Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya

manusia dalam rangka menikatkan dan mewujudkan pembangunan nasional.

Sebagai agen of change, pendidikan mampu menghidupkan taraf manusia menjadi

lebih baik. Dalam kehidupannya, manusia perlu dididik dan mendidik dirinya

untuk menjaga kelangsungan dan perkembangan hidupnya secara terus menerus.

Salah satu upaya tersebut adalah melalui pendiikan yang diselenggarakan oleh

pemerintah. Pelaksanaan pendidikan harus menjamin penikatan mutu pendidikan

ditengah perubahan perkembangan zaman yang ada agar manusia menjadi

manusia yang bertakwa kepada tuhan yang maha esa, cerdas produktif dan

berdaya saing tinggi dalam pergaulan nasional atau internasional.

Undang-undang (UU) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional mengamanatkan bahwa pasal 17 ayat 2 “Pendidikan Dasar berbentuk

Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidayah (MI) atau berbentuk lain yang

sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiah

(MTs) atau berbentuk lain yang sederajat”. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

“Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar

minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memugut biaya”, sedangkan dalam

ayat 3 menyebutkan bahwa “wajib belajar merupakan tanggung jawab negara

yang diselanggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah , pemerintah daerah,

dan masyarakat”. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut adalah

1
pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi

seluruh peserta didik pada tingkat Pendidikan Dasar (SD dan SMP) serta satuan

pendidikan lain yang sederajat.

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintah yang

pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasional non

personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.

Menurut PP 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan, biaya non personalia

adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tidak

langsung berupa daya, air, jasa, telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan

prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dll. Namun

demikian, ada beberapa jenis pembiayaan personalia yang diperbolehkan dibiayai

dengan dana BOS.

Pelaksanaan program BOS akan diatur dengan 3 peraturan menteri yaitu:

1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2017 tentang


Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2018;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah.
3. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 511 Tahun 2019
Tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada
Madrasah Tahun Anggaran 2019.

Dengan adanya progaram BOS ini siswa tingkat pendidikan Dasar akan

dibebaskan dari beban biaya operasional sekolah atau dengan kata lain tidak

dipungut biaya. Asumsi sebagian besar masyarakat bahwa Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) berarti sekolah gratis, memang tidak selalu salah. Dengan kisaran

angka BOS Rp.800.000,- persiswa dalam satu tahun untuk siswa SD/sedarajat,

Rp.1.000.000,- persiswa dalam satu tahun untuk siswa SMP/sederajat dan

2
Rp.1.400.00,- persiswa dalam satu tahun untuk siswa SMA/sederajat. Dihitung

dari hasil perhitungan biaya satuan (unit cost) rata-rata ditanggung oleh

masyarakat/orang tua, sehingga kalau biaya yang dibebankan pada orang tua ini

diambil oleh pemerintah melalui penyedia dana BOS, mestinya secara logika

masyarakat sudah tidak perlu membayar lagi. Namun besarnya kebutuhan sekolah

untuk melayani satu siswa tidak sama dengan biaya yang ditanggung masyarakat.

Penyebab lain juga terjadi pada partisipasi masyarakat yang kurang karena tidak

memiliki akses untuk mendapat informasi mengenai anggaran sehingga

masyarakat tidak bisa melakukan pengawasan. Jelas terlihat bahwa di dalam

implementasinya, fungsi pengawasan sangat kurang. Tidak ada transparansi dan

akuntabilitas dalam proses implementasi anggaran di sekolah madrasah.

Penyaluran dana BOS tersebut dilaksanakan oleh Tim Manajemen BOS

Tingkat Provinsi yang disalurkan melalui rekening sekolah, dan penyaluran dana

BOS tersebut melalui data penerima dana BOS yang dikirim dari sekolah ke Tim

Manajemen Kabupaten untuk dikirim ke Tim Manajemen Tingkat Provinsi sesuai

data yang akurat.

Monitoring Kantor Kementrian Agama Bidang Pendidikan Kabupaten

Parigi Moutong tahun 2018, Menyatakan bahwa manajemen BOS tingkat

madrasah tidak transparan dan akuntabel dalam mengelola dana BOS, karena

masih menemukan banyak masalah terutama dalam pelaksanaannya pengelolaan

dana BOS di sekolah Madrasah masih banyak permasalahan-permasalahan yang

terjadi mulai dari penyusunan anggaran BOS, penggunaan dana BOS, sampai

dengan pelaporan pertanggungjawaban BOS. Kurangnya transparansi penggunaan

3
dana BOS tersebut dilihat dari banyaknya sekolah madrasah yang tidak memasang

papan informasi tentang rencana maupun penggunaan dana BOS, padahal papan

informasi tersebut sifatnya adalah wajib.

Fenomena inilah yang menarik penulis untuk meneliti tentang Pengaruh

Akuntabilitas Dan Transparansi Terahadap Pengelolaan Dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) Pada Madrasah Swasta Di Kabupaten Parigi

Moutong. Selain itu, terkait pelaksanaan dana BOS itu sendiri peneliti tertarik

apakah pemanfaatan dana BOS sudah sesuai dengan Petunjuk Teknis (juknis)

yang di tetapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 511 Tahun 2019

Tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Pada Madrasah Tahun

Anggaran 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, rumusan

masalah yang diangkat pada penelitian ini yaitu:

1. Apakah akuntabilitas dan transparansi secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

pada Madrasah Swasta Di Kabupaten Parigi Moutong?

2. Apakah akuntabilitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada Madrasah

Swasta Di Kabupaten Parigi Moutong?

3. Apakah transparansi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada Madrasah

Swasta Di Kabupaten Parigi Moutong?

4
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut diatas, maka

tujuan dilakukannya penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan akuntabilitas dan transparansi

terhadap pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada

Madrasah Swasta Di Kabupaten Parigi Moutong.

2. Untuk mengetahui Pengaruh secara parsial akuntabilitas terhadap

pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada Madrasah

Swasta Di Kabupaten Parigi Moutong.

3. Untuk mengetahui Pengaruh secara parsial transparansi terhadap

pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada Madrasah

Swasta Di Kabupaten Parigi Moutong.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebesar-besarnya bagi

penggunaannya baik itu dilihat dari kegunaan teoritis dan kegunaan praktis bagi

penelitian selanjutnya.

1. Kegunaan Teoritis

Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan untuk dijadikan bahan

pembelajaran mengenai akuntansi sektor publik khususnya akuntabilitas,

transparansi dan pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS),

serta untuk kemajuan pendidikan sebagai referensi dan data tambahan bagi

peneliti-peneliti lainnya yang tertarik pada bidang kajian ini.

5
2. Kegunaan Praktis

Memberikan informasi mengenai pengelolaan dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) pada Madrasah Swasta di Kabupaten Parigi Moutong.

Informasi tersebut dapat dijadikan dasar perumusan akuntabilitas dan

transparansi terkait dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada

Sekolah Madrasah di masa mendatang.

5.1 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan dalam Proposal Skripsi ini terdiri dari tiga bab di

mana setiap bab akan berkaitan dengan yang lainnya dengan urutan sebagai

berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Kegunaan Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi Penelitian Terdahulu, Akuntabilitas, Transparansi, Dana

Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Kerangka Pemikiran dan

Pengembangan Hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi Objek Penelitian, Jenis Penelitian, Jenis dan Sumber Data,

Teknik dan Pengumpulan Data, Populasi dan Sampel, Operasionalisasi

Variabel, Pengujian Instrumen, Transformasi Data, Uji Asumsi Klasik,

Metode Analisis dan Uji Hipotesis.

6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi Gambaran Umum Lokasi Penelitian, Profil Responden,

Deskripsi Variabel Penelitian, Hasil Pengujian Instrumen Penelitian, Hasil

Transformasi Data, Hasil Uji Asumsi Klasik, Hasil Analisis Regresi Linear

Berganda, Pembuktian Hipotesis, dan Pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi Kesimpulan dan Saran-saran.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Kajian ini akan membahas beberapa hasil penelitian terdahulu yang ada

relevensinya dengan rencana penelitian, sebagai bahan perbandingan dan

rekomendasi peneliti. Fokus kajian ini akan melihat konsep-konsep atau teori-

teori apa saja yang dijadikan landasan pemikiran, masalah apa yang disajikan

kajian, bagaimana hasil-hasil penelitian tersebut dapat mendukung terhadap

rencana penelitian ini, apa kesimpulannya dan saran dari hasil penelitian tersebut.

Rakhmawati (2018) melakukan penelitian tentang akuntabilitas dan

transparansi terhadap efektifitas pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah

(BOS) dengan partisipasi stakeholder sebagai variabel moderasi. Metode yang

digunakan adalah analisis regresi moderasi dengan uji interaksi. Hasil penelitian

menunjukan bahwa akuntabilitas berpengaruh positif terhadap dan signifikan

terhadap Efektivitas Pengelolaan Dana Bos Yang Ditunjukkan Oleh T Hitung

Sebesar 2,701 Tingkat Signifikansi 0,01 <0,05. Sedangkan Transparansi

Berpengaruh Negatif Dan Tidak Signifikan Dengan T Hitung Sebesar 1,642 Dan

Tingkat Signifikansi 0,112> 0,05. Partisipasi Memiliki Pengaruh Positif Dan

Tidak Signifikan Dengan T Hitung 0,809 Dan Tingkat Signifikansi 0,423> 0,05.

Rachmi (2017) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Akuntabilitas

dan Transparansi Terhadap Efektivitas Pengelolaan Dana Bantuan Operasional

Sekolah (Studi Survei Pada Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Cianjur). Variabel-

variabel yang diteliti adalah akuntabilitas dan trasparansi sebagai variabel

8
indepanden. Efektivitas pengelolaan dana bantuan operasional sekolah sebagai

variabel depanden. Metode penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian

eksplanatori menggunakan analisis regresi linear berganda dengan menggunakan

software SPSS 2.0 for windows, dengan jumlah sampel 30 responden yang berasal

dari 30 Kepala Sekolah yang sedang menjabat di Sekolah Dasar Negeri yang

beralokasi di Kabupaten Cianjur. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa

akuntabilitas dan transparansi mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas

pengelolaan dana bantuan operasional sekolah di Sekolah Dasar Negeri

Kabupaten Cianjur.

Fijriani (2013) melakukan penelitian mengenai Peran akuntabilitas dan

transparansi dalam pertanggungjawaban pengelolaan dana bantuan operasional

sekolah . Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pendidikan Kabupaten Subang.

Penelitaian dilakukan dengan menggunakan teknik survey dengan menyebarkan

kuesioner kepada 30 orang pegawai Dinas Pendidkan Pemerintah Kabupaten

Subang dengan kemudian dilakukan uji validasi, uji reliabilitas dan analisis

regresi linier berganda pada data tersebut. Berdasarkan hasil penelitian

menunjukan bahwa akuntabilitas dan transparansi secara parsial dan simultan

memberikan peran terhadap pertanggungjawaban dana Bantuan Operasional

Sekolah.

