Anda di halaman 1dari 13

Analisis Cross-Section

BAB I
1
PENDAHULUAN
Analisis keuangan akan lebih tajam apabila angka – angka keuangan
dibandingkan dengan standar tertentu. Standar tersebut bisa berupa standar
internal yang ditetapkan oleh manajemen seperti target yang telah ditetapkan,
perbandingan historis atau membandingkan angka – angka keuangan dengan
angka – angka masa sebelumnya dan perbandingan dengan perusahaan atau
industri sejenis. Tanpa perbandingan tidak akan diketahui apakah prestasi
keuangan suatu perusahaan menunjukkan perbaikan atau sebaliknya menunjukkan
penurunan. Analisis cross – section adalah Teknik Analisis untuk
memperbandingkan data laporan Keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan
atau industri yang sejenis dalam suatu periode tertentu.

Ruang lingkup pembahasan pada analisis cross-section adalah:

1. Perbandingan Cross-Section
2. Perhitungan Rata – Rata Industri
3. Perbedaan Antarindustri
Analisis Cross-Section

BAB II
2
PEMBAHASAN

1. PERBANDINGAN CROSSECTION
Analisis cross section (Perbandingan dengan perusahaan atau industri yang
sejenis) akan bermanfaat untuk melihat prestasi perusahaan relatif terhadap
industri dan juga bermanfaat dalam kasus khusus seperti untuk menentukan bonus
bagi manajemen perusahaan. Bonus bagi manajemen perusahaan pada beberapa
perusahaan ditentukan berdasarkan keuntungan perusahaan relatif terhadap
industri. Apabila perusahaan memperoleh untung diatas industri, manajemen
perusahaan akan memperoleh bonus, dan tidak memperoleh bonus apabila yang
terjadi sebaliknya.
Mendefinisikan industri sejenis bukanmerupakan pekerjaan mudah.
Industri yang bisa diperbandingkan pada dasarnya mempunyai satu atau beberapa
elemen yang sama dengan perusahaan. Kesamaan tersebut antara lain :
1. Kesamaan dalam jenis bahan baku atau supplier
Perusahaan bisa dikelompokan berdasar bahan baku yang dipakai, bisa
juga berdasar proses produksi yang dipunyai. StandardIndustrial
Classification biasanya mengunakan kriteria semacam ini (Struktur fisik dan
teknologi proses produksi dan homogenitas produksi). Klasifikasi semacam
ini juga banyak dipakai oleh lembaga lain.
Klasifikasi Industri di BEJ ( BursaEfek Jakarta, 2002 )
I. Pertanian, Kehutanan,dan Perikanan
II. Makanan Ternak
III. Pertambangan dan Jasa Pertambangan
IV. Konstruksi
V. Manufacturing dan Commercial
A. Makanan dan Minuman
B. Manufactur Tembakau
C. Produk Tekstil dan Sejenisnya
D. Kertas dan Produk-produk Sejenisnya
E. Pakaian dan Produk Tekstil Lainya
F. Produk Kertas dan Sejenisnya
G. Produk Kimia dan Sejenisnya
H. Produk Adhesive
I. Produk Plastikdan Gelas
J. Semen
K. Produk Besi dan Sejenisnya
L. Produk Besi Fabrikasi dan Sejenisnya
M. Produk batu, beton dan sejenisnya
N. Mesin
O. Kabel
Analisis Cross-Section

P. Peralatan Kantor dan Elektronik


Q. Produk Otomotif dan sejenisnya 3
R. Peralatan Fotografi
S. Farmasi
T. Barang Bahan Konsumsi ( sabun, pasta gigi, dll )
VI. Pelayanan Transportasi
VII. Komunikasi
VIII. Perdagangan Pretail dan Whole Sale
IX. Perbankan, Lembaga Keuangan Selain Bank, Lembaga Sekuritas,
Asuransi, dan Real Estate:
A. Perbankan
B. Lembaga Keuangan Selain Bank
C. Asuransi
D. Property dan Real Estate
X. Hotel dan Pelayanan Travel
XI. Perusahaan Holding dan investasi lainya
XII. Lainya

