Anda di halaman 1dari 53

STUDI KEBIASAAN SARAPAN TERHADAP KONSENTRASI

BELAJAR PADA REMAJA

YUNIATUN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER


INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Studi Kebiasaan
Sarapan terhadap Konsentrasi Belajar pada Remaja adalah benar karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2018

Yuniatun
NIM I14140014
i

ABSTRAK

YUNIATUN. Studi Kebiasaan Sarapan terhadap Konsentrasi Belajar pada Remaja.


Dibimbing oleh DADANG SUKANDAR dan NAUFAL MUHARAM NURDIN.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kebiasaan sarapan


dengan konsentrasi belajar subjek. Konsentrasi belajar diukur menggunakan
instrumen Digit Symbol Substitution Test (DSST). Desain penelitian yang
digunakan adalah cross sectional study. Penelitian dilaksanakan pada Mei 2018 di
SMAN 5 Kota Bogor. Sebanyak 55 siswa SMAN 5 Kota Bogor yang berusia 15-
18 tahun menjadi subjek yang dipilih dengan teknik purposive sampling.
Pengambilan data satus gizi subjek menggunakan pengukuran tinggi badan dan
berat badan. Data konsumsi pangan siswa diperoleh melalui wawancara
menggunakan metode food recall 2x24 jam yaitu pada hari sekolah dan hari libur.
Data record sarapan pada hari itu digunakan untuk melihat tingkat kecukupan zat
gizi sarapan pada hari dilakukannya tes. Selain itu, data kebiasaan sarapan diperoleh
melalui pengisian menggunakan kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar subjek memiliki kebiasaan sarapan yang rutin (61.8%) dan sebelum
pukul 09.00 pagi (87.3%). Konsentrasi belajar sebagian besar subjek (54.5%)
tergolong kurang. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan
energi (p=0.048, r=0.227), protein (p=0.021, r=0.274), dan karbohidrat sarapan
(p=0.032, r=0.252) dengan konsentrasi belajar. Tidak terdapat hubungan yang
sigifikan antara tingkat kecukupan lemak sarapan dengan konsentrasi belajar
(p>0.05). Tidak terdapat hubungan signifikan antara kebiasaan sarapan dengan
konsentrasi belajar (p>0.05).

Kata kunci: kebiasaan sarapan, konsentrasi belajar, remaja

ABSTRACT

YUNIATUN. Study of Breakfast Habits towards the Concentration of Learning in


Adolescents. Supervised by DADANG SUKANDAR dan NAUFAL MUHARAM
NURDIN.

This study is aimed to analyzed the relationship of breakfast habits with the
concentration of learning subjects. The concentration of learning was measured
using the Digit Symbol Substitution Test (DSST) instrument. The research design
was cross sectional study. The research was conducted in May 2018 at SMAN 5
Kota Bogor. A total of 55 students of SMAN 5 Kota Bogor aged 15-18 years became
the subject chosen by simple random sampling technique. height and weight of
subject was measured to identy their nutritional status. Student's food
consumption data was obtained through interview using 2x24 hour food recall
method that is on weekday and weekend. Data record breakfast on that day is used
to see the level of adequacy of breakfast nutrients on the day of the test. In addition,
the data of breakfast habits was obtained through questionnaires. The results
showed that most subjects had regular breakfast habits (61.8%) and before 9:00
am (87.3%). The study concentration of most subjects (54.5%) was classified as
less. There was a significant correlation between energy adequacy level (p=0.048,
ii

r=0.227), protein (p=0.021, r=0.274), and carbohydrate adequacy level of


breakfast (p=0.032, r=0.252) with concentration of learning. There is no
significant correlation between lemak adequacy level with concentration of
learning (p>0.05). There is no significant relationship between breakfast habits
with concentration of learning (p>0.05).

Keywords: adolescent, breakfast habits, concentration


iii

STUDI KEBIASAAN SARAPAN TERHADAP KONSENTRASI


BELAJAR PADA REMAJA

YUNIATUN

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sajana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
iv
v
vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Studi Kebiasaan
Sarapan terhadap Konsentrasi Belajar pada Remaja”. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sajana Gizi. Ucapan terma kasih penulis
ucapkan kepada:
1. Dr Ir Sri Anna Marliyati, MSi selaku Ketua Departemen Gizi Masyarakat
IPB.
2. Prof Dr Ir Dadang Sukandar, MSc selaku dosen pembimbing skripsi
pertama yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi.
3. dr Naufal Muharam Nurdin, Msi selaku pembimbing skripsi kedua
sekaligus pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan,
arahan, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi.
4. Reisi Nurdiani SP, Msi selaku dosen penguji yan telah memberikan saran
dan masukannya saat sidang skripsi.
5. Kepala Sekolah, guru-guru, serta siswa SMA Negeri 5 Kota Bogor atas
keramahan kesediaan, dan kerjasama dalam membantu kelancaran
penelitian.
6. Kedua orangtua, Bapak (Rusmayadi), Ibu (Sarfiah), M. Hariyadi (Adik),
dan Zulfathoni Akbar (Adik) yang selalu menjadi sumber semangat, serta
senantiasa memberikan doa dan dukungan dengan penuh kasih sayang.
7. M. Rizki Ramadhan selaku orang terdekat yang tidak henti-hentinya
memberikan semangat kepada penulis.
8. Keluarga Forum Komunikasi Mahasiswa Bima Bogor (FKMBB) yang
selalu memberikan semangat dan motivasi selama penulis belajar di IPB.
9. Teman-teman Creavastha, Gizi Masyarakat IPB Angkatan 51 yang telah
bersama-sama menuntut ilmu dan selalu saling menyemangati dan
memberikan dorongan positif kepada penulis.
10. TIM KKN-T IPB Kabupaten Sukoharjo, Kecamatan Nguter, Desa Pengkol
yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan hiburan kepada penulis.
11. Pihak-pihak lain yang turut serta dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak. Demikian yang dapat
penulis sampaikan. Terima kasih.

Bogor, Agustus 2018

Yuniatun
vii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix


DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. ix
PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 3
Tujuan Umum .................................................................................................. 3
Tujuan Khusus ................................................................................................. 3
Hipotesis Penelitian ............................................................................................. 3
Manfaat Penelitian ............................................................................................... 3
KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................................... 4
METODE PENELITIAN ................................................................................................ 6
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ............................................................... 6
Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh................................................................. 6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...................................................................... 7
Pengolahan dan Analisis Data ............................................................................. 8
Definisi Operasional .......................................................................................... 11
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 12
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................. 12
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Siswa ................................................. 14
Kebiasaan Sarapan ............................................................................................ 16
Frekuensi Sarapan .......................................................................................... 16
Waktu Sarapan ............................................................................................... 16
Tingkat Kecukupan Zat Gizi Sarapan ............................................................... 17
Tingkat Kecukupan Zat Gizi Harian ................................................................. 18
Konsentrasi Belajar ........................................................................................... 20
Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Konsentrasi Belajar .............................. 21
Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Sarapan dengan Konsentrasi Belajar 22
SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................................... 24
Simpulan ............................................................................................................ 24
Saran .................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 26
viii

LAMPIRAN .................................................................................................................... 29
RIWAYAT HIDUP 39
ix

DAFTAR TABEL

1 Nama variabel, jenis data dan cara pengumpulan data 7


2 Pengkategorian data dari variabel penelitian 10
3 Sebaran siswa berdasarkan karakteristik 12
4 Sebaran siswa berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga 14
5 Sebaran siswa berdasarkan frekuensi sarapan 16
6 Sebaran siswa berdasarkan waktu sarapan 16
7 Sebaran siswa berdasarkan kontribusi asupan zat gizi sarapan 17
8 Sebaran siswa berdasarkan kontribusi asupan zat gizi harian 19
9 Sebaran siswa berdasarkan tingkat konsentrasi belajar 20
10 Hubungan kebiasaan sarapan dengan konsentrasi belajar 21
11 Hubungan tingkat kecukupan gizi sarapan dengan konsentrasi belajar 23
12 Hubungan tingkat kecukupan gizi sarapan dengan konsentrasi belajar 23

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran studi kebiasaan sarapan terhadap konsentrasi belajar 5


siswa SMAN 5 Kota Bogor

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner Penelitian 29
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kesepakatan yang ingin dicapai dalam Sustainable Develpment Goals


(SDGs) 2016-2030 yang dirancang oleh PBB salah satunya yaitu memastikan hidup
sehat dan mendukung kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia. Sumber Daya Manusia (SDM) adalah modal utama dalah
suatu pembangunan nasional. Upaya-upaya dalam melakukan pembangunan SDM
dapat dilakukan melalui pengendalian penduduk, peningkatan taraf pendidikan, dan
peningkatan derajat kesehatan dan gizi (BAPPENAS 2014). Menurut Jahja (2013)
Perkembangan kognitif erat kaitannya dengan kemampuan dalam belajar, memori,
menalar, berpikir, dan bahasa sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak
sekolah. Anak usia sekolah dikategorikan menjadi dua masa dalam daur
kehidupannya, yaitu masa anak dan masa remaja.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari fase anak-anak ke fase dewasa
(Bobak 2004). Tumbuh kembang remaja terbagi menjadi tiga tahap, yaitu masa
remaja awal (10-14 tahun), remaja menengah (14-17 tahun) dan remaja lanjut (17-
20 tahun) (Adriani & Wirjatmadi 2012). Remaja merupakan salah satu periode
dalam kehidupan antara pubertas dan maturitas penuh dan juga proses dalam
pematangan fisik dan perkembangan dari anak-anak sampai dewasa. Kecepatan
pertumbuhan pada masa remaja cenderung meningkat dibandingkan saat masa
anak-anak karena terdapat proses pertumbuhan yang juga disertai dengan
perubahan-perubahan hormonal, kognitif, dan emosional. Terjadi perubahan gaya
hidup serta kebiasaan makan sebagai pengaruh langsung dari lingkungan, sehingga
perubahan-perubahan tersebut sangat membutuhkan peningkatan asupan zat gizi.
Oleh karena itu, masa remaja menjadi periode yang rentan gizi karena adanya
ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan gizi akibat perubahan-perubahan
yang terjadi (Almatsier et al. 2011).
Konsentrasi belajar adalah kemampuan dalam memfokuskan dan menjaga
pikiran dalam bentuk perhatian terhadap suatu hal yang sedang dipelajari.
Konsentrasi belajar menjadi salah satu aspek penting yang mendukung siswa untuk
mencapai prestasi yang baik di sekolah. Konsentrasi ini memegang peranan yang
penting bagi anak sekolah untuk mengingat, merekam, melanjutkan, dan
mengembangkan materi pelajaran yang diperoleh di sekolah (Aviana & Hidayah
2015). Menurut Syah (2014), keberhasilan dalam prestasi belajar perlu didukung
oleh asupan zat gizi, daya tahan fisik, dan tingkat kesehatan. Salah satu tes psikologi
yang sering digunakan untuk mengukur IQ yaitu Weschler Adult Intelegence Scale
(WAIS), baik berupa full scale IQ, verbal IQ, maupun performance IQ yang
digunakan untuk siswa berusia 16-90 tahun. Subtes dari Weschler Adult Intelegence
Scale (WAIS) adalah Digit Symbol Subtituion Test (DSST) yang dapat mengukur
performance IQ dan secara spesifik dapat mengukur kemampuan konsentrasi,
koordinasi visual-motorik, perhatian, serta memori visual jangka pendek (Groth-
Mamat 2003).
Kemenkes (2014) menjelaskan bahwa sarapan merupakan kegiatan makan
dan minum yang dilakukan antara pukul 05.00 hingga pukul 09.00 untuk memenuhi
sebesar 15-30% kebutuhan gizi harian dalam mewujudkan hidup sehat, aktif, dan
2

