Anda di halaman 1dari 89

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN JAJAN DAN


ASUPAN ZAT GIZI MAKRO (E,P,L Dan KH) DENGAN STATUS GIZI
SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 24 TALANG KELAPA
PALEMBANG TAHUN 2017

Oleh :

DINA NATALIA SITOHANG

Nomor Induk Mahasiswa : PO.71.31.0.14.047

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

JURUSAN GIZI

2017
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

 Orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat (matius 24 : 13).
 Hidup ini seperti sebuah karya tulis ilmiah, banyak bab dan revisi yang harus dilewati.
Tapi akan selalu berakhir indah bagi orang yang pantang menyerah.
 Bisa ala biasa (ayahanda tercinta).
Karya tulis ini kupersembahkan untuk :

 Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kesempatan kesehatan untuk
menyelesaikan KTI ini
 Bapak dan Mamaku tercinta yang selalu memberikan dukungan, doa dan kasih sayangnya
disetiap langkah perjuangan demi meraih keberhasilan.
 The One and only Bapak’e yang menjadi motivasi terbesarku untuk mnyelesaikan
pendidikan dibangku kuliah. Gelarku ini kupersembahkan untuk mu pak’e. Akan ku kabulkan
cita-cita mu untuk melihat pudanmu memakai baju toga, walau pak’e hanya dapat melihat
dari atas sana.
 Kakak dan abangku tersayang (Evi, Devri dan Novita) yang selalu menjadi motivator
untukku.
 Pembimbing KTI Bapak Drs. H. M Yusuf, M.Kes dan Bapak Eddy Susanto, SKM, M.Kes
yang telah membimbing, membagi ilmu, memberikan perhatian dan waktu dalam
penyusunan KTI ini
 Para dosen yang telah memberikan ilmunya sehingga saya bisa menjadi seorang Ahli
Madya Gizi.
 My second family (Dea, Dwi, Indriyani, Islamia, Kintan, Maristya, Rahayu, Winda, Doni
dan Rully) yang selalu menjadi penyemangat, pendengar yang baik, dan tempat berbagi
dikala suka maupun duka, terimakasih SAHABAT. Keep Solid
 Para sapi ku (Risma, Fadila dan Lisna) thanks for everything.
 Teman PKL RSU Tangerang (Adinda, Alifa, Maya, Cece, Rina, Stela dan Winda), Desa
Tanjung Serian (Anggun, Ayik, Kis, Pitak, Tamtam) dan Puskesmas Dempo (Anggun, Kis,
Rani, Meka, dan Jihan). Kenangan bersama kalian tak akan pernah terlupakan.
 Keluarga dan sahabat seperjuangan yang luar biasa dalam masa kuliahku (Gizi 2014), I’m
proud to be part of this family.
 Almamaterku yang membanggakan.

v
ABSTRAK

PROGRAM STUDI D-III GIZI


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
KARYA TULIS ILMIAH, 18 JULI 2017

DINA NATALIA SITOHANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN JAJAN, DAN ASUPAN ZAT


GIZI MAKRO (E,P,L DAN KH) DENGAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH
DASAR NEGERI 24 TALANG KELAPA PALEMBANG TAHUN 2017

(xv, 53 halaman, 17 Tabel, 6 lampiran)

Status gizi merupakan cerminan ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi.


Status gizi secara parsial dapat diukur dengan antropometri (pengukuran bagian
tertentu dari tubuh) atau biokimia atau secara klinis. Prevelensi status gizi pada
anak usia 6-12 tahun terdiri dari 4,6% sangat kurus, 7,6% kurus, 78,6% normal
dan 19,2% gemuk.

Tujuan penelitian untuk mengetahui apa saja yang berhubungan dengan


status gizi siswa di SD Negeri 24 Talang Kelapa Palembang. Penelitian ini
dilaksanakan di SD Negeri 24 Talang Kelapa Palembang pada bulan 21 Februari
2017 hingga selesai dengan jumlah sampel 92 sampel. Jenis penelitian
observational analitik dengan rancangan Cross Sectional. Teknik pengambilan
sampel systematic random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan kebiasaan jajan (p=


0,045), asupan energi (p= 0,001), dan asupan karbohidrat (p= 0,002) dengan
status gizi siswa di SD Negeri 24 Talang Kelapa Palembang, serta tidak terdapat
hubungan tingkat pengetahuan gizi siswa (p= 0,219), asupan protein (p= 0,511)
dan asupan lemak (p= 0,676) dengan status gizi di SD Negeri 24 Talang Kelapa
Palembang.

Daftar Pustaka : 27 ( 2004 – 2015 )

Kata Kunci : status gizi, pengetahuan gizi, kebiasaan jajan, asupan zat gizi
makro.

vi
ABSTRACT

PROGRAM STUDY D-III NUTRITION


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
SCIENTIFIC PAPERS, 18 JULY 2017

DINA NATALIA SITOHANG

NUTRITIONAL KNOWLEDGE RELATIONSHIP, MARINE HABITS AND


MAKRO NUTRITION (E, P, L AND KH) WITH NUTRITION STATUS
STUDENTS BASIC SCHOOL 24 TALANG KELAPA PELEMBANG IN 2017

(xv, 53 pages, 17 tables, 6 attachments)

Nutritional status is a reflection of the size of the fulfillment of nutritional


needs. Partial nutritional status can be measured by anthropometry
(measurement of specific parts of the body) or biochemical or clinically. The
prevalence of nutritional status in children aged 6-12 years consists of 4.6% very
thin, 7.6% thin, 78.6% normal and 19.2% fat.

The purpose of research to find out what is related to the nutritional status
of students in State Elementary School 24 Talang Kelapa Palembang. This
research was conducted at State Elementary School 24 Talang Kelapa
Palembang on 21 February 2017 to finish with sample 92 sample. Type of
observational analytic study with Cross Sectional design. sampling technique is
Systematic random sampling.

The results showed that there were correlation between habit of snack (p
= 0,045), energy intake (p = 0,001), and carbohydrate intake (p = 0,002) with
nutritional status of student at State Elementary School 24 Talang Kelapa
Palembang, and there was no correlation between Nutrition knowledge of
students (p = 0,219), protein intake (p = 0,511) and fat intake (p = 0,676) with
nutritional status at State Elementary School 24 Talang Kelapa Palembang.

References: 27 (2004 - 2015)

Keywords: nutritional status, nutrition knowledge, snack habits, Intake of


macro nutrients.

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas Kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan rahmat dan ridho-nya
sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Gizi, Kebiasaan Jajan
Dan Asupan Zat Gizi Makro (E,P,L Dan KH) Dengan Status Gizi Siswa
Sekolah Dasar Negeri 24 Talang Kelapa Palembang Tahun 2017”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu
dalam menyelesaikan Karya tulis ilmiah Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapkan
terimakasih penulis sampaikan kepada :

1. Ibu drg. Nur Adiba Hanum, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Palembang.
2. Ibu Hana Yuniarti, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Palembang.
3. Bapak Drs. H. M. Yusuf, M.Kes selaku pembimbing utama yang telah
banyak memberikan perhatian, ilmu, dan waktu untuk membimbing dan
mengarahkan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Bapak Eddy Susanto,SKM,M.Kes selaku pembimbing pendamping
yang telah memberikan perhatian, ilmu, dan waktu untuk membimbing
dan mengarahkan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Mardiana,SE,M.Kes dan Ibu Imelda Telisa, S.Gz sebagai penguji
yang telah memberikan ilmu, kritik, saran dan waktu dalam
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini
6. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu mendoakan serta memberi
dukungan material maupun spiritual dan semangat untuk terus
berusaha.
7. Kakak dan abangku tersayang yang selalu mendoakan serta
memberikan semangat untuk terus berjuang.

viii
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 yang tercinta yang selalu
memberikan masukan dan motivasi. Serta semua pihak yang dapat
disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini


masih terdapat kekurangan. Sehubungan dengan itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak, guna
perbaikan dan sempurnanya karya tulis ilmiah ini.

Harapan penulis semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat


bagi kita semua.

Penulis

ix
DAFTAR ISI

BAB Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN .................................................. ii
PANITIA SIDANG KARYA TULIS ILMIAH ............................ iii
PANITIA SIDANG UJIAN AKHIR PROGRAM ....................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................. v
ABSTRAK .............................................................................. vi
KATA PENGANTAR .............................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................ x
DAFTAR TABEL .................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................ 1
B. Perumusan Masalah .................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................... 4
D. Hipotesis Penelitian ..................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ....................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Telaah Pustaka
1. Anak Usia Sekolah Dasar ....................................... 6
2. Status Gizi .............................................................. 7
3. Pengetahuan .......................................................... 11
4. Kebiasaan Jajan ..................................................... 12
5. Asupan Zat Gizi Makro ........................................... 14
B. Kerangka Teori ............................................................. 19
C. Kerangka Konsep ......................................................... 20
D. Variabel Penelitian ....................................................... 20
E. Definisi Operasional ..................................................... 20

x
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................... 23
B. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................. 23
C. Populasi dan Sampel .................................................. 23
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................. 25
E. Pengolahan dan Analisis Data ..................................... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum SD Negeri 24 Talang Kelapa Palembang
..................................................................................... 28
B. Gambaran Umum Sampel............................................ 30
C. Hasil dan Pembahasan ................................................ 31
1. Analisa Univariat ...................................................... 31
2. Analisa Bivariat ........................................................ 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan................................................................... 45
B. Saran ............................................................................ 46

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 47


LAMPIRAN ............................................................................ 53

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Daftar Sarana Fisik Dan Fasilitas ............................... 29


2. Daftar Jumlah Siswa .................................................. 30
3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Umur .......................................................................... 31
4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Jenis Kelamin ............................................................. 31
5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Status Gizi .................................................................. 32
6. Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Pengetahuan ............................................................. 32
7. Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Kebiasaan Jajan ......................................................... 33
8. Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Asupan Energi ........................................................... 33
9. Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Asupan Protein ........................................................... 34
10. Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Asupan Lemak ........................................................... 35
11. Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Asupan Karbohidrat.................................................... 35
12. Distribusi Frekuensi Status Gizi Menurut
Pengetahuan Gizi ....................................................... 36
13. Distribusi Frekuensi Status Gizi Menurut
Kebiasaan Jajan ......................................................... 38
14. Distribusi Frekuensi Status Gizi Menurut
Asupan Energi ............................................................ 40
15. Distribusi Frekuensi Status Gizi Menurut
Asupan Protein ........................................................... 41

xii
16. Distribusi Frekuensi Status Gizi Menurut
Asupan Lemak .......................................................... 42
17. Distribusi Frekuensi Status Gizi Menurut
Asupan Karbohidrat.................................................... 44

xiii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kerangka Teori.................................................................. 19

2 Kerangka Konsep..........................................…………….. 20

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Perhitungan Besar Sampel................................................ 51