2. Kesamaan dari sisi permintaan


Pendekatan ini menggunakan produk yang menghasilkan sebagai kriteria
pengelompokan industri. Apabila produk - produk memenuhi kebutuhan yang
sama, dan produk tersebut merupakan substitusi satu sama lain, memakai
produk - produk tersebut masuk dalam Kelompok industri yang sama.
Produk-produk tersebut bisa mempunyai horizon yang pendek yaitu produk -
produk yang sama saat ini, tetapi bisa juga menpunyai horizon jangka
panjang yaitu produk - produk yang saling berkompetisi pada beberapa tahun
mendatang. Perspektif jangka pendek mempunyai relevansi yang tinggi
karena membicarakan situasi saat ini, tetapi perspektif jangka panjang
membuat perusahaan waspada terhadap kemungkinan persaingan. Produk
yang saat ini merupakan pesaing, barangkali merupakan pesaing potensial
yang akan menjadi pesaing sesungguhnya pada masa mendatang.
3. Kesamaan dalam atribut keuangan
Dari sudut pandang investasi, saham-saham mempunyai beberapa
kesamaan atribut dimasukan kedalam satu Kelompok.Contoh atribut yang
relevan adalah risiko, rasio PER (Price Earning Ratio) dan kapitalisasi pasar
untuk menentukan besar kecilnya kapitalisasi saham. Investor yang ingin
menginvestasi dananya kesaham kecil barang kali akan memilih 25% saham
paling kecil, dan membanding - bandingkan saham saham yang mempunyai
kapitalisasi yang kecil.
Dalam memilih perusahaan yang akan dipakai sebagai perbandingan, analis
juga bisa menggabungkan ketiga atribut diatas. Misalkan sebuah perusahaan
trasnportasi dengan aset tidak terlalu besar (Misal Rp 1,5 miliar), maka
perbandingan yang tepat adalah perusahaan transportasi lainya dan yang
mempunyai aset yang hampir sama besarnya. Membandingkan perusahaan
tersebut dengan perusahaan transportasi lain yang mempunyai asset Rp 100 miliar
barang kali tidak sepenuhnya tepat.
Analisis Cross-Section

DiNegara - Negara maju, data yang berkaitan dengan industri sejenis


biasanya bisa dicari tetapi tidak demikian halnya dengan data industri diNegara – 4
negara yang belum maju seperti diIndonesia. Saat ini perusahaan yang go public
dan listing di BEJ mencapai sekitar 200 saham. Sebagian besar perusahaan di
Indonesia masih belum go public. Perusahaan yang yang belum go public
biasanya tidak memberikan laporan keuangan ke public, dan dengan demikian
data perbandingan akan sulit di peroleh. Perkecualian barang kali bank-bank yang
mempunyai data-data keuangan nasabahnya.Tetapi data semacam ini barangkali
akan sulit diakses oleh perusahaan lain, meskipun untuk perbandingan. Masalah
ini akan akan semakin rumit apabila perusahaan yang tidak go public tersebut
merupakan perusahaan yang dominan dalam industri tersebut

Perusahaan Penjualan Sektor Usaha


1. Exxon $88,6 Minyak dan gas
2. General motors 74,6 Otomotif
3. Mobil 54,6 Minyak dan gas
4. Ford Motor 44,5 Otomotif
5. IBM 40,2 Computer
6. Texaco 40,1 Minyak dan gas
7. Du Pont 35,4 Kimia,minyak, dan gas
8. Phibro Solomon 29,8 Perdagangandan keuangan
9. Amoco 27,6 Minyak dan gas
10. Chevron 27,3 Minyak dan gas

Perusahaan private
1. Cargill 28,6 Biji
2. Mocata Metals 26,5 Dealer Bullion

Masalah lain yang mungkin timbul adalah tidak “jelasnya” industri yang
akan di pakai sebagai perbandingan. Perusahaan yang besar biasanya beroperasi
tidak hanya pada satu sektor usaha saja, tetapi melakukan diversifikasi pada
beberapa sektor.Konglomerasi semacam Bimantara atau Salim Group mempunyai
ratusan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha yang sangat beragam.
Apabila perusahaan semacam itu menerbitkan laporan keuanganya per segmen
usaha, maka analisis akan tertolong, karena bisa menggunakan segmen yang
relevan dalam analisis. Tetapi perusahaan semacam itu tidak menerbitkan laporan
per segmen, laporan yang di hasilkan biasanya laporan konsolidasi yang
mencakup semua usaha.Laporan konsolidasi tentu saja kurang relevan dalam
analisis perbandingan.
Banyak juga perusahaan yang mempunyai usaha pokok tertentu tetapi juga
mempunyai usaha pada sektor lain yang barang kali tidak terlalu dominan
proporsinya. Kebanyakan laporan keuangan semacam ini juga bersifat
konsolidasi, tidak melaporkan per segmen.Perhatikan urutan semacam ini.
Analisis Cross-Section

