Anda di halaman 1dari 7

MARKET BASED ACCOUNTING RESEARCH (MBAR)

PENGERTIAN DASAR, PERKEMBANGAN, GLOBALISASI DAN


ARAH RISETNYA DIMASA MENDATANG

TUGAS MERINGKAS RISALAH


MATA KULIAH: TEORI PORTOFOLIO & MAJEMEN INVESTASI
MAHASISWA: Suwarsono Danakusuma
19 Agustus 2008
1

Pengertian Dasar MBAR.


Seiring dengan berkembangnya perekonomian, kebutuhan akan modal kerja ataupun investasi yang tidak dapat
lagi dipenuhi oleh lembaga finansiil seperti bank, maka hukum” demand creats its own supply” memunculkan
pasar modal/bursa efek (capital market) sebagai alternatif yang luar biasa. Di pasar modal ini terjadilah
transaksi jual beli surat surat berharga diantaranya: saham dan obligasi. Tentu saja ada regulasi/persyaratan ter-
tentu yang berlaku bagi peserta/pelaku (perusahaan yang sahamnya dijual belikan, perusahaan yang mengeluar-
kan obligasi, para investor dll) pasar modal ini.
Bagi seseorang yang ingin memanfaatkan uangnya secara optimal, pasti akan berusaha memperoleh/membeli
barang yang kualitasnya baik dan dengan harga yang pantas. Untuk itu, dia akan melakukan riset pasar dengan
cara keliling dan keluar masuk toko yang menjual barang yang diinginkannya, mencari informasi barang apa
dan harga berapa yang cocok baginya.
Analogi dengan hal diatas, para investor pada pasar modal juga akan melakukan hal yang sama, melakukan
riset pasar untuk mencari informasi. Dan informasi ini dapat diperoleh dari Laporan Keuangan (LK) dari
perusahaan perusahaan yang menjadi peserta pasar modal (capital marker) tersebut. Sedangkan LK itu sendiri
merupakan produk utama dari proses (aktivitas) akuntansi, yang tujuannya memberikan informasi bagi pihak
yang berkepentingan (stakeholders) guna mengambil keputusan ekonomik.
Sehingga, secara sederhana dan singkat, dapatlah dikatakan bahwa Market Based Accounting Research
(MBAR) adalah riset akuntansi yang berbasis data pasar modal, karena meneliti & mempelajari informasi (data
akuntansi) dari perusahaan peserta pasar modal (yang go-public) serta reaksi pasar modal (market based) atas
informasi tersebut.

Perkembangan MBAR.
1968: Ray Ball & Phil Brown dan William (Bill) Beaver: peletak dasar MBAR.
Ball & Brown: menguji sample: 261 perusahaan peserta NYSE (1957 -1965), penekanan pada
informasi earnings: apakah earnings yang dilaporkan (dalam LK) lebih besar
(Good News/GN) atau lebih kecil (Bad News/BN) daripada yang diharapkan oleh
pasar.
Abnormal Returns = selisih antara laba riil dengan laba yg diharapkan atas saham
pada suatu periode tertentu.
Disini, diulang perhitungan abnormal security returns untuk periode (“window”) yg lebar,
11 bulan sebelum dan 6 bulan setelah pengumuman earnings.
2
Beaver: menguji aspek reaksi volume perdagangan saham saham perusahaan perusahaan, disekitar
tanggal pengumuman earnings.
Sample yang diuji: 506 pengumuman earnings dari 143 perusahaan peserta NYSE (1961 –
1965 atau 261 minggu). Pada setiap pengumuman earning, dihitung rata rata volume
perdagangan harian saham perusahaan bersangkutan, masing masing 8 minggu sebelum
dan sesudah pengumuman earnings.
Sejak itu, lebih terbuka kesempatan untuk riset akuntansi lebih lanjut guna pembuktian konsep usefulness
dari LK (akuntansi) dengan mempelajari bagaimana reaksi pasar (modal) atas informasi tersebut.
Penelitian secara empiris ini disebut sebagai penelitian asosiasi (association studies). Apabila penelitian
tersebut dilakukan dalam periode/window yang lebih pendek/sempit pada saat pengumuman earnings,
penelitiannya disebut penelitian penyebab/causation studies (Scott)