2 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden…………….. 52

3 Kuesioner Penelitian.......................................................... 53

4 Form Recall ....................................................................... 58

5 Form Food Frequency Questionnaire (FFQ)………….. 59

6 Data Pengolahan SPSS..................................…………….. 60

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak-anak adalah aset dan generasi penerus bangsa. Masa


depan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas anak-anak masa kini.
Tahap usia sekolah dimulai sejak usia 6 tahun hingga 12 tahun,
dimana pada periode ini dimulai dengan masuknya anak ke
lingkungan sekolah. Anak sekolah lebih cenderung makan jajanan di
luar rumah mengikuti kebiasaan teman sebayanya (Dewayani, 2013).
Makanan jajanan merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan
dari kehidupan sehari-hari anak sekolah dasar bahkan telah menjadi
sebuah budaya bagi siswa SD. Anak usia sekolah menghabiskan
sebagian besar aktivitasnya di sekolah. Kebiasaan jajan disekolah
membuatnya rentan terpapar pangan jajanan yang tidak sehat. BPOM
(2012) melaporkan bahwa presentase Kejadian Luar Biasa (KLB)
keracunan pangan di tingkat SD setiap tahunnya antara 70-79% jauh
lebih tinggi daripada jenjang pendidikan yang lainnya (Pemerintah
Kota Depok, 2012).
Menurut Mudjajanto (2003) bahwa kontribusi makanan jajanan
tradisional untuk energi 5,5% dan protein 4,2% terhadap total
konsumsi makanan sehari pada anak sekolah dasar (Febry, 2006).
Semakin bervariasinya jenis makanan jajanan yang menarik
dengan harga yang murah di sekolah menuntut siswa SD untuk lebih
selektif dalam memilih makanan jajanan. Faktor-faktor yang
berhubungan dan berpengaruh terhadap kajian yang membahas
kebiasaan jajan masih sedikit dan kurang mendalam. Mengingat
peran strategis makanan jajanan terhadap pemenuhan energi dan zat
gizi, serta pertumbuhan siswa SD, maka penting untuk mengetahui

1
2

kebiasaan jajan serta faktor - faktor yang berhubungan dan


berpengaruh (Syafitri dkk, 2009).
Pengetahuan merupakan faktor intern yang mempengaruhi
pemilihan makanan jajanan. Pengetahuan ini khususnya meliputi
pengetahuan gizi, kecerdasan, persepsi, emosi, dan motivasi dari
luar.Pengetahuan gizi pada anak sangat mempengaruhi pemilihan
makanan jajanan. Pengetahuan gizi dalam memilih makanan yang
bersumber zat-zat gizi dan pandai dalam memilih makanan jajanan
yang sehat dan tidak sehat (Notoatmodjo, 2003).
Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara
kebutuhan tubuh akan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan
dan produksi energi dan intake zat gizi lainnya. Penilaian status gizi
terbagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Penilaian status gizi secara langsung meliputi empat penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia dan biofisik, sedangkan penilaian status
gizi secara tidak langsung meliputi survei konsumsi makanan, statistik
vital dan faktor ekologi (kamus gizi, 2009).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010,
secara nasional prevalensi status gizi (BB/TB) pada anak usia 6-12
tahun terdiri dari, 4,6% sangat kurus, 7,6% kurus, 78,6% normal dan
19,2% gemuk.
Lingkungan sangat berpengaruh pada perilaku makan anak
adalah keluarga dan sekolah. Ketersediaan jajanan sehat dan tidak
sehat di rumah berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan
pada anak-anak. Oleh sebab itu, jajanan yang sehat seharusnya
tersedia baik di rumah, maupun di lingkungan sekolah agar akses
anak terhadap jajanan sehat tetap terjamin (Aprilia, 2011).
Makanan jajanan yang diperjualbelikan saat ini masih berisiko
terhadap kesehatan disebabkan penanganannya yang tidak higienis,
yang memungkinkan makanan jajanan tersebut terkontaminasi
mikroba atau bahan tambahan pangan (BTP) (Cahyadi, 2006).
3

Makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan


gizi akan mengancam kesehatan anak. Sebanyak 48% jajanan anak
di sekolah tidak memenuhi syarat keamanan pangan karena
mengandung bahan kimia yang berbahaya. Hal ini bisa menjadi
ancaman bagi kesehatan anak bila tidak dilakukan
penanggulangannya. Selain itu, hal ini dapat juga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak. Pemilihan jajan yang salah
dapat pula mengakibatkan timbulnya penyakit infeksi meliputi diare,
typhus dan dapat menyebabkan keracunan(Triasari, 2015).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Febry (2006) di
Palembang, sebagian besar responden (73,5%) mengkonsumsi
makanan jajanan tradisional dengan komposisi yang kurang baik.
Makanan jajanan dengan komposisi zat gizi yang kurang bisa
mengakibatkan tingkat kecukupan zat gizi tidak terpenuhi.
Setelah dilakukan observasi di enam SD (SDN 24, SDN 01,
SDN 130, SDN 147, SDN 02 dan SDN 146), didapatkan bahwa di SD
Negeri 24 Talang Kelapa Palembang terdapat lebih banyak jenis
makanan jajanan dibandingkan dengan lima SD yang lain. Karena itu,
peneliti melakukan survey pendahuluan dengan menyebarkan
kuesioner dan didapatkan hasil bahwa 64,4% siswa yang sering
mengkonsumsi makanan jajanan disekolah, 34,4% siswa yang jarang
menkonsumsi makanan jajanan disekolah dan 1,2% siswa yang tidak
pernah mengkonsumsi makanan jajanan disekolah.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan gizi,
kebiasaan jajan dan asupan zat gizi makro dengan status gizi siswa
Sekolah Dasar Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil survey yang menyatakan bahwa 64,4%
siswa yang sering mengkonsumsi makanan jajanan, 34,4% siswa
4

yang jarang menkonsumsi makanan jajanan disekolah dan 1,2%


siswa yang tidak pernah mengkonsumsi makanan jajanan, maka
peneliti tertarik untuk mengetahui “Bagaimanakah Hubungan
Pengetahuan Gizi, Kebiasaan Jajan dan Asupan Zat Gizi Makro
(E,P,L, Dan KH) dengan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar Negeri 24
Talang Kelapa Palembang Tahun 2017?”.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Diketahui Hubungan Pengetahuan Gizi, Kebiasaan Jajan Dan
Asupan Zat Gizi Makro (E,P,L, Dan KH) dengan Status Gizi Siswa
Sekolah Dasar Negeri 24 Talang Kelapa Palembang Tahun 2017

Tujuan Khusus:
a. Diketahui karakteristik responden (jenis kelamin, umur)
b. Diketahui distribusi frekuensi status gizi siswa Sekolah Dasar
Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017
c. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan gizi siswa Sekolah
Dasar Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017
d. Diketahui distribusi frekuensi kebiasaan jajan siswa Sekolah Dasar
Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017
e. Diketahui distribusi frekuensi asupan energi siswa Sekolah Dasar
Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017
f. Diketahui distribusi frekuensi asupan karbohidrat siswa Sekolah
Dasar Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017
g. Diketahui distribusi frekuensi asupan protein siswa Sekolah Dasar
Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017
h. Diketahui distribusi frekuensi asupan lemak siswa Sekolah Dasar
Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017
i. Diketahui hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi siswa
Sekolah Dasar Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017
5

j. Diketahui hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi siswa


Sekolah Dasar Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017
k. Diketahui hubungan asupan energi dengan status gizi siswa
Sekolah Dasar Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017
l. Diketahui hubungan asupan protein dengan status gizi siswa
Sekolah Dasar Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017
m. Diketahui hubungan asupan lemak dengan status gizi siswa
Sekolah Dasar Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017
n. Diketahui hubungan asupan karbohidrat dengan status gizi siswa
Sekolah Dasar Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017

D. Hipotesis
1. Ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi siswa
Sekolah Dasar Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017
2. Ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi siswa
Sekolah Dasar Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017
3. Ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi siswa
Sekolah Dasar Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017
4. Ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi siswa
Sekolah Dasar Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017
5. Ada hubungan antara asupan lemak dengan status gizi siswa
Sekolah Dasar Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017
6. Ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan status gizi
siswa Sekolah Dasar Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun
2017

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang
hubungan pengetahuan gizi, kebiasaan jajan dan asupan zat gizi
6

makro dengan status gizi siswa Sekolah Dasar Negeri 24 Talang


Kelapa Palembang 2017
2. Bagi Akademis
Tersedia referensi atau kepustakaan bagi mahasiswa yang
membutuhkan.
3. Bagi Pihak Sekolah
Dapat memberikan saran kepada pihak sekolah mengenai
makanan jajanan, supaya pihak sekolah dapat memperhatikan
makanan jajanan yang diperjualbelikan disekitar sekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Anak Usia Sekolah Dasar
Anak usia sekolah adalah anak yang berusia antara 6-12
tahun. Seorang anak dikatakan memasuki tahap middle hildhood
ketika berada pada usia 5-10 tahun. Anak usia sekolah dapat
dikategorikan dalam fase pra-remaja, yaitu anak yang berada
pada usia 9-11 tahun untuk perempuan dan 10-12 tahun untuk
laki-laki. Pada masa ini anak akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan baik secara psikologis maupun kognitif (Brown,
2005).
Menurut Adrian dan Wirjatmadi (2012), usia sekolah anak
berada pada masa–masa perkembangan dimana dibina untuk
mandiri, berperilaku menyesuaikan dengan lingkungan sekitar,
peningkatan beberapa kemampuan dan berbagai perkembangan
lain yang membutuhkan fisik yang kuat dan sehat. Oleh karena
itu, anak sekolah perlu didukung dengan keadaan gizi yang baik
demi mencapai tumbuh kembang yang optimal.
Anak usia sekolah biasanya banyak memiliki aktivitas
bermain yang menguras banyak tenaga, dengan demikian terjadi
ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi
yang keluar. Akibatnya tubuh anak menjadi kurus, untuk
mengatasinya dengan mengontrol waktu bermain anak sehingga
anak memiliki waktu istirahat yang cukup. Kurangnya nafsu
makan dapat disebabkan banyak jajan, untuk meningkatkannya
dapat diberikan obat nafsu makan sesuai dosis yang dianjurkan.
Makanan jajanan yang kurang mengandung nilai gizi dan
kebersihannya kurang terjaga, maka akan menimbulkan dampak
yang merugikan kesehatan (Lisdiana, 2004).
8