A. Perusahaan dengan kegiatan tunggal pada sektor yang relevan laporan


keuangan yang tersedia. 5
B. Perusahaan dengan beberapa aktivitas, tetapi mempunyai kegiatan yang
dominan, pada sektor yang relevan. Laporan keuangan tersedia.
C. Perusahaan dengan banyak aktifitas, tidak ada aktivitas yang paling dominan
(mirip dengan dengan konglomerasi) sulit menentukan sektor usaha yang
relevan. Laporan keuangan per segmen tersedia.
D. Perusahaan dengan banyak aktifitas, tidak ada aktifitas yang paling dominan.
Sulit menentukan sektor usaha yang relevan. Laporan keuangan hanya berupa
laporan konsolidasi.
E. Perusahaan private tidak ada laporan keuangan yang dipublikasikan. (sektor
usaha yang relevan adalah sektor usaha yang akan dijadikan bahan
perbandingan).
Perhatikan bahwa industri yang relatif“ jelas” adalah industri dengan
perusahaan-perusahaan masuk dalam ketegori A. Kategori lainya memerlukan
pertimbangan tersendiri untuk menentukan bagaimana sebaiknya suatu industri di
definisikan. Perusahaan dalam kategori E barang kali sangat sulit di analisis
karena tidak adanya data relevan yang tersedia.Perusahaan dalam kategori D. juga
sulit di analisis karena laporan keuangan yang tersedia masih bersifat
konsolidasi.Menetukan industri yang paling tepat untuk perbandingan dan
mengkomunikasikan ke pihak eksternal kadang-kadang bukan merupakan
pekerjaan yang mudah. Sebagai contoh,BankersTrust adalah bank yang terlibat
dalam jual beli surat-surat berharga. Sifat usaha semacam ini lebih berisiko di
bandingkan dengan usaha perbankan konvensional yang memfokuskan pada
manajemen tingkat bunga (mengelola spread tingkat bunga deposito dengan
tingkat bunga pinjaman). Tetapi pasar keuangan (dan juga para analisnya)
mengelompokan BankersTrust ke dalam Kelompok perbankan, yang
mengakibatkan usaha Bankers Trust nampak lebih berisiko dibandingkan rata-rata
industri .Akibatnya rasio PER Bankers Trust lebih rendah dibandingkan rasio
PER industri, karena ada persepsi bahwa bankers trust lebih berisiko
dibandingkan rata-rata industri. Misalnya bankers trust dibandingkan dengan
Kelompok investment bank yang terlibat dalam jual beli saham dan surat berharga
lainya, barang kali Bankers Trust tidak akan nampak tinggi risikonya, dengan
hasil PERnya tidak terlalu rendah PER industri.
Pada beberapa situasi barang kali tersedia angka industri di dalam negeri.
Contoh yang paling ekstrim adalah penerbangan Singapura(Singapore
Airlines/SIA) yang merupakan satu - satunya maskapai penerbangan di Singapura.
Di Indonesia kita mempunyai PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api) yang
merupakan satu-satunya angkutan kereta api di Indonesia. Dalam situasi semacam
ini perbandingan dengan rata-rata industri domestik tidak mungkin
dilakukan.Dalam kasus Singapore airlines,analis barangkali bisa membandingkan
angka-angka SIA dengan angka-angka dari maskapai lainya seperti Malaysian
Airlines (MAS), British airways. Dalam kasus PJKA, barang kali analis tidak bisa
membandingkan secara langsung dengan perusahaan kereta api di Negara-negara
lainya, karena meskipun sama-sama bergerak dalam industri kereta api yang
merupakan BUMN akan di bebani tugas sebagai agen sosial yang mempunyai
misi menjalankan tugas sosial tanpa memikirkan keuntungan. Sementara di
Analisis Cross-Section