1970 – 1980an :
Awal 1970an Lev dan Ohlson mengakui adanya euphoria atas MBAR dengan menyebutnya euphoric
expectations.
Membagi MBAR tahun 1970an ini dalam 4 kelompok:
1. Riset tentang isi informasi:
1.1. Iai informasi yang berkaitan dengan pengumuman earnings (earnings financial data)
1.2. Isi informasi yang berkaitan dengan bukan data keuangan (non-earnings financial data)
2. Riset tentang perbedaaan pada kebijakan tehnik akuntansi
3. Riset tentang konsekuensi ekonomi atas regulasi
4. Riset tentang pengaruh disiplin disiplin pada akuntansi
1974 Gonedes & Dopuch dan Bob Kaplan (1975): riset riset MBAR dipandang tidak memiliki fondasi
atau dasar konseptual yang menunjukkan relasi antara riset riset yang ada dengan kebutuhan sosial akan
penetapan standar/regulasi akuntansi (the social desirability of given accounting standar/regulation).
Akhir 1970an dan awal 1980an: Watts and Zimmerman memperkenalkan konsep positive accounting
theory yang dikenal sebagai konsep economic consequences.
Konsep ini mengurangi pesimisme para periset. Meski belum dapat mengevaluasi kebutuhan akan regulasi
akunrtansi, toh masih berpeluang untuk mengukur beberapa konsekuensi ekonominya dalam bentuk reaksi
harga sekuritas (surat berharga) pada perubahan yang tidak diharapkan dalam regulasi akuntansi. Beberapa
periset tentang konsekuensi ekonomi: Lev (1979), Leftwich (1981) dan Thompson (1983).
3
1989 Dopuch: masih pesimis, riset tentang konsekuensi ekonomi ini tidak membumi karena riset ini mereda
sejak 1985, sebagai akibat adanya perubahan perubahan pada kebijakan akuntansi. Mungkin saja kebijak-
an akuntansi akan berpengaruh pada harga sekuritas, namun terdapat kesulitan metodologinya guna men-
jelaskannya.
Setelah minat periset pada konsekuensi ekonomi surut, maka MBAR kembali pada penelitian terhadap
Relasi earnings dengan harga sekuritas, termasuk didalamnya informasi pada data earnings maupun data
non-earnings. Kemudian meluas kedalam aspek sistem akuntansi dan analisis terhadap LK. Contohnya,
riset yang menghasilkan Price Earnings Ratio (P/E Ratio).