9
Tabel 2.1
Matriks Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu

No Penelitian Terdahulu Persamaan Perbedaan

1. Ita Rakhmawati, (2018) 1.1 Akuntabilitas 1.1 Partisipasi sebagai


sebagai variabel variabel X
“Pengaruh X 1.2 Efektivitas
Akuntabilitas dan 1.2 Transparansi pengelolaan dana
transparansi terhadap sebagai variabel BOS sebagai
efektifitas pengelolaan X variabel Y
dana Bantuan 2.1 - 2.1 Kabupaten Jawa
Operasional Sekolah 3.1 - Tengah
(BOS) dengan 3.1 Analisis regresi
partisipasi stakeholder moderasi dengan uji
sebagai variabel interaksi
moderasi”

1. Variabel Penelitian
2. Lokasi Penelitian
3. Metode Analisis

2. Silvya Nur Rachmi, 1.1 Akuntabilitas 1.1 Efektivitas


(2017) sebagai variabel pengelolaan dana
X BOS sebagai
“Pengaruh 1.2 Transparansi variabel Y
Akuntabilitas dan sebagai variabel X 2.1 Kabupaten Cianjur
Transparansi Terhadap 2.1 – 3.1 –
Efektivitas Pengelolaan 3.1 Analisis regresi
Dana Bantuan linear berganda
Operasional Sekolah
(Studi Survei Pada
Sekolah Dasar Negeri
Kabupaten Cianjur)”

1. Variabel Penelitian
2. Lokasi Penelitian
3. Metode Analisis

3. Vina Mentari Fijriani, 1.1 Akuntabilitas 1.1 Pertanggungjawaban


(2013) sebagai variabel X pengelolaan dana
1.2 Transparansi sebagai BOS sebagai
variabel X variabel Y
“Peran Akuntabilitas 2.1 – 2.1 Kabupaten Subang
dan Transparansi Dalam 3.1 Analisis regresi 3.1 –
Pertanggungjawaban linear berganda

10
Lanjutan Tabel 2.1
Pengelolaan Dana
Bantuan Operasional
Sekolah (BOS)
(Studi Kasus pada
Dinas Pendidikan
Kabupaten Subang)”

1. Variabel Penelitian
2. Lokasi Penelitian
3. Metode Analisis

Sumber: Data diolah 2019

2.2 Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan istilah yang berasal dari bahasa inggris yaitu kata

account yang berarti catatan atau laporan dan ability yang berarti kemanpuan

akuntabilitas (accountability) secara umum dapat diartikan sebagai suatu bentuk

pertanggungjawaban. Akuntabilitas di lembaga pemerintahan muncul selaras

dengan kebutuhan untuk menilai kinerja sektor publik juga untuk memberikan

pertanggungjawaban kepada masyarakat atas dana yang diterima sektor publik

yang berasal dari masyarakat.

Pengertian Akuntabilitas menurut keputusan Lembaga Adminitrasi Negara

(LAN) No. 239/IX/6/8/2003 adalah sebagai berikut:

Akuntabilitas merupakan kewajiban menyampaikan pertanggungjawaban


atau untuk menjawab atau menerangkan kinerja dan tindakan seseorang
/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang
memiliki hak atau suatu kewenagan untuk minta keterangan akan
pertanggungjawaban.

Menurut Mardiasmo (2009:20), merangkan bahwa pengertian

akuntabilitas adalah sebagai berikut:

11
Akuntabilitas adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk
memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan
mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak
dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.

Menurut Sulistoni (2003:35), pemerintahan yang accountable memiliki

ciri-ciri diantaranya sebagai berikut:

1. Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah secara


terbuka, cepat dan tepat kepada masyarakat.
2. Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik.
3. Mampu menjelaskan dam mempertanggungjawabkan setiap kebijakan
publik secara proposional.
4. Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam
proses pembangunan dan permintaan.
5. Adanya sasaran bagi publik untuk menilai kinerja (performance)
pemerintah. Dengan pertanggujawaban publik, masyarakat dapat
menilai derajat penilaian pencapaian pelaksanaan program/kegiatan
pemerintah.
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa akuntabilitas

merupakan pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure) atas aktifitas dan

kinerja finansial kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui pertanggungjawaban secara

periodik.

2.2.1 Sifat Akuntabilitas

Menurut Baswir (2000:7), akuntabilitas dapat diartikan sebagai berikut:

Akuntabilitas diartikan sebagai hubungan antara pihak yang memegang


kendali dan mengatur entitas dalam pihak yang meliki kekuatan formal
atas pihak pengendali tersebut. Dalam hal ini dibutuhkan juga pihak ketiga
yang accontableI untuk memberikan penjelasan atau alasan yang masuk
akal terhadap seluruh kegiatan yang dilakukan dan hasil usaha yang
diperboleh sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas dan pencapaian
satu tujuan tertentu.

12
Akuntabilitas pemerintahan tidak dapat diketahui tanpa pemerintah

memberikan kepada rakyat tentang informasi sehubungan dengan pengumpulan

sumber daya dan sumber dana masyarakat beserta penggunaannya. Menurut

Baswir (2000:7), akuntabilitas dapat dipandang dari berbagai perspektif, dari

perspektif akuntansi menyatakan bahwa akuntabilitas suatu entitas pemerintah

dapat dibagi dalam empat kelompok, yaitu:

1. Sumber daya finansial.

2. Kepatuhan terhadap aturan hokum dari kebijakan administrasi.

3. Efesiensi dan ekonomisnya suatu kegiatan.

4. Hasil program dan kegiatan pemerintah yang tercemin dalam pencapaian,

tujuan, dan efektifitas.

2.2.2 Bentuk-bentuk Akuntabilitas

Menurut Mardiasmo (2009:21), secara umum akuntabilitas publik terdiri

dari dua macam, yaitu:

1. Akuntabilitas Vertikal (Vertical accountability)


Akuntabilitas Vertikal (Vertical Accountability) Pertanggung jawaban
atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya
pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemeerintah
daerah, pertanggunjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah
pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR.
2. Akuntabilitas Horisontal (Vertical Accountability)
Akuntabilitas Horisontal (Vertical Accountability) adalah pertanggung
jawaban kepada masyarakat luas. Dalam konteks organisasi
pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan
disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut.
Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus bisa menjadi subjek
pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik.

13
Sedangkan menurut Rosjidi (2001), akuntabilitas dibagi menjadi dua

macam, yaitu:

1. Akuntabilitas Internal
Akuntabilitas internal berlaku bagi setiap tingkatan organisasi internal
penyelenggaraan pemerintah Negara termaksuk pemerintah dimana
setiap pejabat atau pengurus publik baik individu maupun kelompok
secara hierarki berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan kepada
atasannya langsung mengenai perkembangan kinerja kegiatan secara
periodik maupun sewaktu-waktu bila dipandang perlu.
2. Akuntabilitas Eksternal
Akuntabilitas aksternal melekat pada setiap lembaga Negara sebagai
suatu organisasi untuk mempertanggungjawabkan semua amanat yang
telah diterima dan dilaksanakan ataupun perkembangan untuk
dikomunikasikan kepada pihak eksternal lingkungannya.

2.2.3 Dimensi Akuntabilitas

Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik

terdiri atas beberapa dimensi. Dalam Mardismo, (2009:21), menyatakan bahwa

dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi organisasi sektor publik, yaitu:

1. Akuntabilitas Kejujuran Dan Akuntabilitas Hukum (Accountability for


Probility and Legality)
Akuntabilitas kejujuran berkaitan dengan penghindaran
penyalagunaan jabatan (abuse of power), korupsi dan kolusi,
sedangkan akuntabilitas hukum berkiatan dengan kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam menjalankan
organisasi, Akuntabilitas kejujuran menuntut adanya praktik
organisasi yang sehat tidak terjadi malpraktek dan maladminitrasi,
sedangkan akuntabilitas hokum menuntu penegakan hukum (law
enforcemen).
2. Akuntabilitas proses (Process Accountability)
Akuntabilitas proses terkait dengan prosedur yang digunakan dalam
pelaksnaan dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, system
informasi manajemen, dan prosedur adminitrasi. Akuntabilitas proses
termanifikasikan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat
responsive dan murah biaya.

3. Akuntabilitas program (Program Accountability)


Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan
yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah

14
mempertimbangkan alternative program yang memberikan hasil yang
optimal dengan biaya yang minimal. Lembaga-lembaga publik harus
mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai dengan
pelaksanaan program.
4. Akuntabilitas Kebijakan (Policy Acountability)
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban lembaga
publik atas kebijakan-kebijakan yang diambil. Lembaga-lembaga
publik hendaknya dapat mempertanggungjawabkan kebijakan yang
telah ditetapkan dengan pertimbangan dampak dimasa depan.

2.3 Transparansi

Transparansi dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi sebagai

proses, kelembagaan dan informasi yang dapat di akses secara bebas oleh mereka

yang membutuhkan, dan informasi tersebut disediakan secara memadai dan

mudah dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi.

Menurut Mardiasmo (2009:18), “Transparansi berarti keterbukaan


(openness) pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan
aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang
membutuhkan informasi”

Mustopadidjaja (2003:261), mendefinisikan “Transparansi didefinisikan


sebagai penyediaan informasi tentang pemerintahan bagi publik dan
dijaminnya kemudahan di dalam memperoleh informasi-informasi yang
akurat dan memadai”

2.3.1 Prinsip-prinsip Transparansi

Mustopadidjaja (2003:261), prinsip transparansi tidak hanya berhubungan

dengan hal-hal yang menyangkut keuangan, transparansi pemerintah dalam

perencanaan juga meliputi 5 (lima) hal sebagai berikut :

1. Keterbukaan dalan rapat penting dimana masyarakat ikut memberikan


pendapatnya.
2. Keterbukaan infromasi yang berhubungan dengan dokumen yang
perlu diketahui oleh masyarakat.
3. Keterbukaan prosedur (pengambilan keputusan atau prosedur
penyusunan rencana).

15
4. Keterbukaan register yang berisi fakta hukum (catatan sipil, buku
tanah, dll).
5. Keterbukaan menerima peran serta masyarakat.

Kristianten (2006:52) menyebutkan bahwa transparansi anggaran adalah

informasi terkait perencanaan penganggaran merupakan hak setiap masyarakat.

Hak masyarakat yang terkait penganggaran yaitu :

1. Hak untuk mengetahui

2. Hak untuk mengamati dan menghadiri pertemuan publik

3. Hak untuk mengemukkan pendapat

4. Hak untuk memperoleh dokumen publik

5. Hak untuk diberi informasi

Berdasarkan penjelasan tersebut, beberapa prinsip yang dimaksud dalam

penelitian ini antara lain, adanya keterbukaan informasi yang mudah dipahami

oleh masyarakat, adanya publikasi mengenai detail dari pengelolaan keuangan

dana BOS yang dilakukan oleh pihak Sekolah Madrasah. Prinsip transparansi

menciptakan kepercayaan timbal balik antara masyarakat dan pihak sekolah

melalui penyediaan informasi yang akurat dan memadai. Transparansi akan

mengurangi tingkat ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan

mengenai pengelolaan dana BOS. Selain itu, transparansi dapat mempersempit

peluang korupsi pihak sekolah dengan masyarakat ikut berpartisipasi dalam

pengambilan keputusan.

