PROPOSAL
E-Planning dalam Rekayasa sosial : Aspek penting dalam
menentukan keberlangsungan dan kesuksesan pembangunan daerah
Oleh :
ANDI HARDIANTI (A062182009)
KELAS REGULER MAKSI B
Dosen Pengampu:
Dr. Syarifuddin, SE., AK., M.Soc., Sc., CA
MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masyarakat adalah makhluk sosial yang selalu mengalami dinamika perubahan
sosial. Perubahan sosial yang terjadi di kalangan masyarakat tersebut adalah suatu
keharusan, karena tidak mungkin bertahan dalam satu kondisi yang bersifat statis dan
cenderung tetap. Karena sudah menjadi sunatullah bahwa kehidupan ini bersifat
dinamis seperti putaran roda yang suatu saat berada di bawah dan suatu saat berada di
atas. Sehingga manusia yang menyandang sebagai khalifatullah mempunyai kewajiban
untuk merubah kondisi dirinya sendiri, baik secara individual maupun dalam perspektif
sosial.
Begitu banyak problem sosial yang terjadi di kalangan masyarakat dan
kompleksitas problem sosial tersebut terjadi di segala bidang kehidupan yakni dalam
bidang sosial, politik, pendidikan, agama dan lain sebagainya. Sehingga diperlukan
upaya untuk memecahkan masalah dan memperbaiki sistem sosial yang mengarah
kepada kehidupan masyarakat yang ideal. Hal ini harus diimbangi dengan langkah
konkret yang memiliki visi dan misi yang jelas. Sehingga rencana untuk mengubah
setting pola pikir masyarakat dapat berjalan berdasarkan tujuan. Problem sosial yang
terjadi disebabkan oleh kesalahan berfikir dan mitos-mitos yang telah berkembang di
masyarakat dan di sinilah diperlukannya suatu rekayasa sosial untuk memecahkan
masalah tersebut. Disamping itu diperlukan agen-agen yang mampu memberikan
solusi dalam pemecahan masalah sosial yang berperan sebagai pembaharu dan
bergerak dalam upaya rekayasa sosial yang bersifat positif.
Dalam usaha sebagai aktor rekayasa sosial dibutuhkan konsep-konsep yang
menjadi dasar pergerakan perubahan sosial. Konsep tersebut dapat dibagi berdasarkan
waktu dan cakupan efek yang ditimbulkannya yakni dapat berupa evolusi, revolusi,
reformasi, dan metamorfosis sosial. Keempat konsep tersebutlah yang menjadi dasar
perubahan sosial. Namun hanya satu konsep yang tepat dan rekayasa yang matanglah
yang mampu mengubah Indonesia dan mengubah pemikiran umat.
Salah satu perubahan Indonesia sejak tahun 2010 yaitu pemerintah daerah
selaku badan perencanaan pemerintah daerah bekerjasama dengan BPKP Meluncurkan
system teknologi informasi berbasis web yaitu SIMDA Integrated salah satu aplikasi
nya adalah E-Planning. Tujuan E-Planning adalah untuk memudahkan Kinerja
Bappeda di Seluruh Indonesia, Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu
proses perencanaan pembangunan yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan
menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat,
pemerintah dan lingkungannya dalam wilayah / daerah tertentu dengan memanfaatkan
atau mendayagunakan berbagai sumberdaya yang ada dan harus memiliki orientasi
yang bersifat menyeluruh, lengkap tetapi tetap berpegang pada azas prioritas. E-
planning juga bertujuan untuk menjaga akuntabilitas dalam perencanaan dan
penganggaran.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, disingkat Bappeda, adalah lembaga
teknis daerah dibidang penelitian dan perencanaan pembangunan daerah yang dipimpin
oleh seorang kepala badan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Gubernur / Bupati / Walikota melalui Sekretaris Daerah. Badan ini mempunyai tugas
pokok membantu Gubernur / Bupati / Walikota dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah dibidang penelitian dan perencanaan pembangunan daerah.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) merupakan unsur
perencanaan penyelenggaraan pemerintahan yang melaksanakan tugas dan
mengkoordinasikan penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana
pembangunan daerah. Beratnya tupoksi yang diemban membuat Bappeda
membutuhkan sebuah alat bantu yang memberikan keuntungan maksimal baik dari sisi
waktu maupun kualitas.