Globalisasi MBAR.
Feldman & Kumar (1994) mengelompokkan negara negara berkenaan dengan perkembangan pasar modal:
1. Pasar modal yang baru mengalami tahap tahap awal:
Ciri cirinya:
a) sedikit perusahaan yang terdaftar
b) Kapitalisasinya kecil
c) Likuiditasnya rendah
Contoh: Zimbabwe, Kenya, Hongaria.
2. Pasar modal yang mulai tumbuh
Ciri cirinya:
a) Likuiditasnya mulai besar
b) Investor asing mulai masuk
Contoh: Pakistan, India, Colombia
3. Pasar modal yang agak maju
Ciri cirinya:
a) Volume perdagangan saham yang beredar ataupun saham baru sudah cukup besar
b) Kapitalisasinya cukup besar
c) Investor asing cukup banyak
Contoh: Argentina, Malaysia, Indonesia, Thailand
4. Pasar modal yang sudah mapan.
Citi citinya:
a) Volume perdaganganya besar
b) Tingkat risiko mulai masuk ke persaingan pasar modal internasional
Contoh: Hongkong, Korea, Mexico, Singapura, Taiwan
4
Perkembangan pasar modal terjadi diseluruh golongan negara: sedang tumbuh, sedang berkembang dan negara
maju, bahkan, perkembangan lebih pesat dialami oleh negara sedang berkembang (sejak 1990 an)
Feldman & Kumar mengatakan perkembangan pasar modal di negara sedang berkembang, bervariasi dalam
size (jumlah perusahaan yang terdaftar, kapitalisasi paar, jumlah dana yang dihasilkan, nilai saham yang diper-
dagangkan) dan structural characteristics and performance (perkembangan perekonomian, perkembangan
pasar dan lingkungan keuangan dan peran pemerintah dalam bentuk regulasi berkenaan dengan pasar modal).
Saudagaran & Diga (1997) menyebut Emerging Capitasl Markets (ECMs) untuk negara negara yang pasar
modalnya mengalami perkembangan pesat pada decade 1990an. Hal ini membuka pintu globalisasi pasar
modal, karena, mengutip hasil riset Hilton dan Price (1990), yang menyimpulkan bahwa investor memperoleh
akses investasi portofolio dengan tingkat returns yang lebih tinggi secara substansial pada pasar modal ECMs,
daripada di pasar modal negara maju. Jadi investor. tidak lagi hanya bersifat domestic, namun dapat bersifat
regional dan bahkan internasional (global).
Wilcox (1992) mengatakan: ECMs memiliki daya tarik investasi bagi investor global karena pengertian risiko
dan returns yang teramat tinggi dan pengalaman pengalaman investor global hanyalah sebagian kecil dari
volatilitas-tinggi untuk berhadapan dengan investor local.
Terdapat 3 faktor yang mendorong menyatunya pasar modal ketingkat internasional:
1. Adanya peningkatan regulasi mengenai pengungkapan (disclosures)
2. Pengakuan dari investor atas laba dari diversifikasi sumber pendanaan
3. Spektrum/kesempatan yang lebih luas bagi investor internasional untuk menangguk keuntungan global
Keadaan ini memungkinkan investor untuk menurunkan risiko dengan lebih banyak melakukan diversifikasi
lebih banyak jenis sekuritas (porto folio), dari banyak perusahaan dari banyak negara. Juga kemajuan teknologi
telah meniadakan hambatan waktu dan jarak guna melakukan transaksi secara global. Kemudian, blok blok
ekonomi bermunculan (APEC, NAFTA) ikut mendorong pentingnya MBAR.
Riset MBAR dapat dilakukan untuk negara yang sudah maju, untuk negara di ECMs dan riset perbandingan
(antar sesama negara maju atau sesama ECMs).
Contoh riset tersebut diatas:
1994 Cho Jang Youn: Properties of Market Expectation of Accounting Earnings by Financial Analysis: UK
versus US
1998 Indra Kusuma: Comparing The Effects of Income Smoothing Practices On The Earning-Prices Ratios of
Japanese and US Firms.
1998 Graham & King: The Relation of Firm Market Values with Book Values and Residual Accounting
Earnings in Six Asian Countries (*Indonesia, Korea, Malaysia, Pilipina, Taiwan dan Thailand)
5
Riset MBAR perbandingan mempunyai permasalahan, terutama di negara negara yang tergolong ECMs.
I. Bias data
Hartono (1998) mengemukakan 3 macam bias data:
1. Normalitas dari data: bias ini muncul karena umumnya riset MBAR menggunakan tehnik analisis
statistik dengan asumsi bahwa data adalah ber ditribusi normal.
2. Cross-sectional dependence: bias data ini muncul karena sulit untuk memperoleh data time-series yang
memadai.
3. Perdagangan tidak-sinkron yang terjadi pada pasar yang jarang-bertransaksi (thin trading/market): bias
data ini muncul karena model risiko sistemik yang biasa digunakan akan mengganggu perhitungan
koeffisien beta dalam model tersebut.
II. Karakteristik dari LK
Saudagaran & Diga (1997) menyebut terdapat 3 kriteria pada karakteristik LK:
1. availability (ketersediaan informasi): berkenaan dengan disclosure: sulit memperoleh public release
information.
2. reliability (keandalan informasi): berkenaan dengan standar akuntansi sebagi rambu penyusunan LK.
Meski telah ada standar akuntansi, pelaksanaan secara benar masih diragukan.
3. comparability: berkenaan dengan demensi perbandingan dari kebijakan akuntansi dan demensi
harmonisasi akuntansi..
Masalah harmonisasi ini diantisipasi USA dengan ketentuan tentang earnings per share , dengan alasan
“to homonize US financial reports with international standards”/

Riset MBAR di masa mendatang.


1996 Beaver mengemukakan bahwa factor yang mempengaruhi arah riset akuntansi:
1. Faktor Exogenous :
1,1, meliputi aplikasi disiplin ilmu lain seperti Finance dan behaviour science
1,2, ketersediaan data yang lebih besar dengan biaya yang lebih murah karena bantuan kemajuan
teknologi computer
1.3. adanya perubahan lingkungan pelaporan keuangan seperti: penjabaran mata uang asing, kompensasi
dengan opsi saham
2. Faktor Endogenous : banyak terletak pada akademisi akuntansi, seperti seminar, penelitian, majalah,
jurnal akuntansi dll.
6
Dengan demikian, arah riset akuntansi MBAR ditentukan oleh hasil proses kreativitas dari bakat-bawaan
perorangan yang disebut oleh Beaver sebagai satu satunya factor terpenting..
Dengan factor kreativitas dari para periset, diharapkan pada masa mendatang dapat “ditemukan” teori akuntansi
baru. Untuk itu, penting kiranya diciptakan suasana dan lingkungan yang memotivasi dan mendorong para
periset untuk melakukan penelitian, dalam hal ini penelitian akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai