsi oleh oleh
responden dengan satuan gram didapat dengan cara metode recall
1 x 24 jam yang lalu selama 3 hari kemudian dirata-ratakan dan
dianalisis menggunakan nutrisurvey serta dikonversikan ke dalam
persen AKG 2013.
Cara ukur : wawancara langsung
Alat ukur : form recall
Hasil ukur :
1. Baik : jika asupan lemak ≥80 % AKG
2. Kurang : jika asupan lemak <80 % AKG
32
(LIPI, 2004)
Skala ukur : Ordinal
d. Asupan Karbohidrat
Asupan karbohidrat adalah jumlah yang dikonsumsi oleh
responden dengan satuan gram didapat dengan cara metode
recall 1 x 24 jam yang lalu selama 3 hari kemudian dirata-ratakan
dan dianalisis menggunakan nutrisurvey serta dikonversikan ke
dalam persen AKG 2013.
Cara ukur : wawancara langsung
Alat ukur : form recall
Hasil ukur :
1. Baik : jika asupan karbohidrat ≥80 % AKG
2. Kurang : jika asupan karbohidrat <80 % AKG
(LIPI, 2004)
Skala ukur : Ordinal
e. Asupan Vitamin A
Asupan Vitamin A adalah jumlah vitamin A yang dikonsumsi oleh
responden dengan satuan microgram (mcg) didapat dengan cara
metode recall 1x 24 jam yang lalu selama 3 hari kemudian dirata-
ratakan dan dianalisis menggunakan nutrisurvey serta
dikonversikan ke dalam persen AKG 2013.
Cara ukur : wawancara langsung
Alat ukur : form recall
Hasil ukur :
1. Baik : jika asupan Vitamin A ≥100 % AKG
2. Kurang : jika asupan Vitamin A <100 % AKG
(Matondang, 2007)
Skala ukur : Ordinal
33
f. Asupan Vitamin C
Asupan Vitamin C adalah jumlah vitamin C yang dikonsumsi
oleh responden dengan satuan miligram (mg) didapat dengan
cara metode recall 1x 24 jam yang lalu selama 3 hari kemudian
dirata-ratakan dan dianalisis menggunakan nutrisurvey serta
dikonversikan ke dalam persen AKG 2013.
Cara ukur : wawancara langsung
Alat ukur : form recall
Hasil ukur :
1. Baik : jika asupan Vitamin C ≥100 % AKG
2. Kurang : jika asupan Vitamin C <100 % AKG
(Matondang, 2007)
Skala Ukur : Ordinal
g. Asupan Vitamin E
Asupan Vitamin E adalah jumlah vitamin E yang dikonsumsi
oleh responden dengan satuan miligram (mg) didapat dengan
cara metode recall 1x 24 jam yang lalu selama 3 hari kemudian
dirata-ratakan dan dianalisis menggunakan nutrisurvey serta
dikonversikan ke dalam persen AKG 2013.
Cara ukur : wawancara langsung
Alat ukur : form recall
Hasil ukur :
1. Baik : jika asupan Vitamin E ≥100 % AKG
2. Kurang : jika asupan Vitamin E <100 % AKG
(Matondang, 2007)
Skala Ukur : Ordinal
j. Asupan Besi
Asupan Besi adalah jumlah Besi yang dikonsumsi oleh
responden dengan satuan miligram (mg) didapat dengan cara
metode recall 1x 24 jam yang lalu selama 3 hari kemudian dirata-
ratakan dan dianalisis menggunakan nutrisurvey serta
dikonversikan ke dalam persen AKG 2013.
35
METODE PENELITIAN
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian Deskriptif. Dalam
penelitian ini yang ingin diketahui adalah gambaran variasi menu, daya
terima makanan dan tingkat asupan zat gizi santri di pondok pesantren
Darul Hikmah. Sedangkan rancangan penelitian menggunakan desain
cross sectional study di mana variable Dependen dan variable
Indipenden diukur dalam waktu yang bersamaan.
2. Sampel
Penentuan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan
kriteria penelitian sebagai berikut:
35
36
3. Besar Sampel
n = N
1 + N ( d2 )
Keterangan :
N : Besar Populasi
n : Besar sampel
D. Pengumpulan Data
Petugas yang terlibat dalam pengumpulan data yaitu peneliti
sendiri dan dibantu oleh mahasiswa gizi Semester V Jurusan Gizi
Poltekkes Kemenkes Palembang yang sebelumnya mendapatkan
pelatihan terlebih dahulu untuk menyamakan persepsi, pengukuran,
dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
Instrumen yang digunakan antara lain:
37
a. Kuesioner.
b. Microtoise.
c. Timbangan berat badan
d. Komputer dan perangkat lunak komputer.