16
2.3.2 Dimensi Transparansi

Krina (2003) menerangkan bahwa dimensi dari transaparansi adalah

sebagai berikut:

1. Penyediaan informasi yang jelas tentang tanggungjawab.


2. Menyusun suatu mekanisme pengaduan jika ada peraturan yang
dilanggar atau permintaan untuk membayar uang suap.
3. Kemudahan akses informasi.
4. Meningkatkan Arus Informasi melalui kerjasama dengan media massa
dan lembaga non pemerintah.

Dari definisi-definisi di atas dapat dikatakan bahwa transparansi atau

keterbukaan berarti keputusan yang diambil dan pelaksanaannya dilakukan

dengan cara atau mekanisme yang mengikuti aturan atau regulasi yang ditetapkan

oleh lembaga. Transparansi juga bisa berarti bahwa informasi yang berkaitan

dengan organisasi tersedia secara mudah dan bebas serta bisa diakses oleh mereka

terkena dampak kebijakan yang dilakukan oleh organisasi tersebut.

2.4 Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Berdasrkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 7141

Tahun 2017 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada

Madrasah Tahun Anggaran 2018, menyatakan bahwa Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) adalah program pemerintah yang pada dasarnya untuk penyediaan

pendanaan biaya operasi non personalia bagi sekolah dasar sebagai pelaksana

program wajib belajar.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 2008 tentang pendanaan

pendidikan, biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan

pendidikan habis pakai, dan biaya tak lansung berupa daya, air, jasa

17
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi,

konsumsi, pajak dan lain-lian. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan

investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.

2.4.1 Tujuan, Sasaran dan Besar BOS

Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban

masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan yang bermutu. Secara khusus

program BOS bertujuan untuk:

1. Membebaskan segala jenis biaya pendidikan bagi seluruh siswa miskin di

tingkat pendidikan dasar, baik di madrasah negeri maupun madrasah

swasta.

2. Membebaskan biaya operasional sekolah bagi seluruh siswa MI negeri,

MTs negeri dan MA Negeri.

3. Meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa di madrasah

swasta.

4. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan memberikan

kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi peserta didik yang

orangtua/walinya tidak mampu untuk mendapatkan layanan pendidikan

yang terjangkau dan bermutu.

Sasaran program BOS adalah semua Madrasah Negeri dan Swasta di

seluruh Provinsi di Indonesia yang telah memiliki izin operasional. Siswa

madrasah penerima BOS adalah lembaga madrasah yang menyelenggarakan

kegiatan belajar mengajar pada pagi hari dan siswanya tidak terdaftar sebagai

siswa SD, SMP, atau SMA. Bagi madrasah yang menyelenggarakan kegiatan

18
pembelajaran pada sore hari, dapat menjadi sasaran program BOS setelah

dilakukan verifikasi oleh Seksi Madrasah/TOS Kantor Kemenag Kabupaten/Kota.

Besar biaya satuan BOS yang diterima oleh madrasah, dihitung

berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan:

1. Madrasah Ibtidaiyah : Rp. 800.000,-/siswa/tahun

2. Madrasah Tsanawiyah : Rp. 1.000.000,-/siswa/tahun

3. Madrasah Aliyah : Rp. 1.400.000,-/siswa/tahun

Pada Tahun Anggaran 2019, dana BOS akan diberikan selama 12 bulan

untuk periode Januari sampai Desember 2019, yaitu untuk keperluan Buku Teks

semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 dan semester 1 tahun pelajaran 2018/2019.

Penyaluran dana BOS untuk madrasah swasta dilakukan dua tahap (setiap

semester), berdasarkan pengajuan RKAM dari madrasah swasta. Sedangkan untuk

madrasah negeri, pencairan dana BOS dilakukan langsung oleh satker Madrasah.

Namun untuk MIN yang anggarannya terletak pada DIPA Kantor Kemenag

Kabupaten/Kota pencairannya dilakukan oleh Satker Kantor Kemenag

Kabupaten/Kota.

2.4.2 Tugas dan Tanggungjawab Madrasah Swasta

Tim manajemen BOS Madrasah Swasta seperti Kepala Madrasah sebagai

penenggungjawab, guru sebagai bendahara BOS, dan Komite Madrasah sebagai

anggota sekaligus pengawal penggunaan dana BOS memiliki tugas dan

tanggungjawab sebagai berikut:

1. Melakukan verifikasi jumlah dana yang diterima dengan data siswa yang

ada. Bila jumlah dana yang diterima melebihi dan atau kekurangan dari

19
yang semestinya, maka harus segera memberitahukan kepada Kantor

Kemenag Kab/Kota;

2. Bersama-sama dengan Komite Madrasah, mengidentifikasi siswa miskin

yang akan dibebaskan dari segala jenis iuran;

3. Mengelola dana BOS secara bertanggungjawab sesuai dengan peraturan

dan ketentuan yang ditetapkan secara transparan;

4. Mengumumkan rencana penggunaan dana BOS di madrasah menurut

komponen dan besar dananya;

5. Mengumumkan besar dana BOS yang digunakan oleh madrasah yang

ditandatangani oleh Kepala Madrasah, Bendahara, dan Komite Madrasah;

6. Membuat laporan pertanggungjawaban dana BOS yang ditandatangani

oleh Kepala Madrasah;

7. Bertanggungjawab terhadap penyimpangan penggunaan dana di madrasah;

8. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;

9. Menyimpan bukti-bukti pengeluaran asli dengan baik dan terarsip dengan

rapih.

2.4.3 Mekanisme Alokasi Dana BOS Pada Madrasah Swasta

Pengalokasian dana BOS pada madrasah swasta dilaksanakan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam mengumpulkan data jumlah siswa

Madrasah pada tiap Provinsi yang telah dikirimkan melalui EMIS Kanwil

Kementerian Agama dengan format yang dilengkapi nama, tempat tanggal

20
lahir, alamat, dan data lainnya sebagaimana format isian yang disediakan

oleh EMIS Direktorat Jenderal Pendidikan Islam;

2. Atas dasar data jumlah siswa madrasah pada tiap provinsi berbasis EMIS

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam tersebut, Direktorat Kurikulum,

Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah menetapkan alokasi dana

BOS untuk madrasah pada tiap provinsi yang dituangkan dalam DIPA

Kanwil Kementerian Agama Provinsi atau Kantor Kementerian Agama

Kabupaten/Kota;

3. Setelah menerima alokasi dana BOS dari Direktorat Jenderal Pendidikan

Islam, Bidang Pendidikan Madrasah/Pendidikan Islam Kanwil

Kementerian Agama Provinsi dan Seksi Madrasah/TOS Kantor

Kementerian Agama Kabupaten/Kota melakukan verifikasi ulang data

jumlah siswa tiap madrasah sebagai dasar dalam menetapkan alokasi dana

BOS di tiap madrasah;

Dalam menetapkan alokasi dana BOS tiap madrasah perlu

dipertimbangkan bahwa dalam satu tahun anggaran terdapat dua periode tahun

pelajaran yang berbeda, sehingga perlu acuan sebagai berikut:

1. Alokasi dana BOS untuk periode Januari-Juni 2018 didasarkan pada

jumlah siswa semester kedua tahun pelajaran 2017/2018.

2. Alokasi dana BOS untuk periode Juli-Desember 2018 didasar- kan pada

data jumlah siswa semester pertama tahun pelajaran 2018/2019. Oleh

karena itu setiap madrasah harus segera me- nyerahkan surat pernyataan

tentang jumlah siswa kepada Pe- jabat Pembuat Komitmen (PPK) Kanwil

21
Kementerian Agama Provinsi atau Kantor Kementerian Agama

Kabupaten/Kota setelah masa penerimaan peserta didik baru tahun

pelajaran 2018/2019 selesai.

2.4.4 Mekanisme Penyaluran Dana BOS Pada Madrasah Swasta

Penyaluran dana BOS ke madrasah swasta dilakukan oleh Kanwil

Kementerian Agama Provinsi atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota

sesuai dengan kebutuhan dan peruntukan secara Tepat sasaran, Tepat waktu, dan

Tepat guna, sedangkan untuk madrasah negeri dana BOS sudah teranggarkan

dalam DIPA masing-masing satker madrasah negeri. Pencairan dana BOS ke

madrasah swasta dilakukan sesuai ketentuan atau melalui mekanisme pembayaran

langsung (LS) ke rekening madrasah swasta sebagai penerima bantuan

operasional agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat merugikan Keuangan

Negara.

1. Penetapan Pejabat Perbendaharaan

a. Dalam hal DIPA dana BOS madrasah swasta dialokasikan pada

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, Kuasa Pengguna

Anggaran atas DIPA dimaksud dapat menetapkan Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK) khusus pencairan dana BOS lebih dari 1 (satu)

orang sesuai kebutuhan pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi

atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota melalui Surat

Keputusan.

b. Dalam hal DIPA dana BOS madrasah swasta dialokasikan pada

Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, Kuasa Pengguna

22
Anggaran (KPA) atas DIPA dimaksud dapat menetapkan Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK) khusus pencairan dana BOS lebih dari 1

(satu) orang sesuai kebutuhan pada Kantor Kementerian Agama

Kabupaten/Kota melalui Surat Keputusan.

c. Dalam hal DIPA dana BOS Madrasah Ibitidaiyah Negeri (MIN)

dialokasikan pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota,

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atas DIPA dimaksud dapat

menetapkan Kepala MIN yang tidak memiliki kewenangan mengelola

DIPA tersebut sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

2. Syarat penyaluran dana BOS adalah:

a. Dalam pengajuan pencairan dana BOS, Madrasah Swasta harus

menyampaikan Rencana Kegiatan dan Anggaran Madrasah (RKAM)

dalam jangka waktu satu tahun. Jika pada tahap dua terjadi perubahan

nilai bantuan dalam jangka waktu satu tahun maka perlu dilakukan

perubahan RKAM;

b. Diterbitkannya Surat Keputusan PPK tentang Penetapan Madrasah

Swasta Penerima Bantuan Operasional Sekolah yang di sahkan oleh

Kuasa Pengguna Anggaran;

c. Atas nama KPA, PPK membuat Surat Perjanjian Kerjasama dengan

Kepala Madrasah Swasta sebagai penerima dana BOS pada pengajuan

tahap satu yang memuat hak dan kewajiban antara kedua belah pihak,

dan jika pada tahap dua terjadi perubahan isi perjanjian kerjasama

maka perlu dilakukan addendum antara kedua belah pihak;

23
d. PPK melakukan pencairan berdasarkan permohonan dari penerima

bantuan dilampiri RKAM, PKS yang sudah ditandatangani kedua

belah pihak, dan kui- tansi/bukti penerimaan yang sudah

ditandatangani Kepala Madrasah.

e. Pencairan tahap kedua, dilampiri kuitansi/bukti penerimaan yang

sudah ditandatangani Kepala Mad- rasah dan Surat Pernyataan

Tanggung Jawab Belanja (SPTB).

f. PPK melakukan pengujian dokumen permohonan pencairan dana

BOS yang diajukan madrasah sesuai dengan Petunjuk Teknis. Dalam

hal pengujian tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis BOS, PPK

menyampaikan informasi kepada madrasah untuk melengkapi dan

memperbaiki dokumen permohonan.

