Anda di halaman 1dari 45

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, Buku Petunjuk
Teknis Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak Tahun 2019 dapat disusun dan diselesaikan tepat pada waktunya.
Program Rehabilitasi Sosial Anak (PROGRESA) adalah salah satu sasaran PROGRES 5.0 NP
dengan empat komponen kegiatan inti didalamnya yaitu rehabilitasi sosial, pendampingan sosial, dukungan
teknis, dan dukungan aksesibilitas. PROGRESA bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian sosial anak
dan keluarga yang dilaksanakan secara holistik, sistematik, dan terstandar. Salah satu kegiatan yang
mendukung PROGRESA adalah pelaksanaan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak.
Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak berupaya untuk menjangkau seluruh anak yang mengalami masalah
sosial dan membutuhkan rehabilitasi sosial tingkat lanjut sehingga mereka dapat menikmati kehidupan yang
layak dan berada dalam lingkungan pengasuhan yang memungkinkan untuk tumbuh dan berkembang
secara optimal sesuai potensinya. Pemanfaatan bantuan ini dilaksanakan melalui Kegiatan Bantu (Bantuan
Bertujuan) Anak, Dukungan Keluarga, Pengasuhan Anak dan Terapi.
Mekanisme pengusulan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak ditetapkan berdasarkan Data Terpadu
(DTKS) melalui aplikasi SIKS-NG PMKS sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun
2019 tentang Penyaluran Belanja Bantuan Sosial di Lingkungan Kementerian Sosial. Berkaitan dengan hal
tersebut, Kementerian Sosial RI melalui Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak bekerjasama dengan bank
penyalur, menyalurkan dana kepada penerima Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak.
Buku Petunjuk Teknis Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak digunakan sebagai acuan bagi Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), pemangku kepentingan terkait, pendamping program dan masyarakat
dalam melaksanakan Rehabilitasi Sosial Anak. Kami berharap agar seluruh pihak terkait dapat memahami
isi petunjuk teknis ini sehingga pelaksanaan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak dapat berjalan dengan baik
dan sesuai ketentuan yang berlaku. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi terhadap penyusunan buku petunjuk teknis ini.

Jakarta, Juni 2019


Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial

Edi Suharto P.hD


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 5
C. Sasaran .................................................................................................... 5
D. Landasan Hukum ..................................................................................... 5
E. Batasan Pengertian .................................................................................. 8
BAB II PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN REHABILITASI SOSIAL ANAK
A. Tujuan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak ................................................. 11
B. Sumber Pendanaan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak ............................ 11
C. Sasaran Bantuan Rehabilitasi Sosial ...................................................... 11
1. Anak Penerima Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak ............................... 11
a. Kriteria Umum .................................................................................. 12
b. Kriteria Khusus................................................................................. 12
2. Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKSA) Mitra ...................................... 16
D. Mekanisme Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak ......................................... 17
1. Data Terpadu Kesejahteraan Sosial .................................................... 18
2. Mekanisme Pengajuan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak ................... 18
3. Mekanisme Penyaluran Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak .................. 19
a. Penyaluran Bantuan Rehabilitasi Anak
melalui Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak ...................................... 20
b. Penyaluran Bantuan Rehabilitasi Anak melalui Balai/Loka AMPK ... 22
E. Nilai Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak ..................................................... 22
F. Pemanfaatan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak ...................................... 23
1. Bantuan Bertujuan (Bantu) Anak.......................................................... 23
2. Pengasuhan Anak ................................................................................ 23
3. Dukungan Keluarga ............................................................................. 24
4. Terapi ................................................................................................... 25

BAB III PELAPORAN, PENGHENTIAN/PENGALIHAN DAN SANKSI


A. Pelaporan ................................................................................................. 27
B. Penghentian/Pengalihan .......................................................................... 28
C. Sanksi....................................................................................................... 28
BAB IV MONITORING EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Monitoring................................................................................................. 30
B. Evaluasi .................................................................................................... 31
BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 32
Lampiran .................................................................................................................. 33
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, melalui

Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal telah

mendorong Kementerian Sosial untuk menerbitkan Peraturan Menteri Sosial

(Permensos) No. 9 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar pada Standar

Pelayanan Minimal Bidang Sosial di Provinsi dan di Kabupaten/Kota. Peraturan tersebut

mengamanatkan bahwa pemerintah daerah provinsi memiliki kewenangan untuk

melaksanakan rehabilitasi sosial dasar di dalam panti sedangkan Pemerintah

Kabupaten/Kota bertanggungjawab untuk melakukan rehabilitasi sosial dasar di luar

panti. Sasaran dari Standar Pelayanan Minimal di Provinsi dan Kabupaten/Kota tersebut

adalah anak terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang disabilitas terlantar dan

gelandangan pengemis.

Undang-undang No. 23 Tahun 2014 juga telah mendorong lahirnya Permensos No.

16-20 Tahun 2018 tentang Perubahan Organisasi dan Tata Kerja (OTK) Unit Pelaksana

Teknis (UPT) di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Ditjen Rehsos).

Permensos tersebut menegaskan keluasan fungsi dan tugas Balai-Balai Rehabilitasi

Sosial tersebut untuk melaksanakan tugas rehabilitasi sosial tingkat lanjut (advanced

social rehabilitation). Sesuai dengan kewenangannya, pemerintah pusat melaksanakan

rehabilitasi sosial yang penggunanya lintas daerah provinsi atau lintas negara; manfaat

atau dampak negatifnya lintas daerah provinsi atau lintas negara; penggunaan sumber

dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh pemerintah pusat; dan/atau peranannya

strategis bagi kepentingan nasional.

1
Perubahan regulasi tersebut disusul dengan kebijakan baru Ditjen Rehsos yaitu

Program Rehabilitasi Sosial 5.0 Kluster, New Platform (PROGRES 5.0 NP). Melalui

kebijakan tersebut, seluruh program rehabilitasi sosial harus dilaksanakan secara

holistik, sistematik dan terstandar. Holistik dimaksudkan agar semua kegiatan

terintegrasi sehingga target dapat memperoleh manfaatnya secara maksimal; sistematik

merujuk kepada tahapan program yang terencana dan dapat dievaluasi outcome dan

impactnya serta terstandar mengacu kepada kegiatan yang terstandar sesuai dengan

standar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, terutama bila

kegiatan melibatkan masyarakat.

Pembeda lainnya dari PROGRES 5.0 NP dengan program rehabilitasi sosial

sebelumnya adalah orientasi hasil pada keberfungsian sosial tingkat lanjut. Cakupan dari

keberfungsian sosial pada tingkat tersebut adalah kapabilitas sosial dan tanggung jawab

sosial. Kapabilitas sosial mencakup kemampuan secara fisik, mental spiritual,

psikososial dan kemampuan berpenghidupan. Keempat kemampuan tersebut pada

gilirannya dapat meningkatkan tanggung jawab sosial penerima manfaat kepada

lingkungan sosialnya yaitu kepada keluarganya, komunitas, organisasi dan masyarakat

serta terhadap lingkungan lainnya.

PROGRES 5.0 NP memiliki kekhasan yaitu penyeragaman menu kegiatan sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan. Secara umum, Program Rehabilitasi Sosial untuk

setiap sasaran Rehabilitasi Sosial (Anak, Penyandang Disabilitas, Korban

Penyalahgunaan Napza, Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang serta Lanjut

Usia), mencakup empat sub program yaitu: rehabilitasi sosial; pendampingan sosial;

dukungan teknis dan dukungan aksesibilitas. Khusus untuk sub program rehabilitasi

sosial terbagi menjadi Bantuan bertujuan (Bantu) Anak, Perawatan Sosial (pengasuhan

dan perawatan), Dukungan Keluarga serta Terapi (fisik, mental spiritual, psikososial dan

2
penghidupan).

Program Rehabilitasi Sosial Anak (PROGRESA) merupakan bagian dari

PROGRES 5.0 NP yang dilaksanakan oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak,

Balai-Balai/Loka Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus

(AMPK), bekerja sama dengan Dinas Sosial, Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dan

mitra lainnya. Balai/Loka Rehabilitasi Sosial AMPK akan bertindak sebagai leading

institutions di lapangan untuk mewujudkan PROGRESA sesuai dengan fungsi balai

sebagai pusat sumberdaya, pusat respon kasus dan intervensi krisis, pusat penguatan

kelembagaan dan kapasitas pelayanan rehabilitasi sosial, koordinator program regional

serta pusat pengembangan model layanan rehabilitasi sosial.

Berdasarkan kebijakan Ditjen Rehsos maka PROGRESA mencakup : 1)

Rehabilitasi Sosial Anak yang terdiri atas Bantuan Bertujuan (Bantu) Anak, Pengasuhan

Anak, Dukungan Keluarga dan berbagai terapi untuk memperkuat keberfungsian sosial

anak dan keluarga; 2) Pendampingan Sosial berupa pencegahan, respon kasus dan

managemen kasus yang dilakukan oleh Satuan Bhakti Pekerja Sosial di semua provinsi;

3) Dukungan Teknis yang dilaksanakan oleh Direktorat untuk memperkuat program dan

kerja sama antar berbagai pemangku kepentingan; serta 4) Dukungan Aksesibilitas.

Sasaran PROGRESA adalah Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus

(AMPK) yang meliputi anak dalam situasi darurat, kelompok minoritas dan terisolasi,

Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH), anak yang dieksploitasi secara ekonomi

dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban

penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak

korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik

dan/atau mental, anak disabilitas, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran;

Anak Jalanan; Balita dan Anak memerlukan Pengembangan Fungsi Sosial (AMPFS).

3
Kebijakan Progresa mengubah skema bantuan untuk anak dari yang sebelumnya

bernama Tabungan Sosial Anak (TASA) menjadi Rehabilitasi Sosial Anak,

menggunakan nama rekening Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak. Jumlah anak yang telah

mendapatkan bantuan dari Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak sejak tahun 2015-2018

menggunakan skema TASA adalah sebagai berikut : Tahun 2015, bantuan melalui dana

pusat berjumlah 35.146 anak dan bantuan melalui dana dekonsentrasi berjumlah

110.150 anak; Tahun 2016, bantuan melalui dana pusat berjumlah 34.603 anak dan

bantuan melalui dana dekonsentrasi berjumlah 99.119 anak; Tahun 2017, bantuan

melalui dana pusat berjumlah 29.900 anak dan bantuan melalui dana dekonsentrasi

berjumlah 57.250 anak; Tahun 2018, bantuan melalui dana pusat berjumlah 86.229 anak

dan bantuan melalui dana dekonsentrasi berjumlah 43.131 anak (Sumber: LAKIP

Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak 2015-2018). Target layanan Tahun 2019 adalah

68.442 anak dengan rincian dana pusat oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak

Kementerian Sosial RI sejumlah 64.242 anak dan Balai/Loka Rehabilitasi Sosial AMPK

sejumlah 4200 anak. Data yang digunakan untuk memberikan bantuan rehabilitasi sosial

anak merujuk pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial melalui aplikasi Sistem

Informasi Kesejahteraan Sosial Next Generation (SIKS NG).

Guna melaksanakan program tersebut khususnya sub program Rehabilitasi Sosial

Anak (Bantu Anak, Pengasuhan Sosial, Dukungan Keluarga dan Terapi), dibutuhkan

panduan berupa petunjuk teknis tentang hal tersebut. Disamping karena adanya

penyesuaian dari program sebelumnya (TASA), panduan ini juga dibutuhkan agar

bantuan yang diberikan tepat sasaran, akuntabel dan efektif untuk meningkatkan

rehabilitasi sosial anak.

4
B. TUJUAN

Tujuan dari Petunjuk Teknis Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak Tahun 2019 adalah

sebagai acuan bagi Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) dan pihak terkait

dalam pelaksanaan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak sehingga penyaluran,

pemanfaatan dan pelaporan pertanggungajawabannya dapat berjalan dengan baik

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

C. SASARAN

Sasaran petunjuk teknis ini adalah pelaksana bantuan rehabilitasi sosial anak

antara lain:

1. Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak

2. Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK)

3. Loka Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (LRSAMPK)

4. Dinas/Instansi Sosial Provinsi dan Kabupaten/Kota

5. Bank Penyalur Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak

6. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)

7. Pekerja Sosial, Supervisor Pekerja Sosial dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Anak

D. LANDASAN HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3143);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,Tambahan lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
5
Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4967);

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5235);

5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 153 Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5332);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5585);

7. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 297 dan Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5606);

8. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 69 dan Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5871);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1988 tentang Usaha Kesejahteraan Sosial

Bagi Anak yang Mempunyai Masalah;

10. Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2019 tenting Penyelenggaraan Kesejahteraan

Sosial bagi Penyandang Disabilitas.