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
a. Identitas responden
Untuk mendapatkan data indentitas responden (nama, umur, jenis
kelamin,pendidikan) dikumpulkan dengan cara wawancara
menggunakan kuesioner.
b. Variasi Menu
Data mengenai variasi menu yang diperoleh dengan cara wawancara
dengan menggunakan kuesioner form variasi menu cheklist kemudian
dilihat apakah menu makanan yang disajikan di pondok pesantren
Daarul Hikmah bervariasi atau tidak bervariasi dengan melihat susunan
golongan jenis bahan makanan terolah yang disajikan di Pondok
Pesantren Daarul Hikmah.
2. Data Sekunder
Data sekunder terdiri dari :
1. Data umum mengenai Pondok Pesantren Daarul Hikmah
2. Data gambaran umum mengenai penyelenggaraan makanan di
Pondok pesantren Daarul Hikmah
1. Analisis Data
Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan setiap variabel penelitian Gambaran Variasi Menu,
Daya Terima Makanan (warna makanan, aroma makanan, rasa
makanan), dan Tingkat Asupan Zat Gizi (energi, protein, karbohidrat,
lemak, vitamin A, vitamin C, vitamin E, Kalsium, magnesium dan Fe)
Santri di Pondok Pesantren Daarul Hikmah dan diperoleh gambaran
deskriptif setiap variabel tersebut dengan membuat tabel distribusi
frekuensi dan selanjutnya untuk melihat bagaimana variasi menu, daya
terima makanan, dan tingkat asupan zat gizi santri, apakah variasi
menu sudah sesuai dengan menu gizi seimbang, daya terima
makanan santri dan juga tingkat asupan zat gizi santri termasuk
kedalam kategori baik atau kurang setelah dianalisa dan dikonversikan
ke dalam persen AKG 2013.
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Sejarah Berdiri
Berdirinya Pondok Pesantren Daarul Hikmah berdiri pada 11
November 2011, atas dasar gagasan Pimpinan Pondok Pesantren
Daarul Hikmah yang sekarang menjadi Pimpinan Pondok Pesantren
Daarul Hikmah sekaligus pendiri pondok pesantren Daarul Hikmah
Drs. Supendi. Semula Gedung Pondok Pesantren Daarul Hikmah
dengan luas 1 ha mempunyai gedung asrama dengan luas 25x15 m
yang sekarang menjadi asrama putri di mana pada gedung asrama
tersebut terdapat mushola khusus putri dengan luas 20x20 m.
Selain dilengkapi dengan asrama santri/santriwati, pondok pesantren
Daarul hikmah juga mempunyai asrama guru terdiri dari 3 kamar
dengan luas 3x5 m. Kemudian pada tahun 2012, Pondok pesantren
Daarul Hikmah membangun gedung asrama putra dengan luas
20x25 m yang juga terdapat mushola khusus untuk santri putra.
Pondok Pesantren Daarul Hikmah merupakan Program
pendidikan dan pengasuhan yang terdiri dari pendidikan formal dan
non formal. Pendidikan formal terdiri dari Madrasah Tsanawiyah dan
Madrasah Aliyah. Sedangakn Pendidikan formal terdiri dari
Madrasah Diniyah. Pondok Pesantren Daarul Hikmah terdaftar
sebagai pondok pesantren dengan jenis Pondok Pesantren
Moderen. Berdasarkan surat kepala Kantor Kementrian Agama
wilayah Provinsi Sumatera Selatan No. Kw.06.5/3/KP.07.6/996/2013.
Dan Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Banyuasin No.
Kd.06.07/3/KP.07/2100/2013.
41
42
Misi
Mengasuh dan mendidik jiwa raga santriwati agar paham dan
cinta kepda agama Allah SWT ,menguasai ilmu dunia dan
akhirat, serta memiliki rasa kpedulian terhadap umat
Mempersipakan generasi unggul, Dibidang akhlak dengan
berbasis keilmuan
Membentuk pribadi yg aktif, kreatif dan edukatif
b. Keadaan Sekolah
1) Tanah dan Halaman
Tanah dan halaman Pondok pesantren Daarul Hikmah seluas
± 1 ha.
2) Gedung Sekolah
Bangunan pondok pesantren Daarul Hikmah tediri dari
gedung utama yang pada umumnya dalam kondisi baik.
Jumlah ruang kelas untuk menunjang kegiatan belajar
memadai terdapat 6 ruang kelas, 1 ruang kantor, 3 gedung
asrama masing-masing asrama putra, asrama putri dan
asrama guru, 2 bangun mushola dan 1 dapur atau kantin
pondok pesantren Daarul Hikmah.