3. Peyaluran dana BOS untuk madrasah swasta dilaksanakan oleh Kantor

Wilayah Kementerian Agama Provinsi atau Kantor Kemenag

Kabupaten/Kota melalui dua tahap, dengan mekanisme sebagai berikut:

a. Pencairan dana BOS untuk madrasah swata menggunakan mekanisme

: 35% untuk pembelian buku Teks Utama serta Buku Pelajaran Agama

Pendamping secara kesatuan sesuai dengan E- Katalog atau Harga

Eceran Tertinggi yang sama dan sesuai dengan yang ada di

Kemendikbud, dan 65% untuk kebutuhan operasional madrasah

dengan pembayaran langsung (LS) dalam bentuk uang kepada

madrasah melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

24
Pencairan dana BOS dengan mekanisme pembayaran langsung

dilakukan dua tahap.

a) Tahap I sebesar 50% (lima puluh persen) setelah syarat

penyaluran telah selesai/lengkap. Dibayarkan paling lambat

minggu ke-satu bulan Maret, dengan dilampiri:

- a.1. Rencana Kegiatan dan Anggaran Madrasah (RKAM);

- a.2. Surat Perjanjian Kerjasama yang telah ditandatangani

oleh Kepala Madrasah dan Pejabat Pembuat Komitmen;

- a.3.Kuitansi/bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani

oleh Kepala Madrasah.

b) Tahap II sebesar 50% (lima puluh persen) apabila dana pada

tahap I telah dipergunakan sekurang- kurangnya sebesar 80% dan

setelah syarat penyaluran telah selesai/lengkap. Dibayarkan

paling lambat minggu ke-empat bulan Agustus, dengan dilampiri:

- b.1.Kuitansi/bukti penerimaan uang yang telah

ditandatangani oleh Kepala Madrasah;

- b.2. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB).

b. PPK menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) setelah semua

syarat penyaluran dana BOS sudah lengkap dan selesai dilaksanakan.

c. PPSPM menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) yang ditujukan

kepada KPPN berdasarkan pengajuan SPP dari PPK

25
d. Dalam hal Penyampaian laporan pertanggungjawaban dana BOS dari

madrasah sesuai dengan Surat Perjanjian Kerjasama setelah pekerjaan

selesai atau pada akhir tahun anggaran, substansinya meliputi:

a) Laporan jumlah dana yang diterima, dipergunakan dan sisa dana.

b) Pernyataan bahwa pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan bukti-

bukti pengeluaran telah disimpan.

c) Jika terdapat sisa dana BOS pada akhir tahun anggaran, maka

harus disetor ke rekening Kas Negara dengan melampirkan bukti

surat setoran sisa dana ke rekening Kas Negara.

2.4.5 Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah

Pengelolaan dana BOS di madrasah (MI, MTs, dan MA) harus didasarkan

pada kesepakatan dan keputusan bersama antara pihak madrasah, dewan guru, dan

komite madrasah. Hasil kesepakatan di atas harus dituangkan secara tertulis dalam

bentuk berita acara rapat dan ditandatangani oleh peserta rapat. Kemudian

dibuatkan Rencana Kegiatan dan Anggaran Madrasah yang akan diajukan ke

Kanwil Kementerian Agama Provinsi atau Kantor Kementerian Agama

Kabupaten/Kota.

2.4.5.1 Komponen Pembiayaan

Dana BOS yang diterima oleh madrasah, dapat digunakan untuk

membiayai komponen kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Pengembangan perpustakaan

2. Kegiatan dalam rangka Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

3. Kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler siswa

26
4. Kegiatan Ulangan dan Ujian

5. Pembelian bahan-bahan habis pakai

6. Langganan daya dan jasa

7. Rehab ringan ruang kelas atau pemeliharaan gedung madrasah

8. Pembayaran honorarium bulanan Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil

(GBPNS) dan tenaga pendidikan bukan PNS

9. Pengembangan Profesi guru dan tenaga pendidikan

10. Membantu siswa miskin

11. Pembiayaan pengelolaan dana BOS

12. Pembelian perangkat computer

13. Biaya lain-lain jika seluruh komponen 1 s.d 12 telah terpenuhi

pembiayaannya dari BOS.

Dalam menggunakan dana BOS, madrasah harus memperhatikan hal- hal

sebagai berikut:

1. Prioritas utama penggunaan dana BOS adalah untuk kegiatan belajar dan

operasional madrasah;

2. Bagi madrasah yang telah menerima DAK, tidak diperkenankan

menggunakan dana BOS untuk peruntukan yang sama. Sebaliknya jika

dana BOS tidak mencukupi untuk pembelanjaan yang diper- bolehkan (13

item pembelanjaan), maka madrasah dapat memper- timbangkan sumber

pendapatan lain yang diterima oleh madrasah, yaitu pendapatan hibah

(misalnya DAK) dan pendapatan madrasah lainnya yang sah dengan tetap

memperhatikan peraturan terkait;

27
3. Buku teks Pelajaran Utama yang diadakan untuk madrasah, mengacu

pada buku teks pelajaran yang telah ditetapkan oleh Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan sesuai Keputusan Men- teri Pendidikan Dan

Kebudayaan Republik Indonesia nomor 173/p/2017 dan nomor

341/P/2017 tentang penetapan Harga Eceran Tertinggi buku teks pelajaran

pendidikan dasar dan pendidikan menengah kurikulum 2013;

4. Buku Perpustakaan untuk Pengayaan, Referensi, dan Panduan Pandik yang

boleh dibeli adalah Buku yang telah lulus penilaian dari :

a) Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemdikbud (dh.Pusat Perbukuan),

antara tahun 2008 sampai dengan tahun terakhir untuk buku

pengayaan, buku referensi (selain Kamus Bahasa Indonesia, dan

Bahasa Inggris) dan buku panduan pendidik;

b) Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (dh. Pusat Bahasa)

untuk Kamus Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris;

c) Kementerian Agama antara tahun 2008 sampai dengan tahun terakhir

untuk buku referensi dan pengayaan yang materinya terkait dengan

pendidikan agama;

5. Biaya transportasi dan uang lelah bagi guru PNS yang bertugas di luar jam

mengajar, harus mengikuti batas kewajaran yang ditetapkan oleh Standar

Biaya Masukan Kementerian Keuangan;

6. Bagi madrasah negeri yang sudah mendapat anggaran dalam DIPA selain

BOS, maka penggunaan dana BOS hanya untuk menambahkan

kekurangan, sehingga tidak terjadi double accounting;

28
7. Untuk penggunaan honor guru/tenaga kependidikan bukan PNS dan

honor-honor kegiatan untuk madrasah swata tidak dibatasi dengan

mempertimbangkan batas kewajaran dengan kebutuhan operasional

lainnya;

8. Batas maksimum penggunaan dana BOS untuk belanja pegawai (honor

guru/tenaga kependidikan bukan PNS dan honor-honor kegiatan) pada

madrasah negeri sebesar 30% (tiga puluh persen) dari total dana BOS yang

diterima oleh madrasah dalam satu tahun.

2.4.5.2 Larangan Penggunaan Dana BOS

Beberapa larangan penggunaan dana BOS adalah sebagai berikut:

1. Disimpan dengan maksud dibungakan;

2. Dipinjamkan kepada pihak lain;

3. Membeli software/perangkat lunak untuk pelaporan keuangan BOS;

4. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas madrasah dan

memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, studi tour (karya wisata)

dan sejenisnya;

5. Membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru;

6. Membeli pakaian/seragam/sepatu bagi guru/siswa untuk kepentingan

pribadi (bukan inventaris madrasah), kecuali untuk siswa miskin penerima

PIP;

7. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat;

8. Membangun gedung/ruangan baru;

29
9. Membeli Lembar Kerja Siswa (LKS) dan bahan/peralatan yang tidak

mendukung proses pembelajaran;

10. Menanamkan saham;

11. Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah

pusat atau pemerintah daerah secara penuh/wajar;

12. Membiayai kegiatan penunjang yang tidak ada kaitannya dengan

operasional madrasah, misalnya iuran dalam rangka perayaan hari besar

nasional dan upacara keagamaan/acara keagamaan;

13. Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/

sosialisasi/pendampingan terkait program BOS/perpajakan program BOS

yang diselenggarakan lembaga di luar Kementerian Agama.

2.4.5.3 Mekanisme Pembelian Barang/Jasa di Madrasah

Pembelian barang/jasa yang dilakukan oleh pihak madrasah dengan

memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:

1. Menggunakan prinsip keterbukaan dan efisiensi anggaran dalam

menentukan barang dan tempat pembeliannya sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku, dengan cara membandingkan harga penawaran

dari penyedia barang/jasa dengan harga pasar dan melakukan negosiasi;

2. Memperhatikan kualitas barang/jasa, ketersediaan, dan kewajaran harga;

3. Membuat laporan singkat tertulis tentang penetapan penyedia barang/jasa;

4. Diketahui oleh Komite Madrasah;

30
5. Madrasah harus memastikan bahwa barang/jasa yang akan dibeli

merupakan kebutuhan madrasah yang sudah sesuai dengan skala prioritas

pengelolaan/pengembangan madrasah;

6. Dalam mekanisme pembelian barang/jasa, madrasah agar dapat melakukan

pemesanan melalui e-catalogue secara online yang diselenggarakan oleh

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP);

7. Madrasah Swasta, proses pengadaan barang/jasa bisa dilakukan secara

bersama untuk pengadaan Buku Pelajaran Wajib (Kur 2013 dan Agama)

atau dengan cara pembelian langsung kepada pihak penyedia dengan

berprinsip keterbukaan/tranparansi dan proses pembayaran dilakukan

langsung oleh pihak madrasah dengan pihak penyedia dengan bukti

kuitansi pembayaran.

8. Terkait dengan biaya untuk rehabilitasi ringan/pemeliharaan bangunan

sekolah, pihak madrasah harus:

a. Membuat rencana kerja.

b. Memilih satu atau lebih pekerja untuk melaksanakan pekerjaan

tersebut dengan standar upah yang berlaku di masyarakat.

2.5 Kerangka Pemikiran

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan program pemerintah

untuk penyediaan pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan Pendidikan Dasar

sebagai pelaksana program wajib belajar seperti yang tertuang pada Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

31
mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti

pendidikan dasar.

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Tentang Petunjuk Teknis

Bantuan Operasional Sekolah Pada Madrasah Tahun Anggaran 2019,

sebagaimana yang tercantum di dalamnya dan merupakan acuan dalam

pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah pada madrasah. Madrasah sebagai

penerima dana BOS mempunyai kewajiban yaitu dalam penggunaan dana BOS

harus sesuai dengan ketentuan pada Petunjuk Teknis BOS, memperkuat

akuntabilitas dan Transparansi dalam pelaporan dana BOS dan menyerahkan

laporan pertanggungjawaban atas penggunaan dana BOS kepada PPK.

Akuntabilitas sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam

pelaksanaan program BOS, masing-masing pengelola pada tingkat madrasah

diwajibkan untuk melaporkan realisasi penggunaan dana BOS. Peran

Akuntabilitas dalam pengelolaan dana BOS harus ada di rekening madrasah,

pihak madrasah diwajibkan membuat pembukuan dari dana yang diperoleh

madrasah untuk program BOS, baik dengan tulis tangan atau menggunakan

komputer, yang dilampiri kuitansi/bukti pengeluaran dan dokumen laporan

pertanggungjawaban lainnya yang dikeluarkan oleh madrasah.