11. Peraturan Presiden nomor 63 tahun 2017 tentang Penyaluran Bantuan Sosial

6
secara Non Tunai;

12. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention On the

Rights of the Child (Konvensi tentang Hak-Hak Anak);

13. Peraturan Menteri Sosial Nomor 30/HUK/2011 tentang Standar Nasional

Pengasuhan Anak;

14. Peraturan Menteri Sosial Nomor 2 Tahun 2012 tentang Taman Anak Sejahtera;

15. Peraturan Menteri Sosial Nomor 17 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Anak di Lingkungan Direktorat Jenderal

Rehabilitasi Sosial;

16. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 26 Tahun 2018 tentang Rehabilitasi Sosial dan

Reintergrasi Sosial bagi Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH);

17. Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Penyaluran Belanja

Bantuan Sosial di Lingkungan Kementerian Sosial.

18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254 Tahun 2015 tentang Belanja Bantuan

Sosial Pada Kementerian Lembaga;

19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 228 Tahun 2016 tentang perubahan atas

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254 Tahun 2015 tentang Belanja Bantuan

Sosial Pada Kementerian Lembaga;

20. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 29/HUK/2019 tentang Jangkauan Wilayah Kerja

Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.

21. Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial nomor 02 tahun 2012 tentang

Standar Penyelenggaraan Taman Anak Sejahtera (TAS)

22. Surat Keputusan Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Nomor 617/2.2./BS.01/9/2019

tentang Petunjuk Teknis Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak.

7
E. BATASAN PENGERTIAN

1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk

anak yang masih dalam kandungan.

2. Rehabilitasi Sosial Anak adalah intervensi yang dilakukan melalui pemberian

bantuan bertujuan anak, pengasuhan anak, dukungan keluarga dan/atau terapi

3. Balai Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK)

adalah Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Anak milik Kementerian Sosial

yang memiliki tugas melaksanakan rehabilitasi sosial kepada Anak yang

memerlukan Perlindungan khusus.

4. Loka Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus (LRSAMPK)

adalah Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Anak milik Kementerian Sosial

yang memiliki tugas melaksanakan rehabilitasi sosial kepada anak yang

memerlukan perlindungan khusus.

5. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Mitra yang selanjutnya disingkat LKSA Mitra

adalah Lembaga Kesejahteraan Sosial yang dibentuk oleh pemerintah, pemerintah

daerah, atau masyarakat yang melaksanakan pengasuhan anak, bermitra dengan

Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak dalam pemanfaatan Bantuan Rehabilitasi Sosial

Anak.

6. Pengasuhan Sosial adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan kasih sayang,

kelekatan, keselamatan, dan kesejahteraan yang menetap dan berkelanjutan demi

kepentingan terbaik anak, yang dilaksanakan baik oleh orang tua atau keluarga

sampai derajat ketiga maupun orang tua asuh, orang tua angkat, wali serta

pengasuhan berbasis residensial sebagai alternatif terakhir.

7. Dukungan keluarga merupakan bentuk pemberian dukungan terhadap anggota

keluarga berupa dukungan emosional, pengetahuan dan keterampilan dalam

8
pengasuhan, keterampilan dalam berelasi dengan anggota keluarga, serta

dukungan untuk memahami masalah yang dihadapi anak dan mengurangi

kecemasan anak dan keluarga.

8. Terapi adalah serangkaian aktivitas untuk mendukung penguatan kapabilitas dan

tanggung jawab sosial anak dan keluarga.

a. Terapi fisik yaitu terapi untuk mengoptimalkan, memelihara, dan mencegah

kerusakan atau gangguan fungsi fisik anak. Terapi fisik dapat dilakukan dalam

bentuk latihan terapeutik, pijat, urut dan terapi elektronik, dukungan alat bantu,

serta pelatihan dan dukungan psikososial terutama untuk anak yang

berkebutuhan khusus dan dilakukan oleh terapis yang sesuai dengan

kompetensinya.

b. Terapi mental spiritual yaitu terapi untuk membantu anak menemukan makna

hidup, mengatasi kecemasan, dan depresi. dengan cara meditasi, terapi musik,

ibadah keagamaan, dan/atau terapi yang menekankan harmoni dengan alam,

dilakukan oleh pekerja sosial, bekerjasama dengan rohaniwan dan tenaga

profesional lainnya.

c. Terapi psikososial yaitu terapi untuk memperkuat dan memobilisasi potensi anak

dan keluarga serta meningkatkan kemampuan pengelolaan diri dalam

lingkungan sosialnya. Terapi psikososi dilaksanakan melalui berbagai terapi

untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan aspek kognisi, psikis, dan

sosial yang dilakukan oleh pekerja sosial bekerjasama dengan tenaga

profesional lainnya.

d. Terapi untuk penghidupan yaitu terapi untuk meningkatkan produktivitas

kehidupan dan memelihara kepemilikan aset anak. Terapi penghidupan

dilakukan dengan cara memberikan keterampilan dan pelatihan yang sesuai

9
dengan usia Anak bekerja dan memungkinkan mereka untuk memperoleh atau

mengalami kehidupan kerja yang produktif dimasa mendatang, membangun

konsep diri yang positif, literasi finansial, mampu berfikir kritis dan memecahkan

masalah secara kreatif, empati dan proaktif, kemampuan berkomunikasi,

kemampuan bekerjasama dan menyelesaikan konflik.

9. Data Terpadu Kesejahteraan Sosial Anak Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial

dalam Aplikasi Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next Generation (SIKS NG)

adalah sistem yang digunakan untuk perencanaan program dan mengidentifikasi

identitas calon penerima bantuan rehabilitasi sosial, baik LKSA, rumah tangga,

keluarga maupun individu berdasarkan kriteria-kriteria sosial ekonomi yang

ditetapkan oleh pelaksana bantuan rehabilitasi sosial anak.

10. Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disebut PPKS adalah

perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang karena suatu

hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya,

sehingga memerlukan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik

jasmani dan rohani maupun sosial secara memadai dan wajar.

11. Pekerja Sosial adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan

nilai praktik pekerjaan sosial serta telah mendapatkan sertifikat kompetensi.

12. Pendamping adalah perwakilan dari Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)

atau Tenaga Kesejahteraan Sosial yang namanya tertera pada aplikasi SIKS NG

dalam Data Tepadu Kesejahteraan Sosial sebagai pengganti fungsi orang tua dari

Nasabah, yang memberikan persetujuan pembukaan rekening, pelaksanaan

transaksi dan penutupan rekening.

10
BAB II
PELAKSANAAN BANTUAN REHABILITASI SOSIAL ANAK

Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak dirancang untuk menjangkau seluruh Anak yang

Memerlukan Perlindungan Khusus (AMPK), Anak Jalanan, Balita, Anak Memerlukan

Pengembangan Fungsi Sosial (AMPFS) yang tercantum dalam Data Terpadu

Kesejahteraan Sosial. Anak-anak tersebut berada dalam pengasuhan Balai/Loka

Rehabilitasi Sosial AMPK atau menjadi dampingan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak

yang mengalami masalah sosial sehingga mereka dapat menikmati kehidupan yang

layak dan berada dalam lingkungan pengasuhan yang memungkinkan untuk tumbuh dan

berkembang secara optimal sesuai potensinya.

A. TUJUAN BANTUAN REHABILITASI SOSIAL ANAK

Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak bertujuan untuk :

1. Mendukung pemenuhan hidup layak anak;

2. Meningkatkan kapablitas sosial anak melalui pengasuhan anak;

3. Meningkatkan kapabilitas sosial keluarga melalui dukungan keluarga;

4. Melaksanakan terapi bagi anak dan atau keluarga;

B. SUMBER PENDANAAN BANTUAN REHABILITASI SOSIAL ANAK

Sumber pendanaan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak berasal dari APBN. Pemerintah

daerah juga dapat mengalokasikan bantuan untuk monitoring pemanfaatan Bantuan

Rehabilitasi Sosial Anak.

C. SASARAN BANTUAN REHABILITASI SOSIAL ANAK

Sasaran Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak adalah anak penerima Bantuan Rehabilitasi

Sosial Anak dan LKSA mitra Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak.

1. Anak Penerima Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak

a. Kriteria Umum Anak Penerima Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak


11
1) Anak usia 0- kurang dari 18 tahun berasal dari keluarga miskin/tidak mampu;

2) Masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial atau aplikasi SIKS NG ;

3) Anak dampingan LKSA meliputi :

a) Anak dalam LKSA;

b) Anak diluar LKSA;

b. Kriteria Khusus Anak Penerima Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak

1) Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (AMPK)

a) Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi;

Anak yang berada dalam kondisi keterpencilan, keterasingan dan/atau

mengalami deskriminasi dari lingkungan sosialnya yang diakibatkan oleh

letak geografis, perbedaan keyakinan, suku, ras dan golongan. Contoh :

Anak dari komunitas adat terpencil, Anak persekusi.

b) Anak berhadapan dengan hukum;

Anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak

pidana dan anak yang menjadi saksi tindak pidana. Kategori ABH dalam

Bantuan Rehablitasi Sosial Anak antara lain:

1) Anak Saksi

Anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang dapat

memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan,

dan pemeriksaan di siding pengadilan tentang suatu perkara pidana

yang didengar, dilihat dan/atau dialaminya sendiri.

2) Anak Korban;

Anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang mengalami

penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan

oleh tindak pidana.

12
3) Anak Pelaku;

Anak yang sudah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur

18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.

4) Anak Rentan ABH

i. Anak usia dibawah 12 tahun yang melakukan tindak pidana tetapi

tidak masuk kedalam ranah hukum;

ii. Anak yang melakukan tindak pidana yang belum terigistrasi dalam

catatan kepolisian;

iii. Anak yang melakukan tindak pidana terselesaikan dengan

musyawarah.

c) Anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual;

Anak yang mengalami perlakuan salah, yang dipaksa untuk melakukan

aktifitas yang bukan kewajibannya untuk menopang kehidupan keluarga

atau orang lain tanpa memperhatikan hak anak.

d) Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol,

psikotropika, dan zat adiktif lainnya;

Anak yang tidak sengaja menggunakan napza karena dibujuk, ditipu,

dipaksa, dan/atau untuk menggunakan napza.

e) Anak yang menjadi korban pornografi;

Anak yang menjadi korban dan terpapar aktifitas pornografi dalam bentuk

gambar, sketsa, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi,

kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui

berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan dimuka umum,

yang membuat kecabulan atau ekslpoitasi seksual yang melanggar norma

kesusilaan dalam masyarakat.

13
f) Anak dengan HIV;

Anak yang terjangkit Virus HIV.

g) Anak korban penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan;

Anak korban penculikan adalah anak yang mengalami keterpisahan dari

keluarganya dengan menggunakan ancaman, kekerasan, penipuan atau

pemaksaan lainnya tanpa sepengetahuan keluarganya. Anak korban

perdagangan adalah anak yang mengalami perekrutan, pemindahan,

pengiriman, penempatan untuk tujuan eksploitasi dengan menggunakan

ancaman, kekerasan ataupun pemaksaan lainnya.

h) Anak korban kekerasan fisik dan/atau psikis;

Anak yang mengalami penderitaan fisik atau kerusakan tubuh serta

perasaan intimidasi, ketakutan dan hilangnya kemampuan untuk

bertindak hilangnya percaya diri.

i) Anak korban kejahatan seksual;

Anak yang mengalami penderitaan fisik, psikis dan sosial akibat

perlakukan pencabulan dan atau pemerkosaan

j) Anak korban jaringan terorisme;

Anak yang berada dalam situasi dan kondisi yang keluarganya memiliki

pemahaman radikal dan atau anak yang memiliki paham radikal

k) Anak penyandang disabilitas;

Anak yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental dan/atau

sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan

lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi

secara penuh dan efektif dengan warga Negara lainnya berdasarkan

kesamaan hak.