cerdas. Sarapan penting bagi remaja untuk memenuhi kebutuhan gizi pada pagi
hari, bagian pemenuhan gizi seimbang, mencegah hipoglikemia, serta dapat
mengontrol gula darah agar tetap dalam keadaan stabil (Gibson & Gunn 2011).
Sarapan dapat memberikan dampak positif terhadap kehadiran sekolah, prestasi
akademik, kebugaran, dan menjaga berat badan agar tetap sehat.
Membiasakan sarapan berarti membiasakan disiplin bangun pagi dan
beraktivitas pagi serta mencegah dari makan berlebihan di kala makan kudapan atau
makan siang (Depkes 2014). Kebiasaan tidak sarapan pagi dapat memberikan
dampak buruk terhadap kesehatan fisik, mental, kesehatan, kekurangan energi, serta
dapat menurunkan fungsi kognitif (Aldophus et al. 2015). Penelitian yang
dilakukan oleh Lentini (2014) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kebiasaan sarapan dengan konsentrasi berpikir, dimana nilai rata-
rata skor konsentrasi berpikir pada kelompok remaja yang memiliki kebiasaan
sarapan lebih tinggi dibandingkan yang kelompok remaja yang tidak terbiasa
sarapan. Penelitian longitudinal yang dilakukan selama 20 tahun pada anak di
Autralia menunjukkan kebiasaan tidak sarapan berisiko meningkatkan kadar total
kolesterol, kadar LDL, dan lingkar pinggang (Smith et al. 2010).
Berdasarkan hasil survei konsumsi pangan pada Riskesdas (2010), masih
banyak anak yang tidak terbiasa sarapan sehat. Analisis dari hasil survei yang
didapatkan diketahui bahwa dari 35 000 anak usia sekolah sekitar 26.1% sarapan
hanya dengan air minum dan 44.6% memperoleh asupan energi kurang dari 15%
kebutuhan gizi per hari. Menurut Hardinsyah (2015) tujuh dari sepuluh anak
Indonesia kekurangan gizi sarapan. Hal ini terjadi karena pemilihan makanan dan
minuman untuk sarapan tidak memenuhi standar gizi yang baik.
Hasil riset Nestle Indonesia (2012) menyatakan bahwa empat dari sepuluh
anak Indonesia mengonsumsi sarapan yang tidak bergizi, dimana jenis makanan
yang sering dikonsumsi untuk sarapan adalah nasi, rebusan umbi-umbian, mie,
biskuit, dan sereal yang tidak diimbangi dengan lauk yang mengandung protein dan
vitamin. Sedangkan jenis minuman yang paling sering dikonsumsi untuk sarapan
adalah air mineral, sirup, susu dengan kadar gula tinggi dan susu dengan kadar gula
rendah. Hal ini dikarenakan orang Indonesia memiliki kecenderungan melakukan
sarapan hanya untuk mengisi tenaga dan belum mengutamakan keseimbangan gizi.
Menurut Hardinsyah (2015), masyarakat kota pada dasarnya mampu untuk
sarapan bergizi, namun karena faktor gaya hidup membuat mereka jarang sarapan.
Hal ini terjadi karena waktu istrahat terbuang akibat terlalu banyak berjejaring
sosial, main games, atau menonton tv hingga larut malam, hasilnya mereka sering
telah bangun dan orangtua juga tidak sempat membuatkan sarapan. Waktu sarapan
yang baik adalah antara pukul 05.00 hingga 09.00 pagi dengan kadar tidak lebih
dari 300-400 kkal atau 25% dari kebutuhan energi harian sebesar 1400-1500 kkal.
Oleh karena itu, kebiasaan sarapan hendaknya dipertahankan dalam setiap keluarga
(Khomsan 2010). Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk menganalisis
kebiasaan sarapan terhadap konsentrasi belajar pada siswa di SMAN 5 Kota Bogor.
3

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-


pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian adalah :
1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dengan
konsentrasi belajar pada siswa SMAN 5 Kota Bogor ?
2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan gizi
sarapan dengan konsentrasi belajar pada siswa SMAN 5 Kota Bogor ?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis hubungan
kebiasaan sarapan dengan konsentrasi belajar pada siswa di SMAN 5 Kota Bogor.

Tujuan Khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik siswa yang meliputi jenis kelamin, usia, jumlah
uang saku, dan status gizi
2. Mengidentifikasi karakteristik keluarga siswa yang meliputi pendidikan orang
tua, pendapatan orang tua, pekerjaan orang tua, dan besar keluarga
3. Mengidentifikasi kebiasaan sarapan yang meliputi frekuensi sarapan, waktu
sarapan dan asupan sarapan
4. Mengidentifikasi kemampuan konsentrasi belajar siswa.
5. Menganalisis hubungan kebiasaan sarapan dengan konsentrasi belajar pada
siswa SMAN 5 Kota Bogor
6. Menganalisis hubungan tingkat kecukupan zat gizi sarapan dengan konsentrasi
belajar pada siswa SMAN 5 Kota Bogor

Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian antara lain:


1. Terdapat hubungan positif antara kebiasaan sarapan dengan konsentrasi belajar
pada siswa SMAN 5 Kota Bogor
2. Terdapat hubungan positif antara tingkat kecukupan zat gizi sarapan dengan
konsentrasi belajar pada siswa SMAN 5 Kota Bogor

Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini
adalah :
1. Bagi orang tua diharapkan dapat memberikan pengetahuan terkait pentingnya
sarapan sehingga diharapkan dapat membiasakan sarapan secara teratus
kepada anak-anaknya.
4

2. Bagi remaja penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan


mengenai pentingnya sarapan agar dapat menghindari dari permasalahan gizi
dan kesehatan, serta menjadi masukan bagi siswa untuk mengoptimalkan
asupan pangan dalam upaya peningkatan konsentrasi belajar.
3. Bagi pemerintah penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam perencanaan program perbaikan gizi untuk anak sekolah.
4. Bagi akademisi penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi landasan bagi pengembangan
penelitian-penelitian terutama di bidang gizi untuk remaja.

KERANGKA PEMIKIRAN

Masa remaja merupakan masa peralihan dari fase anak-anak ke fase dewasa
yang kebutuhan zat gizi yang lebih tinggi karena remaja masih mengalami masa
pertumbuhan dan adanya aktivitas fisik yang lebih tinggi. Makanan merupakan
suatu kebutuhan pokok untuk menunjang fase pertumbuhan dan perkembangan
tubuh bagi remaja (Bobak 2004). Kekurangan konsumsi makan baik secara
kualitatif maupun kuantitatif dapat menyebabkan terjadinya gangguan proses
metabolisme tubuh yang akan mengarah pada timbulnya masalah gizi (Adriani &
Wirjatmadi 2012).
Kebiasaan makan yang buruk serta kurangnya pengetahuan gizi dapat
menyebabkan masalah gizi pada remaja. Menurut beberapa kajian frekuensi makan
yang baik adalah tiga kali dalam sehari termasuk makan pagi atau yang biasa
disebut sarapan. Kebiasaan sarapan menjadi salah satu faktor eksternal yang
mempengaruhi konsentrasi belajar. Kebiasaan sarapan berkontribusi terhadap
pemenuhan kebutuhan energi harian, rata-rata konsumsi sarapan memenuhi 15-
30% kebutuhan harian. Sarapan berperan dalam pemenuhan kebutuhan glukosa
bagi tubuh, dimana penurunan kadar glukosa darah dapat mengganggu asupan
glukosa bagi otak. Glukosa darah merupakan satu-satunya penyalur energi bagi
otak supaya otak dapat bekerja optimal. Pemeliharaan kadar glukosa darah
merupakan faktor penting, khususnya untuk menjaga fungsi saraf terutama
berkaitan dengan pekerjaan yang memerlukan konsentrasi otak (Muchtar et al.
2011).
Kebiasaan sarapan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar merupakan kemampuan dalam
memfokuskan dan menjaga pikiran dalam bentuk perhatian terhadap suatu hal yang
sedang dipelajari. Konsentrasi belajar menjadi salah satu aspek penting yang
mendukung siswa untuk mencapai prestasi yang baik di sekolah. Konsentrasi ini
memegang peranan yang penting bagi anak sekolah untuk mengingat, merekam,
melanjutkan, dan mengembangkan materi pelajaran yang diperoleh di sekolah
(Aviana & Hidayah 2015).
Kemampuan konsentrasi belajar dapat diukur menggunakan daya tangkap
siswa selama pelajaran berlangsung di kelas. Kemampuan konsentrasi diukur
menggunakan Digit Symbol Substitution Test (DSST) (Groth-Marnat 2003).
Karakterisktik ubjek yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia,
besar uang saku, dan status gizi sedangkan karakteristik keluarga siswa terdiri dari
5

pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, pekerjaan orang tua, dan besar
keluarga. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kerangka pemikiran penelitian ini
digambarkan dalam skema berikut :

Karakteristik Siswa: Karakteristik Keluarga Siswa:


 Jenis Kelamin  Pendidikan Orang Tua
 Usia  Pendapatan Orang Tua
 Besar Uang saku  Pekerjaan Orang Tua
 Status Gizi (IMT/U)  Besar Keluarga

Kebiasaan Sarapan:
Konsumsi Pangan
 Frekuensi
 Waktu

Tingkat Kecukupan Zat Tingkat Kecukupan


Gizi Sarapan Zat Gizi Harian

Konsentrasi Belajar

Keterangan :

= Variabel yang dianalisis

= Variabel yang tidak dianalisis

= Hubungan yang dianalisis

= Hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pemikiran studi kebiasaan sarapan terhadap konsentrasi


belajar siswa SMAN 5 Kota Bogor
6

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study yaitu desain


penelitian yang dilakukan pada satu waktu. Lokasi penelitian dipilih secara
purposive di SMAN 5 Kota Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan
Mei 2018.

Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA di SMAN 5 Kota
Bogor, Jawa Barat sebanyak 216 siswa. Siswa diambil dari populasi dengan kriteria
inklusi yaitu berusia 15-18 tahun dan bersedia mengikuti penelitian dengan
menandatangani informed consent. Perhitungan sampel untuk teknik penarikan
contoh acak sederhana tanpa pemulihan sebagai berikut :

𝑛𝑜
𝑛 = 𝑛𝑜
1+ 𝑁
𝑆 𝛼
𝑛𝑜 = ( ̅ )2 t2 (v)
𝑋 2
r2
25
𝑛𝑜= ( )2 t0.025 (30)
57.37
(0.1)2
𝑛𝑜 = 0.1898 x (1.96)2
(0.1)2
𝑛𝑜 = 72.9
𝑛𝑜 72.9
𝑛 = 𝑛𝑜 = 72.9
1+ 1+
𝑁 216
𝑛 = 54.5 ≈ 55

Keterangan :
n = Besar siswa
𝑋̅ = Rata-rata skor Digit Symbol Substitution Test
S = Standar deviasi
r = Presisi relatif (0.1)
t0.025 (30) = 1.96
N = Ukuran Populasi
7

Jumlah siswa minimal yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan


menggunakan rumus adalah 55 siswa. Penentuan siswa dilakukan dengan cara
simple random sampling dan bersedia mengikuti penelitian dengan
menandatangani informed consent. Penelitian diawali dengan mengumpulkan data
karakteristik siswa dan karakteristik keluarga siswa. Pengambilan data kebiasaan
sarapan dilakukan menggunakan kuesioner kebiasaan sarapan yang diberikan
kepada masing-masing siswa.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
yang dikumpulkan meliputi karakteristik siswa, karakteristik keluarga siswa, dan
data konsumsi pangan siswa, data kebiasaan sarapan siswa, dan data konsentrasi
belajar siswa. Data karakteristik siswa meliputi nama, usia, besar uang saku, dan
status gizi (IMT/U) sedangkan karakterikstik keluarga siswa meliputi pendidikan
orang tua, pendapatan orang tua, pekerjaan orang tua, serta besar keluarga siswa.
Data sekunder yang dikumpulkan adalah gambaran umum lokasi penelitian yang
diperoleh dari begaian tata usaha SMAN 5 Kota Bogor.
Data karakteristik siswa, karakteristik orang tua, serta kebiasaan sarapan siswa
didapatkan melalui pengisian kuisioner. Data konsumsi pangan siswa diperoleh
melalui wawancara menggunakan metode food recall 2x24 jam yaitu pada hari
sekolah dan hari libur dan food record sarapan selama satu minggu. Data
konsentrasi belajar siswa diperoleh melalui skor pengukuran menggunakan
instrumen Digit Symbol Substitution Test (DSST). Variabel, jenis data, dan cara
pengumpulan data secara ringkas disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1 Nama variabel, jenis data dan cara pengumpulan data


No Variabel Jenis Data Cara pengumpulan data
1. Karakteristik siswa  Jenis kelamin Pengisian kuesioner
 Usia oleh siswa dipandu
 Besar uang saku peneliti dan pengukuran
 Status gizi (BB, TB) antropometri
2. Karakteristik  Pendidikan orang tua Pengisian kuesioner
keluarga  Pendapatan orang tua oleh siswa dipandu
 Pekerjaan orang tua peneliti
 Besar keluarga

3. Kebiasaan sarapan  Frekuensi sarapan Wawancara


 Waktu sarapan menggunakan kuesioner
 Asupan zat gizi kebiasaan sarapan dan
sarapan food record sarapan
sehari
4. Konsumsi pangan  Jenis pangan Wawancara
 Berat pangan menggunakan metode
 Asupan zat gizi harian food recall 2x24 jam
8

Tabel 1 Nama variabel, jenis data dan cara pengumpulan data (lanjutan)
No Variabel Jenis Data Cara pengumpulan data
5. Konsentrasi belajar  Skor tes Pengukuran
menggunakan digit
substitution symbol test
(DSST)

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan program komputer


yang meliputi coding, entry, editing, cleaning data, dan analisis data. Data yang
terkumpul diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia dengan
menggunakan program WHO AntroPlus 1.0.4 version, Microsoft Excel 2013 dan
Statistical Program for Social Science (SPSS) 16.0 for Windows, Daftar Komposisi
Bahan Makanan 2007, dan Angka Kecukupan Gizi 2013.
Data karakteristik siswa, karakteristik orang tua, serta kebiasaan sarapan siswa
didapatkan melalui pengisian kuisioner diisi oleh siswa. Data jenis kelamin
dikategorikan menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Data usia siswa
menggunakan satuan tahun dan bulan yang diolah menggunakan software WHO
Antro Plus. Data besar uang saku dikategorikan berdasarkan sebaran uang saku
siswa dalam satuan Rp/hari yang diolah dengan mencari nominal rata-rata. Nominal
rata-rata tersebut kemudian digunakan sebagai cut off untuk kategori besar uang
saku, yaitu rendah, cukup, dan lebih. Data status gizi didapatkan berdasarkan
pengukuran berat badan dan tinggi badan kemudian dimasukkan ke dalam software
WHO Antro Plus 1.0.4 version dan dikonversikan ke dalam bentuk z-score.
Kategori Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Anak usia 15-18 tahun,
yaitu sangat kurus (z <-3), kurus (-3≤ z ≤-2), normal (-2< z ≤1), gemuk (1< z ≤2),
dan obesitas (z >2) (WHO 2007).
Karakteristik keluarga siswa meliputi pendidikan orang tua, pekerjaan
orang tua, pendapatan orang tua, dan besar keluarga. Pendidikan orang tua
dikategorikan berdasarkan pendidikan terakhir dari orang tua siswa meliputi tidak
sekolah, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan D3/S1. Pekerjaan orang
tua dikategorikan berdasarkan pekerjaan orang tua siswa meliputi tidak bekerja,
buruh, karyawan swasta, wiraswasta, PNS, TNI/POLRI, dan lainnya. Pendapatan
orang tua dikategorikan menurut sebaran data, yaitu rendah (<Rp 6 00 000/bulan),
cukup (Rp 6 000 000-10 000 000/bulan), dan tinggi (≥10 000 000/bulan). Besar
keluarga terdiri dari keluarga inti (ayah, ibu, anak) dan saudara yang tinggal di
rumah maupun di luar rumah yang menjadi tanggungan keluarga (misalnya nenek,
paman, bibi, dsb). Besar keluarga dikelompokkan berdasarkan kategori kecil (≤4
orang), sedang (5-6 orang), dan besar (≥7 orang) (BkkbN 2009).
Data kebiasaan sarapan meliputi frekuensi sarapan dan waktu sarapan
diperoleh menggunakan kuesioner kebiasaan sarapan. Menurut Yang et al. (2006),
frekuensi sarapan dibagi menjadi tidak teratur (<5 kali per minggu) dan teratur (≥ 5
kali per minggu). Waktu sarapan dikategorikan menjadi sebelum pukul 9.00 dan setelah
pukul 9.00. Asupan zat gizi sarapan diperoleh melalui pengolahan estimasi jumlah
makanan serta minuman yang dikonsumsi siswa saat sarapan yang diperoleh dari
wawancara food record sarapan sehari, kemudian dikonversikan ke dalam kandungan
9

zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan dirata-
ratakan.
Data konsumsi pangan diperoleh melalui wawancara food recall 2x24 jam
saat hari sekolah dan hari libur. Wawancara food recall 2x24 jam dilakukan kepada
siswa untuk mengestimasi makanan dan minuman yang telah dikonsumsi dalam
waktu 24 jam sebelumnya, baik pada hari sekolah maupun hari libur. Jumlah
makanan serta minuman yang telah diestimasi kemudian dikonversikan ke dalam
kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan
(DKBM) kemudian dirata-ratakan sehingga diketahui asupan zat gizi dan cairan
siswa. Rumus umum perhitungan kandungan zat gizi sebagai berikut.

KGij = {(Bj/100) x (Gij) x (BDDj/100)}

Keterangan:
KGij = Konversi zat gizi-i dalam bahan makanan-j
Bj = Berat bahan makanan-j yang dikonsumsi (g)
Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan-j
BDD = bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan

Setelah asupan zat gizi (energi, protein, karbohidrat, lemak dan Fe) siswa
dihitung, kemudian Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) zat gizi tersebut dihitung.
Tingkat kecukupan asupan zat gizi sarapan dikategorikan menjadi tiga kategori,
yaitu kurang (<15% AKG), cukup (15-30% AKG), dan lebih (>30% AKG). Rumus
yang digunakan untuk menghitung TKG adalah sebagai berikut.

TKG (%) = asupan zat gizi/AKG x 100

Konsentrasi belajar siswa dinilai melalui pengukuran menggunakan


instrumen digit symbol substitution test (DSST), di mana pada bagian atas kertas
terdapat sembilan angka yang berpasangan dengan digit-symbol tertentu. Jumlah
kotak digit-symbol yang terisi sesuai dengan pasangan angka acak maka itu yang
diberi skor benar (McLeod et al. 1982). Pengukuran dilakukan pada pukul 07.15
pagi yaitu 55 menit setalah siswa melakukan sarapan di mana rata-rata siswa
sarapan pada pukul 06.20 pagi sebelum merka berangkat sekolah.
Tes konsentrasi ini hanya membutuhkan pensil, kertas dan waktu
pengerjaan selama 90 detik. Siswa diberikan kertas, dimana pada bagian atasnya
terdapat sembilan angka yang berpasangan dengan digit-symbol tertentu. Pada
bagian lain disediakan kotak yang sudah tercantum angka-angka acak dan kotak
kosong. Siswa harus mengisi 90 kotak kosong tersebut dengan digit-symbol yang
sesuai dengan pasangan angka acak. Jumlah kotak digit-symbol yang terisi sesuai
dengan pasangan angka acak maka itu yang diberi skor benar (McLeod et al. 1982).
Semakin banyak kolom terisi dan benar maka semakin baik konsentrasi siswa.
10

Pengkategorian konsentrasi belajar dibagi menjadi kurang (skor <63) dan baik (skor
≥63). Pengkategorian data dari variabel penelitian disajikan secara ringkas pada
Tabel 2.

Tabel 2 Pengkategorian data dari variabel penelitian


Variabel Jenis Data Kategori Sumber
Karakteristik  Jenis 1. Laki-laki Sebaran data
siswa kelamin 2. Perempuan

 Usia 15-18 tahun Sebaran data

 Besar uang 1. Rendah (Rp<20 000) Sebaran data


saku 2.Cukup (Rp 20 000-30 000)
3. Tinggi (Rp >30 000)

 Status gizi 1. Sangat kurus (z <-3) WHO 2007


(IMT/U) 2. Kurus (-3≤ z ≤-2)
3. Normal (-2< z ≤1)
4. Gemuk (1< z ≤2)
5. Obesitas (z >2)

Karakteristik  Pendidikan 1. Tidak sekolah Sebaran data


keluarga orang tua 2. SD/sederajat
3. SMP/sederajat
4. SMA/sederajat
5. D3
6. S1
7. S2

 Pendapatan 1. Rendah Sebaran data


orang tua (<Rp 6 000 000,00/bulan)
2. Cukup
(Rp 6 000 000-10 000
000,00/bulan)
3. Tinggi
(>10 000 000,00/bulan)

 Pekerjaan 1. Tidak bekerja


orang tua 2. Buruh
3. Wiraswasta
4. Karyawan swasta
5. PNS
6. TNI/POLRI

 Besar 1. Kecil (≤ 4 orang) BkkbN 2009


keluarga 2. Sedang (5-6 orang)
3. Besar (≥ 7 orang)
11

Tabel 2 Pengkategorian data dari variabel penelitian (lanjutan)


Variabel Jenis Data Kategori Sumber
Kebiasaan  Frekuensi 1.Tidak rutin (< 5 Yang et al.
sarapan sarapan kali/minggu) 2006
2. Rutin (≥5 kali/minggu)

 Waktu 1. Setelah pukul 9.00 Kemenkes


sarapan 2. Sebelum pukul 9.00 2014

 Tingkat 1. Kurang (<15% AKG) Kemenkes


kecukupan 2. Cukup (15-30% AKG) 2014
zat giz 3. Lebih (>30% AKG)

Konsentrasi Skor DSST 1. Kurang (< 63) Mean data


belajar 2. Baik (≥ 63)