Transparansi sebagai penyediaan informasi tentang pelaksanaan program

BOS, untuk memudahakan dalam memperolah informasi-informasi yang akurat

dan memadai dalam pengelolaan dana BOS terutama pada tingkat madrasah. Di

lembaga pendidikan, bidang manajemen keaungan yang transaparan berarti

adanya keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga pendidikan, yaitu

32
keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan

pertanggujawabannya harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang

berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat diperlukan

dalam rangka meningkatkan dukungan orangtua siswa, masyarakat dan

pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di sekolah.

Kerangka pemikiran dalam penelitian tentang Pengaruh Akuntabilitas Dan

Transparansi Terhadap Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Pada Sekolah Madrasah Swasta Di Kabupaten Parigi Moutong, dapat

digambarkan dalam bagan kerangka pemikiran seperti pada gambar 2.1 berikut

ini:

Akuntabilitas (X1)

Pengelolaan dana BOS (Y)

Transparansi (X2)

Keterangan :

Pengaruh secara simultan

Pengaruh secara parsial

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian

2.6 Pengembengan Hipotesis

Menurut Sugiyono (2014:63) Hipotesis Penelitian Merupakan Jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah

33
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Maka, berdasarkan teori dan

permasalahan yang terjadi, penulis mengemukakan jawaban yang bersifat

sementara.

2.6.1 Pengaruh Akuntabilitas Dan Transparansi Terhadap Pengelolaan


Dana BOS

Pelaksanaan penggunaan dana BOS pada madrasah harus sesuai dengan

kebutuhan secara Tepat guna, Tepat waktu, Tepat sasaran, dan tidak menyimpang

dari peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan.

Petunjuk Teknis (juknis) yang di tetapkan oleh Direktur Jenderal

Pendidikan Islam Nomor 511 Tahun 2019 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan

Operasional Sekolah Pada Madrasah Tahun Anggaran 2019. Mengatakan bahwa

salah satu tata tertib yang harus diikuti oleh Tim Manajemen Bantuan Operasional

Sekolah adalah menyalurkan dan mengelola dana BOS oleh Manajemen BOS

secara akuntabilitas dan transparansi. Dimana diuraikan sebagai berikut:

Akuntabilitas mempertanggungjawabkan pengelolaan sumbar daya (dana

BOS) serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

Transparansi memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur

kepada masyarakat terhadap pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk

mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban

pemerintahan dalam pengelolaan sumber daya (dana BOS) yang dipercayakan

kepadanya dan ketaatan pada peraturan perundang-undangan.

34
Dari berbagai teori yang ada tersebut jelas digaris bawahi bahwa suatu

entitas dalam hal ini pemerintah, perlu melaksanakan pertanggungjawaban atas

apapun yang dikerjakannya. Untuk mencapai sebuah keberhasilan terutama dalam

hal Pengelolaan Dana BOS yang ada perlu adanya akuntabilitas, transparansi yang

dilakukan oleh sekolah agar dapat mempertanggungjawabkan apa yang sudah

dikelolanya dan masyarakat mengetahui hal tersebut.

H1 : Akuntabilitas dan Transparansi secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap Pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah.

2.6.2 Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Pengelolaan Dana BOS

Salah satu tujuan pemerintah adalah meningkatkan kualitas pendidikan

melalui program dana BOS. Dijelaskan di Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 62 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Bantuan Operasional

Sekolah. Maka diperlukan sebuah pertanggungjawaban kepada pemerintah

sebagai penyalur maupun pengelola dana BOS.

Akuntabilitas berasal dari bahasa inggris, yaitu accountability yang artinya

keadaan untuk dipertanggungjawabkan, keadaan dapat dimintai pertanggungan

jawaban. Sehingga akuntabilitas erat kaitanya suatu pertanggungjawaban yang

biasanya dilaporkan dalam laporan pertanggungjawaban.

Dari paparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pentingnya

Akuntabilitas dalam pengelolaan dana BOS untuk mewujudkan kualitas

pendidikan yang baik.

H2 : Akuntabilitas secara pasial berpengaruh signifikan terhadap

Pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah.

35
2.6.3 Pengaruh Transparansi Terhadap Pengelolaan Dana BOS

Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan

dukungan masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program

pendidikan di sekolah. Di samping itu transparansi dapat menciptakan

kepercayaan timbal balik antara pemerintah, masyarakat, orangtua siswa dan

warga sekolah melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam

memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

Sebagai organisasi yang mengelola dana BOS, harus mampu memberikan

pertanggungjawaban melalui pelaporan keuangannya. Penyajian informasi yang

utuh dalam laporan keuangan akan menciptakan transparansi dan nantinya akan

mewujudkan akuntabilitas (Nordiawan, 2010).

Dari paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pentingnya

Transparansi dalam pengelolaan dana BOS untuk menciptakan kepercayaan

timbal balik antara pemerintah, masyarakat, orangtua siswa dan warga sekolah.

H3 : Transparansi secara pasial berpengaruh signifikan terhadap

Pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah.

36
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini yaitu Akuntabilitas, Transparansi dan

pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Akuntabilitas merupakan

bentuk pertanggungjawaban dalam pengelolaan dana BOS, sedangkan

transparansi sebagai penyedia informasi tentang pengelolaan dana BOS untuk

memudahkan dalam memperoleh nformasi dana BOS pada Sekolah Madrasah.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei.

Metode survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel

atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Dengan demikian penelitian survei

adalah “penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok” (Singarimbun, 2008:3).

“Salah satu keuntungan dari metode penelitian suvei adalah mungkin pembuatan

generalisasi untuk populasi yang besar” (Singarimbun, 2008:25). Metode survei

“digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah, tetapi

peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data dengan mengedarkan

kuesioner, test, dan wawancara terstruktur” (Sugiyono, 2014:6).

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan

data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang digunakan dalam bentuk angka-

37
angka seperti besarnya dana BOS setiap tahun, umur responden, dan tingkat

jabatan responden. Sedangkan data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk

angka-angka, akan tetapi hanya berupa keterangan verbal yang berhubungan

dengan masalah penelitian.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan bersumber dari data primer dan data

sekunder sebagai berikut:

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden di lokasi

penelitian seperti karakteristik responden, partisipasi responden dalam

pengelolaan dana BOS, dan data-data lainnya yang relevan dengan

penelitian ini.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait yang ada

relevansinya dengan penelitian ini seperti dari kepala madrasah, bendahara

BOS, komite madrasah, dan pengelolah dana BOS di Kantor kementrian

agama bidang pendidikan, serta dari literatur-literatur yang relevan. Data

yang dimaksud adalah Peraturan pemerintah, besarnya Dana BOS setiap

tahun dari tahun anggaran 2017 s/d 2019, dan data-data lainnya yang

relevan mendukung penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan

teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi, yaitu melakukan pengumpulan data dengan cara mengamati

secara langsung ke objek penelitian.

38
2. Kuesioner, yaitu dengan melakukan pengumpulan data dengan cara

mengedarkan daftar pertanyaan (angket) kepada para responden yang

dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini.

3. Dokumentasi, yaitu melakukan pengumpulan data dengan cara

mengumpulkan dokumen-dokumen dan laporan-laporan tertulis yang

memiliki relevansi dengan penelitian ini dari berbagai instansi terkait.

4. Wawancara, yaitu melakukan pengumpulan data dengan cara berdialog

dengan beberapa informan kunci di lokasi penelitian.

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Margono (2004:118), populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian

kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi populasi

berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau setiap manusia memberikan

suatu data maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya

dengan manusia. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,

2002:108).

Populasi penelitian ini mencakup keseluruhan Madrasah swasta tingkat

Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah

(MA) sebanyak 105 sekolah yang terdaftar sebagai penerima dana Bantuan

Opersional Sekolah (BOS) di Kabupaten Perigi Moutong. Sedangkan responden

utama dalam penelitian ini adalah Kepela Sekolah Madrasah. Populasi dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini:

39
Tabel 3.1
Daftar Madrasah Swasta Penerima Dana Bantuan Operasonal Sekolah
Kabupaten Parigi Moutong

JUMLAH
NO NAMA MADRASAH ALAMAT
MURID
1 MIS DDI Parigi Desa Boyantongo kec. Parigi Selatan 124
2 MIS Alkhairat Dolago Desa Dolago Kec. Parigi Selatan 88
3 MIS AL-Ikhsan Maninili Desa Maninili Kec. Tinombo Selatan 100
4 MIS Sibokia Desa Sibokia Kec. Tinombo Selatan 240
Desa Khatulistiwa Kec. Tinombo
5 MIS Khatulistiwa Selatan 98
6 MIS Alkhairat Siniu Desa Siniu kec. Siniu 96
7 MIS Hilal Khairat Siney Desa Siney Kec. Tinombo Selatan 74
8 MIS Muhammadiyah Siney Desa Siney Kec. Tinombo Selatan 84
9 MIS Ulul Azmy Maninili Desa Maninili kec. Tinombo Selatan 89
10 MIS Sinoutu Desa Silampayang Kec. Kasimbar 79
11 MIS Alkhairat Posona Desa Posona Kec. Kasimbar 53
12 MIS Tovalo Kasimbar Desa Tovalo Kec. Kasimbar 69
13 MIS Alkhairat Palapi Desa Palapi Kec. Taopa 93
14 MIS Alkhairat Laemanta Desa Laemanta Kec. Kasimbar 42
15 MIS Alkhairat Buranga Desa Buranga Kec. Ampibabo 39
16 MIS Alkhairat Tada Desa Tada Kec. Tinombo Selatan 103
17 MIS Al-Amin Sigenti Desa Sigenti Kec. Tinombo Selatan 114
18 MIS Ma’ruf Nu Kotaraya Desa Kotaraya kec. Mepanga 97
19 MIS Tompo Desa Tompo Kec. Taopa 138
20 MIS Palapi Desa Palapi Kec. Taopa 158
21 MIS An-Nur Taopa Desa Taopa Kec. Taopa 130
22 MIS Bolano Desa Bolano kec. Bolano Lambunu 139
23 MIS Al-Ikhlas Mensung Desa Mensung Kec. Mepanga 128
24 MIS Al-Hidayah Ogoyabas Desa Ogoyabas Kec. Mepanga 103
25 MIS Margapura Desa Margapura Kec. Bolano Lambunu 71
26 MIS Al-Ikhlas Sumber Agung Desa Sumber Agung Kec. Mepanga 69
27 MIS Al-Amin Bondoyong Desa Bondoyong Kec. Sidoan 78
28 MIS Darussholihin NW Desa Sausu Auma Kec. Sausu 104
29 MIS Jabal Nur Desa Khatulitiwa Kec. Tinombo Selatan 41
30 MIS Nurul Amanah Dolago Desa Dolago Kec. Parigi Selatan 93
31 MIS Ongka Desa Ongka Kec. Ongka Malino 97
32 MIS Ulil Albab Desa Sumber Agung Kec. Mepanga 123
33 MIS Nahdlatut Thalabah Desa Kota Raya Barat Kec. Mepanga 52
34 MIS Nur Annisa Alhuda Desa Ambesia Kec. Tomini 49
35 MIS Al-Huda Gurinda Desa Gurinda Kec. Mepanga 32