43
A. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, dan
usia yang dapat dilihat secara lebih jelas pada tabel dibawah ini :
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden
Menurut Jenis Kelamin
n %
Laki-laki 31 49,2
Perempuan 32 50,8
Total 63 100
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden
Menurut Usia
n %
12 5 7,9
13 22 34,9
14 25 39,7
15 11 17,5
Total 63 100
B. Analisis Data
Analisis Data Univariat
1. Variasi Menu
Variasi menu adalah susunan golongan bahan makanan terolah
yang mengandung zat gizi seimbang (energi, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin dan mineral) terdapat dalam satu hidangan yang
berbeda pada setiap kali penyajian yang terdiri dari makanan pokok,
lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah (Moehyi,1992).
45
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Menurut Variasi Menu
di Pondok Pesantren Daarul Hikmah
Tahun 2016
a. Warna Makanan
Warna makanan adalah warna yang nampak dari makanan dan
dapat membuat seseorang terkesan sehingga akan timbul daya
tarik untuk mencobanya (Dewi, 2007).
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Menurut Warna Makanan
di Pondok Pesantren Daarul Hikmah
Tahun 2016
b. Aroma Makanan
Aroma adalah bau yang berasal dari bahan makanan terolah yang
disajikan di Pondok Pesantren Darul Hikmah dan merangsang
indera penciuman responden sehingga memunculkan selera
makan (Livianti, 2008).
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Menurut Aroma Makanan
di Pondok Pesantren Daarul Hikmah
Tahun 2016
Sangat Sangat
Suka Tidak suka
Aroma suka tidak suka
Makanan
n % N % n % n %
c. Rasa Makanan
Rasa makanan adalah zat dalam makanan yang menimbulkan
rangsangan melalui indera pengecap responden pada makanan
yang disajikan di Pondok Pesantren Darul Hikmah (Winarno,
2002).
51
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Menurut Rasa Makanan
di Pondok Pesantren Daarul Hikmah
Tahun 2016
Sangat Sangat
Suka Tidak suka
Rasa suka tidak suka
Makanan
n % n % n % n %
ayam goreng pun kurang terasa hal ini membuat sampel menilai rasa
makanan yang disajikan kurang.
Salah satu kriteria penting yang mempengaruhi daya terima
makanan adalah rasa makanan. Rasa merupakan salah satu
komponen flavour yang terpenting karena mempunyai pengaruh
yang dominan pada cita rasa. Rasa lebih banyak melibatkan indera
kecapan (lidah). Penginderaan kecapan dapat dibagi menjadi empat
macam rasa utama yaitu asin, asam, pahit, dan manis. Masakan
yang mempunyai variabel keempat macam rasa tersebut lebih
disukai daripada hanya merupakan satu macam rasa yang dominan
(Winarno,2002).
Penilaian kurang pada rasa makanan bisa dikarenakan
penggunaan bumbu yang tidak pas. Sehingga, racikan bumbu
kurang terasa karena standar bumbu tidak digunakan (Tarwotjo,
1998). Oleh karena itu, sangat diperlukan suatu institusi
penyelenggaraan makanan dengan sistem pengelolaan yang baik
sehingga dihasilkan makanan yang baik. Makanan yang berkualitas
baik akan berperan besar dalam penerimaan makanan tersebut
(Mukrie, 1990).
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Responden
Menurut Tingkat Asupan Zat Gizi Makro
di Pondok Pesantren Daarul Hikmah Tahun 2016
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Responden
Menurut Tingkat Asupan Zat Gizi Mikro
di Pondok Pesantren Daarul Hikmah Tahun 2016
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Santri di Pondok
Pesantren Daarul Hikmah Tahun 2016 dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Sebagian besar Reponden (58,7%) mengatakan variasi menu tidak
bervariasi.
B. Saran
1. Bagi Pondok Pesantren Daarul Hikmah
a. Perlu membuat perencanaan menu yang baik agar menu yang
disajikan di Pondok Pesantren Daarul Hikmah dapat bervariasi
sehingga responden tidak mengalami kebosanan dengan menu
makanan yang disajikan. Dalam perencanaan menu, perlu dibuat
siklus menu yang digunakan di Pondok Pesantren Daarul Hikmah
agar memudahkan melihat perputaran menu yang ada sehingga
pengulangan menu yang sama tidak sering terjadi.
60
61
Misrawati, 2012. Korelasi Asupan Zat Gizi Makro, Zat Gizi Mikro dan
Aktifitas Fisik dengan Obesitas pada Mahasiswa Poltekes Kemenkes
Gorontalo. Vol 5 No. 1. Gorontalo.
Reski, Andi. (2013).Hubungan Asupan Energi Dan Zat Gizi Dengan Status
Gizi Santri Putri Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Makassar
Sulawesi Selatan Tahun 2013.
Sediaoetama, AD. (2008). Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I.
Jakarta: Dian Rakyat.