14
l) Anak korban perlakuan salah dan penelantaran;

Anak yang berada dalam situasi tidak terpenuhi kebutuhan dasar, sosial,

kasih sayang dan perawatan, pengasuhan serta perlindungan

m) Anak dengan perilaku sosial menyimpang;

Anak yang perilakunya tidak sesuai dengan aturan, kesusilaan, nilai,

norma yang berlaku di dalam masyarakat. Contoh: pergaulan bebas,

LGBT, anak punk

n) Anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan

kondisi Orang Tuanya.

Anak yang mengalami pelabelan negative yang diakibatkan situasi,

kondisi dan keadaan orang tua. Contoh: anak koruptor, eks napi, eks

teroris, eks wts, dan lain lain.

2) Anak Jalanan

Anak yang rentan beraktivitas di jalanan dan anak yang beraktivitas ekonomi

dan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan

hidup sehari-hari di jalanan.

Kriteria: Menghabiskan sebagian besar waktunya dijalanan maupun

ditempat-tempat umum dan/atau mencari nafkah dan/atau berkeliaran di

jalanan maupun ditempat tempat umum.

3) Balita

Anak usia di bawah 5 (lima) tahun yang tidak mendapatkan pengasuhan

layak, tinggal di lingkungan tidak layak, tidak memiliki akta kelahiran dan/atau

nomor induk kependudukan, berasal dari keluarga miskin, dan/atau

membutuhkan keluarga pengganti.

4) Anak yang Memerlukan Pengembangan Fungsi Sosial (AMPFS)

15
Anak yang telah mendapatkan rehabilitasi sosial dasar atau berdasarkan

asesmen dari Pekerja Sosial memerlukan rehabilitasi sosial lanjut.

2. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Mitra

Pemanfaatan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak didampingi oleh Lembaga

Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), dengan kriteria sebagai berikut:

a) Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) mitra yang membina dan

mendampingi anak dalam asuhan keluarga dan anak yang berada dalam

asuhan LKSA.

b) Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) mitra yang diutamakan adalah

lembaga yang berkomitmen menerapkan pengasuhan berbasis keluarga dan

membantu anak untuk memenuhi kebutuhan kasih sayang, kelekatan hubungan

dengan orang tuanya, kesejahteraan diri, keselamatan dan pengasuhan yang

berkelanjutan.

c) Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) mitra berdasarkan anak penerima

Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak, meliputi:

i. Taman Anak Sejahtera (TAS)

ii. Panti Sosial Anak Balita (PSAB)

iii. Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS)

iv. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar (Panti Asuhan/LKSA)

v. Lembaga Kejahteraan Sosial Anak yang Berhadapan dengan Hukum

(LKSABH)/ Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Berhadapan Hukum Berbasis

Masyarakat

vi. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan

16
vii. Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA)

viii. Lembaga Perlindungan Anak (LPA)

ix. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus

(AMPK)

d) Diutamakan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) yang telah

terakreditasi oleh Badan Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial (BALKS).

e) Lembaga pelayanan sosial anak milik pemerintah daerah provinsi (Unit

Pelaksana Teknis Daerah/UPTD) tidak diperbolehkan mendapatkan bantuan

rehabilitasi sosial anak.

f) Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) mitra yang melaksanakan layanan

lebih dari satu permasalahan anak harus memiliki manajemen layanan yang

terpisah.

g) Diutamakan memiliki akte notaris dan berbadan hukum.

h) Terdaftar pada Dinas/Instansi Sosial setempat dan memiliki izin operasional

yang masih berlaku atau sedang dalam proses pembuatan/perpanjangan.

i) Memiliki kantor, Struktur Organisasi, Susunan Pengurus, AD/ART, alamat yang

jelas, dan nomor telepon / email Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA).

j) Memiliki NPWP.

k) Memiliki data anak penerima manfaat.

D. MEKANISME BANTUAN REHABILITASI SOSIAL ANAK

Mekanisme pengajuan bantuan rehabilitasi sosial anak merupakan proses yang

sistematis, terpadu dan berjenjang menggunakan aplikasi Sistem Informasi

Kesejahteraan Sosial Next Generation (SIKS NG).

17
1. Data Terpadu Kesejahteraan Sosial

Data Terpadu Kesejahteraan Sosial menjadi dasar bagi Direktorat Rehabilitasi

Sosial Anak dalam menyalurkan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak. Adapun alur data

terpadu kesejahteraan sosial sebagai berikut :

Penjelasan Alur:

Tahap 1 Registrasi LKSA, pendaftaran e-mail untuk membuat akun LKSA

melalui aplikasi SIKS NG di https://siks.kemsos.go.id;

Tahap 2 LKSA mengisi data Informasi terkait LKSA yang mendaftar;

18
Tahap 3 Dinas Sosial Kabupaten/Provinsi memberikan persetujuan terkait

dengan data informasi LKSA yang telah diajukan;

Tahap 4 LKSA mengisi data anak dampingan di dalam maupun di luar LKSA;

Tahap 5 Persetujuan Dinas Sosial Kabupaten/Kota terkait data anak yang

diajukan;

Tahap 6 Persetujuan Dinas Sosial Provinsi terkait dengan data LKSA dan Data

anak yang telah disetujui oleh Dinas Sosial Kabupaten/Kota;

Tahap 7 Persetujuan data LKSA dan Anak di Kementerian Sosial RI oleh

Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak

Tahap 8 Sinkronisasi data Anak di LKSA oleh Pusat Data dan Informasi

Kesejahteraan Sosial (Pusdatin) Kementerian Sosial.

2. Mekanisme Pengajuan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak

Dinas Sosial Provinsi melakukan pengajuan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak ke

Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak. Dasar data yang digunakan adalah Data

Terpadu Kesejahteraan Sosial Anak, menggunakan form pengajuan didalam aplikasi

SIKS NG. Pengusulan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak harus ditandatangani oleh

kepala dinas provinsi atau pejabat yang berwenang.

