YUNIATUN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Studi Kebiasaan
Sarapan terhadap Konsentrasi Belajar pada Remaja adalah benar karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
pertanian Bogor.
Yuniatun
NIM I14140014
i
ABSTRAK
ABSTRACT
This study is aimed to analyzed the relationship of breakfast habits with the
concentration of learning subjects. The concentration of learning was measured
using the Digit Symbol Substitution Test (DSST) instrument. The research design
was cross sectional study. The research was conducted in May 2018 at SMAN 5
Kota Bogor. A total of 55 students of SMAN 5 Kota Bogor aged 15-18 years became
the subject chosen by simple random sampling technique. height and weight of
subject was measured to identy their nutritional status. Student's food
consumption data was obtained through interview using 2x24 hour food recall
method that is on weekday and weekend. Data record breakfast on that day is used
to see the level of adequacy of breakfast nutrients on the day of the test. In addition,
the data of breakfast habits was obtained through questionnaires. The results
showed that most subjects had regular breakfast habits (61.8%) and before 9:00
am (87.3%). The study concentration of most subjects (54.5%) was classified as
less. There was a significant correlation between energy adequacy level (p=0.048,
ii
YUNIATUN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sajana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Studi Kebiasaan
Sarapan terhadap Konsentrasi Belajar pada Remaja”. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sajana Gizi. Ucapan terma kasih penulis
ucapkan kepada:
1. Dr Ir Sri Anna Marliyati, MSi selaku Ketua Departemen Gizi Masyarakat
IPB.
2. Prof Dr Ir Dadang Sukandar, MSc selaku dosen pembimbing skripsi
pertama yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi.
3. dr Naufal Muharam Nurdin, Msi selaku pembimbing skripsi kedua
sekaligus pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan,
arahan, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi.
4. Reisi Nurdiani SP, Msi selaku dosen penguji yan telah memberikan saran
dan masukannya saat sidang skripsi.
5. Kepala Sekolah, guru-guru, serta siswa SMA Negeri 5 Kota Bogor atas
keramahan kesediaan, dan kerjasama dalam membantu kelancaran
penelitian.
6. Kedua orangtua, Bapak (Rusmayadi), Ibu (Sarfiah), M. Hariyadi (Adik),
dan Zulfathoni Akbar (Adik) yang selalu menjadi sumber semangat, serta
senantiasa memberikan doa dan dukungan dengan penuh kasih sayang.
7. M. Rizki Ramadhan selaku orang terdekat yang tidak henti-hentinya
memberikan semangat kepada penulis.
8. Keluarga Forum Komunikasi Mahasiswa Bima Bogor (FKMBB) yang
selalu memberikan semangat dan motivasi selama penulis belajar di IPB.
9. Teman-teman Creavastha, Gizi Masyarakat IPB Angkatan 51 yang telah
bersama-sama menuntut ilmu dan selalu saling menyemangati dan
memberikan dorongan positif kepada penulis.
10. TIM KKN-T IPB Kabupaten Sukoharjo, Kecamatan Nguter, Desa Pengkol
yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan hiburan kepada penulis.
11. Pihak-pihak lain yang turut serta dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak. Demikian yang dapat
penulis sampaikan. Terima kasih.
Yuniatun
vii
DAFTAR ISI
LAMPIRAN .................................................................................................................... 29
RIWAYAT HIDUP 39
ix
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner Penelitian 29
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
cerdas. Sarapan penting bagi remaja untuk memenuhi kebutuhan gizi pada pagi
hari, bagian pemenuhan gizi seimbang, mencegah hipoglikemia, serta dapat
mengontrol gula darah agar tetap dalam keadaan stabil (Gibson & Gunn 2011).
Sarapan dapat memberikan dampak positif terhadap kehadiran sekolah, prestasi
akademik, kebugaran, dan menjaga berat badan agar tetap sehat.
Membiasakan sarapan berarti membiasakan disiplin bangun pagi dan
beraktivitas pagi serta mencegah dari makan berlebihan di kala makan kudapan atau
makan siang (Depkes 2014). Kebiasaan tidak sarapan pagi dapat memberikan
dampak buruk terhadap kesehatan fisik, mental, kesehatan, kekurangan energi, serta
dapat menurunkan fungsi kognitif (Aldophus et al. 2015). Penelitian yang
dilakukan oleh Lentini (2014) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kebiasaan sarapan dengan konsentrasi berpikir, dimana nilai rata-
rata skor konsentrasi berpikir pada kelompok remaja yang memiliki kebiasaan
sarapan lebih tinggi dibandingkan yang kelompok remaja yang tidak terbiasa
sarapan. Penelitian longitudinal yang dilakukan selama 20 tahun pada anak di
Autralia menunjukkan kebiasaan tidak sarapan berisiko meningkatkan kadar total
kolesterol, kadar LDL, dan lingkar pinggang (Smith et al. 2010).