40
Lanjutan Tabel 3.1
36 MI Mubtadi-IEN Desa Kayu Agung 24
37 MTs. Alkhairat Tinombo Desa Tinombo Kec. Tinombo 348
38 MTs. Alkhairat Moutong Desa Moutong Kec. Moutong Tangah 270
39 MTs. Wanamukti Desa Wanamukti Kec. Bolano Lambunu 226
40 MTs. Alkhairat Parigi Kel. Masigi Kec. Parigi 267
41 MTs. Alkhairat Tomini Desa Tomini Kec. Tomini 244
42 MTs. Alkhairat Ampibabo Desa Ampibabo Kec. Ampibabo 201
43 MTs. Alkhairat Mepanga Desa Mepanga Kec. Mepanga 211
44 MTs. Alkhairat Ulatan Desa Ulatan Kec. Palasa 160
45 MTs. Alkhairat Pelawa Desa Pelawa Kec. Parigi Tangah 212
46 MTs. Alkhairat Palapi Desa Palapi Kec. Taopa 174
47 MTs. Alkhairat Ongka Desa Ongka Kec. Ongka Malino 212
48 MTS. Al-As’Adiyah Tolai Desa Tolai Kec. Parigi Selatan 209
49 MTs. Alkhairat Sidoan Desa Sidoan Kec. Sidoan 196
50 MTs. Alkhairat Gio Desa Gio Kec. Moutong 190
51 MTs. Alkhairat Donggulu Desa Donggulu Kec. Kasimbar 188
52 MTs. Alkhairat Sidole Desa Sidole Kec. Ampibabo 159
53 MTs Palasa Desa Palasa Kec. Palasa 180
54 MTs. Tinombala Desa Tinombala Kec. Mepanga 180
55 MTs. Alkhairat Lobu Gio Desa Lobu Gio Kec. Moutong 144
56 MTs. Alkhairat SIniu Desa Siniu Kec. Siniu 202
57 MTs. Alkhairat Pinotu Desa Pinotu Kec. Toribulu 126
58 MTs. Alkhairat Sigenti Desa Sigenti Kec. Tinombo Selatan 114
59 MTs. Alkhairat Maninili Desa Maninili Kec. Tinombo Selatan 130
60 MTS Al-Hikmah Desa Bolano Kec. Bolano Lambunu 161
61 MTS. Alkhairat Tindaki Desa Tindaki Kec. Parigi Selatan 100
62 MTs. Alkhairat Sipayo Desa Sipayo Kec. Tinombo 97
63 MTs. Alkhairat Tada Desa Tada Kec. Tinombo Selatan 144
64 MTs. Alkhairat Bobalo Desa Bobalo Kec. Tinombo 82
65 MTs. Alkhairat Tada Timur Desa Tada Timur Kec. Tinombo Selatan 90
66 MTs. Nurul Amanah Desa Dolago Kec. Parigi Selatan 72
67 MTS DDI Bayontongo Desa Bayontongo Kec. Parigi Selatan 77
68 MTS Darussholihin NW Desa Auma Kec. Sausu 110
69 MTs. Al- Ikhlas Sibokia Desa malanggo Kec. Tinombo Selatan 101
70 MTs. DDI Parigi Kel. Loji Kec. Parigi 91
71 MTs. Alkhairat Towera Desa Towera Kec. Siniu 80
72 MTs. Alkhairat Pangi Desa Pangi Kec. Parigi Utara 84
73 MTs. Alkhairat Lambunu Desa Lambunu Kec. Lambunu 79
Desa Wanagading Kec. Bolano
MTs. Wanagading 55
74 Lambunu
75 MTS Al-Amin Bondoyong Desa Bondoyong Kec. Sidoan 57

41
Lanjutan Tabel 3.1
76 MTs. Alkhairat Kasimbar Desa Kasimbar Kec. Kasimbar 60
77 MTs. Al-Ikhlas Moubang Desa Moubang Kec. Moubang 50
78 MTs. Al-Huda Malino Desa Malino Kec. Ongka Malino 46
79 MTs. Malakosa Desa Malakosa Kec. Torue 13
MAS Al-Izzah Al-As’Adiyah
Desa Tolai Kec. Torue 135
80 Tolai
81 MAS Alkhairat Parigi Kel. Masigi Kec. Parigi 153
82 MAS Alkhairat Tomini Desa Tomini Kec. Tomini 103
83 MAS Alkhairat Sigenti Desa Sigenti Kec. Tinombo selatan 131
Desa Beringin Jaya Kec. Bolano
MAS Beringin Jaya 134
84 Lambunu
85 MAS Alkhairat Siniu Desa Siniu Kec. Siniu 129
86 MAS An-Nur Gio Desa Gio Kec. Moutong 110
87 MAS Alkhairat Ulatan Desa Ulatan Kec. Palasa 109
88 MAS Alkhairat Moutong Desa Moutong Kec. Moutong 101
89 MAS Alkhairat Tinombo Desa Tinombo Kec. Tinombo 112
90 MAS Alkhairat Ampibabo Desa Ampibabo Kec. Ampibabo 96
91 MAS Alkhairat Donggulu Desa Donggulu Kec. Kasimbar 104
92 MAS Nurul Muttahidah Desa Pinotu Kec. Toribulu 76
93 MAS DDI Parigi Kel. Loji Kec. Parigi 71
94 MAS Maninili Desa Maninili Kec. Tinombo Selatan 67
95 MAS Bolano Desa Bolano Kec. Bolano Lambunu 69
96 MAS Alkhairat Baiturahman Desa Kasimbar Kec. Kasimbar 69
97 MAS Nurul Amanah Desa Dolago Kec. Parigi Selatan 64
98 MAS Alkhairat Tada Desa Tada Kec. Kasimbar 35
99 MAS Alkhairat Pelawa Desa Pelawa Kec. Parigi Tengah 49
100 MAS Alkhairat Bobalo Desa Bobalo Kec. Tinombo 47
101 MAS Al-Huda Ogoyabas Desa Agoyabas Kec. Mepanga 52
102 MAS Wanamukti Desa Wanamukti Kec. Bolano Lambunu 28
MAS Asyuhada Nusantara Desa Khatulistiwa Kec. Tinombo
22
103 165 Selatan
Desa Wanagading Kec. Bolano
MAS Wanagading 30
104 Lambunu
105 MAS NW Auma Desa Auma Kec. Sausu 38
Sumber: Kantor Kementerian Agama Bidang Pendidikan Kabupaten Parigi
Moutong, 2019

42
3.5.2 Sampel Penelitian

Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan memberi

kriteria tertentu (Sugiyono, 2014:122). Adapun kriteria pemilihan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Madrasah Swasta yang terdaftar sebagai penerima dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) di Kabupaten Parigi Moutong.

2. Madrasah Swasta yang memiliki jumlah murid lebih dari jumlah rata-rata

murid ditiap tingkatan baik itu Madrasah Ibtidaiyah memiliki jumlah rata-

rata 91 murid, Madrasah Tsanawiyah memiliki jumlah rata-rata 144 murid,

dan Madrasah Aliyah memiliki jumlah rata-rata 82 murid.

3. Madrasah Swasta yang akan dijadikan Sampel Penelitian dibahagi menjadi

tiga bagian berdasarkan banyaknya jumlah madrasah ditiap tingkatan, jadi

jumlah Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebanyak 12 Madrasah, Madrasah

Tsanawiyah (MTs) sebanyak 14 Madrasah, dan Madrasah Aliyah (MA)

Sebanyak 8 Madrasah, jadi jumlah sampel Penelitian sebanyak 34

madrasah sebagai responden.

Berdasarkan kriteria pemilihan sampel di atas, maka prosedur pemilihan

sampel dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:

43
Tabel 3.2
Prosedur Pemilihan Sampel

Kriteria Jumlah
Mardrasah
Madrasah Swasta yang terdaftar sebagai penerima dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di Kabupaten Parigi 105
Moutong.

Madrasah Swasta yang memiliki jumlah siswa di atas rata-


rata sebagai berikut:
- Madrasah Ibtidaiyah yang memiliki > 91 murid (17)
- Madrasah Tsanawiyah yang memiliki > 144 murid (22)
- Madrasah Aliyah yang memiliki > 82 murid (12)
Jumlah madrasah swasta yang tidak memiliki jumlah murid
di atas rata-rata di semua tingkatan 54
Madrasah Swasta yang akan dijadikan sampel penelitian
berdasarkan jumlah murid di atas rata-rata dan madrasah
pada tiap tingkatan dibahagi menjadi tiga bagian berdasarkan
jumlahnya yaitu:
- Madrasah Ibtidaiyah (36 madrasah/3) 12
- Madrasah Tsanawiyah (43 madrasah/3) 14
- Madrasah Aliyah (26 madrasah/3) 8
Jumlah Sampel Penelitian 34
Sumber: Data diolah, 2019

Berdasarkan Prosedur pemilihan sampel di atas, maka jumlah sampel

penelitian dapat dilihat pada table 3.3 berikut ini:

Tabel 3.3
Matriks Jumlah Sampel Penelitian

JUMLAH
NO NAMA MADRASAH ALAMAT
MURID
1 MIS Darussholihin NW Desa Sausu Auma Kec. Sausu 104
2 MIS Nurul Amanah Dolago Desa Dolago Kec. Parigi Selatan 93
3 MIS DDI Parigi Desa Boyantongo kec. Parigi 124
4 MIS Alkhairat Tada Desa Tada Kec. Tinombo Selatan 103
5 MIS Alkhairat Siniu Desa Siniu kec. Siniu 96
6 MIS AL-Ikhsan Maninili Desa Maninili Kec. Tinombo Selatan 100
7 MIS Sibokia Desa Sibokia Kec. Tinombo Selatan 240
8 MIS Al-Amin Sigenti Desa Sigenti Kec. Tinombo Selatan 114

44
Lanjutan Tabel 3.3
9 MIS Ma’ruf Nu Kotaraya Desa Kotaraya kec. Mepanga 97
10 MIS Ulil Albab Desa Sumber Agung Kec. Mepanga 123
11 MIS Al-Ikhlas Mensung Desa Mensung Kec. Mepanga 128
12 MIS Al-Hidayah Ogoyabas Desa Ogoyabas Kec. Mepanga 103
MTs. Al-Izzah Al-As’Adiyah
Desa Tolai Kec. Torue 209
13 Tolai
14 MTs. Alkhairat Parigi Kel. Masigi Kec. Parigi 267
15 MTs. Alkhairat Pelawa Desa Pelawa Kec. Parigi Tangah 212
16 MTs. Alkhairat Siniu Desa Siniu Kec. Siniu 202
17 MTs. Alkhairat Sidole Desa Sidole Kec. Ampibabo 159
18 MTs. Alkhairat Ampibabo Desa Ampibabo Kec. Ampibabo 201
19 MTs. Alkhairat Donggulu Desa Donggulu Kec. Kasimbar 188
20 MTs. Alkhairat Tada Desa Tada Kec. Tinombo Selatan 144
21 MTs. Alkhairat Sigenti Desa Sigenti Kec. Tinombo Selatan 114
22 MTs. Alkhairat Sidoan Desa Sidoan Kec. Tinombo Selatan 196
23 MTs. Alkhairat Tinombo Desa Tinombo Kec. Tinombo 348
24 MTs Palasa Desa Palasa Kec. Palasa 180
25 MTs. Alkhairat Ulatan Desa Ulatan Kec. Palasa 160
26 MTs. Alkhairat Tomini Desa Tomini Kec. Tomini 244
MAS Al-Izzah Al-As’Adiyah
Desa Tolai Kec. Torue 135
27 Tolai
28 MAS Alkhairat Parigi Kel. Masigi Kec. Parigi 153
29 MAS Alkhairat Siniu Desa Siniu Kec. Siniu 129
30 MAS Alkhairat Ampibabo Desa Ampibabo Kec. Ampibabo 96
31 MAS Alkhairat Donggulu Desa Donggulu Kec. Kasimbar 104
32 MAS Alkhairat Sigenti Desa Sigenti Kec. Tinombo selatan 131
33 MAS Alkhairat Tinombo Desa Tinombo Kec. Tinombo 112
34 MAS Alkhairat Ulatan Desa Ulatan Kec. Palasa 109
Sumber: Data diolah, 2019

3.6 Operasionalisasi Variabel

Operasional variabel akan menjelaskan mengenai definisi ataupun

pengertian dari tiap variabel yang akan diteliti baik itu secara konsep, praktik, rill

atau secara nyata dalam lingkup objek yang diteliti. Variabel yang akan diteliti

meliputi variabel Dependen dan Independen. Variabel Dependen yaitu

Pengelolaan Dana BOS (Y), Variabel Independen terdiri dari Akuntabilitas (X1)

dan Transparansi (X2).