Definisi Operasional

Asupan zat gizi sarapan adalah zat gizi (energi, protein, lemak, dan karbohidrat)
yang berasal dari konsumsi pangan siswa saat sarapan yang dapat memenuhi
15-30% kebutuhan harian dengan pengisian food record.
Digit symbol substitution test adalah tes untuk mengukur kemampuan konsentrasi
siswa, metodenya adalah siswa mengisi kotak kosong dengan digit-symbol
yang sesuai dengan pasangan angka acak. Tes terdiri dari 90 kotak kosong
dengan waktu pengerjaan 90 detik.
Frekuensi sarapan menyatakan berapa kali siswa sarapan selama satu minggu
yang dijustifikasi dengan pengisian food record oleh siswa.
Karakteristik siswa adalah keadaan umum siswa berdasarkan jenis kelamin, usia,
besar uang saku, dan status gizi siswa.
Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga siswa yang digambarkan melalui
pendidikan orang tua pendapatan rang ua, pekerjaan orang tua, dan besar
keluarga.
Kebiasaan sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan mulai dari
bangun tidur di pagi hari sampai jam 9 yang memenuhi sekitar 15-30%
kebutuhan gizi sehari digambarkan dengan frekuensi sarapan dan waktu
sarapan.
Konsentrasi belajar adalah kemampuan memusatkan perhatian siswa yang erat
kaitannya dengan memori (ingatan) pada suatu situasi belajar, yang dinilai
melalui digit symbol substitution test (DSST). Skor konsentrasi dinilai
berdasarkan jumlah kotak yang terisi dan benar dalam waktu 90 detik.
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan mulai dari bangun
tidur di pagi hari sampai jam 09.00 untuk memenuhi sekitar 15-30%
kebutuhan gizi sehari.
Tingkat kecukupan zat gizi sarapan adalah perbandingan antara konsumsi zat
gizi sarapan dengan tingkat kebutuhan gizi harian siswa.
Waktu sarapan adalah waktu siswa terbiasa mengonsumsi sarapan yang
dikategorikan setelah jam 09.00 dan sebelum jam 09.00.
12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Negeri 5 Kota Bogor adalah sekolah negeri yang berlokasi di Jalan
Manunggal No. 22 Kecamatan Bogor Barat. SMAN 5 Kota Bogor didirikan pada
tanggal 14 Juli 1981 dan pada saat itu belum memiliki gedung sendiri sehingga
menumpang di SMP Negeri 6 Kota Bogor. Fasilitas yang terdapat di SMAN 5 Kota
Bogor antara lain ruang belajar, ruang perpustakaan, laboratorium, ruang OSIS,
ruang kesehatan (UKS), lapangan upacara, masjid, Gedung Olahraga (GOR),
kantin, serta pos satpam. Salah satu sekolah negeri ini sudah banyak menorehkan
prestasi baik dibidang akademik maupun non akademik.
Kegiatan besar yang sering diadakan oleh OSIS SMAN 5 kota Bogor, antara
lain La sastra 5 dan Sirah 5. La sastra 5 sendiri merupakan suatu lomba bahasa dan
sastra yang setiap tahunnya diselenggarakan oleh OSIS. Sedangkan, Sirah 5
merupakan kegiataan keislaman dimana OSIS bekerja sama dengan ithri. Hal yang
melatarbelakangi adanya kegiatan sirah 5 ini yaitu ingin membantu meningkatkan
pemahaman siswa terhadap agama islam, karena dilihat bahwa minimnya sebuah
kegiatan yang menaungi kreativitas siswa. Kegiatan yang dijadikan ikon SMAN 5
Kota Bogor ini telah banyak menciptakan generasi-generasi muda yang cinta akan
Bahasa Indonesia. SMAN 5 Kota Bogor memiliki 2 program studi, yaitu program
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk kelas X,
XI, dan XII. Jumlah peserta didik pada tahun ajaran 2017/2018 sebanyak 980 siswa,
yang terdiri dari 322 siswa kelas X, 339 siswa kelas XI, dan 319 siswa kelas XII.

Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis


kelamin, usia, uang saku dan status gizi siswa. Siswa yang digunakan dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA SMAN 5 Kota Bogor yang berjumlah
sebanyak 55 orang. Pemilihan siswa dilakukan dengan simple random sampling.
Siswa diambil dari populasi dengan memenuhi kriteria inklusi yaitu rentang usia
15-18 tahun dan bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed
consent. berikut sebaran siswa berdasarkan karakteristik subjek disajikan pada
Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan karakteristik


Kategori n %
Usia
15 tahun 33 60.0
16 tahun 22 40.0
Total 55 100.0
Rata-rata ±SD 15.4 ± 0.49
13

Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan karakteristik (lanjutan)


Kategori n %
Jenis Kelamin
Perempuan 23 41.8
Laki-laki 32 58.2
Total 55 100.0
Status Gizi
Sangat kurus 0 0
Kurus 2 3.6
Normal 39 70.9
Gemuk 11 20.0
Obesitas 3 5.5
Total 55 100.0
Rata-rata z-score± SD 0.11 ± 1.20
Besar uang saku
Rendah (Rp <20 000) 6 10.9
Cukup (Rp 20 000 - 30 000) 33 60.0
Tinggi ( Rp > 30 000) 16 29.1
Total 55 100.0
Rata-rata ± SD Rp 42 735 ± 86 424

Siswa dalam penelitian ini berusia antara 15-16 tahun dengan rata-rata usia
15.4 tahun. Sebagian besar siswa (60%) berusia 15 tahun dan tergolong dalam
kategori remaja. Menurut Adriani & Wijatmadi (2012), masa remaja merupakan
masa transisi yang melibatkan berbagai perubahan mulai dari perubahan hormonal,
koognitif, dan emosional. Semua perubahan yang terjadi sangat membutuhkan zat
gizi secara khusus sehingga penting untuk memperhatikan kebutuhan gizi masa
remaja.
Jumlah siswa yang berjenis kelamin laki-laki lebih besar (58.2%)
dibandingkan siswa yang berjenis kelamin perempuan (41.8%). Pengukuran status
gizi menggunakan metode antropometri, yaitu pengukuran berat badan dan tinggi
badan. Berdasarkan WHO (2007), penilaian status gizi anak usia 5-18 tahun
dihitung menggunakan z score kemudian dikategorikan berdasarkan Indeks Massa
Tubuh menurut umur (IMT/U), yaitu sangat kurus (z <-3), kurus (-3≤ z ≤-2), normal
(-2< z ≤1), gemuk (1< z ≤2), dan obesitas (z >2). Siswa penelitian terdiri atas anak
dengan status gizi kurus, normal, gemuk, dan obesitas, tidak terdapat siswa yang
memiliki status gizi sangat kurus. Sebagian besar siswa (70.9%) memiliki ststus
gizi normal dengan rata-rata z score 0.11.
Rata-rata uang saku siswa adalah Rp 42 735 per hari. Kategori uang saku
siswa dikelompokkan berdasarkan sebaran uang saku siswa per hari, yaitu rendah
(Rp < 20 000), cukup (Rp 20 000-30 000), dan tinggi (Rp ≥ 30 000). Sebagian
besar siswa (60%) termasuk ke dalam kategori yang memiliki uang saku cukup.
Alokasi uang saku tidak hanya untuk konsumsi pangan, namun juga dialokasikan
untuk kebutuhan lainnya seperti pulsa, perlengkapan alat tulis dan buku, dan
sebagian juga ada yang ditabung.
14

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Siswa

Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga siswa yang digambarkan


melalui pendidikan orang tua pendapatan rang ua, pekerjaan orang tua, dan besar
keluarga. Karakteristik sosial ekonomi keluarga siswa meliputi pendidikan orang
tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, serta besar keluarga. Berikut sebaran
siswa berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga siswa dapat dilihat pada
Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga


Kategori n %
Pendidikan Ayah
SMP/Sederajat 1 1.8
SMA/Sederajat 9 16.4
D3 5 9.1
S1 29 52.7
S2 10 18.2
S3 1 1.8
Total 55 100.0
Pendidikan Ibu
SMP/Sederajat 1 1.8
SMA/Sederajat 14 25.5
D3 10 18.2
S1 24 43.6
S2 5 9.1
S3 1 1.8
Total 55 100.0
Pekerjaan Ayah
Tidak bekerja 3 5.4
Buruh 1 1.8
Wiraswasta 16 29.1
Karyawan swasta 22 40.0
PNS 11 20.0
TNI/Polri 2 3.6
Total 55 100.0
Pekerjaan Ibu
Ibu rumah tangga 29 52.7
Buruh 1 1.8
Wiraswasta 4 7.3
Karyawan swasta 7 12.7
PNS 14 25.5
Total 55 100.0
Pendapatan orang tua
Rendah (Rp 6 000 000) 11 20.0
Cukup (Rp 6 000 000-10 23 41.8
000 000)
Tinggi (Rp > 10 000 000) 21 38.2
15

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga


(lanjutan)
Total 55 100.0
Rata-rata ± SD Rp 12 704 545 ± 13 748 913
Besar keluarga
Kecil (≤ 4 orang) 29 52.7
Sedang (5-6 orang) 25 45.5
Besar (≥ 7 orang) 1 1.8
Total 55 100.0
Rata-rata ± SD 4.33 ± 1.06

Keluarga merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting


terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Pendidikan orang tua merupakan
salah satu dorongan bagi anak dalam membangun masa depannya. Umumnya, anak
dari keluarga yang berpendidikan akan lebih percaya diri dan lebih berpengalaman
dibandingkan dengan anak yang kurang berpendidikan. Tabel di atas menunjukkan
sebagian besar orang tua siswa memiliki jenjang pendidikan terakhir yaitu S1 baik
ayah (52.7%) maupun ibu (43.6%). Penelitian oleh Dickson et al. (2016),
mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan orang tua maka akan berpengaruh
terhadap kemampuan dalam mendidik dan merawat anak sehingga anak akan
memiliki kemampuan akademik yang lebih tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian
Khan et al. (2015) yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif antara
tingkat pendidikan orang tua dengan kemampuan akademik yang dimiliki anak.
Pekerjaan orang tua dikategorikan menjadi tidak bekerja/ibu rumah tangga,
buruh, wiraswasta, karyawan swasta, PNS, dan TNI/POLRI. Tabel 4 menunjukkan
bahwa sebagian besar pekerjaan ayah (40%) adalah karyawan swasta dan sebagian
besar pekerjaan ibu (52.7%) sebagai ibu rumah tangga (IRT). Pekerjaan ibu
berkaitan dengan penyediaan makanan untuk anak di rumah. Ibu yang tidak bekerja
lebih memiliki waktu untuk beraktivitas di rumah serta dapat merawat anak
(6.10±1.66 jam) dibandingkan dengan ibu yang bekerja (3.67±1.32 jam).
Kondisi sosial ekonomi keluarga berpengaruh terhadap pertumbuhan anak,
apabila kondisi sosial ekonomi keluarga rendah maka dapat menyebabkan
pertumbuhan anak menjadi terhambat yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti
kekurangan makan, kesehatan lingkungan, dan lain sebagainya (Adriani dan
Bambang 2012). Pendapatan orang tua adalah salah satu indikator utama status
sosial ekonomi keluarga. Pendapatan orang tua siswa dikategorikan berdasarkan
sebaran data, yaitu rendah (<Rp 6 000 000/bulan), cukup (Rp 6 000 000-10 000
000/bulan), dan tinggi (Rp >10 000 000/bulan). Tabel 4 menunjukkan bahwa
sebagian besar pendapatan orang tua siswa (41.8%) tergolong cukup. Besar
keluarga memiliki pengaruh terhadap jumlah pangan yang dikonsumsi antar
anggota keluarga. Semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak jumlah
kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi, termasuk kebutuhan pangan keluarga
(Adiana et al. 2012). Menurut BkkBN (2009), besar keluarga dikelompokkan
beradsarkan kategori kecil (≤ 4 orang), sedang (5-6 orang), dan besar (≥ 7 orang).
Berdasarkan tabel 5, sebagian besar siswa (52.7%) memiliki besar keluarga yang
tergolong kecil.
16

Kebiasaan Sarapan

Frekuensi Sarapan
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan saat seseorang
mulai bangun tidur sampai pukul 09.00 yang dapat memenuhi kebutuhan gizi harian
sebesar 15-30% untuk mewujudkan hidup sehat, aktif dan cerdas (Perdana &
Hardinsyah 2012). Frekuensi sarapan dalam penelitian ini adalah jumlah sarapan
yang dilakukan subjek dalam satu minggu terakhir. Adapun sebaran siswa
berdasarkan karakteristik kategori sarapan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan frekuensi sarapan


Frekuensi sarapan n %
Tidak rutin (<5 kali/minggu) 21 38.2
Rutin (≥5 kali/minggu) 34 61.8
Total 55 100.0

Frekuensi sarapan berkontribusi untuk meregulasi selera makan dan


mencegah penyakit obesitas (Pereira et al. 2011). Tabel 5 di atas menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa (61.8%) yang melakukan secara rutin. Menurut
Rampersaud et al. (2005), anak yang tidak mengonsumsi sarapan secara rutin dapat
berpengaruh terhadap pada angka kehadiran di kelas, penurunan daya ingat jangka
pendek, dan juga dapat berujung pada penurunan prestasi belajar di kelas.
Meninggalkan sarapan dapat berisiko pada peningkatan berat badan karena memicu
rasa ingin mengonsumsi makanan dengan jumlah yang lebih banyak seperti
konsumsi yang berlebihan pada siang hari (Millimet 2010).