Berdasarkan hasil survei konsumsi pangan pada Riskesdas (2010), masih
banyak anak yang tidak terbiasa sarapan sehat. Analisis dari hasil survei yang
didapatkan diketahui bahwa dari 35 000 anak usia sekolah sekitar 26.1% sarapan
hanya dengan air minum dan 44.6% memperoleh asupan energi kurang dari 15%
kebutuhan gizi per hari. Menurut Hardinsyah (2015) tujuh dari sepuluh anak
Indonesia kekurangan gizi sarapan. Hal ini terjadi karena pemilihan makanan dan
minuman untuk sarapan tidak memenuhi standar gizi yang baik.
Hasil riset Nestle Indonesia (2012) menyatakan bahwa empat dari sepuluh
anak Indonesia mengonsumsi sarapan yang tidak bergizi, dimana jenis makanan
yang sering dikonsumsi untuk sarapan adalah nasi, rebusan umbi-umbian, mie,
biskuit, dan sereal yang tidak diimbangi dengan lauk yang mengandung protein dan
vitamin. Sedangkan jenis minuman yang paling sering dikonsumsi untuk sarapan
adalah air mineral, sirup, susu dengan kadar gula tinggi dan susu dengan kadar gula
rendah. Hal ini dikarenakan orang Indonesia memiliki kecenderungan melakukan
sarapan hanya untuk mengisi tenaga dan belum mengutamakan keseimbangan gizi.
Menurut Hardinsyah (2015), masyarakat kota pada dasarnya mampu untuk
sarapan bergizi, namun karena faktor gaya hidup membuat mereka jarang sarapan.
Hal ini terjadi karena waktu istrahat terbuang akibat terlalu banyak berjejaring
sosial, main games, atau menonton tv hingga larut malam, hasilnya mereka sering
telah bangun dan orangtua juga tidak sempat membuatkan sarapan. Waktu sarapan
yang baik adalah antara pukul 05.00 hingga 09.00 pagi dengan kadar tidak lebih
dari 300-400 kkal atau 25% dari kebutuhan energi harian sebesar 1400-1500 kkal.
Oleh karena itu, kebiasaan sarapan hendaknya dipertahankan dalam setiap keluarga
(Khomsan 2010). Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk menganalisis
kebiasaan sarapan terhadap konsentrasi belajar pada siswa di SMAN 5 Kota Bogor.
3
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis hubungan
kebiasaan sarapan dengan konsentrasi belajar pada siswa di SMAN 5 Kota Bogor.
Tujuan Khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik siswa yang meliputi jenis kelamin, usia, jumlah
uang saku, dan status gizi
2. Mengidentifikasi karakteristik keluarga siswa yang meliputi pendidikan orang
tua, pendapatan orang tua, pekerjaan orang tua, dan besar keluarga
3. Mengidentifikasi kebiasaan sarapan yang meliputi frekuensi sarapan, waktu
sarapan dan asupan sarapan
4. Mengidentifikasi kemampuan konsentrasi belajar siswa.
5. Menganalisis hubungan kebiasaan sarapan dengan konsentrasi belajar pada
siswa SMAN 5 Kota Bogor
6. Menganalisis hubungan tingkat kecukupan zat gizi sarapan dengan konsentrasi
belajar pada siswa SMAN 5 Kota Bogor
Hipotesis Penelitian
Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini
adalah :
1. Bagi orang tua diharapkan dapat memberikan pengetahuan terkait pentingnya
sarapan sehingga diharapkan dapat membiasakan sarapan secara teratus
kepada anak-anaknya.
4
KERANGKA PEMIKIRAN
Masa remaja merupakan masa peralihan dari fase anak-anak ke fase dewasa
yang kebutuhan zat gizi yang lebih tinggi karena remaja masih mengalami masa
pertumbuhan dan adanya aktivitas fisik yang lebih tinggi. Makanan merupakan
suatu kebutuhan pokok untuk menunjang fase pertumbuhan dan perkembangan
tubuh bagi remaja (Bobak 2004). Kekurangan konsumsi makan baik secara
kualitatif maupun kuantitatif dapat menyebabkan terjadinya gangguan proses
metabolisme tubuh yang akan mengarah pada timbulnya masalah gizi (Adriani &
Wirjatmadi 2012).
Kebiasaan makan yang buruk serta kurangnya pengetahuan gizi dapat
menyebabkan masalah gizi pada remaja. Menurut beberapa kajian frekuensi makan
yang baik adalah tiga kali dalam sehari termasuk makan pagi atau yang biasa
disebut sarapan. Kebiasaan sarapan menjadi salah satu faktor eksternal yang
mempengaruhi konsentrasi belajar. Kebiasaan sarapan berkontribusi terhadap
pemenuhan kebutuhan energi harian, rata-rata konsumsi sarapan memenuhi 15-
30% kebutuhan harian. Sarapan berperan dalam pemenuhan kebutuhan glukosa
bagi tubuh, dimana penurunan kadar glukosa darah dapat mengganggu asupan
glukosa bagi otak. Glukosa darah merupakan satu-satunya penyalur energi bagi
otak supaya otak dapat bekerja optimal. Pemeliharaan kadar glukosa darah
merupakan faktor penting, khususnya untuk menjaga fungsi saraf terutama
berkaitan dengan pekerjaan yang memerlukan konsentrasi otak (Muchtar et al.