2. Status Gizi
a. Pengertian Status Gizi
Status gizi merupakan cerminan ukuran terpenuhinya
kebutuhan gizi. Status gizi secara parsial dapat diukur
dengan antropometri (pengukuran bagian tertentu dari
tubuh) atau biokimia atau secara klinis (Persagi, 2009).
Status gizi baik merupakan keadaan gizi seseorang menurut
ukuran berat badan menurut umur sesuai dengan acuan
baku/normal. Biasanya acuan baku WHO. Keadaan gizi baik
terjadi karena adanya keseimbangan jumlah makanan yang
dimakan dan yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang
merupakan kurang gizi tingkat sedang yang disebabkan oleh
rendahnya knsumsi energi dan protein dari makanan sehari-
hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Gizi lebih
merupakam keadaan gizi seseorang yang pemenuhan
kebutuhannya melampaui batas lebih dari cukup (kelebihan)
dalam waktu cukup lama (Persagi, 2009).
Indikator pertumbuhan dapat dilihat dari berat badan
menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi bandan
(BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U) sebagai alat
untuk penilaian status gizi anak serta indeks massa tubuh
(IMT/U). Indikator status gizi dapat menyebabkan keadaan
kekurangan gizi pada anak yaitu berat badan kurang
(underweight), pendek (stunting) dan kurus (wasting) (WHO,
2005)
Berdasarkan standar WHO, prevalensi anak laki-laki
kurus 13,3%, prevalensi berat badan lebih 9,5%, prevalensi
anak perempuan kurus 10,9% dan prevalensi anak
perempuan berat badan lebih 6,4%. Sumatera Selatan
prevalensi kurus pada anak perempuan 13,8%. Prevalensi
BB-lebih pada anak umur 6 – 14 tahun tertinggi di
9

Sumatera Selatan untuk anak laki-laki 16,0% (Riskesdas,


2007).

b. Faktor – faktor penyebab Status Gizi


Menurut Alatas (2011), faktor–faktor yang
mempengaruhi status gizi terdiri dari penyebab langsung
dan tidak langsung,
1. Penyebab langsung, yaitu :
a. Asupan makanan
b. Penyakit infeksi yang mungkin diderita
2. Penyebab tidak langsung, yaitu :
a. Ketahanan pangan keluarga, adalah
kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga
dengan baik secara kuantitas maupun kualitas.
b. Pola pengasuhan anak, meliputi sikap ibu atau
pengasuh lain dalam hal berhubungan dengan
anak, memberikan makan, merawat, menjaga
kebersihan, memberi kasih sayang dan
sebagainya.
c. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan,
semakin mudah akses dan keterjangkauan anak
dan keluarga terhadap pelayanan kesehatan dan
ketersediaan air bersih, semakin kecil resiko
anak terkena penyakit dan kekurangan gizi.

c. Pengukuran status gizi


Penilaian status gizi adalah interprestasi dari data
yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode
untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang beresiko
atau dengan status gizi buruk.
10

Menurut Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat


(2007: 276) penilaian status gizi bertujuan untuk:
a. Memberikan gambaran secara umum mengenai
metode penilaian status gizi
b. Memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan
kelemahan dari masing-masing metode yang ada
c. Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan
data, perencanaan, dan implementasi untuk penilaian
status gizi.
Penilaian status gizi ini berguna sekali dan dapat
digunakan sebagai landasan untuk pengembangan progam
masyarakat khususnya pada pendidikan setingkat SD. Hal
ini dapat juga membantu mengatasi kurang gizi,
menyediakan jumlah dan jenis pangan yang diperlukan dan
umumnya dapat mendukung kesehatan anak-anak SD (Eny
Pujiati, 2013).
1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang
memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat
sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,
misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya
nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang
dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri
yang sangat labil. Indeks BB/U lebih menggambarkan
status gizi seseorang saat ini (current nutritional status).
BB/U mempunyai kelebihan diantaranya lebih mudah
dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik
untuk mengukur status gizi akut atau kronis dan dapat
mendeteksi kegemukan (over weight).
BB/U mempunyai kelemahan yakni dapat
mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila
11

terdapat edema maupun acites, memerlukan data umur


yang akurat dan sering terjadi kesalahan dalam
pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak
pada saat penimbangan.
Klasifikasi Status Gizi (KEMENKES, 2011):
1. Gizi Lebih, (>2 SD)
2. Gizi baik, (-2 SD sampai dengan 2 SD)
3. Gizi kurang, (-3 SD sampai dengan < -2 SD)
4. Gizi buruk, (<-3 SD)

2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)


Dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh
bersamaan dengan bertambahnya umur. Pertambahan
tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi
dalam waktu singkat. Pengaruh kurang gizi terhadap
pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang
cukup lama. Oleh karena itu indikator TB/U
menggambarkan status gizi masa lampau.
Klasifikasi Status Gizi (KEMENKES, 2011) :
1. Tinggi, (>2 SD)
2. Normal, (-2 SD sampai dengan 2 SD)
3. Pendek, (-3 SD sampai dengan < -2 SD)
4. Sangat Pendek, (<-3 SD)

3) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)


Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan
akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan
kecepatan tertentu. Jelliffe (1966) telah memperkenalkan
indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi. Indeks BB/TB
merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi
saat kini (sekarang). Indeks BB/TB merupakan indeks yang
12

independen terhadap umur (I Dewa Nyoman Supariasa,


2012).
Adapun keuntungan dari indeks ini anatar lain tidak
memerlukan data umur dan dapat membedakan proporsi
badan (gemuk, normal dan kurus).
Klasifikasi Status Gizi (KEMENKES, 2011):
1. Gemuk, (>2 SD)
2. Normal, (-2 SD sampai dengan 2 SD)
3. Kurus, (-3 SD sampai dengan < -2 SD)
4. Sangat kurus, (<-3 SD)

3. Pengetahuan Gizi
a. Pengertian Pengetahuan Gizi
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan
manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo,
2011).
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan
yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi
individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula
keadaan gizinya (Aprilia, 2011).
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
gizi adalah kebiasaan makan. Anak usia sekolah
mempunyai kebiasaan jajan. Kebiasaan jajan cenderung
menjadi bagian dari budaya keluarga. Makanan jajanan
yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan gizi akan
13

mengancam kesehatan anak. Nafsu makan anak berkurang


dan jika berlangsung lama akan berpengaruh pada status
gizi (Najihah, 2011).
Cicely William dalam Sukandar (2009) melaporkan
studi di Afrika Barat bahwa gizi kurang tidak terjadi karena
kemiskinan harta, akan tetapi disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan gizi keluarga khususnya
gizi pada anak-anak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Nutrition Assesment Educational Project di Washington
1999 menyatakan bahwa rendahnya perhatian terhadap
masalah gizi sebagian besar disebabkan oleh rendahnya
pengetahuan atau pemahaman tentang gizi yang baik.
b. Pengukuran Pengetahuan anak
Pengetahuan gizi anak dinilai dengan cara memberi
skor pada setiap jawaban yang diberikan; skor 1 untuk
jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah, kemudian
semua skor jawaban dijumlahkan dan dibagi jumlah soal
dikalikan 100% sehingga didapat rata-rataskor dalam
persentase(Aprillia, 2011).

4. Kebiasaan Jajan
Suhardjo (1989) menyebutkan bahwa kebiasaan jajan
merupakan istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku
yang berhubungan dengan jajan dan makanan jajanan seperti
frekuensi jajan, jenis makanan jajanan, kepercayaan terhadap
makanan jajanan, preferensi terhadap makanan jajanan, dan
cara pemilihan makanan jajanan. Kebiasaan jajan yang diteliti
pada penelitian ini meliputi jenis makanan jajanan, jumlah jenis
jajanan dan frekuensi jajan.
Jenis makanan jajanan yang beragam berkembang pesat di
Indonesia sejalan dengan pesatnya pembangunan. Pada
14

umumnya, anak sekolah menghabiskan seperempat waktunya


setiap hari di sekolah. Data lain menunjukkan bahwa hanya
sekitar 5% dari anak-anak tersebut membawa bekal dari rumah,
sehingga kemungkinan untuk membeli makanan jajanan lebih
tinggi (Aprillia, 2011).
Makanan jajanan yang diperjualbelikan saat ini masih
berisiko terhadap kesehatan disebabkan penanganannya yang
tidak higienis, yang memungkinkan makanan jajanan tersebut
terkontaminasi mikroba atau bahan tambahan pangan (BTP)
(Cahyadi,2006). Makanan jajanan yang baik untuk dikonsumsi
harus memenuhi syarat kesehatan yakni tidak mengandung
bahan kimia yang berbahaya, tidak mengandung bahan
tambahan pangan (BTP), dan higienis.
Makanan jajanan juga dikenal sebagai street foods adalah
jenis makanan yang dijual di kaki lima, di lingkungan sekolah,
pinggiran jalan, di stasiun, di pasar, tempat pemukiman serta
lokasi sejenis (Aprillia, 2011).Faktor lain yang mempengaruhi
pemilihan makanan jajanan adalah uang saku. Anak usia
sekolah memperoleh uang saku dari orang tuanya. Uang saku
tersebut digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan anak,
salah satunya digunakan untuk membeli jajanan.
Jenis – jenis makanan jajanan menurut Direktorat Bina Gizi
(2012), yaitu:
1. Makanan sepinggan atau main dish contohnya nasi rames, nasi
rawon, gado-gado, bakso, siomay, mi ayam dan lain – lain.
2. Makanan cemilan.
a. Makanan cemilan basah, seperti pisang goreng, lemper,
lumpia, risoles, dan lain-lain.
b. Makanan cemilan kering, seperti produk ekstrusi (brondong),
keripik, biskuit, kue kering, dan lain-lain.
3. Minuman.
15

a. Minuman ringan :
1. Dalam kemasan, misalnya teh, minuman sari buah,
minuman berkarbonasi, dan lain-lain.
2. Disiapkan sendiri leh kantin, misalnya es sirup dan teh.
b. Minuman campur, seperti es buah, es cendol, es doger, dan
lain-lain.
4. Buah-buahan segar, sepertimangga, jeruk, pisang dan lain
sebaginya.
Dampak makanan jajanan menurut Febry (2010), yaitu :
a. Bagi anak-anak sekolah, makanan jajanan merupakan
perkenalan dengan beragam jenis makanan sehingga
menumbuhkan kebiasaan penganekaragaman makanan
sejak kecil
b. Makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan
(termasuk dalam hal cara pengolahan makanan jajanan,
penggunaan zat pewarna yang bukan pewarna makanan,
cara penyajian dan lain-lain)
c. Mengakibatkan berkurangnya nafsu makan anak dirumah.