Waktu Sarapan
Sarapan yang baik apabila dilakukan antara pukul 05.00 sampai pukul
09.00 pagi atau sebelum beraktivitas (Hardinsyah 2015). Sarapan dilakukan pada
pada pagi hari bukan menjelang makan siang dan tidak perlu dibedakan antara hari
sekolah dengan hari libur (Hardinsyah et al. 2012). Sebaran siswa berdasarkan
waktu sarapan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan waktu sarapan


Waktu sarapan n %
Setelah pukul 09.00 7 12.7
Sebelum pukul 09.00 48 87.3
Total 55 100.0

Tabel 6 menunjukkan mayoritas siswa (87.3%) melakukan sarapan sebelum


pukul 09.00 pagi. Menurut Khomsan (2005), sarapan sebaiknya dilakukan sebelum
belajar atau melakukan aktivitas di sekolah agar mencukupi energi untuk
beraktivitas dan berpikir. Siswa melakukan sarapan sebelum pukul 09.00
dikarenakan pada pukul 07.00 kegiatan belajar mengajar di sekolah dimulai.
Anak yang tidak terbiasa melakukan sarapan pagi dapat disebabkan karena
kebiasaan tidak sarapan yang dibangun oleh keluarga yang memang tidak terbiasa
melakukan sarapan pagi. Selain faktor keluarga terdapat faktor fisiologis yang
17

menyebabkan anak menjadi malas sarapan dan karena faktor biologis dimana anak
menjadi sering sakit perut setelah sarapan. Apabila tidak terbiasa melakukan
sarapan pagi makan akan menyebabkan kondisi lambung menjadi kosong dan dapat
menimbulkan efek yang negatif bagi tubuh apabila dibiarkan secara terus menerus
(Rivyana 2016).

Tingkat Kecukupan Zat Gizi Sarapan

Kebutuhan gizi sarapan sebaiknya memenuhi 15-30% AKG. Asupan zat


gizi sarapan pada penelitian ini adalah energi, protein, lemak, dan karbohidrat.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) menyebutkan bahwa kecukupan energi remaja
perempuan usia 13-18 tahun adalah 2125 kkal, protein 69 gram untuk kelompok
usia 13-15 tahun dan 59 gram untuk kelompok usia 16-18 tahun, lemak 71 gram,
karbohidrat 292 gram. Sedangkan AKG pada laki-laki usia 13-15 tahun adalah 2475
kkal, protein 72 gram, lemak 83 gram, dan karbohidrat 340 gram dan untuk usia
16-18 tahun energi sebesar 2675 kkal, protein 66 gram, lemak 89 gram, dan
karbohidrat 368 gram.
Kebutuhan gizi sarapan siswa yang membuhi 15-30% AKG untuk remaja
perempuan usia 13-15 tahun yaitu 319-638 kkal, 10.4-20.7 g protein, 10.7-21.3 g
lemak, dan 43.8-87.6 g karbohidrat. Kemudian, untuk remaja perempuan usia 16-
18 tahun yaitu 319-638 kkal, 8.9-20.7 g protein, 10.7-21.3 g lemak, 43.8-87.6 g
karbohidrat. Kebutuhan gizi sarapan remaja laki-laki usia 13-15 tahun yaitu 371-
743 kkal, 10.8-21.6 g protein, 12.5-24.9 g lemak, dan 51-102 g karbohidrat.
Sedangkan, untuk remaja laki-laki usia 16-18 tahun yaitu 401-803 kkal, 9.9-19.8 g
protein, 13.4-26.7 g lemak, dan 55.2-110.4 g karbohidrat. Berikut sebaran siswa
berdasarkan kontribusi asupan zat gizi sarapan pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan kontribusi asupan zat gizi sarapan


Tingkat kecukupan zat gizi n %
Energi
Kurang (< 15% AKG) 28 50.9
Cukup (15-30% AKG) 23 41.8
Lebih (>30% AKG) 4 7.3
Total 55 100.0
Rata-rata ± SD 16.2 ± 10.2
Rata-rata asupan energi ± SD (kkal) 409 ± 233.6
Protein
Kurang (< 15% AKG) 33 60.0
Cukup (15-30% AKG) 18 32.7
Lebih (>30% AKG) 4 7.3
Total 55 100.0
Rata-rata ± SD 13.4 ± 9.8
Rata-rata asupan protein ± SD (g) 9.7 ± 5.8
Lemak
Kurang (< 15% AKG) 37 67.3
Cukup (15-30% AKG) 15 27.3
Lebih (>30% AKG) 3 5.5
18

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan kontribusi asupan zat gizi sarapan


(lanjutan)
Tingkat kecukupan zat gizi n %
Total 55 100.0
Rata-rata ± SD 12.8 ± 10.9
Rata-rata asupan lemak ± SD (g) 11.0 ± 8.7
Karbohidrat
Kurang (< 15% AKG) 22 40.0
Cukup (15-30% AKG) 24 43.6
Lebih (>30% AKG) 9 16.4
Total 55 100.0
Rata-rata ± SD 18.3 ± 11.8
Rata-rata asupan karbohidrat ± SD (g) 62.7 ± 37.3

Kontribusi zat gizi sarapan dikategorikan menjadi tiga, yaitu kurang (<15%
AKG), cukup (15-30% AKG), dan lebih (>30% AKG) (Kemenkes 2014).
Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa sebagian besar siswa (50.9%) memiliki
tingkat kecukupan energi sarapan yang tergolong kurang dengan rata-rata konsumsi
energi sebesar 409 kkal. Sejalan dengan energi, kontribusi asupan protein sarapan
pada sebagian besar siswa (60%) tergolong kurang dengan rata-rata konsumsi
protein sebesar 9.7 gram. Sarapan dengan menu tinggi protein dapat menurunkan
selera makan sehingga dapat memperbaiki kualitas asupan makan pada kelompok
remaja yang obesitas, dikarenakan akan meningkatkan hormon ghrelin yang dapat
menstimulasi rasa lapar dan meningkatkan hormon PYY yang berkaitan dengan
rasa kenyang (Leidy et al. 2013).
Kontribusi asupan lemak pada saat sarapan sebagian besar siswa (67.3%)
masih sama seperti kontribusi asupan energi dan protein sarapan yaitu tergolong
kurang dengan rata-rata konsumsi sebesar 11.0 gram. Selanjutnya, kontribusi
asupan karbohidrat sarapan pada sebagian siswa (43.6%) tergolong cukup dengan
rata-rata konsumsi karbohidrat sebesar 62.7 gram. Manfaat dari sarapan dapat
mencegah hipoglikemia, mencegah dehidrasi setelah berpuasa, menstabilkan kadar
glukosa darah, serta dapat meningkatkan kemampuan dalam mengingat. Cadangan
sumber karbohidrat diperlukan untuk mengganti glukosa darah yang berkurang
selama tidur, karena pada saat tidur tubuh akan tetap melakukan proses oksidasi
dan metabolisme di dalam tubuh sehingga menyebabkan kadar glukosa darah
berkurang ketika pagi hari. Oleh sebab itu, berkurangnya kadar glukosa darah
hingga <70 mg/dL dapat menyebabkan tubuh menjadi lemas, pusing, gemetar, dan
juga penurunan konsentrasi belajar atau daya ingat (Gibson & Gunn 2011).

Tingkat Kecukupan Zat Gizi Harian

Kontribusi zat gizi harian dikategorikan menjadi lima, yaitu defisit berat
(<70% AKG), defisit sedang (70-79% AKG), defisit ringan (80-89% AKG), cukup
(90-119% AKG), dan lebih (≥ 120% AKG) ( Depkes 1996). Berdasarkan tabel
AKG, kecukupan energi remaja perempuan usia 13-18 tahun adalah 2125 kkal,
protein 69 gram untuk kelompok usia 13-15 tahun dan 59 gram untuk kelompok
usia 16-18 tahun, lemak 71 gram, karbohidrat 292 gram. Sedangkan AKG pada
19

laki-laki usia 13-15 tahun adalah 2475 kkal, protein 72 gram, lemak 83 gram, dan
karbohidrat 340 gram dan untuk usia 16-18 tahun energi sebesar 2675 kkal, protein
66 gram, lemak 89 gram, dan karbohidrat 368 gram. Sebaran siswa berdasarkan
kontribusi asupan zat gizi harian disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan kontribusi asupan zat gizi harian


Tingkat kecukupan zat gizi n %
Energi
Defisit berat (<70% AKG) 42 76.4
Defisit sedang (70-79% AKG) 5 9.1
Defisit ringan (80-89% AKG) 6 3.6
Cukup (90-119% AKG) 2 3.6
Lebih (≥ 120% AKG) 0 0.0
Total 55 100.0
Rata-rata ± SD 52 ± 21.3
Rata-rata asupan energi ± SD (kkal) 1309 ± 416.8
Protein
Defisit berat (<70% AKG) 48 87.3
Defisit sedang (70-79% AKG) 2 3.6
Defisit ringan (80-89% AKG) 4 7.3
Cukup (90-119% AKG) 0 0.0
Lebih (≥ 120% AKG) 1 1.8
Total 55 100.0
Rata-rata ± SD 47.3 ± 25.0
Rata-rata asupan protein ± SD (g) 33.8 ± 11.2
Lemak
Defisit berat (<70% AKG) 38 69.1
Defisit sedang (70-79% AKG) 7 12.7
Defisit ringan (80-89% AKG) 2 3.6
Cukup (90-119% AKG) 4 7.3
Lebih (≥ 120% AKG) 4 7.3
Total 55 100.0
Rata-rata ± SD 59.4 ± 47.3
Rata-rata asupan lemak ± SD (g) 49.2 ± 29.4
Karbohidrat
Defisit berat (<70% AKG) 39 70.9
Defisit sedang (70-79% AKG) 3 5.5
Defisit ringan (80-89% AKG) 6 10.9
Cukup (90-119% AKG) 7 12.7
Lebih (≥ 120% AKG) 0 0.0
Total 55 100.0
Rata-rata ± SD (%) 57.7 ± 24.7
Rata-rata asupan karbohidrat ± SD (g) 200.9 ± 75.7

Tingkat konsumsi makan ditentukan oleh kualitas dan kuantitas dari pangan
yang dikonsumsi. Kualitas pangan adalah terpenuhinya seluruh zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh, sedangkan kuantitas pangan merupakan jumlah zat gizi
yang dibutuhkan tubuh tubuh yang dapat tercukupi dari makanan yang dihidangkan.
20

Apabila kualitas dan kuantitas pangan sesuai dengan kebutuhan tubuh maka tubuh
akan mencapai kesehatan yang baik (Saputri et al. 2016). Berdasarkan Tabel 8 dapat
diketahui bahwa sebagian besar siswa (76.4%) memiliki tingkat kecukupan energi
yang termasuk kategori defisit berat dengan rata-rata konsumsi energi sebesar 1309
kkal dan rata-rata tingkat kecukupan energi adalah 52 ± 21.3. Mayoritas tingkat
kecukupan protein siswa (87.3%) termasuk kategori defisit berat dengan rata-rata
konsumsi protein sebesar 33.8 gram dan rata-rata tingkat kecukupan protein adalah
47.3 ± 25.0. Protein berfungsi sebagai zat pembangun, pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan, dan menggantikan sel-sel yang telah mati (Sediaoetama
2006).
Sejalan dengan energi dan protein, tingkat kecukupan lemak sebagian besar
(69.1%) tergolong defisit berat dengan rata-rata konsumsi lemak sebesar 49.2 gram
dan rata-rata tingkat kecukupan lemak adalah 59.4 ± 47.3. Disamping bermanfaat
untuk menyuplai energi, lemak terutama trigliserida juga berfungsi untuk
menyediakan cadangan energi bagi tubuh, pelindung organ, dan menyediakan
asam-asam lemak esensial (Mahan & Escott-Stump 2008). Kontribusi asupan
karbohidrat dalam sehari diketahui bahwa sebagian besar siswa (70.9%) tergolong
defisit berat dengan rata-rata konsumsi karbohidrat sebesar 200.9 gram dan rata-
rata tingkat kecukupan karbohidrat yaitu 57.7 ± 24.7.

Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar adalah memusatkan pikiran pada suatu hal yang sedang
dipelajari dengan menyampingkan hal-hal lain yang tidak berhubungan. Siswa yang
berkonsentrasi dapat dilihat dari tingkah lakunya ketika proses belajar mengajar
(Slameto 2010). Konsentrasi belajar dapat mempengaruhi daya serap pada siswa,
dalam hal ini konsentrasi belajar erat kaitannya dengan ingatan atau memori pada
siswa dan memegang peranan penting bagi siswa untuk mengingat, merekam,
melanjutkan, dan mengembangkan materi pelajaran yang disampaikan saat proses
pembelajaran di kelas (Syah 2014). Berikut sebaran siswa berdasarkan tingkat
konsentrasi belajar disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan tingkat konsentrasi belajar


Kategori konsentrasi n %
Kurang 30 54.5
Baik 25 45.5
Total 55 100.0
Rata-rata ± SD 63 ± 10.79

Tingkat kemampuan konsentrasi siswa diukur menggunakan Digit Symbol


Substitution Test (DSST). Salah satu subtes dari Weschler Adult Intelegence Scale
(WAIS) ini dapat mengukur performance IQ dan secara spesifik dapat mengukur
kemampuan konsentrasi, perhatian, koordinasi visual-motorik, serta memori visual
jangka pendek (Groth-Marnat 2003). Nilai realibilitas dari DSST yang mengukur
performance IQ ini yaitu dengan rentang sebesar 90-94% dan nilai validitasnya
sebesar 86%. Selain itu, menurut Kline (2000) DSST memiliki sensitivitas yang
cukup baik, yaitu sebesar 91% dengan nilai spesivitasnya sebesar 76%.
21

Kategori konsentrasi siswa dibagi menjadi dua yaitu kurang (skor <63) dan
baik (skor ≥ 63). Tabel 9 menunjukkan bahwa setengah dari siswa (45.5%)
memiliki nilai konsentrasi belajar yang baik dan siswa dengan nilai konsentrasi
yang kurang sebesar 54.5%. Rata-rata skor DSST siswa yaitu 63±10.79 dan lebih
tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Avitriwinar (2017),
yaitu sebesar 57.37±10.74. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi konsentrasi
belajar pada siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri sendiri berupa minat belajar yang
rendah, kondisi kesehatan yang buruk, waktu istrahat yang kurang dan asupan gizi
yang kurang. Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar yaitu keadaan lingkungan
seperti kondisi kelas, suasana yang kondusif, dan peralatan pendukung
pembelajaran (Olivia 2010).
Menurut Muchtar et al. (2011), beberapa faktor lain yang mempengaruhi
konsentrasi berfikir pada anak adalah faktor fisik pada saat dilakukan konsentrasi
misalnya kondisi kelelahan dan keadaan sakit yang dialami oleh siswa akan
mempengaruhi kemampuan saraf siswa. Faktor pengalaman dan pengetahuan juga
berpengaruh terhadap konsentrasi, sebelumnya apakah siswa sudah pernah
melakukan tes konsentrasi atau belum karena siswa akan memusatkan perhatian
pada objek yang belum bisa dikenali polanya sehingga pengalaman dan
pengetahuan siswa dapat memudahkan konsentrasi.

Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Konsentrasi Belajar

Hasil uji korelasi Spearmen pada Tabel 10 menunjukkan bahwa tidak


terdapat hubungan signifikan antara frekuensi sarapan (p=0.345, r=0.055) dan
waktu sarapan (p=0.158, r=0.138) dengan konsentrasi belajar pada siswa. Hal ini
disebabkan oleh sebagian besar siswa dengan frekuensi sarapan yang rutin dan
waktu sarapannya sebelum pukul 09.00 memiliki skor DSST yang rendah. Hipotesis
pada kebiasaan sarapan yaitu terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan dengan
konsentrasi belajar (H01:p=0), hasil penelitian menunjukkan bahwa rutin melakukan
sarapan sebelum jam 09.00 memiliki konsentrasi yang rendah (H11:p>0).

Tabel 10 Hubungan kebiasaan sarapan dengan konsentrasi belajar


Kebiasaan Konsentrasi belajar (%)
n Total p r
sarapan Baik Kurang
Frekuensi
Rutin 34 25.3 36.6 61.9
Tidak rutin 21 20.2 17.9 38.1 0.345 0.055
Total 45.5 54.5 100
Waktu
Sebelum
48 41.9 45.4 87.3
jam 09.00
Setelah 0.158 0.138
7 3.6 9.1 12.7
jam 09.00
Total 45.5 54.5 100
22

Sejalan dengan penelitian Adolphus et al. (2015) yang menjelaskan bahwa


tidak terdapat hubungan antara konsumsi sarapan secara rutin dengan kemampuan
konsentrasi siswa. Telah dilakukan penelitian oleh Amy (2008) dengan judul
pengaruh kenaikan glukosa darah terhadap peningkatan daya ingat jangka pendek.
Hasil yang didapatkan adanya peningkatan daya ingat jangka pendek 90 menit
setelah melakukan sarapan, hal ini disebabkan karena dibutuhkan waktu untuk
mengubah glukosa menjadi asetil KoA yang selanjutnya menjadi asetilkolin yang
merupakan salah satu neurotransmitter dalam sistem saraf. Asetil KoA ini berasal
dari asam piruvat hasil pemecahan karbohidrat (glukosa) yang dipecah dalam
proses glikolisis. Glukosa sangat terlibat dalam mekanisme daya ingat koognitif
(memori) seseorang, meskipun tidak mempengaruhi dan menambah tingkat
kecerdasan. Waktu pelaksanaan tes konsentrasi dengan menggunakan DSST
dilakukan 55 menit setelah siswa melakukan sarapan yaitu dari pukul 06.20 rata-
rata siswa melakukan sarapan dan tes dilakukan pada pukul 07.15 pagi.
Berdasarkan penelitian, sebagian besar siswa (85.5%) terbiasa melakukan
sarapan pagi dan sebanyak 74.5% melakukan sarapan di sekolah dengan membawa
bekal sarapan yang telah disediakan dari rumah. Sedangkan, saat penelitian
dilakukan hanya 78.2% siswa yang melakukan sarapan dan sisanya sebanyak
21.8% tidak melakukan sarapan. Hal ini disebabkan karena siswa tidak sempat
untuk melakukan sarapan karena terburu-buru berangkat sekolah dan juga karena
siswa tidak terbiasa melakukan sarapan pagi.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi konsentrasi belajar adalah faktor
eksternal yang meliputi lingkungan, guru, dan masyarakat, sedangkan faktor
internal diantaranya yaitu genetik, bakat, dan intelegensi anak. Faktor lingkungan
fisik seperti suara pencahayaan, temperatur, dan desain belajar memiliki pengaruh
besar terhadap konsentrasi belajar pada anak (Slameto 2015). Selain itu, faktor guru
yang kurang memotivasi anak untuk belajar juga dapat mempengaruhi semangat
belajar dan konsentrasi anak berkurang. Faktor yang lain yaitu faktor masyarakat
dan kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal anak akan mempengaruhi
konsentrasi beajar anak (Nugroho 2013).

Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Sarapan dengan Konsentrasi


Belajar

Hasil uji korelasi Spearmen menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi


(p=0.048, r=0.227) protein (p=0.021, r=0.274), dan karbohidrat sarapan (p=0.032,
r=0.252) siswa berhubungan signifikan dengan konsentrasi belajar. Hasil tersebut
menjelaskan bahwa semakin baik kualitas asupan energi, protein dan karbohidrat
sarapan siswa maka semakin baik konsentrasi belajar siswa. Tingkat kecukupan gizi
sarapan, hipotesis pada tingkat kecukupan gizi sarapan yaitu terdapat hubungan antara
tingkat kecukupan gizi sarapan dengan konsentrasi belajar (H02:p=0), hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat kecukupan lemak sarapan
dengan konsentrasi belajar (H12:p<0) dan terdapat hubungan antara tingkat kecukupan
energi, protein, dan karbohidrat sarapan dengan konsentrasi belajar (H12:p>0).
23

Tabel 11 Hubungan tingkat kecukupan gizi sarapan dengan konsentrasi belajar


Konsentrasi belajar (%)
Tingkat kecukupan gizi Total p r
Baik Kurang
Tingkat kecukupan energi
Kurang (<15% AKG) 25.5 25.5 51
Cukup (15-30% AKG) 18.1 23.5 41.7 0.048 0.227
Lebih (>30% AKG) 1.7 5.6 7.3
Total 45.5 54.5 100
Tingkat kecukupan protein
Kurang (<15% AKG) 30.9 29.1 60
Cukup (15-30% AKG) 12.7 20 32.7 0.021 0.274
Lebih (>30% AKG) 1.9 5.4 7.3
Total 45.5 54.5 100
Tingkat kecukupan karbohidrat
Kurang (< 15% AKG) 20 21.8 41.8
Cukup (15-30% AKG) 16.4 25.5 41.8 0.032 0.252
Lebih (>30% AKG) 9.1 7.3 16.4
Total 45.5 54.5 100

Penelitian ini menghasilkan hubungan positif baik tingkat kecukupan


energi, protein maupun karbohidrat sarapan (p=0.048, r=0.227, p=0.021, r=0.274,
dan p=0.032, r=0.252). Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik asupan energi,
protein, dan karbohidrat maka semaik baik pula konsentrasi belajarnya.