2011).
Kebiasaan sarapan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar merupakan kemampuan dalam
memfokuskan dan menjaga pikiran dalam bentuk perhatian terhadap suatu hal yang
sedang dipelajari. Konsentrasi belajar menjadi salah satu aspek penting yang
mendukung siswa untuk mencapai prestasi yang baik di sekolah. Konsentrasi ini
memegang peranan yang penting bagi anak sekolah untuk mengingat, merekam,
melanjutkan, dan mengembangkan materi pelajaran yang diperoleh di sekolah
(Aviana & Hidayah 2015).
Kemampuan konsentrasi belajar dapat diukur menggunakan daya tangkap
siswa selama pelajaran berlangsung di kelas. Kemampuan konsentrasi diukur
menggunakan Digit Symbol Substitution Test (DSST) (Groth-Marnat 2003).
Karakterisktik ubjek yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia,
besar uang saku, dan status gizi sedangkan karakteristik keluarga siswa terdiri dari
5
pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, pekerjaan orang tua, dan besar
keluarga. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kerangka pemikiran penelitian ini
digambarkan dalam skema berikut :
Kebiasaan Sarapan:
Konsumsi Pangan
Frekuensi
Waktu
Konsentrasi Belajar
Keterangan :
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA di SMAN 5 Kota
Bogor, Jawa Barat sebanyak 216 siswa. Siswa diambil dari populasi dengan kriteria
inklusi yaitu berusia 15-18 tahun dan bersedia mengikuti penelitian dengan
menandatangani informed consent. Perhitungan sampel untuk teknik penarikan
contoh acak sederhana tanpa pemulihan sebagai berikut :
𝑛𝑜
𝑛 = 𝑛𝑜
1+ 𝑁
𝑆 𝛼
𝑛𝑜 = ( ̅ )2 t2 (v)
𝑋 2
r2
25
𝑛𝑜= ( )2 t0.025 (30)
57.37
(0.1)2
𝑛𝑜 = 0.1898 x (1.96)2
(0.1)2
𝑛𝑜 = 72.9
𝑛𝑜 72.9
𝑛 = 𝑛𝑜 = 72.9
1+ 1+
𝑁 216
𝑛 = 54.5 ≈ 55
Keterangan :
n = Besar siswa
𝑋̅ = Rata-rata skor Digit Symbol Substitution Test
S = Standar deviasi
r = Presisi relatif (0.1)
t0.025 (30) = 1.96
N = Ukuran Populasi
7
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
yang dikumpulkan meliputi karakteristik siswa, karakteristik keluarga siswa, dan
data konsumsi pangan siswa, data kebiasaan sarapan siswa, dan data konsentrasi
belajar siswa. Data karakteristik siswa meliputi nama, usia, besar uang saku, dan
status gizi (IMT/U) sedangkan karakterikstik keluarga siswa meliputi pendidikan
orang tua, pendapatan orang tua, pekerjaan orang tua, serta besar keluarga siswa.
Data sekunder yang dikumpulkan adalah gambaran umum lokasi penelitian yang
diperoleh dari begaian tata usaha SMAN 5 Kota Bogor.
Data karakteristik siswa, karakteristik orang tua, serta kebiasaan sarapan siswa
didapatkan melalui pengisian kuisioner. Data konsumsi pangan siswa diperoleh
melalui wawancara menggunakan metode food recall 2x24 jam yaitu pada hari
sekolah dan hari libur dan food record sarapan selama satu minggu. Data
konsentrasi belajar siswa diperoleh melalui skor pengukuran menggunakan
instrumen Digit Symbol Substitution Test (DSST). Variabel, jenis data, dan cara
pengumpulan data secara ringkas disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1 Nama variabel, jenis data dan cara pengumpulan data (lanjutan)
No Variabel Jenis Data Cara pengumpulan data
5. Konsentrasi belajar Skor tes Pengukuran
menggunakan digit
substitution symbol test
(DSST)
zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan dirata-
ratakan.
Data konsumsi pangan diperoleh melalui wawancara food recall 2x24 jam
saat hari sekolah dan hari libur. Wawancara food recall 2x24 jam dilakukan kepada
siswa untuk mengestimasi makanan dan minuman yang telah dikonsumsi dalam
waktu 24 jam sebelumnya, baik pada hari sekolah maupun hari libur. Jumlah
makanan serta minuman yang telah diestimasi kemudian dikonversikan ke dalam
kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan
(DKBM) kemudian dirata-ratakan sehingga diketahui asupan zat gizi dan cairan
siswa. Rumus umum perhitungan kandungan zat gizi sebagai berikut.