Negara lain misi semacam itu barang kali tidak ada. PJKA di Indonesia
memegang monopoli angkutan kereta api, meskipun barang kali ada pengendalian 6
harga. Di luar negeri barang kali persaingan yang terjadi merupakan persaingan
yang sempurna.Dengan beberapa keterbatasan tadi analis memerlukan
pertimbangan-pertimbangan dalam menetukan perbandingan yang tepat untuk
PJKA. Barang kali perbandingan dengan standar internal (target) akan lebih tepat
diterapkan untuk PJKA dengan asumsi target tadi di susun secara realitis.Berikut
ini rasio-rasio keuangan untuk beberapa Negara.
Tabel
Perbandingan Rasio-rasio Keuangan Internasional

Jepang Korea Amerika Serikat


Rasio lancar 1,15 1.13 1,94
Total hutang ke
Total asset 0,84 0,78 0,47
Times interest
Earned 1,60 1,80 6,50
Perputaran
Persediaan 5,00 6,60 6,80
Rata-rata
Umur piutang 86 hari 33 hari 43 hari
Profit Margin 0,013 0,023 0,054
Return On Total
Asset 0,012 0,028 0,074

Secara umum Nampak bahwa perusahaan Amerika Serikat lebih likuid,


solvable,efisien, dan menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan Jepangdan
Korea.Apakah perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan akuntansi?Setelah
perbedaan akuntansi disesuaikan nampak bahwa kesimpulan di atas masih tetap
berlaku, sehingga perbedaan akuntansi nampaknya tidak mempengaruhi
kesimpulan di atas.Pertanyaan berikutnya adalah apakah perbedaan ini di
sebabkan oleh perbedaan faktor budaya dan intitusional.Sampai saat ini riset
belum mengarahsampai ke riset untuk menjawab pertanyaan tersebut. Barangkali
pertanyaan tersebut akan sangat relevan untuk dijawab di atas perbedaan-
perbedaan yang terjadi antar Negara tersebut.

2. PERHITUNGAN RATA – RATA INDUSTRI


Untuk menghitung rata-rata industri seorang analis mempunyai beberapa alternatif:

(1). Menghitung nilai tunggal sebagai perbandingan,


(2). Menghitung nilai tunggal dengan dispersinya ( standar deviasinya),
(3). Menghitung nilai untuk percentile tertentu (misal menghitung nilai untuk
perusahaan-perusahaan yang mempunyai ukuran 25% paling kecil).
Analisis Cross-Section

Untuk perhitungan (1) di atas ada beberapa alternatif yang bisa dipakai :
7
(1). Menghitung rata-rata aritmatika,
(2). Menghitung rata-rata tertimbang,
(3). Menggunakan median,
(4). Menggunakan modus.
Misalkan kita mempunyai data suatu industri yang terdiri dari beberapa
perusahaan sebagai berikut :
Perusahaan
A B C D E F G H
ROA 10% 12% 12% 13% 9% 12% 8% 9%
Nilai Buku Saham 300 420 250 200 250 210 310 335
Nilai Pasar Saham 350 400 420 450 460 350 340 400

Dengan perhitungan rata-rata aritmatika, ROA industri bisa dihitung sebagai


berikut :
1/8 (10 + 12 + 12 + 13 + 9 + 12 + 8 + 9) = 10,625%.
Angka ini kemudian bisa dipakai sebagai standar untuk perbandingan.
Alternatiflain adalah dengan menghitung rata-rata tertimbang. Misalkan analisis
menggunakan nilai buku saham sebagai pembobotnya, rata-rata ROA bisa
dihitung sebagai berikut :
300/2.275(10%) + 420/2.275 (12%) + 250/2.275 (12%) + 200/2.275 (13%) +
250/2.275 (9%) + 210/ 2.275 (12%) + 310/2.275 (8%) + 335/2.275 (9%) = 1,31
+2,21 + 1,32 + 1,14 + 0,98 + 1,11 + 1,09 + 1,33 = 10,50%.
Misalkan analis akan menggunakan nilai pasar saham sebagai
pembobotnya, rata-rata industri bisa dihitung sebagai berikut :
350/3.170 (10%) + 400/3.170 (12%) + 420/3.170 (12%) + 450/3.170 (13%) +
460/3.170 (9%) + 350/3.170 (12%) + 340/3.170 (8%) + 400/3.170 (9%) = 1,1 +
1,51 + 1,59 + 1,84 + 1,31 +1,32 + 0,86 + 1,14 = 10,67%.
Perhitungan rata-rata sangat sensitif terhadap nilai- nilai ekstrem.Misalkan
ada dua perusahaan dengan nilai ekstrem +30% (perusahaan I) dan 10%
(perusahaan J). Misalkan perusahaan J mengalami musibah kebakaran yang
mengakibatkan rugi 10% dan perusahaan I baru saja memperoleh lisensi impor,
barangkali analis akan menghilangkan dua angka ekstrem tersebut. Dengan cara
semacam itu angka-angka outlier bisa dihilangkan dan tidak merusak analisis.
Cara lain yang bisa digunakan untuk menghilangkan pengaruh nilai ektrem adalah
dengan menggunakan angka median atau modus. Dengan median ROA
perusahaan diurutkan sebagai berikut : 8% 9% 9%10% 12% 12% 12% 13%, dan
nilai tengahnya atau mediannya adalah 11%. Misalkan kita menggunakan modus
(nilai yang paling sering keluar), maka angka yang dipilih untuk dijadikan rata-
rata industri adalah 12%.
Analisis Cross-Section