19
Penjelasan Alur:

Tahap 1 Memiliki Data Terpadu Kesejahteraan Sosial

Tahap 2 Dinas Sosial Provinsi mengisi Form Pengajuan Bantuan Rehabilitasi

Sosial Anak

Tahap 3 Dinas Sosial Provinsi memprint out/mencetak Form Pengajuan

Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak dan ditandatangani oleh Kepala

Dinas Sosial Provinsi atau Pejabat yang berwenang

Tahap 4 Dinas Sosial Provinsi mengirimkan Form Pengajuan Bantuan

Rehabilitasi Sosial Anak melalui portal SIKS NG kepada Direktorat

Rehabilitasi Sosial Anak.

3. Mekanisme Penyaluran Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak

Mekanisme Penyaluran Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak dilakukan oleh 2 (dua)

satuan kerja, yaitu:

a. Penyaluran Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak melalui Direktorat Rehabilitasi

Sosial Anak

20
Penjelasan Alur:

Tahap 1 Hasil Data Terpadu yang sudah valid sebagai dasar untuk

menerbitkan surat keputusan penerima bantuan.

Tahap 2 Kemensos menerbitkan SK Penerima Bantuan Rehabilitasi Sosial

Anak melalui Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak;

Tahap 3 Kemensos menyampaikan salinan SK Bantuan Rehabilitasi Sosial

Anak kepada Dinas Sosial Provinsi;

Tahap 4 Kementerian Sosial membuat surat Perintah Membayar (SPM LS)

yang ditujukan ke KPPN Kementerian Keuangan;

Tahap 5 KPPN Kementerian Keuangan menerbitkan Surat Perintah

Pencairan Dana (SP2D) ke Bank Penyalur yang telah ditunjuk;

Tahap 6 Bank Penyalur yang telah ditunjuk membuatkan rekening tabungan

anak;

Tahap 7 Bantuan Rehabilitasi Sosial anak masuk ke rekening anak.

Tahap 8 Tahap pencairan uang Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak Tahun

2019 dapat dilakukan dengan cara mengambil langsung dengan

menggunakan buku tabungan dan/atau Anjungan Tunai Mandiri

(ATM)

b. Penyaluran Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak melalui Balai/Loka Rehabilitasi

Sosial AMPK

21
Penjelasan Alur :

Tahap 1 Hasil Data Terpadu yang sudah valid sebagai dasar untuk

menerbitkan surat keputusan penerima bantuan.

Tahap 2 Balai/Loka Rehabilitasi Sosial AMPK menerbitkan SK Penerima

Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak;

Tahap 3 Balai/Loka Rhabilitasi Sosial AMPK menyampaikan salinan SK

Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak kepada Dinas Sosial Provinsi;

Tahap 4 Kementerian Sosial membuat surat Perintah Membayar (SPM LS)

yang ditujukan ke KPPN Kementerian Keuangan;

Tahap 5 KPPN Kementerian Keuangan menerbitkan Surat Perintah

Pencairan Dana (SP2D) ke Bank Penyalur yang telah ditunjuk;

Tahap 6 Bank Penyalur yang telah ditunjuk membuatkan rekening tabungan

22
anak;

Tahap 7 Bantuan Rehabilitasi Sosial anak masuk ke rekening anak.

Tahap 8 Tahap pencairan uang Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak Tahun

2019 dapat dilakukan dengan cara mengambil langsung dengan

menggunakan buku tabungan dan/atau Anjungan Tunai Mandiri

(ATM)

E. NILAI BANTUAN REHABILITASI SOSIAL ANAK

Nilai Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak sebesar Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah) terdiri

dari :

1. Rp.300.000 (Tiga Ratus Ribu Rupiah) untuk Bantuan Bertujuan (Bantu) Anak

2. Rp.700.000 (Tujuh Ratus Ribu Rupiah) untuk kegiatan:

a. Pengasuhan Anak

b. Dukungan keluarga

c. Terapi

F. PEMANFAATAN BANTUAN REHABILITASI SOSIAL ANAK

Pemanfaatan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak dapat digunakan, untuk antara lain :

1. Bantuan Bertujuan (Bantu) Anak

Merupakan upaya untuk memberikan dukungan bagi Anak dalam pemenuhan gizi,

biaya kursus, kegiatan rekreatif, dan/atau kegiatan Anak lainnya sesuai dengan

kebutuhan.

2. Pengasuhan Anak

Merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan,

keselamatan dan kesejahteraan yang menetap dan berkelanjutan demi kepentingan

terbaik bagi anak. Pengasuhan anak dilaksanakan baik oleh orang tua atau keluarga

sampa derajat ketiga maupun orang tuan asuh, orang tua angkat, wali serta

23
pengasuhan berbasis komunitas. Bantuan digunakan untuk melaksanakan kegiatan,

diantaranya: Penguatan Kapabilitas dan Tanggung Jawab Sosial Anak (PKA) yang

dilakukan oleh pendamping/lembaga.

Pengasuhan Konsumsi
Frekuensi Kegiatan Transport
Sosial (Snack & Makan)
Anak dalam a) Kegiatan PKA, Maksimal X
LKSA dilakukan minimal Rp. 50.000/anak
2 Kali
b) Anak bertemu Maksimal
keluarga minimal 2 Rp. 50.000/anak (PP)
kali
(Form kepulangan
anak)
Anak Luar LKSA Dilakukan minimal 2 Maksimal Maksimal
kali Rp. 50.000/anak Rp. 50.000/anak (PP)

3. Dukungan Keluarga

Merupakan upaya pemberian bantuan terhadap anggota keluarga berupa dukungan

emosional, pengetahuan dan keterampilan pengasuhan, keterampilan berelasi

dalam keluarga, serta dukungan untuk memahami masalah yang dihadapi Anak dan

mengurangi kecemasan anak dan keluarga. Dukungan Keluarga dimaksudkan untuk

penguatan kapabilitas dan tanggung jawab sosial keluarga guna meningkatkan

keberfungsian sosial Anak dan keluarga atau keluarga pengganti.