Tabel 12 Hubungan tingkat kecukupan gizi sarapan dengan konsentrasi belajar


Konsentrasi belajar (%)
Tingkat kecukupan gizi Total p r
Baik Kurang
Tingkat kecukupan energi
Kurang (< 15% AKG) 25.5 25.5 51
Cukup (15-30% AKG) 18.1 23.5 41.7 0.048 0.227
Lebih (>30% AKG) 1.7 5.6 7.3
Total 45.5 54.5 100
Tingkat kecukupan protein
Kurang (< 15% AKG) 30.9 29.1 60
Cukup (15-30% AKG) 12.7 20 32.7 0.021 0.274
Lebih (>30% AKG) 1.9 5.4 7.3
Total 45.5 54.5 100
Tingkat kecukupan lemak
Kurang (< 15% AKG) 38.2 29.1 67.3
Cukup (15-30% AKG) 5.5 21.8 27.3 0.232 0.101
Lebih (>30% AKG) 1.8 3.6 5.4
Total 45.5 54.5 100
Tingkat kecukupan karbohidrat
Kurang (< 15% AKG) 20 21.8 41.8
Cukup (15-30% AKG) 16.4 25.5 41.8 0.032 0.252
Lebih (>30% AKG) 9.1 7.3 16.4
Total 45.5 54.5 100
24

Tingkat kecukupan energi sarapan berhubungan signifikan dengan


konsentrasi belajar. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Handayani et al. (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara asupan energi sarapan dengan tingkat konsentrasi menggunakan digit symbol
subtitution test. Dalam hal ini, jenis sarapan pagi dan jumlah sarapan akan
mempengaruhi kemampuan konsentrasi belajar pada anak dimana sarapan yang
baik adalah yang mengandung cukup energi yang dikonsumsi pada pagi hari karena
kandungan energi tersebut akan merangsang otak, sehingga dapat meningkatkan
konsentrasi belajar (Pustika 2015). Hasil ini juga sejalan dengan penelitian
Kuprasetia (2016) yang menunjukkan terdapat hubungan positif antara asupan
protein dengan konsentrasi belajar siswa.
Selain itu, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ahmadi et al. (2009) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara asupan
karbohidrat dengan daya ingat sesaat siswa. Karbohidrat dalam bentuk glukosa
merupakan sumber energi yang baik bagi otak dan susunan saraf. Menurut
Hardinsyah dan Supariasa (2016), otak dan jaringan saraf sangat bergantung pada
glukosa karena dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan energi sehingga
ketersediaan glukosa harus tetap terjaga bagi kesehatan jaringan otak dan tubuh.
Otak perlu mendapatkan pasokan glukosa dalam jumlah yang cukup melalui
peredaran darah di dalam tubuh, karena glukosa penting agar memudahkan dalam
berkonsentrasi serta sebagai sumber utama bagi otak untuk dapat bekerja secara
optimal sehingga anak dapat meningkatkan prestasi belajar di sekolah (Arifah
2016). Menurut Khomsan (2003), tidak adanya suplai energi dari karbohidrat akan
berdampak pada kondisi tubuh sehingga menjadi lemah dan kurangnya konsentrasi
belajar, dan hal ini dapat menyebabkan penurunan prestasi belajar pada anak.
Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa tingkat kecukupan lemak dalam
penelitian tidak berhubungan signifikan dengan konsentrasi belajar (p=0.232).
Penelitian yang dilakukan oleh Cantika et al. (2017) menyebutkan bahwa tidak
terdapat hubungan signifikan antara asupan lemak sarapan dengan performa
koognitif. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Arifah (2016) juga
menyatakan bahwa asupan lemak sarapan tidak berhubungan signifikan dengan
konsentrasi belajar. Hal ini disebabkan karena pada kelompok siswa dengan tingkat
kecukupan lemak sarapan yang tergolong lebih memiliki skor DSST baik dengan
nilai konsentrasi belajar yang kurang maupun yang baik memiliki proporsi nilai
yang hampir sama.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Siswa dalam penelitian sebagian besar berusia 15 tahun, sebanyak 58.2%


siswa berjenis kelamin laki-laki, memiliki status gizi normal, dan memiliki uang
saku dengan kategori cukup dan rata-rata Rp 42 735 per hari. Pendidikan terakhir
orang tua sebagian besar adalah S1. Pekerjaan ayah siswa mayoritas karyawan
swasta dan ibu sebagai ibu rumah tangga (IRT). Pendapatan orang tua siswa
25

tergolong cukup dengan besar keluarga termasuk ke dalam kategori kecil. Hampir
seluruh siswa melakukan sarapan sebelum pukul 09.00 pagi dengan frekuensi rutin.
Sebagian besar siswa (85.5%) terbiasa melakukan sarapan pagi, namun pada saat
penelitian dilakukan hanya 78.2% siswa yang melakukan sarapan karena siswa
tidak sempat untuk melakukan sarapan karena terburu-buru berangkat sekolah dan
juga terdapat beberapa siswa tidak terbiasa melakukan sarapan pagi.
Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi sarapan yang
tergolong kurang dengan rata-rata konsumsi energi sebesar 409 kkal. Tingkat
kecukupan protein sebagian besar tergolong kurang dengan rata-rata konsumsi
protein sebesar 9.7 gram. Tingkat kecukupan lemak sebagian besar tergolong
kurang dengan rata-rata konsumsi sebesar 11.0 gram, dan tingkat kecukupan
karbohidrat sebagian besar tergolong cukup dengan rata-rata konsumsi karbohidrat
sebesar 62.7 gram.
Sebagian besar dari siswa memiliki tingkat konsentrasi belajar yang kurang
dengan rata-rata skor DSST siswa yaitu 63. Hasil uji korelasi Spearmen
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara siswa yang sarapan
dan yang tidak sarapan, frekuensi sarapan serta waktu sarapan dengan konsentrasi
belajar pada siswa (p>0.05). Hasil uji korelasi Spearmen menunjukkan bahwa
tingkat kecukupan energi, protein, dan karbohidrat siswa berkorelasi positif dengan
konsentrasi belajar (p<0.05). Sedangkan, tidak terdapat hubungan antara tingkat
kecukupan lemak dengan konsentrasi belajar (p>0.05).

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperlukan peningkatan


asupan zat gizi makro untuk memenuhi kecukupan sarapan sebesar 15-30%. Siswa
dianjurkan untuk rutin melakukan sarapan maksimal sampai pukul 09.00 pagi agar
pada proses pembelajaran berlangsung siswa tetap dapat fokus dan berkonsentrasi.
Siswa juga dianjurkan untuk mengonsumsi sarapan dengan menu yang beragam
dan jumlah yang sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Saran untuk penelitian
selanjutnya adalah perlu memperhitungkan jarak waktu siswa melakukan sarapan
sebelum dilakukannya tes konsentrasi. Selain itu, dengan menambahkan variabel
prestasi belajar siswa yang diperoleh dari nilai rapor siswa dan kemudian
dihubungkan dengan skor konsentrasi yang didapatkan dari tes DSST.
26

DAFTAR PUSTAKA

Adolphus K, Lawton CL, Dye L. 2015. The relationship between habitual breakfast
consumption frequency and academic performance in British adolescents.
Front. Public Health. 3(68): 1-11. doi: 10.3389/fpubh.2015.00068.
Adriani M, Wirjatmadi B. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta
(ID): Kencana Prenada Media.
Ahmadi A, Sohrabi Z, Eftekhari MH. 2009. Evaluating the relationship between
breakfast pattern and short term memory in junior high school girls. Pakistan
Journal of Biological Sciences. 12(9): 742-745. Almatsier S, Soetardjo S, &
Soekatri M. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta (ID): PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Amirin T. 2011. Populasi Dan Sampel Penelitian 4: Ukuran Sampel Rumus Slovin.
Jakarta (ID): Erlangga.
Amy S, Meilinah H, & Jo Suherman. 2008. Pengaruh kenaikan kadar glukosa darah
terhadap peningkatan daya ingat jangka pendek pada wanita dewasa. JKM
Vol 8, No 1, Juli 2008 – ISSN 1411-9641.
Anas T & Galih Ajeng WW. 2012. Hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan
tingkat konsentrasi belajar pada anak. Jurnal Akademi Keperawatan. No.5:
1 Januari–30 Juni 2012.
Arifah KN. 2016. Hubungan asupan makronutrien (karbohidrat, protein, lemak) dan
kadar hemoglobin dengan prestasi belajar pada remaja putri di SMAN 1
Polokarto Kabupaten Sukoharjo [Skripsi]. Sukoharjo (ID): Program Studi
Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Arifin LA. 2015. Hubungan sarapan pagi dengan konsentrasi siswa di sekolah.
Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. 3(1): 2013-207.
Aviana R & Hidayah FF. 2015. Pengaruh tingkat konsentrasi belajar siswa terhadap
daya pemahaman materi pada pembelajaran kimia di SMA Negeri 2 Batang.
Jurnal Pendidikan Sains. 3 (1): 30-33.
[BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2014. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Jakarta
(ID): BAPPENAS.
[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2009. Pendewasaan
Usia Perkawinan dan Hak-Hak Reproduksi Remaja. Jakarta (ID): Deputi
Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
Bobak L. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta (ID): EGC.
[DEPKES RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Pedoman Praktis
Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta (ID): Depkes RI.
Cantika HAK, Ardiaria M, Syauqi A. 2017. Peran makronutrien dalam sarapan
terhadap performa kognitif remaja. Jurnal Kedokteran Diponegoro. 6(2):
27

611-621. Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta


(ID): Rineka Cipta.
Gibson SA, Gunn P. 2011. What’s for breakfast? Nutritional implications of
breakfast habits: insights from the NDNS dietary records. Nutrition
Bulletin. 36. 78-86. doi: 10.1111/j.1467-3010.2010.01873.x.
Groth-Marnat G. 2003. Handbook of Psychological Assessment: Fourth Edition.
New Jersey (US): John Wiley & Sons, Inc.
Handayani KM, Masrul, Adrial. 2014. Hubungan asupan energi sarapan terhadap
tingkat konsentrasi pada siswa-siswi kelas XII SMA Negeri 1 Padang Tahun
Ajaran 2013/2014. Jurnal Kesehatan Andalas. 3 (3): 405-408.
Hardinsyah. 2015. Berbagi PESAN (Pekan Sarapan Nasional). Materi Kampanye
Berbagi PESAN di Jakarta 2015. Diunduh dari http://pergizi.org tanggal 16
Februari 2018.
Jahja Y. 2013. Psikologi Perkembangan. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media.
[KEMENKES RI] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 tentang
Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia. Jakarta
(ID): Kemenkes RI.
___________________________________________________. 2014. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 tentang
Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta (ID): Kemenkes RI.
Khomsan A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta (ID): Grafindo.
Khomsan A. 2005. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan 2. Bogor (ID): Departemen
Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Khomsan A. 2010. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta (ID): Raja Grafindo.
Kusprasetia MT. 2016. Hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi dan
prestasi belajar pada anak sekolah dasar di Kota Bogor. [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Lentini B. 2014. Hubungan kebiasaan sarapan dan status hidrasi dengan konsentrasi
berpikir pada remaja. [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Mahan LK dan Escott-Stump. 2008. Krause’s Food an Nutrition Therapy 12th
Edition. Canada: Elsevier.
McLeod DR., Griffiths RR., Bigelow GE., Yingling J. 1982. An automated version
of the digit symbol substitution test (DSST). Behavior Research Methods &
Instrumentation. 14(5): 463-466.
Meilinah H. 2009. Sarapan ditinjau dari sudut pandang ilmu gizi. Majalah Ilmiah
Maranatha, Vol16, No 2, Juli 2009 – ISSN 0854-7084.
Millimet DL, Tchernis R, Husain M. 2010. School nutrition programs and the
incidence of childhood obesity. Journal of Human Resources. 45(3): 640-
654.
28