Dari angka-angka yang dihitung di atas, berikut ini ringkasan nilai


perhitungan dengan metode yang berbeda tersebut. 8

ROA Rata-rata Industri

Rata-rata Aritmatik 10,63%


Rata-rata tertimbang
(dengan bobot nilai buku saham) 10,5%

Rat-rata Tertimbang
(dengan bobot nilai pasar saham) 10,67%
Median 11,00%
Modus 12,00%

Pemilihan angka yang akan dijadikan rata-rata industri akan tergantung


dari pertimbangan analis. Dari angka-angka di atas, ROA rata-rata industri adalah
10-12%.

3. PERBEDAAN ANTARINDUSTRI
Pada waktu analisis menggunakan perbandingan industri, analis mempunya
asumsi implisit, yaitu ada perbedaan berarti dalam rasio-rasio keuangan
antarindustri. Kalau asumsi semacam itu tidak terpenuhi maka tidak ada artinya
menggunakan perbandingan dengan industri yang sejenis, karena perbandingan
dengan rasio perusahaan dalam perekonomian secara keseluruhan akan
menghasilkan analisis yang sama. Perbandingan antarindustri secara implisit juga
mengakui bahwa ada perbedaan risiko bisnis antarindustri. Apabila asumsi itu
benar, maka perbandingan dengan perusahaan-perusahaan dalam industri relevan
dilakukan karena perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain yang
mempunyai kelas risiko bisnis yang sama. Tetapi apabila risiko bisnis
antarindustri tidak berlainan, maka perbandingan antarindustri tidak punya dasar
yang cukup kuat.

Penelitian yang dilakukan oleh David F. Scott Jr. Dan John D. Martin (1975)
menunjukkan bahwa memang ada perbedaan yang berarti dalam angka – angka
industri. Berikut ini hasil penelitian yang dilakukan keduanya.

Tabel
Rata-rata Rasio Modal Saham (Data Amerika Serika, dalam %)
Tahun
Industri
1972 1971 1970 1969 1968
Luar Angkasa (Aerospace) 39,1 39,8 38,5 36,3 42,8
(15,3) (12,6) (14,1) (13,6) (12,9)
Komponen dan Aksesori Otomotif 51,2 51,0 52,1 51,8 51,4
(15,5) (17,4) (16,4) (16,5) (16,0)
Kimia 47,6 50,7 48,8 50,0 48,8
(11,8) (14,7) (12,5) (13,1) (14,4)
Analisis Cross-Section

Obat – obatan 63,3 64,0 61,1 61,9 57,6


(12,3) (13,3) (13,5) (14,0) (14,3) 9
Produk Gelas dan Kontainer 51,5 52,1 51,7 51,3 52,2
(11,0) (10,8) (11,1) (11,1) (13,0)
Mesin dan Peralatan Mesin 55,1 55,7 53,3 54,5 57,5
(12,9) (14,0) (13,6) (10,2) (9,3)
Pertambangan 63,0 63,5 62,4 65,3 60,5
(20,5) (20,1) (22,7) (17,9) (15,9)
Besi 44,4 42,0 44,6 44,2 46,1
(15,1) (7,6) (10,3) (8,3) (12,5)
Minyak 58,7 60,3 58,4 57,8 76,0
(20,3) (22,1) (21,2) (25,7) (15,9)
Kertas Produk Kehutanan 46,1 47,2 46,4 47,7 47,1
(10,4) (9,4) (9,4) (12,0) (15,1)
Retail 43,3 45,4 45,5 46,5 50,3
(14,0) (12,6) (14,0) (13,6) (13,4)
Baja 54,9 55,0 55,0 56,3 59,6
(3,6) (3,5) (2,9) (3,1) (3,3)