Dalam sambutanya Pj Sekretaris daerah (Sekda) kota makassar Naizyah
azikin menjelaskan pentingnya penggunaan sistem ini dalam melaksanakan Rencana
Anggaran Kerja (RKA) bagi SKPD karena di dalamnya sudah tersusun sasaran
peningkatan pelayanan. Yakni berupa target capaian kinerja serta bagaimana
pengorganisasian program dan kegiatan pelayanan perangkat daerah sesuai tupoksinya
masing masing.
"Dengan penerapan sistem e-planning secara otomatis akan mewujudkan
keselarasan dokumen perencanaan, hingga penganggaran di SKPD sehingga target
yang ingin dicapai dalam RPMJD mampu diwujudkan sesuai dalam rencana kerja tiap
tahun," ucapnya. Naizyah lebih jauh mengutarakan, dengan perencanaan seperti sistem
tersebut, sangat jelas sasaran yang ingin dicapai yaitu meningkatkan pelayanan, dan
target capaian kinerja dalam SKPD sehingga mendorong terciptanya pemerintahan
berkualitas bersih.
"Ini akan lebih mengarahkan dan mengorganisasikan program dan kegiatan
pelayanan perangkat daerah sesuai dengan tupoksinya. Sehingga dibutuhkan kerja
secara team work secara transparan dan akuntabel di masing masing SKPD,"
terangnya.
Selain itu, Untuk menghasilkan perencanaan dan penganggaran yang efektif
dari setiap kegiatan pembangunan diperlukan sumberdaya manusia yang bukan hanya
sanggup bekerja keras, tetapi lebih mampu bekerja secara profesional, dan memiliki
kemampuan yang lebih handal. Dalam hal ini, seorang perencana selain memiliki
kemampuan kerja keras, tetapi perlu diimbangi dengan perencanaan yang matang dan
sistematis, sehingga menghasilkan hasil karya yang optimal dan berkelanjutan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa perencanaan dalam pembangunan
pemerintahan daerah merupakan suatu realitas pembangunan daerah yang kaya
interaksi sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan, baik politik, budaya maupun
agama. Hal ini menandakan aspek IPTEK dan SDM sangat menonjol dalam
perencanaan pembangunan di daerah. Pendekatan kualitatif digunakan dalam riset ini
untuk mengeksplorasi pemahaman atas fenomena perencanaan organisasi sektor publik
dengan fokus pengamatan pada bagaimana proses perencanaan pemerintah daerah
berbasis teknologi dapat memberikan alat bantu buat pemerintah untuk mewujudkan
pemerintahan dengan tata kelola yang baik (good governance).
Dalam perencanaan sektor publik isu-isu yang berkaitan seperti partisipasi,
kesenjangan anggaran, loyalitas kinerja dan dimensi lainnya, telah menarik banyak
peneliti dan ilmuan untuk melakukan diskusi secara mendalam. Misalnya penelitian
yang dilakukan oleh Kenis, (1979); Brownell dan McInnes, (1986); Indriantoro (1993),
dan Tuasikal (2007). Beberapa peneliti lainnya meneliti tentang anggaran dengan
mengadopsi pendekatan kontijensi antara lain oleh Brownell (1982); Subramaniam dan
Mia (2001); Chong dan Chong (2000). Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti lagi
lebih dalam terkait bagaimana proses pelaksanaan E-Planning dalam ruang lingkup
Badan Perencanaan dan Pembangunan daerah khususnya pada satuan kerja perangkat
daerah (SKPD).