5. Zat Gizi Makro


Makro berasal dari bahasa yunani yang berarti besar. Zat
gizi utama yang dibutuhkan tubuh yang berperan dalam
menjalankan fungsi normal tubuh yaitu :
a. Energi
Satuan energi dinyatakan dalam unit panas atau
kilokalori (Kkal). Satu kilo kalori adalah jumlah panas yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg air sebanyak 1ºC.
Kebutuhan energi menurut FAO/WHO (1985) adalah
konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan
untuk menutupi pengeluaran energi seseorang ia
mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat
16

aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan


yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas yang dibuhkan
secara sosial dan ekonomi (Almatsier, 2009).
Klasifikasi tingkat kecukupan energi (LIPI, 2004),
sebagai berikut :
1. Baik : ≥80% AKG
2. Kurang :< 80% AKG

b. Protein
Istilah protein diperkenalkan oleh ahli kimia Belanda
yang bernama Gerardus Mulder (1802-1880) dimana protein
berasal dari kata Yunani proteos, yang berarti yang utama
atau yang didahulukan (Almatsier, 2009).
Protein berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi
hewani dan nabati. Bahan makanan hewani kaya yang protein
tinggi seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang.
Sedangkan protein nabati yang kaya protein adalah kacang-
kacangan seperti kacang kedelai dan hasil lahnya yakni tahu
dan tempe, serta kaang-kacangan lainnya sepeti kacang hijau
dan lain-lain (Almatsier, 2009).
Menurut almatsier (2009), protein berguna untuk
pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur
keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, pertumbuhan
dan pemeliharaan, pembentukan antibodi, mengangkut zat-zat
gizi, sumber energi dan mengatur keseimbangan air.
Sedangkan menurut Irianto (2014) mengemukakan protein
dalam tubuh diperlukan untuk pertahanan tubuh atau
imunisasi, pengendalian pertumbuhan, pengatur pergerakan,
penunjang mekanis serta sebagai media perambatan impuls
saraf.
17

Mengkonsumsi protein dalam jumlah yang berlebih


tidak baik untuk tubuh karena dapat menyebabkan obesitas,
asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan ureum darah, dan demam.
Kekurangan protein pada stadium berat dapat menyebabkan
kwashiorkor pada anak-anak dibawah lima tahun atau balita
dan merupakan salah satu dari masalah utama gizi di
Indonesia (Almatsier, 2009).
Klasifikasi tingkat kecukupan protein (LIPI, 2004)
sebagai berikut :
1. Baik : ≥80% AKG
2. Kurang :< 80% AKG

c. Lemak
Lemak menurut Irianto (2014) merupakan ester dari
gliserol dan asam lemak. Lemak mempunyai unsur-unsur
yang terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen yang terkait dalam
ikatan gliserida.
Sumber utama lemak adalah minyak, tumbuh-tumbuhan
(minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai,
jagung dan sebagainya), mentega, margarin, lemak hewan
(lemak daging dan ayam). Sumber lainnya adalah kacang-
kacangan, biji-bijian, daging, ayam, krim, susu, keju dan
kuning telur (Almatsier, 2009).
WHO (1990), menganjurkan konsumsi lemak sebanyak
20-30% kebutuhan energi total dianggap baik untuk
kesehatan. Diantara lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan
paling banyak 8% dari kebutuhan energi total berasal dari
lemak jenuh dan 3-7% dari lemak tidak jenuh-ganda
(Almatsier, 2009).
Klasifikasi tingkat kecukupan lemak (LIPI, 2004)
sebagai berikut :
18

1. Baik : ≥80% AKG


2. Kurang :< 80% AKG

d. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu dari tiga glongan
utama “makro-nutrien”. Karbohidrat adalah senyawa organik
yang terdapat pada tanaman mengandung unsur karbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O) dengan perbandingan 2 : 1
(Irianto, 2014).
Menurut Irianto (2014), klasifikasi karbohidrat terdiri dari :
1. Monosakarida : Glukosa (dekstrosa), fruktosa (gula buah),
dan galaktosa.
2. Disakarida :Sukrosa (gula meja), maltosa (gulamalt),
dan laktosa (gula susu)
3. Polisakarida : Pati, dekstrin, glikogen, selulosa,
hemiselulosa dan pektin.
Sumber karbohidrat banyak terdapat pada serealia,
umbi-umbian, kacang-kacangan, dan gula. Hasil olah bahan-
bahan ini adalah bihun, mie, roti, tepung-tepungan, selai, sirup
dan sebagainya (Almatsier, 2009).
WHO (1990) menganjurkan agar 20-65% konsumsi
energi total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling
banyak hanya 10% berasal dari gula sederhana (Almatsier,
2009).
Klasifikasi tingkat kecukupan karbohidrat (LIPI, 2004)
sebagai berikut :
1. Baik : ≥80% AKG
2. Kurang :< 80% AKG
19

B. Kerangka Teori
“Hubungan Pengetahuan Gizi, Kebiasaan Jajan Dan Asupan Gizi
Makro (E,P,L, dan KH) Dengan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar
Negeri 24 Talang Kelapa Palembang Tahun 2017”

Karakteristik siswa Karakteristik keluarga

Kelas Pekerjaan Orang Tua

Jenis Kelamin Pendidikan Orangtua

Umur Besar Keluarga

Besar Uang
Saku

Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan


Jajanan

Kebiasaan Jajan

Jenis Jajanan

Jumlah Jenis Jajanan

Frekuensi Jajanan

Konsumsi pangan Infeksi penyakit

Status Gizi

Sumber : Revida Rosa (2011)


Gambar 1 Kerangka Teori
20

C. Kerangka Konsep
Tingkat Pengetahuan
Gizi

Kebiasaan Jajan

Asupan Energi

Status Gizi
Asupan Protein

Asupan Lemak

Asupan Karbohidrat

Gambar 2 Kerangka Konsep

D. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan
gizi, kebiasaan jajan, asupan energi, asupan karbohidrat, asupan
protein dan asupan lemak.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi.

E. Definisi Operasional
1. Pengetahuan Gizi Anak
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui
anak tentang gizi. Pengetahuan akan diukur berdasarkan
kemampuan siswa dalam pengisian kuesioner. Jawaban benar
diberikan skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : wawancara
Hasil ukur :
21

1. Baik, jika jawaban responden benar ≥ 60%.


2. Kurang, jika jawaban responden benar < 60%.
Skala ukur : Ordinal
(Aprilia, 2011)

2. Kebiasaan Jajan
Kebiasaan jajan merupakan seberapa sering siswa
mengkonsumsi makanan jajanan yang didapatkan dari proses
wawancara menggunakan form food frequency questionare.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : FFQ
Hasil Ukur :
1. Sering, ( ≥ 4 kali/seminggu )
2. Kadang–kadang, (1-3 kali/seminggu)
3. Tidak pernah jajan
Skala Ukur : Ordinal
(Rosa, 2011)

3. Asupan Energi
Asupan energi adalah jumlah total energi, yang bersumber
dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, kemudian diolah
dengan membandingkan dengan AKG dan dikalikan 100%.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Form recall 24 jam
Hasil Ukur :Klasifikasi tingkat kecukupan energi (LIPI,2004)
1. Baik : ≥80% AKG
2. Kurang :< 80% AKG
Skala Ukur : Ordinal
22

4. Asupan Protein
Asupan protein adalah jumlah total protein, yang bersumber
dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, kemudian diolah
dengan membandingkan AKG dan dikalikan 100%.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Form recall 3x24 jam
Hasil Ukur :Klasifikasi tingkat kecukupan energi (LIPI,2004)
3. Baik : ≥80% AKG
4. Kurang :< 80% AKG

5. Asupan Lemak
Asupan lemak adalah jumlah total lemak, yang bersumber
dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, kemudian diolah
dengan membandingkan dengan AKG dan dikalikan 100%.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Form recall 3x24 jam
Hasil Ukur :Klasifikasi tingkat kecukupan energi (LIPI,2004)
1. Baik : ≥80% AKG
2. Kurang :< 80% AKG

6. Asupan Karbohidrat
Asupan karbohidrat adalah jumlah total karbohidrat, yang
bersumber dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, kemudian
diolah dengan membandingkan dengan AKG dan dikalikan 100%.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Form recall 24 jam
Hasil Ukur :Klasifikasi tingkat kecukupan energi (LIPI,2004)
1. Baik : ≥80% AKG
2. Kurang :< 80% AKG
23

7. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan fisik anak yang diukur secara
antropometri dengan parameter BB/U.
Cara Ukur : Antropometri
Alat Ukur :Berat badan dengan menggunakan timbangan digital
dengan ketelitian 0,1 Kg.
Hasil Ukur :
1. Gizi Lebih, (>2 SD)
2. Gizi baik, (-2 SD sampai dengan 2 SD)
3. Gizi kurang, (-3 SD sampai dengan < -2 SD)
4. Gizi buruk, (<-3 SD)
(Kemenkes, 2011)
Skala Ukur : Ordinal
24

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 24 Talang Kelapa
Palembang, yang dilaksanakan pada tanggal 20 Februari sampai dengan
14 Juli 2017.

B. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observational analitik yaitu mengkaji hubungan antar variabel dengan
rancangan penelitian cross-sectional yaitu penelitian yang menekankan
pada waktu pengukuran variabel independen dan dependen dinilai secara
simultan pada satu saat.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas IV – V
Sekolah Dasar Negeri 24 Talang Kelapa Palembang sebanyak 195
orang.

2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas empat dan
lima Sekolah Dasar Negeri 24 Talang Kelapa Palembang yang
terpillih dengan kriteria sebagai berikut :
a. Murid kelas IV - V SD
b. Sehat jasmani dan rohani serta hadir pada saat penelitian.
c. Siswa dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik
terhadap kegiatan penelitian.
25

3. Besar Sampel
Besar sampel diambil dengan rumus Notoadmojo (2003)
sebagi berikut :

𝑝 .𝑞 𝑁−𝑛
Rumus : d = Z𝛼 𝑛
x
𝑁−1

Keterangan :
d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang
diinginkan yaitu 0,1.
Z = Standar deviasi normal, biasanya ditentukan pada 1,96 yang
sesuai dengan derajat kemaknaan 95%.
p = Proporsi atau sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada
populasi. Apabila tidak diketahui proporsi atau sifat tertentu
tersebut, maka p = 0,5
q = 1-p
N = Jumlah Populasi

Hasil perhitungan sampel minimal didapatkan 65 sampel


dengan lose kontrol sebesar 10% menjadi 72 sampel, sehingga
dalam penelitian ini diperoleh minimal 72 sampel. Pada penelitian
ini sampel yang diambil adalah 92 sampel.

4. Cara Pengambilan Sampel


1) Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan
cara systematic random sampling dengan cara sebagai berikut:

a. Jumlah populasi diurutkan.


b. Buat interval dengan rumus :
𝑁
𝐾=
𝑛
Keterangan :
K : Interval pengambilan sampel
26

N : Besar Populasi
N : Besar Sampel
c. Pengambilan pertama dengan random sampling yaitu
dengan diundi.
d. Pengambilan selanjutnya sesuai dengan interval yang telah
ditentukan sampai jumlah sampel terpenuhi.
2) Responden yang telah terpilih diminta kesediaannya untuk
menjadi sampel penelitian.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan data

1. Jenis Data
a. Data Primer
Data identitas responden yang meliputi usia, jenis
kelamin, berat badan, pengetahuan gizi, kebiasaan jajan dan
asupan zat gizi makro yang diperoleh secara langsung dari
responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner, FFQ dan
form recall.
b. Data Sekunder
Data gambaran umum SD Negeri 24 Talang Kelapa
Palembang dan data kepustakaan serta sumber lain yang
menunjang penelitian.