F – rasio yang diperoleh 6,34 5.54 4,29 4,75 3,40


Degree of freedom 11.265 11.256 11.240 11.219 11.153
Nilai F – Kritis
1% 1,83 1,83 1,83 1,83 1.83
5% 2,34 2,34 2,34 2,34 2,37
Catatan: Angka dalam kurung menunjukkan standar deviasi.
Dari tabel diatas nampak bahwa F-rasio yang diperoleh untuk setiap tahun,
mulai tahun 1968 sampai tahun 1972, selalu lebih besar dibandingkan dengan F-
krisis. Dengan demikian bisa diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan
rasio modal saham antar industri yan signifikan. Hasil semacam itu juga didukung
oleh penelitian yang serupa dengan menggunakan data Kanada. Berikut ini hasil
penelitian tersebut.

Tabel
Rasio Hutang / Modal saham per industri (Data Kanada)
Industri 1968 1969 1970 1971 1972
Kimia 2,77518 2,74996 2,72450 2,09404 2,17406
Konstruksi dan Material 1,70373 2,69152 1,52544 1,54469 1,56155
Pemrosesan Makanan 1,44119 1,45475 1,36952 1,40465 1,39697
Automobil 3,11478 3,26718 3,20768 3,05236 3,41684
Elektronik 1,42243 1,41400 1,40583 1,58551 1,82703
Pertambangan 2,26345 2,23318 2,17862 2,07911 1,88028
Perdagangan 2,35166 2,32300 2,83477 2,83144 2,95082
Minyak 2,48330 2,39289 2,40433 3,09860 3,33442
Kertas Produk Kehutanan 2,70900 2,71590 3,08647 2,56404 2,71255
Baja 2,64414 2,62368 2,56113 2,37480 2,30351
Transportasi 0,13400 0,13480 0,13500 0,25600 0,25575
Utilitas 3,38133 3,43300 3,33228 3,66126 2,98386
Manufacturing 1,94973 1,95253 2,12091 2,12809 2,12809
Nilai F rasio 1,1980 1,1967 1,3487 1,4162 1.4979
Nilai F kritis 1,83 untuk tingkat signifikansi 5%

Dari tabel di atas nampak bahwa tidak ada perbedaan rasio hutang/modal
saham antar industri. Nilai F hitung untuk setiap tahun lebih kecil dari nilai F-
Analisis Cross-Section

kritis dengan tingkat signifikansi 5%. Berikut ini data rasio keuangan Indonesia
untuk beberapa industri yang dipilih secara acak. 10
Tabel
Rata – Rata Industri BEJ (Februari 1995)
Industri DER ROI ROE NPM
Semen 0,74 2,85 5,20 9,75
Keramik, Plastik 0,66 5,00 7,70 13,80
Kimia 1,13 3,00 2,80 6,54
Kertas 1,32 3,48 8,90 14,08
Ban Karet 0,36 5,65 7,70 15,80
Otomotif 1,13 4,31 7,85 8,20
Elektronik 1,16 2,72 5,30 3,98
Tekstil 1,39 3,18 5,14 8,02
Garmen 1,30 3,50 7,55 5,98
Farmasi 1,85 9,16 18,9 11,70
Makanan, Minuman, Tembakau 0,71 9,17 15,22 13,75
Barang Konsumsi 1,16 9,66 18,6 10,45
Bank 8,90 1,58 14,19 14,10
Agribisnis 0,79 8,20 14,4 9.97
Pertambangan 1,05 3,60 6,72 16,90
Penjelasan:
DER : Debt Equity Ratio
ROI : Return On Investment
ROE : Return On Equity
NPM : Net Profit Margin