Keterangan:
KGij = Konversi zat gizi-i dalam bahan makanan-j
Bj = Berat bahan makanan-j yang dikonsumsi (g)
Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan-j
BDD = bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan
Setelah asupan zat gizi (energi, protein, karbohidrat, lemak dan Fe) siswa
dihitung, kemudian Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) zat gizi tersebut dihitung.
Tingkat kecukupan asupan zat gizi sarapan dikategorikan menjadi tiga kategori,
yaitu kurang (<15% AKG), cukup (15-30% AKG), dan lebih (>30% AKG). Rumus
yang digunakan untuk menghitung TKG adalah sebagai berikut.
Pengkategorian konsentrasi belajar dibagi menjadi kurang (skor <63) dan baik (skor
≥63). Pengkategorian data dari variabel penelitian disajikan secara ringkas pada
Tabel 2.
Definisi Operasional
Asupan zat gizi sarapan adalah zat gizi (energi, protein, lemak, dan karbohidrat)
yang berasal dari konsumsi pangan siswa saat sarapan yang dapat memenuhi
15-30% kebutuhan harian dengan pengisian food record.
Digit symbol substitution test adalah tes untuk mengukur kemampuan konsentrasi
siswa, metodenya adalah siswa mengisi kotak kosong dengan digit-symbol
yang sesuai dengan pasangan angka acak. Tes terdiri dari 90 kotak kosong
dengan waktu pengerjaan 90 detik.
Frekuensi sarapan menyatakan berapa kali siswa sarapan selama satu minggu
yang dijustifikasi dengan pengisian food record oleh siswa.
Karakteristik siswa adalah keadaan umum siswa berdasarkan jenis kelamin, usia,
besar uang saku, dan status gizi siswa.
Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga siswa yang digambarkan melalui
pendidikan orang tua pendapatan rang ua, pekerjaan orang tua, dan besar
keluarga.
Kebiasaan sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan mulai dari
bangun tidur di pagi hari sampai jam 9 yang memenuhi sekitar 15-30%
kebutuhan gizi sehari digambarkan dengan frekuensi sarapan dan waktu
sarapan.
Konsentrasi belajar adalah kemampuan memusatkan perhatian siswa yang erat
kaitannya dengan memori (ingatan) pada suatu situasi belajar, yang dinilai
melalui digit symbol substitution test (DSST). Skor konsentrasi dinilai
berdasarkan jumlah kotak yang terisi dan benar dalam waktu 90 detik.
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan mulai dari bangun
tidur di pagi hari sampai jam 09.00 untuk memenuhi sekitar 15-30%
kebutuhan gizi sehari.
Tingkat kecukupan zat gizi sarapan adalah perbandingan antara konsumsi zat
gizi sarapan dengan tingkat kebutuhan gizi harian siswa.
Waktu sarapan adalah waktu siswa terbiasa mengonsumsi sarapan yang
dikategorikan setelah jam 09.00 dan sebelum jam 09.00.
12
SMA Negeri 5 Kota Bogor adalah sekolah negeri yang berlokasi di Jalan
Manunggal No. 22 Kecamatan Bogor Barat. SMAN 5 Kota Bogor didirikan pada
tanggal 14 Juli 1981 dan pada saat itu belum memiliki gedung sendiri sehingga
menumpang di SMP Negeri 6 Kota Bogor. Fasilitas yang terdapat di SMAN 5 Kota
Bogor antara lain ruang belajar, ruang perpustakaan, laboratorium, ruang OSIS,
ruang kesehatan (UKS), lapangan upacara, masjid, Gedung Olahraga (GOR),
kantin, serta pos satpam. Salah satu sekolah negeri ini sudah banyak menorehkan
prestasi baik dibidang akademik maupun non akademik.
Kegiatan besar yang sering diadakan oleh OSIS SMAN 5 kota Bogor, antara
lain La sastra 5 dan Sirah 5. La sastra 5 sendiri merupakan suatu lomba bahasa dan
sastra yang setiap tahunnya diselenggarakan oleh OSIS. Sedangkan, Sirah 5
merupakan kegiataan keislaman dimana OSIS bekerja sama dengan ithri. Hal yang
melatarbelakangi adanya kegiatan sirah 5 ini yaitu ingin membantu meningkatkan
pemahaman siswa terhadap agama islam, karena dilihat bahwa minimnya sebuah
kegiatan yang menaungi kreativitas siswa. Kegiatan yang dijadikan ikon SMAN 5
Kota Bogor ini telah banyak menciptakan generasi-generasi muda yang cinta akan
Bahasa Indonesia. SMAN 5 Kota Bogor memiliki 2 program studi, yaitu program
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk kelas X,
XI, dan XII. Jumlah peserta didik pada tahun ajaran 2017/2018 sebanyak 980 siswa,
yang terdiri dari 322 siswa kelas X, 339 siswa kelas XI, dan 319 siswa kelas XII.