2. Cara pengumpulan data


Data yang didapat kemudian diolah dan dikelompokkan
sesuai dengan kelompok data yang diperoleh untuk mempermudah
pengolahan data, yaitu:
27

a. Data Primer
1. Pengetahuan gizi
Pengetahuan gizi diperoleh dengan cara wawancara
menggunakan kuesioner yakni formulir yang berisi
pertanyaan tentang gizi.
2. Kebiasaan Jajan
Kebiasaan jajan diperoleh dengan wawancara
menggunakan Form food frequency questionare yakni
formulir yang berisi pertanyaan tentang frekuensi, jumlah,
dan jenis makanan tertentu yang dikonsumsi selama 1
minggu terakhir.
3. Asupan zat gizi makro
Asupan diperoleh dengan wawancara menggunakan
Form recall yakni formulir yang berisi pertanyaan tentang
frekuensi, jumlah, dan jenis makanan tertentu yang
dikonsumsi selama 3 hari terakhir.
4. Status Gizi
Dengan penimbangan berat badan menggunakan
timbangan digital dengan ketelitian 0,1 kg.
b. Data Sekunder
Data sekunder didapat dari laporan–laporan berkaitan
dengan masalah yang diteliti.

E. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
a. Editing Data
Kegiatan yang dilakukan dalam pengeditan adalah
memeriksa kelengkapan seluruh data primer yang diperoleh
bila terjadi kekurangan maka dapat segera dilengkapi.
28

b. Coding Data
Merupakan suatu metode untuk mengkonvensikan data
yang terkumpul selama penelitian ke dalam bentuk simbol
yang cocok untuk keperluan analisis. Data yang diperoleh
yaitu pengetahuan gizi, kebiasaan jajan, asupan zat gizi
makro (E,P,L,dan KH) yang diklasifikasikan dalam bentuk
kode atau angka.

c. Entry Data
Memindahkan data-data yang telah selasai di coding
dan editing lalu dimasukkan ke dalam master tabel atau data
base computer. Data tersebut terdiri dari :
1. Data identitas responden
2. Data status gizi responden
3. Data pengetahuan gizi responden
4. Data kebiasaan jajan responden
5. Data asupan zat gizi makro (Energi, Protein, Lemak dan
Karbohidrat) responden

d. Cleaning Data
Setelah pemasukan data selesai dilakukan proses
untuk menguji kebenaran data sehingga data yang masuk
benar-benar bebas dari kesalahan.

2. Analisis Data
a) Analisis Univariat.
Dilakukan untuk memperoleh gambaran variasi seluruh
variabel yang diteliti dengan membuat tabel distribusi frekuensi.
Analisa univariat dimasukkan untuk menggambarkan dan
menjelaskan hubungan pengetahuan gizi, kebiasaan jajan dan
29

asupan zat gizi makro dengan status gizi siswa Sekolah Dasar
Negeri 24 Talang Kelapa Palembang.

b) Analisis Bivariat.
Analisa dilakukan dengan membuat tabel silang antara
variabel independen terhadap variabel dependen, untuk
memperoleh gambaran variabel independen yang diduga ada
hubungannya dengan status gizi.
Uji statistik yang digunakan dalam analisa bivariat ini adalah
Chi Square dengan menggunakan sistem komputerisasi progam
SPSS, yaitu menguji kemaknaan hubungan atau perbedaan
dengan tingkat kepercayaan 90%.

Keputusan Statistik :
Bila p value ≤ 0,05 : Ho ditolak, menunjukkan ada hubungan
yang bermakna
Bila p value > 0,05 : Ho diterima, menunjukkan tidak ada
hubungan yang bermakna
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SD Negeri 24 Palembang


1. Sejarah
SD Negeri 24 merupakan salah satu sekolah negeri yang
berada di Jl. Talang Keramat, Kecamatan Talang Kelapa,
Kabupaten Banyuasin, Palembang. Sekolah ini pertama kali
berdiri dengan SK pendirian sekolah no.474 pada tanggal 04 April
1989 dan SK izin operasional 03 April 2013.
SD Negeri 24 Talang Kelapa merupakan Sekolah
berakreditasi B dengan jumlah siswa 661 yang terdiri dari siswa
laki-laki 362 dan siswi perempuan sebanyak 299.

2. Visi SD Negeri 24 Talang Kelapa


“Bertekat menjadikan anak didik SDN 24 Talang Kelapa
berkualitas dalam pendidikan displin kerja, unggul berprestasi dan
imtak (beriman dan bertaqwa) kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang dilandasi nilai-nilai budaya luhur bangsa Indonesia sesuai
dengan Pancasila”.

3. Misi SD Negeri 24 Talang Kelapa


1. Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas,
profesional dan berdaya guna bagi Bangsa Indonesia.
2. Memotivasi siswa dalam belajar dan berprestasi.
3. Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan
lingkungan.

4. Letak Geogafi
SD Negeri 24 terletak di Jl. Talang Keramat, Kecamatan
Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
31

Letak sekolah ini cukup strategis dan mudah dijangkau oleh


masyarakat, dengan luas tanah 3999 m2

5. Sarana Fisik dan Fasilitas


Berbagai sarana fisik dan fasilitas yang dimiliki SDN 24
Talang Kelapa Palembang, antara lain :
Tabel 4.1
Sarana Fisik Dan Fasilitas
SD Negeri 24 Talang Kelapa Palembang

No Ruangan Jumlah
1 Kepala Sekolah 1
2 Ruang Guru 1
3 Tata Usaha 1
4 UKS 1
5 Kelas 8
6 Perpustakaan 1
7 Mushola 1
8 Kantin 1
9 WC (Toilet) 3
Sumber : Profil SD N 24 Talang Kelapa Plg 2016

6. Jumlah Tenaga Pengajar


Jumlah tenaga pengajar SD Negeri 24 Talang Kelapa
Palembang yaitu sebanyak 23 guru yang terdiri dari 20 guru
perempuan dan 3 guru laki-laki.

7. Jumlah Siswa
Jumlah siswa SD Negeri 24 Talang Kelapa Palembang
Tahun 2016 – 2017 yaitu sebanyak 661 siswa, yang terdiri dari
362 siswa laki-laki dan 299 siswi perempuan.
32

Tabel 4.2
Daftar Jumlah Siswa
SD Negeri 24 Talang Kelapa Palembang

No. Kelas Jumlah


1 Kelas 1 a 35
2 Kelas 1 b 35
3 Kelas 1 c 35
4 Kelas 1 d 31
5 Kelas 2 a 34
6 Kelas 2 b 34
7 Kelas 2 c 32
8 Kelas 2 d 32
9 Kelas 3 a 34
10 Kelas 3 b 35
11 Kelas 3 c 34
12 Kelas 4 a 30
13 Kelas 4 b 36
14 Kelas 4 c 35
15 Kelas 5 a 33
16 Kelas 5 b 31
17 Kelas 5 c 30
18 Kelas 6 a 34
19 Kelas 6 b 31
20 Kelas 6 c 30
Total 661
33

B. Gambaran Umum Sampel


Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V di SD
Negeri 24 Talang Kelapa Palembang. Jumlah sampel yang didapat
adalah 92 siswa.
a. Umur Responden
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur

Usia n %

8 2 2,2
9 34 37,0
10 48 52,2
11 5 5,4
12 3 3,3
Jumlah 92 100,0

Responden dalam penelitian ini berjumlah 92 siswa yang


terdiri dari kelas IV dan V SD Negeri 24 Talang kelapa
Palembang. Usia responden berkisar antara 8 tahun sampai
dengan 12 tahun dengan rata-rata usia 10 tahun.

b. Jenis Kelamin Responden


Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %
Laki-laki 48 52,2
Perempuan 44 47,8
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel 4.4, menunjukkan bahwa responden


menurut jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 48 orang (52,2%)
dan perempuan 44 orang (47,8%).
34

C. Hasil dan Pembahasan


1. Analisa Univariat
a. Status Gizi
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status Gizi

Status Gizi n %
Baik 80 87,0
Kurang 12 13,0
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel 4.5, dapat dilihat bahwa dari 92


responden, sebagian besar responden memiliki status gizi
dengan kategori baik yaitu sebanyak 80 siswa (87,0%) dan
responden yang memiliki status gizi kategori kurang yaitu
sebanyak 12 siswa (13,0%).

b. Pengetahuan Gizi
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden menurut Pengetahuan Gizi

Pengetahuan n %
Baik 48 52,2
Kurang 44 47,8
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel 4.6, dapat dilihat bahwa dari 92


responden, sebagian besar responden memiliki pengetahuan
gizi dengan kategori baik yaitu sebanyak 48 siswa (52,2%) dan
responden yang memiliki pengetahuan gizi kategori kurang
yaitu sebanyak 44 siswa (47,8%).
35

c. Kebiasaan Jajan
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Responden menurut Kebiasaan Jajan

Kebiasaan Jajan n %
Sering 85 92,4
Kadang-kadang 7 7,6
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel 4.7, dapat dilihat bahwa dari 92


responden, sebagian besar responden memiliki kebiasaan jajan
dengan kategori sering yaitu sebanyak 85 siswa (92,4%),
responden yang memiliki kebiasaan jajan kategori kadang-
kadang yaitu sebanyak 7 siswa (7,6%) dan tidak terdapat
responden yang tidak pernah jajan.

d. Asupan Energi
Hasil analisis data asupan energi diperoleh nilai rata-rata
yaitu 1852,77 kkal dengan asupan minimum 1456,90 kkal dan
asupan maksimum 2198,70 kkal. Untuk lebih jelas data
distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Responden menurut Asupan Energi

Asupan Energi n %
Baik 87 94,6
Kurang 5 5,4
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel 4.8, dapat dilihat bahwa dari 92


responden, sebagian besar responden memiliki asupan energi
dengan kategori baik yaitu sebanyak 87 siswa (94,6%) dan
36

responden yang memiliki asupan energi kategori kurang yaitu


sebanyak 5 siswa (5,4%).

e. Asupan Protein
Hasil analisis data asupan protein diperoleh nilai rata-
rata yaitu 53,85 g dengan asupan minimum 42,90 g dan
asupan maksimum 65,80 g. Untuk lebih jelas data distribusi
frekuensi dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Responden menurut Asupan Protein

Asupan Protein n %
Baik 87 94,6
Kurang 5 5,4
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel 4.9, dapat dilihat bahwa dari 92


responden, sebagian besar responden memiliki asupan protein
dengan kategori baik yaitu sebanyak 87 siswa (94,6%) dan
responden yang memiliki asupan protein kategori kurang yaitu
sebanyak 5 siswa (5,4%).

f. Asupan Lemak
Hasil analisis data asupan protein diperoleh nilai rata-
rata yaitu 66,84 g dengan asupan minimum 43,80 g dan
asupan maksimum 78,90 g. Untuk lebih jelas data distribusi
frekuensi dapat dilihat pada tabel 4.10.
37

Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Responden menurut Asupan Lemak

Asupan Lemak n %
Baik 79 85,9
Kurang 13 14,1
Total 92 100,0
Berdasarkan tabel 4.10, dapat dilihat bahwa dari 92
responden, sebagian besar responden memiliki asupan lemak
dengan kategori baik yaitu sebanyak 79 siswa (85,9%) dan
responden yang memiliki asupan lemak kategori kurang yaitu
sebanyak 13 siswa (14,1%).

g. Asupan Karbohidrat
Hasil analisis data asupan protein diperoleh nilai rata-
rata yaitu 265,21 g dengan asupan minimum 145,80 g dan
asupan maksimum 312,30 g. Untuk lebih jelas data distribusi
frekuensi dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Responden menurut Asupan
Karbohidrat

Asupan Karbohidrat n %
Baik 86 93,5
Kurang 6 6,5
Total 92 100,0

Berdasarkan tabel 4.11, dapat dilihat bahwa dari 92


responden, sebagian besar responden memiliki asupan
karbohidrat dengan kategori baik yaitu sebanyak 86 siswa
(93,5%) dan responden yang memiliki asupan karbohidrat
kategori kurang yaitu sebanyak 6 siswa (6,5%).
38

2. Analisa Bivariat.
a. Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi
Pada penelitian ini yang dianalisa adalah hubungan
pengetahuan gizi responden dengan status gizi responden,
analisa data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Status Gizi Menurut Pengetahuan
Gizi

Status Gizi
Pengetahuan Total p
Baik Kurang
Gizi value
n % n % n %

Baik 44 91,6 4 8,4 48 100,0

Kurang 36 81,2 8 18,8 44 100,0 0,275

Total 80 12 92 100,0

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa responden


dengan pengetahuan baik banyak ditemukan pada
responden dengan status gizi baik sebanyak 44 (91,6%),
dibandingkan responden dengan status gizi kurang yaitu
sebanyak 4 (8,4%).