Muchtar et al. 2011. Sarapan dan jajan berhubungan dengan kemampuan


konsentrasi pada remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 8 (1) 28-35.
Nugroho. 2013. Belajar Mengatasi Hambatan Belajar. Surabaya (ID): Prestasi
Pustaka.
Olivia F. 2010. Mendampingi Anak Belajar: Bebaskan Anak Dari Stres dan Depresi
Belajar. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo.
Perdana F, Hardinsyah. 2012. Analisis jenis, jumlah, dan mutu gizi konsumsi
sarapan anak Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan. 8 (1) : 39-46.
Pustika M. 2015. Hubungan antara asupan energi dan protein dari sarapan pagi
dengan prestasi belajar siswa di SDN Sumber III Surakarta [Skripsi].
Surakarta (ID): Universitas Muhamadiyah Surakarta.
[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. (2010). Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Rivyana DA. 2016. Hubungan jenis sarapan dengan daya ingat sesaat dan prestasi
belajar anak SD di Kota Bogor [Skripsi]. Bogor (ID). Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Sediaoetama. 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I. Jakarta (ID):
Dian rakyat.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta (ID):
PT Rineka Cipta.
Slameto. 2015. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta (ID):
PT Rineka Cipta.
Smith KJ, Gall SL, McNaughton SA, Blizzard L, Dwyer T, Venn AJ. 2010.
Skipping Breakfast: Longitudinal Associations with Cardiometabolic Risk
28 Factors in the Childhood Determinants of Adult Health Study. Am J Clin
Nutr. 92:1316–25.
Sofianita NI, Arini FA, dan Meiyetriani E. 2015. Peran pengetahuan gizi dalam
menentukan kebiasaan sarapan anak-anak sekolah dasar negeri. Jurnal Gizi
Pangan. 10(1):57–62.
Sofianita NI, Arini FA, Meiyetriani E. 2015. Peran pengetahuan gizi dalam
mennetukan kebiasaan sarapan anak-anak sekolah dasar negeri di pondok
labu, Jakarta Selatan. Jurnal Gizi dan Pangan. 10 (1) : 57-62.
Syah M. 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung (ID): PT.
Remaja Rosda Karya.
[WHO] World Health Organization. 2007. BMI for Age (5-19 years). [Internet]
Diunduh 2018 Februari 15. Tersedia pada
http://www.who.int/growthref/who2007_bmi_for_age/en/
Yang RJ, Wang EK, Hseih YS, Chen MY. 2006. Irregular breakfast eating and
health status among adolescents in Taiwan. BMC Public Health. 6(1): 295-
301. doi: 10.1186/1471-2458-6-295.
29

LAMPIRAN

KODE RESPONDEN:

KUISIONER PENELITIAN
STUDI KEBIASAAN SARAPAN TERHADAP KONSENTRASI
BELAJAR PADA REMAJA

Tanggal wawancara :_______________________________


Enumerator* :_______________________________
Nama lengkap responden :_______________________________
Kelas responden :_______________________________
Alamat responden :_______________________________
No. Telp/HP responden :_______________________________
Ket: *diisi oleh pewawancara/enumerator

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
30

KODE RESPONDEN:

A. KARAKTERISTIK SISWA
Jawablah pertanyaan berikut dengan mengisi titik-titik pada
tabel :
A1. Nama lengkap ……………………………………….
A2. Jenis kelamin L/P
A3. Umur …………………… tahun
A4. Tanggal lahir ……………………………………….
A5. Nomor Hp/Id Line ……………………………………….
A6. Uang saku (Rp)
Alokasi Harian Mingguan Bulanan
Makanan
Non makanan
(pulsa, kebutuhan
sekolah, dll)
Total
A7. BB/TB …...…kg/………cm
A8. IMT/U* ...........kg/m2
(*diisi oleh peneliti)
A9. Status gizi* ...............
(*diisi oleh peneliti)

B. KARAKTERISTIK KELUARGA
Jawablah pertanyaan berikut :
B1. Nama Ayah : …………………………………
Ibu : …………………………………
B2. Umur Ayah : ……………… tahun
Ibu : ……………… tahun
B3. Pendidikan terakhir ayah 1. Tidak sekolah
(lingkari salah satu nomor) 2. SD/sederajat
3. SMP/sederajat
4. SMA/sederajat
5. D3/S1
6. S2
B4. Pendidikan terakhir ibu 1. Tidak sekolah
(lingkari salah satu nomor) 2. SD/sederajat
3. SMP/sederajat
4. SMA/sederajat
5. D3/S1
6. S2
B5. Pekerjaan Ayah 1. Tidak bekerja
(lingkari salah satu nomor) 2. Buruh
3. Wiraswasta
4. Karyawan swasta
5. PNS
31

6. TNI/POLRI
7. Lain-lain
Sebutkan............................
B6. Pekerjaan ibu 1. Tidak bekerja
(lingkari salah satu nomor) 2. Buruh
3. Wiraswasta
4. Karyawan swasta
5. PNS
6. TNI/POLRI
7. Lain-lain
Sebutkan............................
B7. Pendapatan Ayah Rp........................................./bln
B8. Pendapatan Ibu Rp........................................./bln
B9. Jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah : ……………… Orang

C. KONSENTRASI BELAJAR (diisi oleh enumerator)

C1. Skor digit symbol test


C2. Kategori konsentrasi belajar Kurang/Baik

D. KEBIASAAN SARAPAN

Jawablah pertanyaan berikut:


D1. Apakah anda biasa sarapan? a. Ya
b. Tidak
D2. Jika Ya, Berapa kali biasanya Anda a. 1-2 kali
sarapan dalam 1 minggu? b. 3-4 kali
c. 5-7 kali
D3. Pada pukul berapa Anda sarapan? a. Sebelum pukul 09.00 pagi
b. Setelah pukul 09.00 pagi
D4. Dimana biasanya Anda Sarapan? a. Rumah
b. Sekolah
c. Lainnya .....................................
D5.Bagaimana biasanya Anda a. Disiapkan di rumah
memperoleh sarapan? b. Membeli
c. Memasak sendiri
d. Lainnya .....................................
D6. Bagi yang tidak suka sarapan, a. Tidak sempat
apakah alasan Anda tidak sarapan b. Tidak biasa
sebelum berangkat sekolah (sebelum c. Tidak ada yang menyediakan
pukul 09.00 pagi)? d. Lainnya ....................................
D7. Jika tidak sarapan di rumah, apa a. Membawa bekal
yang Anda lakukan? b. Membelinya di sekolah (sebelum
pukul 09.00)
c. Lainnya .................................
a. Saat jam istrahat
32

D8. Jika tidak sarapan, kapan Anda b. Saat pulang sekolah


makan (setelah pukul 09.00 pagi)? c. Lainnya ..............................
D9. Apakah sebelum dilakukan tes a. Sarapan
Anda sarapan? b. Tidak sarapan
33

FOOD RECORD KONSUMSI SARAPAN

D10. Makanan dan minuman apa saja yang dikonsumsi sejak bangun tidur sampai
jam 09.00 pagi? (Selama satu minggu, diisi setiap hari)
Nama / Kelas :
Contoh
Hari Makanan/ Banyaknya Harga Keterangan
Minuman (ukuran) (jika
membeli)
Senin Nasi 1 centong - -
Ayam goreng 1 potong - Bagian paha
Sayur bayam 2 sendok sayur - Bayam dan
jagung manis
Susu ultra coklat 1 kotak Rp. 5000 250 ml

Hari Makanan/ Banyaknya Harga Keterangan


Minuman (ukuran) (jika membeli)
34

E. FOOD RECAL 2x24 jam


Nama / Kelas :
Hari, tanggal wawancara :

Hari Sekolah
Jumlah yang
Waktu Nama Bahan
Dikonsumsi
Makan Makanan/Minuman Makanan/Minuman
URT* Gram**
Sarapan
(05.00-
09.00)

Snack pagi
(10.00-
11.00)

Siang
(12.00-
15.00)

Snack siang
(16.00-
17.00)
35

Jumlah yang
Waktu Nama Bahan
Dikonsumsi
Makan Makanan/Minuman Makanan/Minuman
URT* Gram**
Malam
(18.00-tidur)

*URT : Ukuran rumah tangga (potong, sendok, buah, biji, butir, gelas, botol,
Cangkir, dll)
** Diisi oleh enumerator
36

FOOD RECAL 2x24 jam

Nama / Kelas :
Hari, tanggal wawancara :

Hari Libur
Jumlah yang
Waktu Nama Bahan
Dikonsumsi
Makan Makanan/Minuman Makanan/Minuman
URT* Gram**
Sarapan
(05.00-
09.00)

Snack pagi
(10.00-
11.00)

Siang
(12.00-
15.00)

Snack siang
(16.00-
17.00)
37

Jumlah yang
Waktu Nama Bahan
Dikonsumsi
Makan Makanan/Minuman Makanan/Minuman
URT* Gram**
Malam
(18.00-tidur)

*URT : Ukuran rumah tangga (potong, sendok, buah, biji, butir, gelas, botol,
Cangkir, dll)
** Diisi oleh enumerator
38

F. INTSTRUMENT DIGIT SYMBOL TEST


Nama / Kelas :
39

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tanggal 13


Mei 1997. Penulis merupakan anak pertama dati tiga bersaudara dari pasangan
Bapak Rusmayadi dan Ibu Sarfiah. Penulis memiliki dua orang adik laki-laki, yaitu
Muhammad Hariyadi dan Zulfathoni Akbar. Penulis mengawali pendidikan dari
TK Ikawati Bogor pada tahun 2002-2003, kemudian melanjutkan di SD Negeri 1
Teke pada tahun 2004-2009. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 1 Palibelo pada tahun 2009-2012, kemudian melanjutkan di SMA Negeri 1
Woha pada tahun 2012-2014 dengan mengikuti program akselerasi hingga akhirnya
berhasil lulus ujian masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2014 di Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota UKM Karate tahun
2014-2015, dan menjadi anggota Organisasi Mahasiswa Daerah Bima-Bogor
(FKMBB) hingga saat ini. Penulis juga aktif sebagai anggota dari Divisi
Kewirausahaan HIMAGIZI Kabinet Harmoni tahun 2015-2016 dan anggota dari
klub Gizi Olahraga tahun 2016-2017. Selain itu, penulis aktif di berbagai
kepanitiaan seperti panitia Pemira FEMA 2016-2017, panitia acara MPF (Masa
Pengenalan Fakultas) tahun 2016 sebagai anggota Divisi Pangan, panitia acara
MPD (Masa Pengenalan Departemen) di Departemen Gizi Masyarakat tahun 2016
sebagai anggota Divisi Logstran, panitia fieldtrip, education and traveling
HIMAGIZI pada tahun 2016. Selain itu, penulis pernah mengikuti kepanitiaan
ENZIM 2016 sebagai Sekretaris (BPH) dan juga panitia Nutrition Fair pada tahun
2016 dan tahun 2017 sebagai anggota dari Divisi Fundraising.
Tahun 2017 tepatnya pada bulan Juli-Agustus, penulis melaksanakan
Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) di Desa Pengkol, Kecamatan Nguter,
Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah dengan program kerja revitalisasi posyandu,
pendampingan balita gizi buruk atau kurang, sosialisasi keamanan pangan dan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Sekolah Dasar, dan konseling gizi. Pada
bulan November-Desember 2017, penulis mengikuti Praktik Kerja Lapang
Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan (MSPM) dan Manajemen Asuhan
Gizi Klinis (MAGK) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang dengan topik
kajian asuhan gizi terstandar pada pasien bedah, penyakit dalam, dan anak, yaitu:
1) penatalaksanaan diet pada kasus bedah (post debridement ulkus diabetes
mellitus), 2) penatalaksanaan diet pada kasus penyakit dalam (acute decompensated
heart failure ec diabetes mellitus tipe 2), dan 3) penatalaksanaan diet pada kasus
anak (idiopathic trombocytopenia purpura).

Anda mungkin juga menyukai