Karakteristik Siswa
Siswa dalam penelitian ini berusia antara 15-16 tahun dengan rata-rata usia
15.4 tahun. Sebagian besar siswa (60%) berusia 15 tahun dan tergolong dalam
kategori remaja. Menurut Adriani & Wijatmadi (2012), masa remaja merupakan
masa transisi yang melibatkan berbagai perubahan mulai dari perubahan hormonal,
koognitif, dan emosional. Semua perubahan yang terjadi sangat membutuhkan zat
gizi secara khusus sehingga penting untuk memperhatikan kebutuhan gizi masa
remaja.
Jumlah siswa yang berjenis kelamin laki-laki lebih besar (58.2%)
dibandingkan siswa yang berjenis kelamin perempuan (41.8%). Pengukuran status
gizi menggunakan metode antropometri, yaitu pengukuran berat badan dan tinggi
badan. Berdasarkan WHO (2007), penilaian status gizi anak usia 5-18 tahun
dihitung menggunakan z score kemudian dikategorikan berdasarkan Indeks Massa
Tubuh menurut umur (IMT/U), yaitu sangat kurus (z <-3), kurus (-3≤ z ≤-2), normal
(-2< z ≤1), gemuk (1< z ≤2), dan obesitas (z >2). Siswa penelitian terdiri atas anak
dengan status gizi kurus, normal, gemuk, dan obesitas, tidak terdapat siswa yang
memiliki status gizi sangat kurus. Sebagian besar siswa (70.9%) memiliki ststus
gizi normal dengan rata-rata z score 0.11.
Rata-rata uang saku siswa adalah Rp 42 735 per hari. Kategori uang saku
siswa dikelompokkan berdasarkan sebaran uang saku siswa per hari, yaitu rendah
(Rp < 20 000), cukup (Rp 20 000-30 000), dan tinggi (Rp ≥ 30 000). Sebagian
besar siswa (60%) termasuk ke dalam kategori yang memiliki uang saku cukup.
Alokasi uang saku tidak hanya untuk konsumsi pangan, namun juga dialokasikan
untuk kebutuhan lainnya seperti pulsa, perlengkapan alat tulis dan buku, dan
sebagian juga ada yang ditabung.
14
Kebiasaan Sarapan
Frekuensi Sarapan
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan saat seseorang
mulai bangun tidur sampai pukul 09.00 yang dapat memenuhi kebutuhan gizi harian
sebesar 15-30% untuk mewujudkan hidup sehat, aktif dan cerdas (Perdana &
Hardinsyah 2012). Frekuensi sarapan dalam penelitian ini adalah jumlah sarapan
yang dilakukan subjek dalam satu minggu terakhir. Adapun sebaran siswa
berdasarkan karakteristik kategori sarapan disajikan pada Tabel 5.
Waktu Sarapan
Sarapan yang baik apabila dilakukan antara pukul 05.00 sampai pukul
09.00 pagi atau sebelum beraktivitas (Hardinsyah 2015). Sarapan dilakukan pada
pada pagi hari bukan menjelang makan siang dan tidak perlu dibedakan antara hari
sekolah dengan hari libur (Hardinsyah et al. 2012). Sebaran siswa berdasarkan
waktu sarapan disajikan pada Tabel 6.
menyebabkan anak menjadi malas sarapan dan karena faktor biologis dimana anak
menjadi sering sakit perut setelah sarapan. Apabila tidak terbiasa melakukan
sarapan pagi makan akan menyebabkan kondisi lambung menjadi kosong dan dapat
menimbulkan efek yang negatif bagi tubuh apabila dibiarkan secara terus menerus
(Rivyana 2016).
Kontribusi zat gizi sarapan dikategorikan menjadi tiga, yaitu kurang (<15%
AKG), cukup (15-30% AKG), dan lebih (>30% AKG) (Kemenkes 2014).
Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa sebagian besar siswa (50.9%) memiliki
tingkat kecukupan energi sarapan yang tergolong kurang dengan rata-rata konsumsi
energi sebesar 409 kkal. Sejalan dengan energi, kontribusi asupan protein sarapan
pada sebagian besar siswa (60%) tergolong kurang dengan rata-rata konsumsi
protein sebesar 9.7 gram. Sarapan dengan menu tinggi protein dapat menurunkan
selera makan sehingga dapat memperbaiki kualitas asupan makan pada kelompok
remaja yang obesitas, dikarenakan akan meningkatkan hormon ghrelin yang dapat
menstimulasi rasa lapar dan meningkatkan hormon PYY yang berkaitan dengan
rasa kenyang (Leidy et al. 2013).