45
3.6.1 Akuntabilitas (X1)

Akuntabilitas adalah kewajiban pihak pemegang amanah (pemerintah)

untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan

mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabannya

kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan

untuk meminta pertanggungjawaban tersebut, Mardiasmo (2009). Dimensi yang

digunakan untuk mengukur Akuntabilitas yaitu Akuntabilitas Kejujuran dan

Akuntabilitas Hukum, Akuntabilitas Proses, Akuntabilitas Program dan

Akuntabilitas Kabijakan (Mardiasmo, 2009).

3.6.2 Transparansi (X2)

Transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan

jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki

hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban

pemerintahan dalam pengelolaan sumber daya yang di percayakan kepadanya dan

ketaatannya pada peraturan perundang-undangan (Nordiawan, 2006). Dimensi

yang digunakan untuk mengukur Transparansi yaitu Penyediaan Informasi yang

jelas tentang tanggungjawab, Menyusun suatu mekanisme pengaduan jika ada

peraturan yang dilanggar atau permintaan untuk membayar uang suap,

Kemudahan akses informasi dan Meningkatkan arus informasi melalui kerjasama

dengan media massa atau lembaga non pemerintah (Krina, 2003).

3.6.3 Pengelolaan Dana BOS (Y)

Pengelolaan keuangan adalah segala bentuk kegiatan administratif yang

dilakukan dalam bentuk beberapa tahapan yang meliputi perencanaan,

46
penyimpanan, penggunaan, pencatatan serta pengawasan yang kemudian diakhiri

dengan pertanggungjawaban (pelaporan) terhadap siklus keluar masuknya

dana/uang dalam sebuah instansi (organisasi atau perorangan) pada kurun waktu

tertentu. Pengelolaan dana BOS pada madrasah swasta harus sesuai dengan

kebutuhan dan peruntukan secara Tepat sasaran, Tepat waktu, dan Tepat guna.

Dimensi pengelolaan dana BOS dapat dilihat dari kesesuaian realisasi dengan

rencana penggunaan dana BOS, kesesuaian jumlah dana BOS yang diterima

dengan jumlah siswa penerima dana BOS, dan keselarasan antara sasaran,

program, dan tujuan dana BOS (Dirjen Pendis No. 511 Tahun 2019).

Tabel 3.4
Matriks Operasionalisasi Variabel

No Variabel Dimensi Skala No Item

1. Akuntabilitas (X1) 1. Akuntabilitas Kejujuran Ordinal 1,2


dan Akuntabilitas
Hukum. 3,4
2. Akuntabilitas Proses.
(Mardiasmo, 2009) 3. Akuntabilitas Program. 5,6
4. Akuntabilitas
Kabijakan. 7,8

2. Transparansi (X2) 1. Penyediaan Informasi Ordinal 1,2


yang jelas tentang
tanggungjawab.
2. Menyusun suatu
(Krina, 2003) mekanisme pengaduan 3,4
jika ada peraturan yang
dilanggar atau
permintaan untuk
5,6
membayar uang suap.
3. Kemudahan akses
informasi.
4. Meningkatkan arus 7,8
informasi melalui

47
Lanjutan Tabel 3.4
kerjasama dengan media
massa atau lembaga non
pemerintah.

3. Pengelolaan Dana 1. Kesesuaian realisasi Ordinal 1,2


BOS (Y) dengan rencana
penggunaan dana BOS.
2. Kesesuaian jumlah dana
BOS yang diterima 3,4
(Dirjen Pendis No. dengan jumlah siswa
511 Tahun 2019) penerima dana BOS.
3. Keselarasan antara
5,6,7
sasaran, program, dan
tujuan dana BOS.

Sumber:Data diolah, 2019

Variabel independen maupun variabel dependen menjadi dasar untuk

pembuatan kuesioner di mana jawaban diberi skor berdasarkan skala likert, di

mana dalam pengukuran skala likert responden diberi beberapa alternatif untuk

memilih salah satu jawaban yang dianggap paling tepat. Skor atas jawaban

responden sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 3.3 yang menggambarkan

jawaban responden untuk tiap-tiap butir pertanyaan yang terdapat dalam

kuesioner penelitian, berikut ini skor jawaban responden berdasarkan skala likert:

Tabel 3.5
Skor Atas Jawaban Pertanyaan
Menurut Skala Likert

Jawaban Responden Skor


Sangat Setuju 5
Setuju 4
Kurang Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Sugiyono, (2014)

48
3.7 Pengujian Instrumen

3.7.1 Uji Validasi

Uji Validasi digunakan untuk mengetahui sah atau tidaknya kuesioner

penelitian. Uji dilakukan dengan membandingkan koefisien r hitung dengan

koefisien r tabel. Apabila nilai r hitung lebih besar dari r tabel mengindikasikan

item tersebut valid. Sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel berarti item

peneitian tidak valid untuk digunakan (Ghozali, 2013).

Analisah korelasi juga menunjukan arah hubungan (positif atau negatif)

antara variabel dependen dengan variabel-veriabel independen. Analisah korelasi

bertujuan untuk mengetahui apakah diantara dua variabel atau lebih terdapat

hubungan, dan jika ada hubungan, bagaimana arah hubungan dan seberapa besar

hubungan tersebut (Taniredja dan Hidayat, 2014:95). Untuk melihat tingkat

keeratan hubungan antara variabel dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini:

Tabel 3.6
Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi
Terhadapa Koefisien Korelasi (R)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0.000-0.199 Sangat Rendah
0.200-0.399 Rendah
0.400-0.599 Sedang
0.600-0.799 Kuat
0.800-1000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono, (2014)

3.7.2 Uji Reliabilitas

Uji Reabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner

yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan

49
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten

atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2013). Pengujian instrumen reliabilitas

dalam penelitian ini dilakukan atau dianalisis dengan teknik Cronbach Alfa (a).

Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan Cronbach Alfa > 0,60

(Ghozali, 2013:41). Uji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan

bantuan software untuk memperoleh hasil terendah.

3.8 Transformasi Data

Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat diukur dengan menggunkan

keusioner yang disebarkan kepada responden. Setiap jawaban pada variabel

independen (X) diberi skor, dan skor yang diberi mempunyai tingkat pengukuran

ordinal. Skor atau bobot nilai yang digunakan adalah (1) sampai dengan (5) untuk

semua variabel X.

Untuk menganalisis diperlukan data dengan ukuran paling tidak interval

sebagai persyaratan dalam menggunakan alat Regresi Linear Berganda. Oleh

karena itu, seluruh variabel yang berskala ordinal terlebih dahulu dinaikan atau

ditransformasikan tingkat pengukurannya ke tingkat interval melalui Method Of

Successive Interval (Ridwan dan Kuncoro, 2007:30), dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Pertama perhatikan setiap jawaban responden dari angket yang disebar.

2. Pada seiap item tersebut, tentukan berapa orang responden yang

mendapatkan skor 1,2,3,4,5 yang disebut frekuensi (F).

3. Setiap frekuensi dibagi dengan jumlah responden, yang disebut dengan

prorporsi (P).

50
4. Tentukan nilai proporsi kumulatif dengan cara menjumlahkan prorporsi

secara berurutan perkolom skor.

5. Gunakan tabel distribusi normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi

kumulatif yang diperoleh.

6. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan

menggunakan tabel densitas).

7. Tentukan nilai skala (scala value) dengan menggunakan rumus:

(𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑎𝑡 𝑙𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑚𝑖𝑡)−(𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑎𝑡 𝑢𝑝𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑚𝑖𝑡)


Nilai Skala (NS) = (𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑢𝑝𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑚𝑖𝑡)−(𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑙𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑚𝑖𝑡)

Dimana:

Density at lower limit = Kepadatan batas bawah

Density at upper limit = Kepadatan batas atas

Area under upper limit = Daerah di bawah batas atas

Area under lower limit = Daerah di bawah batas bawah

8. Tentukan nilai transformasi dengan rumus:

Transformasi scala value = Y = NS+[1+(NSmin)]

3.9 Uji Asumsi Klasik

Pengguanaan metode regresi linear berganda secara teoritis akan

menghasilkan nilai parameter model penduga yang sah apabila dilakukan

pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui

apakah model regresi yang dibuat dapat digunakan. Pengujian ini terdiri uji

normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji multikolonieritas.

51
3.9.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

veriabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal. Cara untuk mengetahui normalitas adalah dengan melihat

normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi

normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal dan plotting

data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal,

maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis

diagonalnya (Ghozali, 2013:160).

Cara lain untuk mengetahui apakah data distribusi normal adalah dengan

melakukan Uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dilakukan dengan memasukkan nilai

residual dalam pengujian non parametik. Jika nilai signifikansi signifikan, yaitu <

0,05, maka data terdistribusi secara normal.

3.9.2 Uji Multikolonieritas

Multikolonieritas akan mengakibatkan koefisien regresi tidak pasti atau

mengakibatkan kesalahan standarnya menjadi tidak terhingga, sehingga

menimbulkan bias spesifikasi. Uji multikolonieritas menguji apakah regresi

ditemukan adanya korelasi antar independen. Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan terdapat problem mulkolonieritas (multikol). Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika nilai teloransi

yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cut

52
off yang umum dipakai untuk menunjukan adanya mulkolonieritas adalah nilai

Tolerance ≤ 0,1 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2013 : 105).

3.9.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang tetap, maka

disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut hetekedastisitas. Pada saat

terdektesi ada tidaknya heterokedastisitas dapat ditemukan dengan melihat grafik

plot (scatterplot) antara lain prediksi variabel terikat dengan residual. Jika grafik

plot menunjukan suatu pla titik yang bergelombang atau melebar kemujian

menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi heterokedastisitas.