Dukungan Keluarga dapat diberikan dalam bentuk :

a. Penguatan kapabilitas dan tanggung jawab keluarga melalui pelatihan


pengasuhan;
b. Pendampingan kepada keluarga Anak melalui kunjungan rumah; dan
c. Penyelenggaraan kelompok bermain keluarga;
Bantuan digunakan untuk melaksanakan kegiatan Penguatan Kapabilitas Keluarga

(PKK). Penguatan Kapabilitas dan Tanggung Jawab Sosial keluarga yang dilakukan

oleh pendamping/lembaga sebanyak minimal 3 (tiga) kali.

a. Transport orangtua Rp. 50.000 (lima puluh ribu rupiah)

b. Konsumsi orangtua maksimal Rp. 50.000 (lima puluh ribu rupiah)

24
4. Terapi

Terapi dimaksudkan untuk mengoptimalkan fungsi fisik, mental spritual, psikososial,

dan penghidupan berdasarkan hasil asesmen Pekerja Sosial. Untuk mendukung

terapi tersebut dapat dialokasikan bantuan sebesar Rp. 200.000 (Dua Ratus Ribu

Rupiah) berupa barang dan/atau jasa.

a) Terapi Fisik

Terapi fisik dimaksudkan untuk mengoptimalkan, memelihara, dan mencegah

kerusakan atau gangguan fungsi fisik Anak. Bentuk terapi fisik dapat berupa

latihan terapeutik, pijat, urut dan terapi elektronik, dukungan alat bantu, serta

pelatihan dan dukungan psikososial terutama untuk Anak yang berkebutuhan

khusus dan dilakukan oleh terapis yang sesuai dengan kompetensinya.

b) Terapi Mental/Spritual

Terapi Mental/Spriritual dimaksudkan untuk membantu Anak menemukan makna

hidup, mengatasi kecemasan, dan depresi. dengan cara meditasi, terapi musik,

ibadah keagamaan, dan/atau terapi yang menekankan harmoni dengan alam,

dilakukan oleh pekerja sosial, bekerjasama dengan rohaniwan dan tenaga

profesional lainnya.

c) Terapi Psikososial

Terapi Psikososial dimaksudkan untuk memperkuat dan memobilisasi potensi

anak dan keluarga serta meningkatkan kemampuan pengelolaan diri dalam

lingkungan sosialnya. Dilakukan dengan cara melakukan berbagai terapi untuk

mengatasi masalah yang berkaitan dengan aspek kognisi, psikis, dan sosial.

dilakukan oleh pekerja sosial bekerjasama dengan tenaga profesional lainnya.

25
d) Terapi Penghidupan

Terapi Penghidupan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas kehidupan

dan memelihara kepemilikan aset Anak. Terapi penghidupan dilakukan dengan

cara memberikan keterampilan dan pelatihan yang sesuai dengan usia Anak

bekerja dan memungkinkan mereka untuk memperoleh atau mengalami

kehidupan kerja yang produktif dimasa mendatang, membangun konsep diri

yang positif, literasi finansial, mampu berfikir kritis dan memecahkan masalah

secara kreatif, empati dan proaktif, kemampuan berkomunikasi, kemampuan

bekerjasama dan menyelesaikan konflik.

Apabila tidak teralokasikan untuk terapi, maka bisa digunakan untuk

pengasuhan sosial dan dukungan keluarga.

26
BAB III
PELAPORAN, PENGHENTIAN/PENGALIHAN DAN SANKSI

A. PELAPORAN

Pelaporan Pemanfaatan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak dalam bentuk Hard Copy dan

Soft Copy dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)

Pihak Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak wajib membuat dan mengirimkan

laporan secara berjenjang dengan melampirkan:

a. Fotocopy rekening anak

b. Nota atau kuitansi untuk setiap transaksi pemanfaatan bantuan

c. Bukti pencairan uang dengan menggunakan buku tabungan dan/atau Anjungan

Tunai Mandiri (ATM), khusus untuk pencairan terakhir bukti harus menggunakan

buku tabungan.

d. Form E (Surat Pernyataan LKSA Telah Menerima Bantuan Rehabilitasi Sosial

Anak)

e. Form F (Daftar Nama Anak Penerima Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak)

f. Form G1 (Laporan Bantuan Bertujuan Anak)

g. Form G2 (Laporan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak Pengasuhan Sosial)

h. Form G3 (Laporan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak Dukungan Keluarga)

i. Form G4 (Laporan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak Terapi)

j. Surat Pertanggungjawaban Mutlak (SPTJM)

k. Berkas asli laporan disimpan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA),

sedangkan copy laporan dikirimkan ke Dinas Sosial Kabupaten/Kota

2. Dinas Sosial Kabupaten/Kota

Merekapitulasi laporan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak dari Lembaga

27
Kesejahteraan Sosial Anak dengan menggunakan Form H dan dirimkan ke Dinas

Sosial Provinsi.

3. Dinas Sosial Provinsi

Merekapitulasi laporan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak dengan menggunakan

Form H dari Dinas Sosial Kabupaten/Kota dan dirimkan ke Direktorat Rehabilitasi

Sosial Anak Kementerian Sosial RI.

4. Kementerian Sosial

Menerima dan menghimpun rekapitulasi laporan Rehabilitasi Sosial Anak Tahun

2019 dari Dinas Sosial Provinsi yang telah ditandatangani dan stempel oleh pejabat

berwenang menggunakan Form H.

B. PENGHENTIAN/PENGALIHAN

Penghentian dan pengalihan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak dilakukan apabila:

1. Penerima Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak telah berusia diatas 18 tahun.

2. Apabila anak meninggal dunia sebelum Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak dicairkan,

maka bantuan dapat dialihkan kepada penerima bantuan lainnya/pengganti.

3. Apabila anak meninggal dunia bersamaan dengan pencairan Bantuan Rehabilitasi

Sosial Anak, maka bantuan tetap diberikan.

4. Apabila anak sudah diterminasi (masa pengakhiran menerima layanan) oleh LKSA

dapat dilakukan pengalihan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Anak masuk didalam daftar usulan (daftar BDT) penerima Bantuan Rehabilitasi

Sosial Anak 2019.

b. Anak mempunyai NIK.

C. SANKSI

1. Sanksi akan diberikan ke Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, jika :

a. LKSA tidak mengirimkan laporan pertanggungjawaban keuangan dan laporan

28
kegiatan dengan dilampirkan bukti kuitansi dan bukti nota pembelian.

b. LKSA yang melakukan pelanggaran terkait dengan tindak pidana terhadap anak.