Kontribusi asupan lemak pada saat sarapan sebagian besar siswa (67.3%)
masih sama seperti kontribusi asupan energi dan protein sarapan yaitu tergolong
kurang dengan rata-rata konsumsi sebesar 11.0 gram. Selanjutnya, kontribusi
asupan karbohidrat sarapan pada sebagian siswa (43.6%) tergolong cukup dengan
rata-rata konsumsi karbohidrat sebesar 62.7 gram. Manfaat dari sarapan dapat
mencegah hipoglikemia, mencegah dehidrasi setelah berpuasa, menstabilkan kadar
glukosa darah, serta dapat meningkatkan kemampuan dalam mengingat. Cadangan
sumber karbohidrat diperlukan untuk mengganti glukosa darah yang berkurang
selama tidur, karena pada saat tidur tubuh akan tetap melakukan proses oksidasi
dan metabolisme di dalam tubuh sehingga menyebabkan kadar glukosa darah
berkurang ketika pagi hari. Oleh sebab itu, berkurangnya kadar glukosa darah
hingga <70 mg/dL dapat menyebabkan tubuh menjadi lemas, pusing, gemetar, dan
juga penurunan konsentrasi belajar atau daya ingat (Gibson & Gunn 2011).
Kontribusi zat gizi harian dikategorikan menjadi lima, yaitu defisit berat
(<70% AKG), defisit sedang (70-79% AKG), defisit ringan (80-89% AKG), cukup
(90-119% AKG), dan lebih (≥ 120% AKG) ( Depkes 1996). Berdasarkan tabel
AKG, kecukupan energi remaja perempuan usia 13-18 tahun adalah 2125 kkal,
protein 69 gram untuk kelompok usia 13-15 tahun dan 59 gram untuk kelompok
usia 16-18 tahun, lemak 71 gram, karbohidrat 292 gram. Sedangkan AKG pada
19
laki-laki usia 13-15 tahun adalah 2475 kkal, protein 72 gram, lemak 83 gram, dan
karbohidrat 340 gram dan untuk usia 16-18 tahun energi sebesar 2675 kkal, protein
66 gram, lemak 89 gram, dan karbohidrat 368 gram. Sebaran siswa berdasarkan
kontribusi asupan zat gizi harian disajikan dalam Tabel 8.
Tingkat konsumsi makan ditentukan oleh kualitas dan kuantitas dari pangan
yang dikonsumsi. Kualitas pangan adalah terpenuhinya seluruh zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh, sedangkan kuantitas pangan merupakan jumlah zat gizi
yang dibutuhkan tubuh tubuh yang dapat tercukupi dari makanan yang dihidangkan.
20
Apabila kualitas dan kuantitas pangan sesuai dengan kebutuhan tubuh maka tubuh
akan mencapai kesehatan yang baik (Saputri et al. 2016). Berdasarkan Tabel 8 dapat
diketahui bahwa sebagian besar siswa (76.4%) memiliki tingkat kecukupan energi
yang termasuk kategori defisit berat dengan rata-rata konsumsi energi sebesar 1309
kkal dan rata-rata tingkat kecukupan energi adalah 52 ± 21.3. Mayoritas tingkat
kecukupan protein siswa (87.3%) termasuk kategori defisit berat dengan rata-rata
konsumsi protein sebesar 33.8 gram dan rata-rata tingkat kecukupan protein adalah
47.3 ± 25.0. Protein berfungsi sebagai zat pembangun, pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan, dan menggantikan sel-sel yang telah mati (Sediaoetama
2006).
Sejalan dengan energi dan protein, tingkat kecukupan lemak sebagian besar
(69.1%) tergolong defisit berat dengan rata-rata konsumsi lemak sebesar 49.2 gram
dan rata-rata tingkat kecukupan lemak adalah 59.4 ± 47.3. Disamping bermanfaat
untuk menyuplai energi, lemak terutama trigliserida juga berfungsi untuk
menyediakan cadangan energi bagi tubuh, pelindung organ, dan menyediakan
asam-asam lemak esensial (Mahan & Escott-Stump 2008). Kontribusi asupan
karbohidrat dalam sehari diketahui bahwa sebagian besar siswa (70.9%) tergolong
defisit berat dengan rata-rata konsumsi karbohidrat sebesar 200.9 gram dan rata-
rata tingkat kecukupan karbohidrat yaitu 57.7 ± 24.7.
Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar adalah memusatkan pikiran pada suatu hal yang sedang
dipelajari dengan menyampingkan hal-hal lain yang tidak berhubungan. Siswa yang
berkonsentrasi dapat dilihat dari tingkah lakunya ketika proses belajar mengajar
(Slameto 2010). Konsentrasi belajar dapat mempengaruhi daya serap pada siswa,
dalam hal ini konsentrasi belajar erat kaitannya dengan ingatan atau memori pada
siswa dan memegang peranan penting bagi siswa untuk mengingat, merekam,
melanjutkan, dan mengembangkan materi pelajaran yang disampaikan saat proses
pembelajaran di kelas (Syah 2014). Berikut sebaran siswa berdasarkan tingkat
konsentrasi belajar disajikan pada Tabel 9.