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p = 0,275.


Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan gizi dengan status gizi siswa SDN 24 Talang
Kelapa Palembang.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dwi


(2012) menggunakan uji statistik diperoleh p = 0,536 bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan
gizi dengan status gizi.
39

Kecenderungan seseorang untuk menjalankan hidup


sehat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, sikap dan
keterampilannya. Apabila penerimaan perilaku didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka
perilaku tersebut akan berlangsung lama. Oleh karena itu
apabila mempunyai pengetahuan yang baik diharapkan
memiliki status gizi baik (Dwi, 2012).

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi


setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan melalui panca indera yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba,
pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,
2007).

Seseorang dengan pengetahuan gizi baik belum


berarti memiliki status gizi yang baik, hal ini dikarenakan
kebiasaan seseorang mengkonsumsi makanan tidak
berhubungan dengan pengetahuan yang dimilikinya, karena
orang dengan pengetahuan yang baik belum tentu pola
makannya bagus. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki
pengetahuan tentang gizi seimbang tetapi masih
mengkonsumsi fast food, dll. Dalam hal ini seseorang
dengan pengetahuan gizi yang baik tetapi memiliki status gizi
yang kurang bahkan lebih dikarenakan tidak menerapkan
ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari atau kebiasaan
hidup sehat yang tidak baik.

b. Hubungan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi


Pada penelitian ini yang dianalisa adalah hubungan
kebiasaan jajan responden dengan status gizi responden,
40

analisa data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah


ini:
Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Status Gizi Menurut Kebiasaan
Jajan

Status Gizi
Kebiasaan Total p
Baik Kurang
Jajan value
n % n % n %

Sering 76 89,4 9 10,6 85 100,0

Kadang-
4 57,1 3 42,9 7 100,0 0,045
kadang

Total 80 12 92 100,0

Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa responden


dengan kebiasaan jajan sering banyak terdapat pada
responden dengan status gizi baik yaitu sebanyak 76
(89,4%), dibandingkan responden dengan status gizi kurang
yaitu sebanyak 9 (10,6%) dan tidak terdapat responden yang
tidak pernah jajan.

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p = 0,045.


Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan
jajan dengan status gizi siswa SDN 24 Talang Kelapa
Palembang.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Mariza, 2012


menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan
status gizi pada siswa Sekolah Dasar dimana dalam
penelitiannya tersebut mendapatkan hasil (p=0,001).
41

Ketika siswa melewatkan sarapan dan merasa lapar


maka mereka akan mengkonsumsi makanan berkalori lebih
tinggi yang didapatkan dari makanan jajanan (Mariza, 2012).

Penjual makanan jajanan keliling yang disajikan


secara terbuka sangat menarik perhatian dan minat anak
sekolah untuk membeli makanan jajanan diluar kantin
sekolah maupun dikantin sekolah. Namun, tidak selamanya
anak mengkonsumsi makanan jajanan itu setiap hari, karena
nafsu makan anak sering berubah-ubah sehingga belum
tentu mempengaruhi status gizi pada anak (Wihida, 2013).

Penelitian ini didukung oleh survei yang dilaksanakan


Badan POM RI tahun 2008 pada 4.500 SD di 79 Kab/Kota di
18 provinsi di Indonesia yang menunjukkan bahwa sebanyak
48% responden memiliki frekuensi jajan sering/selalu yaitu
≥4 kali per minggu.

Asupan yang dikonsumsi responden didapatkan dari


dalam dan luar rumah. Seringkali siswa sekolah jarang
mengkonsumsi sarapan dirumah, sehingga siswa sekolah
mengkonsumsi makanan jajanan disekolah. Siswa sekolah
dengan kebiasaan sering jajan yang memiliki status gizi baik
dikarenakan oleh siswa mengkonsumsi makanan jajanan
yang sehat dan baik, seperti roti, nasi uduk, nasi goreng,
nasi minyak, biskuit, dll.

c. Hubungan Asupan Energi Dengan Status Gizi


Pada penelitian ini yang dianalisa adalah hubungan
asupan energi responden dengan status gizi responden,
analisa data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
42

Tabel 4.14
Distribusi Frekuensi Status Gizi Menurut Asupan Energi

Status Gizi
Asupan Total p
Baik Kurang
Energi value
n % n % n %

Baik 79 90,8 8 9,2 87 100,0

Kurang 1 20 4 80 5 100,0 0,001

Total 80 12 92 100,0

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa responden


dengan asupan energi baik banyak terdapat pada responden
dengan status gizi baik yaitu sebanyak 79 (90,8%),
dibandingkan responden dengan status gizi kurang yaitu
sebanyak 8 (9,2%).

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p = 0,001.


Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan
energi dengan status gizi siswa SDN 24 Talang Kelapa
Palembang.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan


Yulni, dkk (2013) menggunakan uji statistik diperoleh p =
0,009 bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
konsumsi energi dengan status gizi.

Faktor utama yang mempengaruhi status gizi adalah


konsumsi makanan. Tingkat asupan energi kurang dengan
status gizi kurang, yang dapat dipengaruhi oleh makanan
jajanan karena pada usia sekolah ini gemar sekali jajan
(Yulni,dkk, 2013). Asupan energi diperoleh dari bahan
makanan yang mengandung karbohidrat, lemak dan protein.
Energi dibutuhkan untuk memelihara fungsi dasar tubuh
43

yang disebut metabolisme basal. Tingkat kecukupan energi


ini akan mempengaruhi status gizi (Ayu, 2012).

Status gizi seseorang dapat dikatakan baik jika tingkat


asupan energi nya baik. Semakin meningkat jumlah asupan
energi, semakin meningkat nilai Z Score.

d. Hubungan Asupan Protein Dengan Status Gizi


Pada penelitian ini yang dianalisa adalah hubungan
asupan protein responden dengan status gizi responden,
analisa data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah:
Tabel 4.15
Distribusi Frekuensi Status Gizi Menurut Asupan Protein

Status Gizi
Asupan Total p
Baik Kurang
Protein value
n % n % n %

Baik 76 87,4 11 12,6 87 100,0

Kurang 4 80 1 20 5 100,0 0,511

Total 80 12 92 100,0

Berdasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa responden


dengan asupan protein baik banyak terdapat pada
responden dengan status gizi baik yaitu sebanyak 76
(87,4%), dibandingkan responden dengan status gizi kurang
yaitu sebanyak 11 (12,6%).

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p = 0,511.


Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
asupan protein dengan status gizi siswa SDN 24 Talang
Kelapa Palembang.
44

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Tutik


(2013) menggunakan uji statistik diperoleh p = 0,379 bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi
protein dengan status gizi.

Protein merupakan zat gizi penghasil energi yang


tidak berperan sebagai sumber energi, tetapi berfungsi untuk
mengganti jaringan dan sel tubuh yang rusak. Tidak ada nya
hubungan yang signifikan dikarenakan besarnya asupan
energi langsung mempengaruhi berat badan sekarang,
sedangkan asupan protein belum tentu mempengaruhi berat
badan (Tutik, 2013).

Asupan siswa sebagian besar sudah cukup baik. Hal


tersebut dikarenakan siswa banyak mengkonsumsi makanan
yang berasal dari protein hewani sehingga memberikan
sumbangan konsumsi protein yang cukup baik. Asupan
protein tidak berhubungan dengan status gizi kemungkinan
disebabkan karena asupan protein dalam sehari melebihi
bahkan sesuai AKG yang dianjurkan.

e. Hubungan Asupan Lemak Dengan Status Gizi


Pada penelitian ini yang dianalisa adalah hubungan
asupan lemak responden dengan status gizi responden,
analisa data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
45

Tabel 4.16
Distribusi Frekuensi Status Gizi Menurut Asupan Lemak

Status Gizi
Asupan Total p
Baik Kurang
Lemak value
n % n % n %

Baik 69 87,3 10 12,7 79 100,0

Kurang 11 84,6 2 15,4 13 100,0 0,676

Total 80 12 92 100,0

Berdasarkan tabel 4.16 diketahui bahwa responden


dengan asupan lemak baik banyak terdapat pada responden
dengan status gizi baik yaitu sebanyak 69 (87,3%),
dibandingkan responden dengan status gizi kurang yaitu
sebanyak 10 (12,7%).

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p = 0,676.


Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
asupan lemak dengan status gizi siswa SDN 24 Talang
Kelapa Palembang.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan


Yulni, dkk (2013) menggunakan uji statistik diperoleh p =
0,548 bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
konsumsi lemak dengan status gizi.

Asupan lemak dalam sehari didapatkan dari total


asupan lemak yang dikonsumsi di rumah ditambah asupan
lemak di sekolah. Banyaknya jajanan yang mengandung
tinggi lemak dapat menambahkan asupan lemak siswa yang
jarang mengkonsumsi makanan tinggi lemak dirumah.
46

f. Hubungan Asupan Karbohidrat Dengan Status Gizi


Pada penelitian ini yang dianalisa adalah hubungan
asupan karbohidrat responden dengan status gizi
responden, analisa data selengkapnya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 4.17
Distribusi Frekuensi Status Gizi Menurut Asupan
Karbohidrat

Status Gizi
Asupan Total p
Baik Kurang
Karbohidrat value
n % n % n %

Baik 78 90,7 8 9,3 86 100,0

Kurang 2 33,3 4 66,7 6 100,0 0,002

Total 80 12 92 100,0

Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa responden


dengan asupan karbohidrat baik banyak terdapat pada
responden dengan status gizi baik yaitu sebanyak 78
(90,7%), dibandingkan responden dengan status gizi kurang
yaitu sebanyak 8 (9,3).