Rata – rata diatas dihitung dengan rata – rata aritmatika. Analis bisa
mempunyai fleksibilitas yang lebih besar dalam hal penentuan industri yang
dipilih karena kualifikasi dari BEJ barangkali tidak memuaskan juga dalam hal
perhitungan rata – rata industri. Analisis di atas memasukkan data outlier seperti
kerugian pada beberapa perusahaan. Analisis ingin menghilangkan data outlier
tersebut dari analisis. Nampak dari tabel di atas rata – rata keuangan cukup
bervariasi, meskipun pengujian empiris untuk data – data di Indonesia, untuk
menguji apakan ada perbedaan risiko antasbisnis belum dilakukan.
Analisis Cross-Section

BAB III
11
PENUTUP
Kesimpulan

Analisis keuangan yang lebih tajam bisa memperoleh gambaran yang jelas
mengenai prestasi perusahaan, dapat diketahui dengan analisis perbandingan.
Analisis ini dilakukan dengan perbandingan terhadap data masa lalu ataupun
dengan perbandingan terhadap perusahaan lain atau rata – rata industri (analisis
cross-section) pada titik waktu tertentu. Mendefinisikan industri bukan merupakan
pekerjaan yang mudah. Ada beberapa cara untuk mendefinisikan industri:

1. Kesamaan dalam jenis bahan baku;


2. Kesamaan dari sisi permintaan; dan
3. Kesamaan dalam atribut keuangan.

Masalah lain yang mungkin timbul dalam analisa perbandingan adalah tidak
jelasnya industri yang relevan. Sebagai contoh apabila ada suatu perusahaan yang
tidak go public padahal perusahaan tersebut cukup dominan angka – angka
industri tidak representatif.Masalah lain adalah adanya beberapa perusahaan yang
bergerak dalam berbagai jenis usaha dan laporan keuangan yang diterbitkan
adalah laporan keuangan konsolidasi. Informasi persegmen industri tidak
dipublikasikan. Dalam situasi dimana tidak ada standar industri, maka akan sulit
untuk melakukan perbandingan sehingga harus dilakukan secara hati – hati agar
standar nilai yang diambil tidak keliru atau nyaris bisa diukur standarisasinya.

Perhitungan rata-rata industri bisa dilakukan dengan rata-rata aritmatika, rata-


rata tertimbang, median atau modus. Data outlier bisa dihilangkan apabila kita
berasumsi bahwa data tersebut adalah kejadian luar biasa.

Perbandingan industri mempunyai asumsi implisit bahwa risiko bisnis


antarindustri berbeda dan dengan demikian perbandingan dengan industri bisa
dilakukan. Pengujian empiris menunjukkan adanya perbedaan kelas risiko
antarindustri.
Analisis Cross-Section

Resume Jurnal kuantitatif


12

Judul: ANALISIS RASIO KEUANGAN SECARA CROSS SECTIONAL


UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN
SUB SEKTOR FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA

Latar Belakang: Dalam perkembangan industri yang semakin maju saat ini,
sebuah perusahaan dituntut untuk dapat mengelola sumber daya yang dimilikinya
dengan cermat dan diperhitungkan dengan sebaik mungkin. Perusahaan harus
mampu mengelola sumber daya untuk memenangkan persaingan pada era yang
serba kompetetif supaya dapat bertahan untuk tumbuh dan berkembang sesuai
dengan tujuan perusahaan.
Perusahaan farmasi adalah suatu perusahaan yang berbisnis obat-obatan fokus
dalam meneliti, mengembangkan dan mendistribusikan obat, terutama dalam hal
kesehatan, yang memproduksi obat generik atau obat bermerek. Di Indonesia, ada
beberapa perusahaan industri farmasi yang terbagi menjadi 2 kepemilikan yaitu
perusahaan farmasi milik swasta dan perusahaan farmasi milik BUMN.
Hasil penilaian kinerja keuangan badan usaha swasta tidak diatur secara baku
dengan peraturan pemerintah dan biasanya penilaian kinerja keuangan badan
usaha milik swasta umumnya hanya menggunakan rasio-rasio keuangan seperti
rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio leverage sesuai
dengan standar industri maupun standar umum rasio keuangan. Sedangkan
penilain kinerja keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah di atur
dalam keputusan menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002.

Metode penelitian: Metode penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif


deskriptif yaitu penilaian yang dilakukan untuk mengetahui nilai masing-masing
variabel, baik satu variabel atau lebih sifatnya independen tanpa membuat
hubungan maupun perbandingan dengan variabel lain.
Analisis Cross-Section

Hasil dan Pembahasan:


13

Anda mungkin juga menyukai