Kategori konsentrasi siswa dibagi menjadi dua yaitu kurang (skor <63) dan
baik (skor ≥ 63). Tabel 9 menunjukkan bahwa setengah dari siswa (45.5%)
memiliki nilai konsentrasi belajar yang baik dan siswa dengan nilai konsentrasi
yang kurang sebesar 54.5%. Rata-rata skor DSST siswa yaitu 63±10.79 dan lebih
tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Avitriwinar (2017),
yaitu sebesar 57.37±10.74. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi konsentrasi
belajar pada siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri sendiri berupa minat belajar yang
rendah, kondisi kesehatan yang buruk, waktu istrahat yang kurang dan asupan gizi
yang kurang. Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar yaitu keadaan lingkungan
seperti kondisi kelas, suasana yang kondusif, dan peralatan pendukung
pembelajaran (Olivia 2010).
Menurut Muchtar et al. (2011), beberapa faktor lain yang mempengaruhi
konsentrasi berfikir pada anak adalah faktor fisik pada saat dilakukan konsentrasi
misalnya kondisi kelelahan dan keadaan sakit yang dialami oleh siswa akan
mempengaruhi kemampuan saraf siswa. Faktor pengalaman dan pengetahuan juga
berpengaruh terhadap konsentrasi, sebelumnya apakah siswa sudah pernah
melakukan tes konsentrasi atau belum karena siswa akan memusatkan perhatian
pada objek yang belum bisa dikenali polanya sehingga pengalaman dan
pengetahuan siswa dapat memudahkan konsentrasi.
Simpulan
tergolong cukup dengan besar keluarga termasuk ke dalam kategori kecil. Hampir
seluruh siswa melakukan sarapan sebelum pukul 09.00 pagi dengan frekuensi rutin.
Sebagian besar siswa (85.5%) terbiasa melakukan sarapan pagi, namun pada saat
penelitian dilakukan hanya 78.2% siswa yang melakukan sarapan karena siswa
tidak sempat untuk melakukan sarapan karena terburu-buru berangkat sekolah dan
juga terdapat beberapa siswa tidak terbiasa melakukan sarapan pagi.
Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi sarapan yang
tergolong kurang dengan rata-rata konsumsi energi sebesar 409 kkal. Tingkat
kecukupan protein sebagian besar tergolong kurang dengan rata-rata konsumsi
protein sebesar 9.7 gram. Tingkat kecukupan lemak sebagian besar tergolong
kurang dengan rata-rata konsumsi sebesar 11.0 gram, dan tingkat kecukupan
karbohidrat sebagian besar tergolong cukup dengan rata-rata konsumsi karbohidrat
sebesar 62.7 gram.
Sebagian besar dari siswa memiliki tingkat konsentrasi belajar yang kurang
dengan rata-rata skor DSST siswa yaitu 63. Hasil uji korelasi Spearmen
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara siswa yang sarapan
dan yang tidak sarapan, frekuensi sarapan serta waktu sarapan dengan konsentrasi
belajar pada siswa (p>0.05). Hasil uji korelasi Spearmen menunjukkan bahwa
tingkat kecukupan energi, protein, dan karbohidrat siswa berkorelasi positif dengan
konsentrasi belajar (p<0.05). Sedangkan, tidak terdapat hubungan antara tingkat
kecukupan lemak dengan konsentrasi belajar (p>0.05).
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adolphus K, Lawton CL, Dye L. 2015. The relationship between habitual breakfast
consumption frequency and academic performance in British adolescents.
Front. Public Health. 3(68): 1-11. doi: 10.3389/fpubh.2015.00068.
Adriani M, Wirjatmadi B. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta
(ID): Kencana Prenada Media.
Ahmadi A, Sohrabi Z, Eftekhari MH. 2009. Evaluating the relationship between
breakfast pattern and short term memory in junior high school girls. Pakistan
Journal of Biological Sciences. 12(9): 742-745. Almatsier S, Soetardjo S, &
Soekatri M. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta (ID): PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Amirin T. 2011. Populasi Dan Sampel Penelitian 4: Ukuran Sampel Rumus Slovin.
Jakarta (ID): Erlangga.
Amy S, Meilinah H, & Jo Suherman. 2008. Pengaruh kenaikan kadar glukosa darah
terhadap peningkatan daya ingat jangka pendek pada wanita dewasa. JKM
Vol 8, No 1, Juli 2008 – ISSN 1411-9641.
Anas T & Galih Ajeng WW. 2012. Hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan
tingkat konsentrasi belajar pada anak. Jurnal Akademi Keperawatan. No.5:
1 Januari–30 Juni 2012.
Arifah KN. 2016. Hubungan asupan makronutrien (karbohidrat, protein, lemak) dan
kadar hemoglobin dengan prestasi belajar pada remaja putri di SMAN 1
Polokarto Kabupaten Sukoharjo [Skripsi]. Sukoharjo (ID): Program Studi
Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Arifin LA. 2015. Hubungan sarapan pagi dengan konsentrasi siswa di sekolah.
Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. 3(1): 2013-207.
Aviana R & Hidayah FF. 2015. Pengaruh tingkat konsentrasi belajar siswa terhadap
daya pemahaman materi pada pembelajaran kimia di SMA Negeri 2 Batang.
Jurnal Pendidikan Sains. 3 (1): 30-33.
[BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2014. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Jakarta
(ID): BAPPENAS.
[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2009. Pendewasaan
Usia Perkawinan dan Hak-Hak Reproduksi Remaja. Jakarta (ID): Deputi
Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
Bobak L. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta (ID): EGC.
[DEPKES RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Pedoman Praktis
Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta (ID): Depkes RI.
Cantika HAK, Ardiaria M, Syauqi A. 2017. Peran makronutrien dalam sarapan
terhadap performa kognitif remaja. Jurnal Kedokteran Diponegoro. 6(2):
27
LAMPIRAN
KODE RESPONDEN:
KUISIONER PENELITIAN
STUDI KEBIASAAN SARAPAN TERHADAP KONSENTRASI
BELAJAR PADA REMAJA
KODE RESPONDEN:
A. KARAKTERISTIK SISWA
Jawablah pertanyaan berikut dengan mengisi titik-titik pada
tabel :
A1. Nama lengkap ……………………………………….
A2. Jenis kelamin L/P
A3. Umur …………………… tahun
A4. Tanggal lahir ……………………………………….
A5. Nomor Hp/Id Line ……………………………………….
A6. Uang saku (Rp)
Alokasi Harian Mingguan Bulanan
Makanan
Non makanan
(pulsa, kebutuhan
sekolah, dll)
Total
A7. BB/TB …...…kg/………cm
A8. IMT/U* ...........kg/m2
(*diisi oleh peneliti)
A9. Status gizi* ...............
(*diisi oleh peneliti)
B. KARAKTERISTIK KELUARGA
Jawablah pertanyaan berikut :
B1. Nama Ayah : …………………………………
Ibu : …………………………………
B2. Umur Ayah : ……………… tahun
Ibu : ……………… tahun
B3. Pendidikan terakhir ayah 1. Tidak sekolah
(lingkari salah satu nomor) 2. SD/sederajat
3. SMP/sederajat
4. SMA/sederajat
5. D3/S1
6. S2
B4. Pendidikan terakhir ibu 1. Tidak sekolah
(lingkari salah satu nomor) 2. SD/sederajat
3. SMP/sederajat
4. SMA/sederajat
5. D3/S1
6. S2
B5. Pekerjaan Ayah 1. Tidak bekerja
(lingkari salah satu nomor) 2. Buruh
3. Wiraswasta
4. Karyawan swasta
5. PNS
31
6. TNI/POLRI
7. Lain-lain
Sebutkan............................
B6. Pekerjaan ibu 1. Tidak bekerja
(lingkari salah satu nomor) 2. Buruh
3. Wiraswasta
4. Karyawan swasta
5. PNS
6. TNI/POLRI
7. Lain-lain
Sebutkan............................
B7. Pendapatan Ayah Rp........................................./bln
B8. Pendapatan Ibu Rp........................................./bln
B9. Jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah : ……………… Orang
D. KEBIASAAN SARAPAN
D10. Makanan dan minuman apa saja yang dikonsumsi sejak bangun tidur sampai
jam 09.00 pagi? (Selama satu minggu, diisi setiap hari)
Nama / Kelas :
Contoh
Hari Makanan/ Banyaknya Harga Keterangan
Minuman (ukuran) (jika
membeli)
Senin Nasi 1 centong - -
Ayam goreng 1 potong - Bagian paha
Sayur bayam 2 sendok sayur - Bayam dan
jagung manis
Susu ultra coklat 1 kotak Rp. 5000 250 ml
Hari Sekolah
Jumlah yang
Waktu Nama Bahan
Dikonsumsi
Makan Makanan/Minuman Makanan/Minuman
URT* Gram**
Sarapan
(05.00-
09.00)
Snack pagi
(10.00-
11.00)
Siang
(12.00-
15.00)
Snack siang
(16.00-
17.00)
35
Jumlah yang
Waktu Nama Bahan
Dikonsumsi
Makan Makanan/Minuman Makanan/Minuman
URT* Gram**
Malam
(18.00-tidur)
*URT : Ukuran rumah tangga (potong, sendok, buah, biji, butir, gelas, botol,
Cangkir, dll)
** Diisi oleh enumerator
36
Nama / Kelas :
Hari, tanggal wawancara :
Hari Libur
Jumlah yang
Waktu Nama Bahan
Dikonsumsi
Makan Makanan/Minuman Makanan/Minuman
URT* Gram**
Sarapan
(05.00-
09.00)
Snack pagi
(10.00-
11.00)
Siang
(12.00-
15.00)
Snack siang
(16.00-
17.00)
37
Jumlah yang
Waktu Nama Bahan
Dikonsumsi
Makan Makanan/Minuman Makanan/Minuman
URT* Gram**
Malam
(18.00-tidur)
*URT : Ukuran rumah tangga (potong, sendok, buah, biji, butir, gelas, botol,
Cangkir, dll)
** Diisi oleh enumerator
38
RIWAYAT HIDUP