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p = 0,002.


Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan
karbohidrat dengan status gizi siswa SDN 24 Talang Kelapa
Palembang.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan


Triasih (2010) menggunakan uji statistik diperoleh p = 0,015
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan
karbohidrat dengan status gizi.
47

Konsumsi karbohidrat lebih banyak dikonsumsi


karena sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
karbohidrat merupakan penyedia energi utama dan sumber
makanan relatif lebih murah dibanding dengan zat gizi lain
(Yulni, 2013).
Bervariasinya makanan sumber karbohidrat dapat
memudahkan responden untuk mengkonsumsi makanan
sumber karbohidrat, dimana kecukupan asupan karbohidrat
responden dapat dikatakan baik karena keragaman
makanan sumber karbohidrat yang dikonsumsi responden.
Dimana siswa sekolah dasar selain mengkonsumsi nasi,
mereka juga sering mengkonsumsi biskuit, mie, makanan
berbahan dasar tepung terigu, dan roti.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa SD
Negeri 24 Talang Kelapa Palembang tahun 2017 dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Usia siswa berkisar antara 8 sampai 12 tahun dengan rata-rata 10
tahun dan jenis kelamin siswa laki-laki sebanyak 48 siswa (52,2%),
jenis kelamin perempuan sebanyak 44 siswa (47,8%).
2. Siswa yang dengan status gizi baik sebesar 87,0% dan status gizi
kurang sebesar 13,0%.
3. Tingkat pengetahuan gizi siswa dengan kategori baik ditemukan
sebesar 52,2%.
4. Kebiasaan jajan siswa dengan kategori sering ditemukan sebesar
91,3%.
5. Asupan energi siswa dengan kategori baik ditemukan sebesar 94,6%.
6. Asupan karbohidrat siswa dengan kategori baik ditemukan sebesar
93,5%.
7. Asupan protein siswa dengan kategori baik ditemukan sebesar 94,6%.
8. Asupan lemak siswa dengan kategori baik ditemukan sebesar 85,9%.
9. Tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi siswa dengan status gizi
siswa dengan nilai (p=0,219, p > 0,05).
10. Ada hubungan antara kebiasaan jajan siswa dengan status gizi siswa
dengan nilai (p=0,045, p ≤ 0,05).
11. Ada hubungan antara asupan energi siswa dengan status gizi siswa
dengan nilai (p=0,001, p ≤ 0,05).
12. Ada hubungan antara asupan karbohidrat siswa dengan status gizi
siswa dengan nilai (p=0,002, p ≤ 0,05).
13. Tidak ada hubungan antara asupan protein siswa dengan status gizi
siswa dengan nilai (p=0,511, p > 0,05).
49

14. Tidak ada hubungan antara asupan lemak siswa dengan status gizi
siswa dengan nilai (p=0,676, p > 0,05).

B. Saran
1. Perlu adanya penyuluhan tentang makanan jajanan yang sehat
dan baik kepada siswa Sekolah Dasar Negeri 24 Talang Kelapa.
2. Perlunya kerjasama guru dan orang tua untuk bekerja sama
dalam mengatasi masalah ini melalui pendidikan, perhatian serta
pengawasan pada anak.
DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Sarah Salim S. (2011). Status Gizi Anak Usia Sekolah (7-12
Tahun) Dan Hubungannya Dengan Tingkat Asupan Kalsium Harian
Di Yayasan Kampungkids Pejaten Jakarta Selatan Tahun 2009.
Jakarta.Available:http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314222S_Sarah
%20Salim%20S.%20Alatas.pdf. E. (Skripsi). (Diakses : 23 Januari
2017).

Almatsier, Dhaifina. (2015). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama

Aprillia, Bondika Ariandani. (2011). Faktor Yang Berhubungan Dengan


Pemilihan Makanan Jajanan Pada Anak Sekolah Dasar. Semarang.
Available:http://eprints.undip.ac.id/32606/1/403_Bondika_Ariandani
_aprillia_G2C007016.pdf. E. Artiket Penelitian. (Diakses : 26
Januari 2017).

Ayu, Diah. (2012). Perbedaan Asupan Energi, Protein dan Status gizi
pada remaja panti asuhan dan pondok pesantren. Jawa Tengah.
Available:httpeprints.undip.ac.id374691DIAH_AYU_SUSANTI%2C
_G2A008055%2C_LAPORAN_KTI.pdf. E. KTI. (Diakses : 10 Juni
2017).

Dewayani, Nikita. (2013). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi


Seimbang Dengan Perilaku Anak Sekolah Dalam Pemilihan
Jajanan Sekolah Di Sdn Tugu 4 Kota Depok. Jakarta. Available:
http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-08/S46513
Nikita%20Dewayani. E. (Skripsi). (Diakses : 24 Januari 2017).

Direktorat Bina Gizi. (2012). Pedoman Keamanan Pangan di Sekolah


Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta : Kementerian Kesehatan
RI.

Febry, Fatmalina. (2006). Penentuan Kombinasi Makanan Jajanan


Tradisional Harapan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi Dan
Protein Anak Sekolah Dasar Di Kota Palembang. Palembang.
Available:http://eprints.undip.ac.id/17340/1/FATMALINA_FEBRY.pd
f. E. (Tesis). (Diakses : 23 Januari 2017).
51

Irianto, Koes. (2014). Gizi Seimbang Dlam Kesehatan Reproduksi.


Bandung : Alfabeta.

LIPI. (2004). Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII

Mariza, Yuni Yanti. (2012). Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Dan


Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar
Kecamatan Pendurungan Kota Semarang. Semarang. Available:
.E. (Artikel Penelitian). (Diakses : 16 Juni 2017).

Najihah, Ummi. (2011). Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Jumlah Uang


Saku Dengan Perilaku Siswa Dalam Memilih Makanan Jajanan Di
Sd Muhammadiyah 2 Kauman Surakarta. Surakarta. Available:
eprints.ums.ac.id/16064/1/.pdf. E. (Skripsi). (Diakses : 23 Januari
2017).

Pujiati, Eny. (2013). Status Gizi Siswa Sekolah Dasar Negeri I Buara
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran
2012/2013.Yogyakarta.Available:http://eprints.uny.ac.id/17616/1/85.
%20Eny%20Pujiati.pdf. E.(Skripsi). (Diakses : 25 Januari 2017).

Putra, Andhika Eka. (2009). Gambaran Kebiasaan Jajan Siswa Di Sekolah


Studi di Sekolah Dasar Hj. Isriati Semarang. Semarang. Available:
http://eprints.undip.ac.id/24807/1/271_Andhika_Eka_P_G2C00525
6.pdf. E. (Skripsi). (Diakses : 25 Januari 2017).

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Rosa, Revida. (2011). Pengetahuan Gizi Dan Keamanan Pangan Jajanan


SertaKebiasaan Jajan Siswa Sekolah DasarDi Depok Dan
Sukabumi.Bogor. Available:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47461/I11rro
.pdf?sequence=1&isAllowed=y.E.(Skripsi). (Diakses: 26 Januari
2017).

Safriana, (2012). Perilaku Memilih Jajanan Pada Siswa Sekolah Dasar Di


SDN. Garot Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2012. Depok. Available:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314062S_Safriana.pdf. E.
(Skripsi). (Diakses : 30 Januari 2017).
52

Sandjaja, Atmarita. (2009). Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga.


Jakarta: Kompas

Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC

. (2016). Penilaian Status Gizi. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Syafitri, Yunita, dkk. (2009). Kebiasaan Jajan Siswa Sekolah Dasar (Studi
Kasus Di Sdn Lawanggintung 01 Kota Bogor. Bogor. Available:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=5399&val=199.
E. (Jurnal). (Diakses : 24 Januari 2017).

Syatyawati, Riska. (2013). Hubungan Antara Status Gizi Dengan Prestasi


Belajar Anak Sekolah Dasar Di Desa Grenggeng Kecamatan
Karanganyar Kebumen. Jawa Tengah. Available:
http://eprints.ums.ac.id/24354/12/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. E.
(Skripsi). (Diakses : 25 Januari 2017).

Triasari, Rifka. (2015). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Mengenai


Jajanan Aman Dengan Perilaku Memilih Jajanan Pada Siswa Kelas
V Sd Negeri Cipayung 2 Kota Depok. Jakarta. Available:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29001/1/R
IFKA%20TRIASARI-FKIK.pdf. E. (Skripsi). (Diakses : 22 Januari
2017).

Tutik, Harianti. (2013). Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dan


Asupan Zat Glzl Makro (Energi Dan Protein) Dengan Status Gizi
Anak Yang Memperoleh Pmt-As Di SD Negeri Plalan 1 Surakarta.
Surakarta. Available :
eprints.ums.ac.id/26236/13/JURNAL_PUBLIKASI.pdf. E. (Sripsi).
(Diakses : 15 Juni 2017).

Wihida, Hilda. (2013). Hubungan Pengetahuan Memilij makanan jajanan


dan kebiasaan jajan dengan status gizi siswa sekolah dasar di SDN
Karangasem 3 Surakarta. Surakarta. Available:
httpeprints.ums.ac.id2723112NASKAH_PUBLIKASI.pdf. E.
(Skripsi). (Diakses : 10 Juni 2017).

Yudestu, Ira dan Prayitno, Nanang. (2013). Perbedaan Status Gizi Anak
SD Kelas IV Dan V Di SD Unggulan (06 Pagi Makasar) Dan SD
53

Non Unggulan (09 Pagi Pinang Ranti) Kecamatan Makasar Jakarta


Timur Tahun 2012. Jakarta. Available:
http://lp3m.thamrin.ac.id/upload/artikel%201.%20vol%205%20no%
201_ira.pdf. E. (Jurnal). (Diakses : 27 Januari 2017).

Yulianingsih, Pratiwi. (2009). Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Sikap


Anak Sekolah Dasar Dalam Memilih Makanan Jajanan Di
Madrasah Ibtidaiyah Tanjunganom, Kecamatan Baturetno,
Kabupaten Wonogiri. Surakarta. Available:
http://eprints.ums.ac.id/5710/2/J300060034.PDF. E. (KTI). (Diakses
: 23 Januari 2017).