Rumusan masalah
Secara khusus, tulisan ini mengupas mengenai proses implementasi e-planning
pada pemerintah daerah dan bagaimana kaitannya dengan tata kelola pemerintah
daerah yang good governance. Menghadapi era teknologi atau biasa disebut revolusi
industry 4.0. kondisi tersebut ditandai langsung dengan penggunaan mesin digital dan
internet yang menyebabkan perubahan yang cepat dan signifikan terhadap segala sector
kehidupan manusia sehingga memudahkan manusia dalam melakukan berbagai
pekerjaan.
Studi ini berusaha mencari tahu mengenai bagaimana pengaruh system
teknologi informasi terhadap kinerja pemerintah daerah, Serta menyelidiki apakah
dengan adanya e-planning ini dapat mewujudkan informasi yang akuntabel dan
transparan.
Pemerintah daerah yang dimaksud adalah Bappeda (Badan Perencanaan dan
pembangunan daerah) beserta jajarannya. seperti, kepala Bappeda kota makassar,
kelompok jabatan fungsional maupun Sekretariat.
Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi implementasi perencanan dan
penganggaran pembangunan organisasi sektor publik, berbasis teknologi informasi
yaitu E-Planning yang berada pada Ruang lingkup Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) khususnya pada satuan kerja perangkat daerah
(SKPD) yang bertanggungjawab dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan
daerah.
Manfaat penelitian
Kontribusi yang diharapkan dari temuan penelitian ini adalah memperkaya
kepustakaan ilmu akuntansi, khususnya akuntansi sektor publik, dan dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan SKPD yang bertanggungjawab dalam perencanaan dan
penganggaran pembangunan daerah.
BAB II
E-PLANNING : TUNTUTAN PERUBAHAN SOSIAL
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan pendekatan
naturalistik yang bertujuan mengkaji pemahaman individu atau sekelompok
tentang suatu fenomena dalam suatu kondisi tertentu atau berkonteks khusus.
Dalam hal ini, metoda yang digunakan adalah dengan pendekatan fenomenologis
yang bertujuan mengkaji dan memahami respon individu atau kelompok
masyarakat, serta pengalaman yang dipahami dalam berinteraksi (Saladien, 2006).
Alasan digunakan pendekatan ini adalah para fenomenologis percaya
bahwa makhluk hidup memiliki potensi untuk menginterpretasikan pengalaman
melalui interaksi dengan orang lain (Moleong, 2005). Metode kualitatif
fenomenologi berlandaskan pada empat kebenaran, yaitu kebenaran empirik
sensual, kebenaran empirik logis, kebenaran empirik etik, dan kebenaran empirik
transenden. Atas dasar cara mencapai kebenaran ini, fenomenologi menghendaki
kesatuan antara subyek peneliti dengan pendukung obyek penelitian.
Dalam hal ini, keterlibatan subyek peneliti di lapangan dan penghayatan
fenomena yang dialami menjadi salah satu ciri utama. Seperti yang dikatakan
Moleong (1988: 78), pendekatan fenomenologis berusaha memahami arti
peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi
tertentu.
Peneliti fenomenologi tidak berasumsi bahwa ia mengetahui arti dari
sesuatu yang sedang diteliti. Maka dari itu inkuiri dimulai dengan diam (epoche).
Epoche merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang diteliti, di
mana peneliti berusaha menekankan aspek subyektif dari perilaku orang.
Lebih lanjut, peneliti fenomenologi berusaha untuk masuk ke dunia konseptual
subyek yang diteliti, sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu fenomena
yang terjadi di kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini, tersedia berbagai cara untuk
menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang lain, dan bahwa
pengertian pengalaman kitalah yang membentuk kenyataan (Syarifuddin, 2010).
Yang ditekankan oleh kaum fenomenologis adalah aspek subyektif dari
perilaku budaya. Menurut Moleong (1998: 9): Mereka berusaha masuk ke dalam dunia
subyek yang ditelitinya sedemikian rupa, sehingga peneliti mengerti apa dan
bagaimana suatu pengertian dikembangkan dalam hidup sehari-hari. Subyek penelitian
dipercaya memiliki kemampuan untuk menafsirkan pengalamannya melalui interaksi.