Namun, jika tidak ada pola yang jelas, serat titik-titik menyabar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali,

2013: 139).

3.10 Metode Analisis

3.10.1 Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif adalah analisis dari suatu keadaan dari objek yang

diteliti. Analisis ini menggunakan data-data Akuntabilitas, Transparansi terhadap

penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah. Deskriptif variabel digunakan

untuk menggambarkan atau mendeskripsikan variabel-veriabel dalam penelitian.

53
3.10.2 Analisis Regresi Berganda

Salah satu cara untuk mengukur pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen maka perlu dilakukan pengukuran dengan memakai alat

analisis statistik. Pemakaian alat analisis statistik ini diharap dapat

mengungkapkan atau mengukur pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen secara kuantitatif, sehingga memudahkan peneliti untuk dapat

mengambil kesimpulan secara otentik. Alat analisis statistik yang digunakan

adalah regresi linear berganda karena data yang diperoleh dianggap sebagai data

populasi dan berdistribusi normal serta antara variabel independen dan variabel

dependen terdapat hubungan linear. Untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik

turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai

faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya) dengan formulasi sebagai

berikut (Sugiyono, 2014: 267):

Y = a + b1X1 + b2X2……………………… bnX1 + e

Di mana:

Y = Variabel terikat (dependen)

a = Konstanta

b1, b2, … bn = Koefisien regresi

X1, X2,…Xn = Variabel bebas (independen)

e = Erroe atau batas kesalahan

54
Persamaan di atas kemudian dijabarkan dalam penelitian ini dengan persamaan

sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan :

Y = Variabel dependen (Penyaluran Dana BOS)

a = Konstanta

b1 = Koefisien regresi liniar dari variabel X1 Akuntabilitas

b2 = Koefisien regresi liniar dari variabel X2 Transparansi

X1 = Variabel independen Akuntabilitas

X2 = Variabel independen Transparansi

E = Error

3.11 Uji Hipotesis

3.11.1 Uji Statistik F

Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji keseluruhan variabel

independen, yaitu: Pengaruh kebijakan dan akuntabilitas terhadap penyaluran

dana bantuan operasional sekolah BOS pada kantor kementrian agama bidang

pendiddikan kabupaten parigi moutong. Secara bebas dengan signifikan sebesar

0,05 dapat disimpulkan (Ghozali, 2013:98).

1. Jika nilai signifikan < 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak, ini berarti

menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen

atau terikat.

55
2. Jika nilai signifikan > 0,05 maka Ha ditolak dan H0 diterima, ini berarti

menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.

3.11.2 Uji Parsial (Uji t)

Uji statistik t menunjukkan tingkat pengaruh satu variabel independen

secara individual dalam menerangkan variabel terikat. Uji t digunakan menguji

pengaruh variabel independen masing-masing. Dengan menggunakan t tabel, pada

uji t, nilai t yang dihitung akan dibandingkan dengan nilai t pada tabel. Apabila

nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel, hipotesis awal (Ha) diterima dan H0

ditolak. Sebaliknya, apabila besarnya nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel

maka hipotesis awal (Ha) ditolak maka H0 diterima (Ghozali, 2013).

Apabila sig t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima. Demikian pula

sebaliknya jika sig t lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Bila H0 ditolak ini

berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel

dependen (Ghozali, 2013:101).

56
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Dalam pengajuan pencairan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS),

Madrasah Swasta harus menyampaikan Rencana Kegiatan dan Anggaran

Madrasah (RKAM) dalam jangka waktu satu tahun. Diterbitkannya Surat

Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) tentang Penetapan Madrasah

Swasta Penerima Bantuan Operasional Sekolah yang di sahkan oleh Kuasa

Pengguna Anggaran (KPA). Atas nama KPA, PPK membuat Surat Perjanjian

Kerjasama dengan Kepala Madrasah Swasta sebagai penerima dana BOS pada

pengajuan tahap satu yang memuat hak dan kewajiban antara kedua belah pihak..

PPK melakukan pencairan berdasarkan permohonan dari penerima bantuan

dilampiri RKAM, Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) yang sudah ditandatangani

kedua belah pihak, dan kuitansi/bukti penerimaan yang sudah ditandatangani

Kepala Madrasah. Pencairan tahap kedua, dilampiri kuitansi/bukti penerimaan

yang sudah ditandatangani Kepala Madrasah dan Surat Pernyataan Tanggung

Jawab Belanja (SPTB). PPK melakukan pengujian dokumen permohonan

pencairan dana BOS yang diajukan madrasah sesuai dengan Petunjuk Teknis.

Dalam hal pengujian tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis BOS, PPK

menyampaikan informasi kepada madrasah untuk melengkapi dan memperbaiki

dokumen permohonan.

Mekanisme pencairan dana BOS untuk Madrasah swasta menggunakan

mekanisme pembayaran langsung dalam bentuk uang kepada madrasah melalui

57
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Pemcairan dana BOS dengan

mekanisme pembayaran langsung dilakukan melalui dua tahap.

a) Tahap I sebesar 50% (lima puluh persen) setelah syarat penyaluran telah

selesai/lengkap. Dibayarkan paling lambat minggu ke-satu bulan Maret,

dengan dilampiri Rencana Kegiatan dan Anggaran Madrasah (RKAM),

Surat Perjanjian Kerjasama yang telah ditandatangani oleh Kepala

Madrasah dan Pejabat Pembuat Komitmen dengan Kuitansi/bukti

penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh Kepala Madrasah.

b) Tahap II sebesar 50% (lima puluh persen) apabila dana pada tahap I telah

dipergunakan sekurang- kurangnya sebesar 80% dan setelah syarat

penyaluran telah selesai/lengkap. Dibayarkan paling lambat minggu ke-

empat bulan Agustus, dengan dilampiri Kuitansi/bukti penerimaan uang

yang telah ditandatangani oleh Kepala Madrasah dan Surat Pernyataan

Tanggung Jawab Belanja (SPTB).

4.2 Profil Responden

4.2.1 Umur Responden

Hasil penelitian menggambarkan bahwa pada umumnya responden

berjenis kelamin pria yaitu sebanyak .. orang dan wanita sebanyak .. orang,

kemudian umur responden secara keseluruhan berada pada rentang umur .. tahun

sampai dengan umur .. tahun dengan klasifikasi kelompok umur responden yang

terbesar pada kisaran umur .. tahun sampai dengan umur .. tahun yaitu sebanyak ..

orang atau .. % dari jumlah responden. Disusul umur .. tahun sampai dengan umur

58
.. tahun sebanyak .. orang atau .. %, kemudian umur .. tahun sampai dengan umur

.. tahun sebanyak .. orang atau .. % dari jumlah responden.

4.2.2 Tingkat pendidikan Responden

Hasil penelitian juga menunjukan bahwa dari struktur pendidikan, tingkat

pendidikan responden relatif baik karena semua responden pernah mengenyam

pendidikan formal minimal sekolah menegah atas. Data yang diperolah dari hasil

penelitian menggambarkan bahwa kebanyak responden perpendidikan tamat SMA

sebanyak .. orang dan tamat S1 (sarjana) sebanyak .. orang.

4.3 Deskriptif Variabel Penelitian

Deskriptif Variabel Penelitian bertujuan menguraikan hasil tabulasi

jawaban dari responden untuk tiap-tiap item pertanyaan berdasarkan indikator-

indikator yang telah diuraikan pada bab sebelumnya tentang metode penelitian.

Untuk variabel indepanden yaitu Veriabel Akuntabilitas (X1) yang terdiri dari 8

pertanyaan, Variabel Transparansi (X2) terdiri dari 8 pertanyaan, serta Variabel

dependen yaitu Pengelolaan dana BOS (Y) yang terdiri dari 7 pertayaan. Ketiga

variabel tersebut akan dideskripsikan sebagai berikut:

4.3.1 Deskriptif Variabel Akuntabilitas (X1)

4.3.2 Deskriptif Variabel Transparansi (X2)

4.3.3 Deskriptif Variabel Pengelolaan Dana BOS (Y)

59
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Kuncoro, Engkos dan Ridwan. 2007. Cara Menggunakan dan Memakai
Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Penerbit Alfabeta

Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi


Kelima, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Baswir, Revrisond. 2000. Akuntansi Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta: BPFE

Data Madrasah Penerima Dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran


2019. Parigi Moutong: Kantor Kementrian Agama Bidang Pendidikan

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 511 Tahun 2019. Tentang Petunjuk
Teknis Bantuan Operasional Sekolah Pada Madrasah Tahun Anggaran
2019. Jakarta: Direktur Jenderal Pendidikan Islam

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
Henry, Simamora. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ke-3.
Yogyakarta: STIE YKPN.

Ita Rakhmawati, 2018. Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi Terhadap


Efektifitas Pengelolaan Dana BAntuan Operasional Sekolah (BOS)
Dengan Partisipasi Stakeholder Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal
Akuntansi Syariah IAIN Kudus. Vol 1, No 1 (2018).
Keputusan Kepela embaga Administarasi Negara Nomor: 239/IX/6/8/2003.
Tentang Pengertian Akuntabilitas. Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia.

Kristianten.2006.Transparansi Anggaran Pemerintah. Jakarta :Rineka Cipta.

Lalolo Loina, Krina. 2003. Indikator Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas,


Transparansi dan Partisipasi. Jakarta :Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik, Yogyakarta: UPP STIM
YKPN,

60
Mardiasmo. 2009, Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta: ANDI.

Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta :Rineka Cipta.

Moleong, Lexy, J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Mustopadidjaja. 2003. Manajemen Proses Kebijakan Publik Formulasi,


Implementasi, dan Evaluasi Kinerja, Jakarta: LAN dan Duta Pertiwi.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nordiawan, Deddi dan Ayuningtyas Hertianti. 2011. Akuntansi Sektor Publik,


Edisi 2, Jakarta: Salemba Empat

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2011. Tentang Pedoman


Pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah. Jakarta: Menteri Dalam
Negeri

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 51 Tahun 2011.


tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Bantuan Opersional Sekolah
(BOS) dan Laporan Keuangan Bantuan Operasional Sekolah Tahun
Anggaran 2012. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Peraturan Pemerintah No.48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, Biaya


Non Personalia.

Rosjidi. 2001. Akuntansi Sektor Publik Pemerintah: Kerangka, Standar dan


Metode. Surabaya: Aksara Satu.

Silvya Nur Rachmi, 2017. Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi Terhadap


Efektivitas Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (Studi Survei
Pada Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Cianjur). Jurnak Akuntansi
Universitas Widyatama. Nomor : 039/SK/BAN-PT/Akred/S/II/2015
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 2008. Metode Penelitian Survei, Jakarta:
PT. Pustaka LP3ES Indonesia,

61
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulistoni G. 2003. Fiqh Korupsi: Amanah Vs Kekuasaan. Nusa Tenggara Barat:


SOMASI

Taniredja dan Hidayat. 2014. Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


2003. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Vina Mentari Fijriani, (2013). Peran Akuntabilitas dan Transparansi Dalam


Pertanggungjawaban Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) (Studi Kasus pada Dinas Pendidikan Kabupaten Subang). Jurnak
Akuntansi Universitas Widyatama. Nomor : 14/BAN-PT/AK-XII
S1/VI/2013

62

Anda mungkin juga menyukai