2. Jenis sanksi yang diberikan antara lain:

a. Teguran baik lisan maupun tertulis.

b. LKSA tidak dapat diusulkan kembali untuk mendapat Rehabilitasi Sosial Anak.

c. LKSA dapat diproses sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

29
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

A. MONITORING

1. Mekanisme Monitoring

Kegiatan monitoring dilakukan dalam rangka memastikan penyaluran dan

pemanfaatan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak berjalan sesuai dengan mekanisme

yang sudah diatur dalam petunjuk teknis. Kegiatan ini dilakukan secara berjenjang

mulai dari tingkat pusat, provinsi hingga kabupaten/kota.

a. Kementerian Sosial RI melakukan monitoring ke Dinas Sosial Provinsi.

Kementerian Sosial juga dapat melakukan pemantauan secara langsung ke

Dinas Sosial Kabupaten/Kota atau LKSA mitra

b. Dinas Sosial Provinsi melakukan monitoring ke Dinas Sosial Kabupaten/Kota.

Dinas Sosial Provinsi juga dapat melakukan pemantuan langsung ke LKSA mitra

diwilayah tersebut.

c. Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota melakukan monitoring ke seluruh

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)/Lembaga Mitra di wilayahnya.

2. Sasaran (aspek-aspek) monitoring meliputi:

a. Kelengkapan laporan pertanggungjawaban

b. Buku rekening anak

c. Ketepatan sasaran bantuan sosial kepada anak

d. Ketepatan jumlah anak

e. Ketepatan pemanfaatan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak (sesuai dengan Form

F dan Form G)

f. Manfaat dan Dampak Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak

30
B. EVALUASI

Evaluasi dimaksudkan untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan Bantuan

Rehabilitasi Sosial Anak. Evaluasi ini dibutuhkan agar dapat memberikan masukan

untuk menyempurnakan rehabilitasi sosial anak berikutnya. Sasaran (aspek-aspek)

evaluasi meliputi:

1. Jumlah dan jenis bantuan (input)

2. Proses pelaksanaan pemberian bantuan

3. Manfaat dan dampak bantuan sosial (hasil yang dicapai/output)

31
BAB IV

PENUTUP

Penyelenggaraan Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak Tahun 2019 merupakan bagian

dari Program Rehabilitasi Sosial (PROGRESA) diharapkan bermanfaat untuk

mengembangkan pengasuhan yang baik, mampu mengembangkan potensi anak

penerima manfaat. Muara dari seluruh kegiatan adalah meningkatnya kapabilitas sosial

dan tanggung jawab sosial anak dan keluarga. Dukungan Direktorat Rehabilitasi Sosial

Anak, Direktorat Jenderal rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial ingin memastikan bahwa

hal tersebut dapat tercapai. Karen itu, Petunjuk Teknis Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak

Tahun 2019 diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaksana PROGRESA. Hal-Hal yang

belum diatur dalam petunjuk teknis ini akan ditindaklanjuti dengan surat edaran atau surat

resmi Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI atau Direktur

Rehabilitasi Sosial Anak.

32
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. FORM PENGAJUAN BANTUAN

33
LAMPIRAN 2. FORM BUKTI PENCAIRAN UANG MELALUI TABUNGAN

34
LAMPIRAN 3. FORM E

SURAT PERNYATAAN
TANDA TERIMA BANTUAN REHABILITASI SOSIAL ANAK
TAHUN 2019

Nomor : ...................................................

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : .......................................................................................

Jabatan : .......................................................................................

Alamat : .......................................................................................

..................................................................................................................

Bertindak untuk dan atau atas nama LKSA:

Nama LKSA : .............................................................................

Alamat : .............................................................................

..................................................................................................................

Kab/Kota ..........................................Propinsi...........................................

Pada hari ..................tanggal.......................bulan .................tahun 2019, menyatakan telah


menerima Dana Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak Tahun 2019 dari Kementerian Sosial RI,
melalui :

Bank : ............................................................................
Dana yang diterima
Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak : Rp 1.000.000 x ..... anak =..............................
Total Bantuan Diterima LKSA : ………………………………..
Terbilang .................................................................................................

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan


sebagaimana mestinya.

...................................................2019
Yang membuat pernyataan
Kepala/Pimpinan

Stempel & materai


Rp. 6.000,-
35
(...................................................................)
LAMPIRAN 4. FORM F

36
LAMPIRAN 5. FORM G1

37
LAMPIRAN 6. FORM G2

38
LAMPIRAN 7. FORM G3

39
LAMPIRAN 8. FORM G4

40
LAMPIRAN 9. FORM H

41
LAMPIRAN 10. SURAT PERTANGGUNGJAWABAN MUTLAK (SPTJM)

SURAT PERTANGGUNGJAWABAN MUTLAK TABUNGAN BANTU ANAK


Yang bertanda tangan dibawah ini :
 Nama
:…………………………………………………………………………………………...
 Nomor KTP :
…………………………………………………………………………………………...
 Alamat :
…………………………………………………………………………………………...
 Adalah Pendamping LKSA :
…………………………………………………………………………………………...
 Nama LKSA :
…………………………………………………………………………………………...
 Alamat LKSA :
…………………………………………………………………………………………...

……………………………………………………………………
……………………...

Dengan ini menyatakan akan menyerahkan dana Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak
kepada anak yang berhak sesuai Surat Pemberitahuan yang diterbitkan oleh
Kementerian Sosial RI.
Dalam hal ini terjadi penyalahgunaan kewenangan saya sebagai Pendamping/Ketua
LKSA, maka saya bersedia bertanggungjawab atas penyalahgunaan kewenangan
tersebut dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk berhak untuk mengajukan
gugatan/klaim/tindakan hokum lainnya terhadap saya dalam hal PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk menderita kerugian akibat penyalahgunaan kewenangan oleh
saya.
Dengan ini saya membebaskan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dari segala
risiko yang timbul akibat tindakan/perbuatan yang dilakukan oleh saya. Demikian surat
pernyataan ini dibuat.
……………………,………………………………………
….

Materai
Rp.6.000
(…………………………………….)

42

Anda mungkin juga menyukai