Hal ini berarti bahwa peneliti fenomenologis tidak menggarap data secara mentah.
Peneliti cukup arif dalam memberikan “tekanan” pada subyek untuk memaknai tindak
budayanya, tanpa mengabaikan realitas.
Hal ini berarti bahwa peneliti fenomenologis tidak menggarap data secara
mentah. Peneliti cukup arif dalam memberikan “tekanan” pada subyek untuk
memaknai tindak budayanya, tanpa mengabaikan realitas.
Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada salah satu satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Objek analisis dilakukan terhadap SKPD
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) yang merupakan salah suatu
institusi yang bertanggung jawab dalam perencanaan pembangunan yang bertanggung
jawab dalam perencanaan dan penganggaran daerah.
Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah para aparatur yang terlibat
langsung dan mempunyai pengalaman dalam proses perencanaan dan penganggaran
daerah, dan pihak lain yang dipandang penting. Identitas informan yang digunakan
hanya inisial untuk menggantikan nama informan yang sebenarnya. Pengumpulan data
dilakukan melalui pengamatan berpartisipasi, wawancara mendalam dengan para
informan dan dokumentasi. Pengamatan berpartisipasi dilakukan dengan cara
keterlibatan peneliti di dalam proses perencanaan dan penyusunan anggaran selama
rentang waktu dua bulan lebih. Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur dan
bersifat informal dalam berbagai situasi.
Sumber data
Sumber data yang saya gunakan sebagai referensi dalam melakukan studi ini
adalah:
a. Data Primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan dalam penelitian dari sumber
utama, yang diperlukan dalam pembahasan masalah untuk kemudian diolah dan
dianalisis.
b. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh dari informan sebagai tambahan dan
data pelengkap dari data primer. Selain itu, saya menggunakan beberapa literatur
yang menghimpun teori, baik yang diperoleh dari buku, arsip, dokumen maupun
keterangan-keterangan lain yang diperlukan berhubungan dengan studi.
DAFTAR PUSTAKA
Sri Rahayu; Unti; dan Didied, (2007). Studi Fenomenalogis Terhadap Penyusunan
Anggaran Daerah Bukti Empiris Dari Satuan Kerja Perangkat Daerah di
Provinsi Jambi, SimposiumNasional Akuntansi X, Makassar 26-28 Juli
2007.
Gordon, L.A., dan Sellers F.E., (1984). Accounting and Budgeting Sistem: The Issue
of Congruency. Journal of Accounting and Public Policy. 3. 259- 292.
Halim. A., 2001a . Manajemen Keuangan Daerah APBD. Edisi Pertama. Salemba
Empat. Jakarta.
Media Akuntansi. 2003. Gaya Bupati Menekan Korupsi di Sleman. Edisi No. 34. Juni-
Juli: 20-21.
Von Hagen, Jurgen, 2002. Fiscal Rules, Fiscal Institutions, and Fiscal Performance.
The Economic and Social Review 33 (3): 263-284.
Setiaji, Wirawan dan Priyo Hari Adi, 2007> Peta Kemampuan Keuangan Daerah
Sesudah Otonomi Daerah: Apakah Mengalami Pergeseran. (Studi pada
Kabupaten adn Kota Se Jawa-Bali), SNA X. Makassar 26-28 Juli, 2007.
Yuwono, S., I.T. Agus, dan Hariyandi. 2005. Penganggaran Sektor Publik, Pedoman
Praktis, Penyusunan, Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban APBD
(Berbasis Kinerja). Bayumedia Publising, Malang.
Tuasikal, Askam, (2011). Pengangaran Sektor Publik: Tinjauan dari Persfektif Teori
Keagenan (agency theory). Pidato pengukuhan Guru Besar Fakultas
Ekonomi Universitas Pattimura, Ambon. 25 Maret.