Yulni, dkk. (2013). Hubungan Asupan Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi
Pada Anak Sekolah Dasar Diwilayah Pesisir Kota Makasar Tahun
2013. Makasar. Available
:httprepository.unhas.ac.idbitstreamhandle1234567895823jurnal%2
0mkmi%20yulni.pdfsequence=1. E.(Jurnal). (Diakses : 9 Juni
2017).
LAMPIRAN 1

BESAR SAMPEL

Besar sampel dihitung menggunakan rumus Notoadmojo (2003)


sebagai berikut :

Keterangan :

d = 0,1.
Z𝛼 = 1,96
p = 0,5
q =1–p
= 1 – 0,5
= 0,5
N = 195

Hasil perhitungan :
0,5 𝑥 0,5 195−𝑛
0,12 = 1,962 x x
𝑛 194
0,25 195−𝑛
0,01 = 3,84 x x
𝑛 194
0,01 48,75−0,25𝑛
. =
3,84 194𝑛

1,94n = 187,2 – 0,96n


2,9n = 187,2
n = 64,5 ≈ 65
lost kontrol = 10% x n
= 10% x 65
= 71,5 ≈ 72
Sampel yang diteliti adalah 72 orang.
LAMPIRAN 2

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Kelas :

Umur :

Tempat, Tanggal Lahir :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan, dengan ini saya menyatakan bersedia


berpartisipasi sebagai responden pada penelitian tentang “HUBUNGAN
PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN JAJAN DAN ASUPAN ZAT GIZI
MAKRO (E,P,L, dan KH) DENGAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH
DASAR NEGERI 24 TALANG KELAPA PALEMBANG TAHUN 2017”.
Saya bersedia untuk ditemui, mengisi, dan mengikuti
keteranganyang diperlukan dalam penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sadar tanpa


paksaansiapapun. Saya memahami keikutsertaan ini akan
memberikan manfaatdan terjaga kerahasiaannya.

Palembang, Februari 2017

Mengetahui,

Enumerator Responden

(Dina Natalia Sitohang) ( )


LAMPIRAN 3
Kode Sampel

KUESIONER PENELITIAN

“Hubungan Pengetahuan Gizi, Kebiasaan Jajan Dan Asupan Zat Gizi


Makro (E, P, L Dan KH) Dengan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar Negeri
24 Talang Kelapa Palembang Tahun 2017”

A. DATA IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :
2. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
3. Umur :
4. Kelas :
5. Alamat :

6. Tempat, Tanggal Lahir :


7. Agama :

B.DATA ANTROPOMETRI

8. Berat Badan : kg
No Pertanyaan Pilihan Jawaban Jawaban
Pengetahuan Gizi
1. Makanan pokok termasuk a. Sumber energi
makanan sumber? b. Zat pembangun
c. Zat pengatur
2. Lauk hewani dan nabati a. Sumber energi
termasuk makanan sumber? b. Zat pembangun
c. Zat pengatur
3. Sayuran dan buahan termasuk a. Sumber energi
makanan sumber? b. Zat pembangun
c. Zat pengatur
4. Makanan yang seimbang terdiri a. Nasi, ikan, sayur
dari makanan apa saja? bayam, pisang
dan susu
b. Nasi, ayam
goreng dan apel
c. Nasi, sayur
adem, jeruk dan
susu
5. Sebutkan contoh makanan a. Kue-kue,
jajanan yang bergizi? gorengan,
pempek
b. Permen, chiki
c. Es gogo, es teh
6. Sebutkan contoh makanan yang a. Nasi uduk,
banyak mengandung energi? lontong, nasi
goreng
b. Pempek, tempe
goreng, tahu
goreng
c. Buah-buahan
7. Sebutkan contoh makanan a. Nasi uduk,
jajanan yang banyak lontong, nasi
mengandung protein/zat goreng
pembangun? b. Pempek, tempe
goreng, tahu
goreng
c. Buah-buahan
8. Sebutkan contoh a. Nasi uduk,
makananjajanan yang lontong, nasi
banyakmengandung goreng
vitamin/zatpengatur? b. Pempek, tempe
goreng, tahu
goreng
c. Buah-buahan
9. Makanan jajanan yang bersih a. Makanan yang
adalah? terhindardari
debu dan lalat
b. Makanan
berdebu
c. Makanan berlalat
10 Sebutkan manfaat makanan a. Meningkatkan
jajanan bagi tubuh? asupan zat gizi
b. Agar kenyang
c. Agar pintar
59

Kebiasaan Jajan
1. Apakah adik sering jajan? 1. Ya
2. Kadang-kadang
3. Tidak
2. Jika iya/kadang-kadang, berapa 1. 1-2 kali
kali dalam sehari adik jajan? 2. 2-3 kali
3. >3 kali
3 Jika tidak pernah jajan, alasan 1. Sudah membawa
apakah yang menyebabkan adik bekal ke sekolah
tidak jajan? 2. Sudah sarapan
3. Rasa makanan
kurang enak
4. Harga makanan
jajanan mahal
5. Lain-lain, ..........

4. Kapan adik biasa membeli 1. Sebelum masuk


makanan jajanan? sekolah
2. Waktu istirahat
3. Setelah pulang
sekolah
4. Semua benar
5. Di mana adik biasa membeli 1. Warung/lingkung
makanan jajanan? an sekolah
2. Pedagang
keliling
3. Warung dekat
rumah
6. Apakah contoh jajanan yang 1. Gorengan
kamu pilih untuk jajan? 2. Tekwan/model
3. Cilok, sosis,
cimol
4. Nasi uduk
5. Snack (coklat,
chiki dan
permen)
6. Lain-lain, ...........
7 Jajanan seperti apa yang adik 1. Warnanya bagus
pilih? 2. Rasanya enak
3. Bersih dan
bergizi
4. Harganya murah
5. Ukurannya besar
8. Apakah adik selalu sarapan 1. Ya
setiap pagi? 2. Tidak
9. Kalau ya, jenis makanan apa ...............................
yang sering ibu berikan? ...............................

10 Meskipun sudah sarapan 1. Ya


. apakah adik masih suka 2. Tidak
membeli makanan jajanan di
sekolah?
61

LAMPIRAN 4

Form Recall 3 Hari

Nama Responden : .................................. Kode Sampel

Hari : ..................... Tanggal :.........................


Waktu
Bahan Berat
Makan Menu
Makanan URT Gram

Pagi

Selingan
pagi

Siang

Selingan
sore

Malam
LAMPIRAN 5

Form Food Frequency Questionnaire (FFQ)

Nama Responden .....................................

Petunjuk : berikan tanda (x) pada kolom frekuensi konsumsi

FREKUENSI
BAHAN
>1X/ 1X/ 4-6X/ 1-3x/ 1X/ Tidak
MAKANAN KET
Hari Hari Minggu Minggu Bulan Pernah
Makanan Jajanan
Nasi uduk
Bakso
Kue-kue
Siomay
Pempek
Batagor
Coklat
Tekwan
Model
Gorengan
Pempek
Chiki
Buah
Lainnya
Minuman
Air Mineral
Aneka Es
Minuman
kemasan
Ice Cream
Susu
LAMPIRAN 6
DATA PENGOLAHAN SPSS
Univariat
Umur Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
8 2 2,2 2,2 2,2
9 34 37,0 37,0 39,1
10 48 52,2 52,2 91,3
Valid
11 5 5,4 5,4 96,7
12 3 3,3 3,3 100,0

Total 92 100,0 100,0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
L 48 52,2 52,2 52,2

Valid P 44 47,8 47,8 100,0

Total 92 100,0 100,0

statusgizi1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
baik 80 87,0 87,0 87,0

Valid kurang 12 13,0 13,0 100,0

Total 92 100,0 100,0


Pengetahuan1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik 48 52,2 52,2 52,2

Valid Kurang 44 47,8 47,8 100,0

Total 92 100,0 100,0

KebiasaanJajan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

sering 85 92.4 92.4 92.4

Valid kadang-kadang 7 7.6 7.6 100.0

Total 92 100.0 100.0

Energi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
baik 87 94,6 94,6 94,6

Valid kurang 5 5,4 5,4 100,0

Total 92 100,0 100,0

karbohidrat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

baik 86 93.5 93.5 93.5

Valid kurang 6 6.5 6.5 100.0

Total 92 100.0 100.0


protein
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
baik 87 94,6 94,6 94,6

Valid kurang 5 5,4 5,4 100,0

Total 92 100,0 100,0

lemak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
baik 79 85,9 85,9 85,9

Valid kurang 13 14,1 14,1 100,0

Total 92 100,0 100,0

Statistics
KonsE KonsKH KonsP konsL

Valid 92 92 92 92
N
Missing 0 0 0 0
Mean 1852,7793 265,2163 53,8457 66,8435
Median 1878,4000 269,0000 53,1500 69,7500
Minimum 1456,90 145,80 42,90 43,80
Maximum 2198,70 312,30 65,80 78,90

Bivariat

Pengetahuan1*statusgizi1 Crosstab
Count
statusgizi1 Total
baik kurang
Baik 44 4 48
Pengetahuan1
Kurang 36 8 44
Total 80 12 92
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1,963 1 ,161

Continuity Correction
b 1,191 1 ,275

Likelihood Ratio 1,987 1 ,159

Fisher's Exact Test ,219 ,138

Linear-by-Linear 1,942 1 ,163


Association

N of Valid Cases 92

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,74.
b. Computed only for a 2x2 table

kebiasaanJajan*Statusgizi1 Crosstab
Count
statusgizi1 Total
baik kurang
sering 76 9 85
KebiasaanJajan
kadang-kadang 4 3 7
Total 80 12 92

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.937 1 .015
b
Continuity Correction 3.433 1 .064
Likelihood Ratio 4.257 1 .039
Fisher's Exact Test .045 .045
Linear-by-Linear Association 5.873 1 .015
N of Valid Cases 92

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .91.
b. Computed only for a 2x2 table
Energi*statusgizi1 Crosstab
Count
statusgizi1 Total
baik kurang
baik 79 8 87
energi
kurang 1 4 5
Total 80 12 92

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 20,899 1 ,000

Continuity Correction
b 15,123 1 ,000

Likelihood Ratio 12,819 1 ,000

Fisher's Exact Test ,001 ,001

Linear-by-Linear 20,672 1 ,000


Association

N of Valid Cases 92

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,65.
b. Computed only for a 2x2 table

karbohidrat * statusgizi1 Crosstabulation


Count
statusgizi1 Total

baik kurang

baik 78 8 86
karbohidrat
kurang 2 4 6
Total 80 12 92
Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 16.272 1 .000
b
Continuity Correction 11.608 1 .001
Likelihood Ratio 10.379 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear Association 16.095 1 .000
N of Valid Cases 92

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .78.
b. Computed only for a 2x2 table

Protein*statusgizi1 Crosstab
Count
statusgizi1 Total
baik kurang
baik 76 11 87
Protein
kurang 4 1 5
Total 80 12 92

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,226 1 ,635

Continuity Correction
b ,000 1 1,000

Likelihood Ratio ,200 1 ,655

Fisher's Exact Test ,511 ,511

Linear-by-Linear ,223 1 ,637


Association

N of Valid Cases 92

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,65.
b. Computed only for a 2x2 table
Lemak*statusgizi1 Crosstab
Count
statusgizi1 Total
baik kurang
baik 69 10 79
lemak
kurang 11 2 13
Total 80 12 92

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,073 1 ,787

Continuity Correction
b ,000 1 1,000

Likelihood Ratio ,070 1 ,791

Fisher's Exact Test ,676 ,535

Linear-by-Linear ,072 1 ,788


Association

N of Valid Cases 92

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,70.
b. Computed only for a 2x2 table

Anda mungkin juga menyukai